“Kecerdasan buatan AI-mu ini... agak bodoh ya.”
Shanghai, Badan Keamanan Nasional, Divisi Teknologi Jaringan bawahannya.
Seorang kakak berambut halus di dagu berkacamata tebal melingkar menggeser mouse, memeriksa baris kode yang melintas di laptop Lin Xian:
“Untuk apa kau memakai ini? Kau bisa unduh AI open source biasa dari internet... bahkan yang bisa dijalankan ponsel pun lebih pintar seratus kali lipat.”
……
Dua jam lalu, setelah gagal menghidupkan VV di pedalaman terpencil, Lin Xian memutuskan meminta bantuan profesional.
Di antara anggota tim yang pernah bersama ke Amerika untuk Kompetisi Hacker Dunia, ada ahli teknologi kecerdasan buatan dalam negeri yang termasuk personel Badan Keamanan Nasional, biasanya bekerja di cabang Shanghai.
Maka Lin Xian langsung menghubunginya dan datang ke cabang ini, meminta bantuan memeriksa masalah VV.
Hasilnya, kakak berambut halus itu semakin mengerutkan kening saat membuka kode VV:
“Terlalu bodoh. AI-mu ini... seperti PR mahasiswa. Logikanya lumayan, tapi fungsionalitasnya hampir nol, sangat tolol.”
Tentang kode VV.
Kakak itu menyebut kata "bodoh" berkali-kali membuat Lin Xian terkejut:
“Sangat bodoh? Selama ini kupikir kode AI ini sangat canggih.”
Kode asli VV dihafal Lin Xian karakter demi karakter dari mimpi ketiga, merupakan kristalisasi kebijaksanaan ratusan tahun ilmuwan terhebat manusia... Bagaimana di mulut Kakak Berjanggut, sama sekali tidak ada yang berguna?
"Sebodoh apa tepatnya?"
Lin Xian melanjutkan pertanyaannya:
"Sama seperti Tmall Genie?"
Kakak Berjanggut menggelengkan kepala:
"Jauh lebih bodoh dari Tmall Genie... Tmall Genie setidaknya bisa berkomunikasi normal, suruh putar lagu, nyanyikan musik, setel alarm, cari data, semua bisa dimengerti dan ditanggapi."
"Tapi lihatlah kecerdasan buatan AI-mu ini, untuk berbicara dengannya harus seperti berkomunikasi dengan robot, kurang satu huruf atau bicara sedikit cepat langsung tidak mengerti."
Kakak Berjanggut berteriak ke laptop:
"VV, putar lagu apa saja."
"Maaf."
Laptop mengeluarkan suara mekanis tanpa emosi:
"Tidak ditemukan lagu berjudul 'Apa Saja'."
Kakak Berjanggut tertawa geli.
Berbalik tubuh, mengangkat tangan pasrah ke Lin Xian:
"Lihat, benda ini sungguh menjengkelkan, dengan apa bisa dibandingkan Tmall Genie? Sama sekali tidak ada logika, dari mana kau dapatkan benda ini?"
"Emm... hadiah dari teman sekelas."
Lin Xian mengarang alasan:
"Apa penyebab yang membuat AI yang awalnya cerdas dan pintar bisa menjadi idiot seperti sekarang?"
"Itu tidak mungkin."
Kakak Berjanggut menggelengkan kepala:
“Program komputer ini, kalau tidak tetap selamanya, pasti semakin membaik. Mana ada ceritanya kamu tidak menyentuhnya sama sekali, tapi malah semakin bodoh?”
“Source code kecerdasan buatanmu ini sudah saya lihat, benar-benar tidak ada satu pun yang bisa dipuji, bahkan ruang modifikasi pun tidak ada... Pantas disebut sebagai mahakarya【kode tinja】.”
“Tahu arti kode tinja? Yaitu tumpukan kode berantakan, berputar-putar tanpa makna, bahkan penuh BUG, tapi ajaibnya masih bisa berjalan. Dalam situasi seperti ini, lebih baik jangan sentuh satu huruf pun. Coba ubah sedikit saja simbolnya... mungkin programnya langsung lumpuh.”
Lin Xian meluruskan pinggangnya.
Dengan getir memandangi laptop, masih berusaha menyelamatkan:
“Menurutmu, AI ini benar-benar tidak bisa diperbaiki. Tapi benda ini sangat penting bagiku. Meskipun sangat bodoh... aku tak tega membuangnya.”
“Menurutmu, dalam kondisi【idiot artifisial】sekarang ini, apa yang bisa dilakukannya? Komunikasi dasar saja tidak mampu. Masih adakah area lain yang bisa dimanfaatkan?”
Kakak berjanggut itu terdiam.
Dia mengusap-usap rambut halus di dagunya, merenung beberapa saat, lalu perlahan berkata:
“Jika kamu benar-benar ingin menggunakannya... Komunikasi sebaiknya diabaikan, dia memang tidak ahli di bidang itu. Tapi logika AI ini masih bisa diandalkan. Kalau dimasukkan ke peralatan rumah tangga dengan logika sederhana, masih bisa bekerja.”
“Misalnya...”
Matanya jelalatan, lalu melihat robot penyapu lantai yang masih terbungkus di lemari kantor:
"Benar, menggunakan AI kecerdasan buatan di komputermu ini untuk menggerakkan robot penyapu lantai cukup bagus, logikanya sederhana, tidak perlu komunikasi, cukup bersih-bersih sesuai program yang sudah ditetapkan."
Robot penyapu lantai?
Lin Xian mendengar perkataan Kakak berambut halus di dagu, teringat robot tempat sampah VV di mimpi ketiga, serta dua peralatan rumah tangga favorit VV saat di rumahnya -
Satu adalah kulkas、
Satunya lagi, ya robot penyapu lantai.
Inikah takdir?
Apakah VV memang ditakdirkan untuk menyapu sampah?
Bagaimanapun juga.
Lin Xian masih enggan mengurung VV di komputer tanpa listrik lagi, meski entah kenapa dia jadi bodoh... Apakah karena erosi virus? Merusak otaknya? Hingga membuatnya jadi idiot?
Tapi singkatnya.
Lin Xian tetap menganggap VV sebagai sahabat, tetap berharap dia bisa hidup kembali.
"Kalau begitu..."
Dia menggaruk kepala:
"Bagaimana kalau aku beli robot penyapu lantai, lalu kamu bantu memindahkan program VV ke dalamnya? Lagipula robot penyapu lantai memang cuma untuk menyapu lantai dan mengumpulkan sampah, tidak perlu terlalu pintar."
"Ngapain beli, robot penyapu lantai ini saja kuberikan padamu."
Kakak berambut halus di dagu langsung bangun, mengambil kotak kemasan robot penyapu lantai dari lemari, meletakkannya di meja sambil membuka:
“Robot penyapu lantai ini juga bukan model canggih, saya sampai lupa ini merchandise gratis yang ikut dibeli bareng barang lain... Tidak berguna buat saya, dari dulu juga tidak suka robot penyapu lantai. Kalau kau mau, langsung saja memberikannya padamu. Aku akan transplantasikan AI-nya.”
Begitu katanya.
Kakak Berjanggut Pendek dengan gesit mengeluarkan robot penyapu lantai, menyambungkannya ke komputer dengan kabel, jari-jarinya menari cepat dan terampil. Hanya butuh belasan menit, pekerjaan transplantasi pun selesai.
Kemudian ia meletakkan robot penyapu lantai VV di lantai, menyepaknya perlahan:
“Sudah, sekarang AI-mu itu sudah masuk ke dalam tubuh robot penyapu lantai. Dia bisa membersihkan ruangan sesuai logika dan program yang telah ditetapkan.”
Lin Xian mengangguk, lalu berseru ke arah robot:
“VV, sapu lantai.”
Namun...
Tidak ada reaksi.
Kakak Berjanggut Pendek menggelengkan jari telunjuknya:
“Lupa dengan ucapanku tadi? Jangan harap robot ini bisa berinteraksi langsung denganmu. Kalau mau mengontrolnya, pakai saja aplikasi di ponsel. Sekarang robot ini sudah dalam status 【terhubung internet】, meski kau tidak di rumah tetap bisa dikendalikan jarak jauh.”
“Komunikasi verbal langsung mustahil dilakukan oleh kecerdasannya. Tapi soal membersihkan dan mendeteksi sampah, dia cukup lincah. Lihat ini.”
Sambil berkata demikian,
ia menyobek selembar tisu, menggulungnya menjadi bola lalu melemparkannya.
“Sampah! Sampah! Terdeteksi sampah!”
"Robot penyapu lantai menyapu langsung ke arah bola kertas dengan deru-deru yang keras, lalu menelan bola kertas seperti ular pemakan ke dalam perutnya, kemudian diam tak bergerak di tempat."
？
"Lin Xian memicingkan mata."
"Penuh tanya memandangi robot penyapu lantai yang terasa familiar namun ada yang janggal ini..."
"'Kakak.'"
"Lin Xian menunjuk robot penyapu lantai VV sambil bertanya pada pria berambut halus di dagu:"
"'Robot ini agak berisik ya... Setiap kali menemukan sampah, dia harus berteriak-teriak?'"
"'Kalimat andalan "Sampah! Sampah! Menemukan sampah!" tadi, apa kau yang setting?'"
"Pria berambut halus itu terkekeh pendek:"
"'Mana ada waktu untuk hal receh seperti itu. Barusan kubilang, AI kecerdasan buatan di komputermu itu isinya kode sampah, sama sekali tidak bisa diutak-atik. Jadi kubawa mentah-mentah tanpa modifikasi.'"
"'Soal petunjuk suara ini... emang nyebelin sih. Kayaknya ini fitur bawaan robotnya. Mau kucek lagi? Biar hapus bagian suaranya.'"
"'Gapapa gapapa gapapa.'"
"Lin Xian melambaikan tangan, tersenyum tipis:"
"'Gini aja bagus. Paling nggak... ada interaksi juga.'"
……
"Setelah itu."
"Lin Xian memasukkan kembali robot VV ke kotak kemasannya, keluar dan naik mobil khusus yang dikemudikan sopir Xiao Li menuju Gedung Perusahaan Rhein."
"Sampai di kantor."
"Dia mengeluarkan kembali robot penyapu lantai VV, menaruhnya di lantai, sambil memandang penuh curiga ke arah si robot itu..."
Keanehan.
Terlalu tidak wajar.
Tidak mungkin ada robot penyapu lantai di pasaran yang memiliki suara peringatan sekonyol ini saat mendeteksi sampah... Kecuali perusahaan ini tidak ingin berbisnis lagi, atau desainernya sengaja membuat ini untuk membalas dendam pada bos.
Ini terlalu bodoh.
Kebodohan yang keterlaluan.
Dulu di mimpi ketiga, saat pertama kali melihat robot tempat sampah yang mengunci pergelangan kakinya, Lin Xian yang biasanya bertemperamen baik pun dibuat jengkel olehnya.
Alasannya adalah panggilan suara yang tak tertahankan ini.
Lin Xian merobek setengah lembar kertas dari buku catatan di meja kerjanya, meremasnya menjadi bola, lalu melemparkannya sembarangan ke lantai.
"Sampah! Sampah! Menemukan sampah!"
Robot penyapu lantai VV bergerak lurus ke arah bola kertas seperti kelinci, kemudian menggulung-gulungkan bola kertas hingga masuk, lalu berhenti di lantai seperti mati.
Untuk saat ini.
Pada diri VV, ada dua hal mencurigakan:
【Pertama, kode penyusunnya telah berubah.】
Meskipun Lin Xian tidak terlalu paham tentang kode-kode ini, dia menghabiskan beberapa bulan menyalin kode VV baris demi baris dari mimpi ketiga...
Dia bisa merasakan kode VV sangat sederhana dan indah.
Kalau disuruh menganalisa kenapa sederhana dan indah, tentu dia tidak bisa menjelaskan, lagipula dia hanya menghafal mati, tapi dia merasa kode VV seperti puisi yang mengalir lancar.
Tapi menurut si kakak berambut halus di dagu, kode ini disebut sebagai tumpukan kode sampah, PR mahasiswa, sama sekali tak berguna.
Siapa yang mengubah kode VV?
Tidak mungkin virus super dari masa depan itu kan?
Pasti tidak mungkin.
Tujuan virus itu adalah membunuh VV dan memiliki intensitas serangan yang ekstrem, VV sama sekali tidak bisa melawan virus kuat itu.
Dalam pertarungan dengan ketimpangan kemampuan seperti ini.
Virus itu seharusnya bisa langsung membunuh VV dalam sekejap, mana mungkin memberi ampun dan melakukan hal rumit seperti mengubah VV jadi idiot?
Lagipula.
Lin Xian sangat paham.
Laptop itu sejak dibawa pulang dari Amerika selalu dalam keadaan kehabisan baterai, dirinya sama sekali belum pernah menyentuhnya.
Jadi...
Secara teori, selain VV sendiri, tidak ada yang punya kesempatan mengubah kode-nya!
Kemudian.
Ada hal mencurigakan kedua:
【Kedua, kalimat andalan VV saat memungut sampah itu adalah ucapan robot tempat sampah VV dalam mimpi ketiga.】
Dirinya pernah menceritakan kisah mimpi ketiga kepada VV.
Agar VV mengetahui latar belakang kelahirannya.
Lin Xian menjelaskannya dengan sangat detail.
Termasuk masa lalu Zhao Yingjun, robot tempat sampah yang mengikat pergelangan kakinya, kalimat-kalimat menyebalkan, password unlock, dll... Semua diceritakan lengkap.
Saat itu VV berkomentar:
"Meskipun kau cerita semua ini, aku tetap tidak bisa berempati. Kejadian yang kau ceritakan bukan pengalamanku, termasuk kota langit, Zhao Yingjun, robot tempat sampah, bagiku ini seperti mendengar novel. Kalau kau maksa bilang aku anjingnya Zhao Yingjun... Sebenarnya aku lebih ingin jadi anjingnya Chu Anqing!"
Makhluk tak berhati nurani ini memang bicara seperti itu.
Tapi.
“Ucapan 'Sampah! Sampah! Menemukan sampah!' itu benar-benar mengganjal di hati.”
“Lin Xian memutar-mutar gulungan kertas lalu melemparkannya lebih jauh.”
“Robot penyapu lantai bergerak lincah seperti kelinci:”
“Sampah! Sampah! Menemukan sampah!”
“Gerakan menelan yang familiar kembali terjadi, memasukkan gumpalan kertas kecil ke kandungannya.”
“Heh.”
“Lin Xian mendengus dingin.”
“Memandangi robot penyapu lantai di kejauhan:”
“Kau masih berpura-pura? Mau berakting sampai upacara penghargaan Oscar?”
“Namun.”
“Tak ada reaksi sama sekali.”
“Membuat Lin Xian mulai ragu akan keyakinannya sendiri...”
“Sudahlah.”
“Dia merasa tak perlu memusingkan hal seperti ini.”
“Jika VV benar-benar sedang berakting, pasti ada alasan di baliknya. Apa pun yang saya katakan, dia tidak akan merespons.”
“Jika VV tidak sedang berakting, dan benar-benar rusak otaknya karena virus...”
“Maka berteriak berkali-kali pun tidak akan berguna.”
“Bagaimanapun juga,”
“Sekali pun yang kembali sekarang adalah robot penyapu lantai VV dengan otak cacat, otak kecil yang atrofi, dan batang otak yang hilang... ini tetap sahabat baiknya yang dulu.”
“Juga rekan seperjuangan yang baik.”
“Asalkan rekan seperjuangan bisa kembali hidup-hidup, itu sudah berkah. Buat apa mempersoalkan kecacatannya?”
“Hm?”
Tiba-tiba,
Lin Xian mendapat ide brilian.
Dia mengangkat robot penyapu lantai dari lantai, memasukkannya kembali ke kotak kemasan, lalu menepuk-nepuknya:
“VV, karena kau sudah jadi orang bodoh, aku akan mengantarmu ke tempat yang semestinya.”
“Barangkali setelah lebih dekat, kau akan paham sebenarnya anjing siapa kau ini.”
Usai berkata demikian.
Dia mengambil kotak hadiah, turun tangga, menuju gedung Perusahaan MX di seberang.
Sudah lama tak berkunjung ke sini.
Mantan rekan kerja di perusahaan menyambutnya dengan ramah:
“Wah Direktur Lin! Sudah Lama Tak Berjumpa! Baru sekarang ingat mengunjungi kami?”
“Mencari Direktur Zhao? Hari ini dia di lantai 22, langsung saja naik.”
“Bawaan apa ini... robot penyapu lantai? Kau memang ahli memberi hadiah! Kantor Direktur Zhao memang butuh ini!”
……
Setelah bertukar salam, Lin Xian naik lift ke kantor Zhao Yingjun di lantai 22.
Terakhir kali di sini, persis sekitar setahun yang lalu.
Saat itu, dia datang menyerahkan surat pengunduran diri pada Zhao Yingjun, namun akhirnya menerima investasi dari Zhao Yingjun dan Chu Shanhe, mendirikan Perusahaan Rhein miliknya sendiri.
Roda takdir mulai berputar sejak saat itu, terus berputar hingga kini.
Brak brak brak.
Lin Xian mengetuk pintu.
Beberapa saat kemudian, suara terkejut Zhao Yingjun terdengar dari bel pintu berkamera:
“Lin Xian? Ada perlu apa?”
Dia langsung membuka pintu berkode, daun pintu ganda tebal terbuka.
Melihat Lin Xian masuk, Zhao Yingjun menengadah:
“Bukannya kau tahu password kantorku? Jangan-jangan karena lama tak datang, jadi lupa?”
“Mana mungkin lupa.”
Lin Xian berjalan menuju meja kerja:
“Saya takut mengganggu pekerjaanmu, jadi saya mengetuk pintu dulu. Juga khawatir di dalam kau sedang berbicara dengan orang lain, jadi tidak nyaman.”
“Tidak ada yang tidak nyaman.”
Zhao Yingjun meletakkan kuas tanda tangan di tangan, duduk tegak di kursi:
“Kalau lain kali kau datang, langsung saja buka kunci password dan masuk. Saya selalu ada waktu.”
Sambil berkata demikian.
Dia memperhatikan kotak kemasan yang dibawa Lin Xian:
“Hari ini langka sekali... ada urusan apa?”
“Aku datang untuk memberimu sesuatu.”
Lin Xian tersenyum, menunjuk robot penyapu lantai di tangannya:
“Kau masih ingat beberapa waktu lalu aku belajar otodidak tentang kecerdasan buatan AI dan bahasa pemrograman komputer?”
Zhao Yingjun mengangguk:
“Itu sudah hampir setahun yang lalu kan? Aku ingat suatu kali ke kantormu, lihat di meja kerjamu penuh buku-buku komputer. Waktu itu kau bilang tertarik meneliti kecerdasan buatan AI.”
“Benar.”
Lin Xian meletakkan kotak di meja teh, membukanya, mengeluarkan robot penyapu lantai sambil menggoyangkannya:
“Setelah itu, aku sendiri meneliti beberapa hal, menulis beberapa program... meskipun masih sederhana dan dasar, tapi cukup untuk menggerakkan robot penyapu lantai.”
Dia meletakkan robot penyapu lantai di lantai.
Lalu meremas kertas menjadi bola, melemparnya dari meja teh ke samping meja kerja Zhao Yingjun.
“Sampah! Sampah! Terdeteksi sampah!”
Robot penyapu lantai itu berteriak kencang, mengerahkan seluruh tenaga kudanya, berputar dengan sikat berbentuk salib dan meluncur lurus ke arah gumpalan kertas kecil, lalu menggulung-gulung gumpalan kertas itu masuk ke dalam kandungannya, berdiam tak bergerak di situ.
"Bagaimana?"
Lin Xian menengadah memandangi Zhao Yingjun:
"Cukup pintar, kan?"
“……”
Zhao Yingjun tampak kehabisan kata.
Terlalu banyak celaan yang bisa diberikan, sampai-sampai dia bingung harus mulai mencela dari mana.
Setelah merapikan alur pikirannya, perlahan dia berkata:
"Begini... mengingat kamu belajar pemrograman dari nol secara otodidak, bisa menulis program penggerak robot penyapu lantai seperti ini... memang sudah sangat hebat."
"Tapi... apa kamu belum pernah menggunakan produk robot penyapu lantai? Biasanya alat ini tidak perlu berlari secepat itu, membersihkan perlahan justru lebih bersih. Dan... apakah dia harus berteriak-teriak seperti itu? Apa tidak ada mode senyap?"
"Sebenarnya, bukannya robot penyapu lantai memang seharusnya menggunakan mode senyap? Apa dia perlu memberitahu seluruh jagat saat mengambil sampah?"
Sudah jelas terlihat.
Zhao Yingjun tidak sepenuhnya memahami alur kerja robot penyapu lantai ini.
"Hmm... ini bisa dibilang fitur interaksi unik."
Lin Xian menjelaskan:
"Lagipula orang biasa tidak akan terus-menerus membuang barang ke lantai. Jadi kecuali memang sengaja ingin berinteraksi dengannya, dia tidak akan berisik seperti ini."
"Saat sedang membersihkan secara normal, dia tetap cukup sunyi."
Zhao Yingjun mengangguk penuh arti.
Berinteraksi dengan robot penyapu lantai...
"Fitur yang menarik."
Dia berkata jujur.
Lalu menengadah, tersenyum kecut:
“Bagaimanapun juga, ini adalah program kecerdasan pertama dalam hidupmu yang diselesaikan secara mandiri, masih layak untuk dirayakan.”
“Terima kasih karena mau menghadiahkannya padaku, aku merasa benda ini sangat bernilai kenangan. Mungkin kebangkitan kecerdasan buatan Perusahaan Rhein dimulai dari robot penyapu lantai yang imut-imut kaku ini.”“Jadi... sebagai saksi masa depan gemilangmu, hadiah ini kuterima dengan penuh kehormatan. Ngomong-ngomong, tidakkah kau berniat memberinya nama? Ini akan menambah nilai kenangannya.”
Lin Xian terkekeh pendek:
“Namanya sudah lama kupikirkan——”
“【VV】。”
Hm?
Zhao Yingjun mengangkat alis:
“VV? Anjing Pomeranian-ku itu?”
“Ya.”
Lin Xian mengangguk:
“Tidakkah kau merasa mereka berdua mirip? Sama-sama kecil, menggemaskan, dan berwarna putih.”
Tiba-tiba.
Zhao Yingjun tersadar:
“Oh...”
Dia teringat cerita di awal tahun ini, sehari setelah ulang tahunnya, saat Lin Xian menyalakan kembang api di kastil Disney untuknya.
Saat itu Lin Xian berkata, dia baru-baru ini bermimpi.
Bermimpi anjing Pomeranian VV berubah menjadi tempat sampah, lalu dirinya berubah menjadi patung giok putih, katanya tempat sampah dan patung giok putih saling menjaga selama ratusan tahun.
“Apakah mimpi yang kau alami sebelumnya yang memberimu inspirasi?”
Zhao Yingjun merasa logikanya menyambung:
“Dulu saat kita berdua pergi ke Disneyland malam itu, kau cerita padaku bahwa kau bermimpi, di dalam mimpi itu VV berubah menjadi tempat sampah.”
“Apakah karena hal ini... kau berniat menamai robot penyapu lantai ini VV?”
Meski kedua hal ini sama sekali tidak berkaitan.
Tapi saat ini kebetulan seperti menyambung dengan rapi:
“Kurang lebih begitu.”
Lin Xian menjawab asal-asalan:
“Biarkan ia membantumu membersihkan kantor sehari-hari, akan menghemat banyak waktumu.”
“Ngomong-ngomong tentang Disneyland.”
Tiba-tiba ia teringat janji sebelumnya pada Yan Qiaoqiao.
Mengangkat pergelangan tangan kiri, melirik jam tangan pintar:
“Besok lusa sudah Hari Anak-Anak, janji dengan Qiaoqiao sebelumnya... jalan-jalan ke Disneyland, adakah perubahan pada Qiaoqiao?”
Saat membicarakan Qiaoqiao.
Ekspresi Zhao Yingjun seketika menjadi lembut, menutup tutup pena:
“Qiaoqiao... dia setiap hari sangat menanti-nanti, terus menghitung hari, bahkan mengeluh padaku, kenapa waktu berjalan begitu lambat, belum juga tanggal 1 Juni.”
“Tiket sudah kubeli, juga sudah reservasi sebelumnya, jalur VIP pun tidak masalah... tidak ada kesibukan di sana kan Lin Xian? Qiaoqiao sekarang setiap hari menyebut namamu berkali-kali. Bahkan bilang... bilang...”
Ia menjilat bibir, berkata dengan lembut:
“Dia bilang berada di dekatmu memberinya rasa tenang, seperti... ayah kandungnya sendiri.”
“Begitu ya.”
Lin Xian tersenyum:
“Aku merasa tersanjung, pujian dan pengakuan seperti ini baru pertama kali kuterima sepanjang hidupku.”
“Saya berpikir, mengingat hari itu adalah Hari Anak, apakah lebih baik aku menyiapkan hadiah untuk Qiaoqiao? Lagi pula anak kecil... mungkin semua suka menerima hadiah ya?”
Zhao Yingjun bersandar di kursi, terkekeh pendek:
“Bukan hanya anak kecil, tidak ada orang yang benci mendapat hadiah.”
Lin Xian memiringkan kepalanya.
Kok seperti ada makna tersirat dalam perkataannya?
Lalu mencoba bertanya:
“Bagaimana kalau... aku siapkan juga untukmu?”
Zhao Yingjun tertawa geli, mengusap pelipisnya:
“Aku bukan anak kecil, buat apa kau siapkan untukku.”
“Dan lagi...”
Dia menunduk memandangi perutnya yang rata, tersenyum penuh arti:
“Aku sudah menerima satu 【hadiah besar】.”
Lin Xian berkedip cepat.
Memandang ke sudut ruangan tempat robot penyapu lantai VV sedang beroperasi otomatis.
Ini...
Cuma robot penyapu lantai biasa.
Masuk kategori hadiah besar?
……
Pulang ke rumah.
Waktu masih pukul empat setengah sore.
Soal menghidupkan kembali VV, untuk sementara sudah ditangani - atau belum tuntas, biarlah urusan itu di tangan Zhao Yingjun dulu.
Lagipula dengan kemampuan saat ini, Lin Xian tak bisa membantu VV.
Apalagi...
Ada hal lebih penting yang harus segera dilakukan.
Pertama, segera menyusun 《Rencana Koreksi Sejarah》 sesuai permintaan tes kedua Klub Jenius: mementaskan koreksi sejarah seagung mungkin untuk lolos ujian kedua dan menghadapi tes terakhir.
"Kedua, cepat tidur, masuk ke mimpi, periksa bagaimana bentuk dunia mimpi sekarang."
Mengingat nilai pada Zhong Ruang-Waktu telah berubah dari 0.0000042 menjadi 0.0000084.
Maka mimpi dirinya sendiri.
Pasti akan berubah dari mimpi kelima ke mimpi keenam.
Sebenarnya semalam sudah tak sabar ingin masuk melihat, tapi karena berbagai kesibukan tak sempat. Sekarang akhirnya bisa mengeksplorasi.
Menyantap makanan sederhana untuk mengisi kandungan.
Lin Xian selesai mandi, berganti piyama, menutup mata sebelum senja, memasuki dunia mimpi.
……
……
Brak! Gemeretak! Klik! BOOM!
Jangan harap ada angin musim panas yang familiar.
Angin pun enggan bertiup!
Lin Xian merasakan panas menyengat di seluruh tubuh dengan keringat bercucuran, lebih menyiksa suara mesin dan batu bertabrakan di dekat telinga.
Terlalu berisik.
Gendang telinga hampir tak tahan.
Ada keluarga yang sedang renovasi?
Lin Xian membuka mata——
Ternyata.
Dunia mimpi berubah sesuai janji.
Tapi!
Tempat apa ini sebenarnya?
Kok banyak sekali orang!
Dan lagi...
Orang-orang di sekeliling bertelanjang dada, kulit hitam legam, pakaian compang-camping hanya berupa kain lusuh.
"Ini sedang apa? Lokasi konstruksi?"
Lin Xian memutar keperawanan, melihat sekeliling.
Menyadari tempat ini memang mirip lokasi proyek.
Tapi.
Bukan lokasi konstruksi.
Melainkan [lokasi penggalian]!
Saat ini dia berada di dalam lubang besar yang dalam, perkiraan mata luasnya setidaknya sepuluh lapangan sepak bola……
Lubang tanah ini benar-benar terlalu besar.
Buat apa menggali lubang sebesar ini?
Selain besar, lubang ini juga sangat dalam.
Lin Xian seperti katak di dasar sumur menengadah, selain sepetak langit persegi panjang di atas kepala, tak ada pemandangan permukaan tanah yang terlihat.
Lubang raksasa tempatnya berdiri ini diperkirakan memiliki kedalaman 40-50 meter.
"Ini mau apa sih sebenernya?"
Sebelumnya, baik terlahir di kota, hutan, atau lubang kotoran di bawah Kota Langit, tak pernah sebingung ini.
Setidaknya dalam mimpi-mimpi sebelumnya selalu ada proses penerimaan, perlahan dia tahu di mana berada dan harus berbuat apa.
Tapi masuk mimpi kali ini terlalu mendadak.
Rasanya langsung dipaksa masuk ke peran, dikelilingi buruh yang sibuk bekerja.
Ada yang mengangkut peralatan;
Ada yang membersihkan batu;
Lebih banyak lagi orang menggunakan sekop untuk menggali ke bawah.
Mengerahkan begitu banyak orang untuk menggali lubang……
Sebenarnya sedang menggali apa?
Persis saat Lin Xian penuh tanya.
Angin menderu, sebuah telapak tangan berlumpur menampar punggung Lin Xian:
"Masih berani melamun di sini, Saudara! Cepat kerja! Nanti dicambuk lagi!"
Suara yang familiar ini……
Lin Xian menoleh.
Benar saja melihat sosok agung yang pernah mengalahkan Kupu-Kupu Ruang-Waktu, menaklukkan Tiang Milenium, menguasai Sungai Panjang Ruang-Waktu——
"Kak Muka?"
“Aoww!!”
Dalimao mengeluarkan jeritan kesakitan.
Di belakangnya terlihat seorang pria kurus berpakaian rapi dengan pistol di pinggang, sambil mengumpat mencambuk Dalimao:
“Cepetan kerja! Siapa yang ngizinin lu nganggur!”
“Siap! Siap!”
Dalimao membungkuk-bungkuk meminta maaf, lalu menarik Lin Xian ke samping dan memaksakan sekop padanya, menggeram:
“Gara-gara lu nih, bikin aku kena cambuk! Cepet gali! Kalau hari ini bagian ini nggak kelar, malem kita semua nggak makan! Bakal dipukul lagi!”
Setelah berkata demikian.
Dalimao langsung mulai menggali tanah dengan panik.
Lin Xian pun menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Ikut menggali tanah bersama Dalimao.
Sambil bertanya:
“Kak Muka, kalian lagi gali apa sih? Kok kali ini kamu bisa sengsara begini, kayak budak... Celana dalem apa yang kamu pakai ini? Nggak nutupin apa-apa, goyang-goyang gitu.”
“Sssttt——”
Wajah Dalimao pucat ketakutan, matanya liar melihat sekeliling, menatap tajam Lin Xian:
“Berani-beraninya ngomong keras-keras! Nanti ketahuan lagi kita dicambuk!”
Lin Xian sementara diam.
Memandang sekeliling...
Ia menyadari semua pekerja tambang di sini kondisinya mirip Dalimao.
Setiap orang terlihat kelelahan tapi tak berani berhenti, terus bekerja dengan gigih.
"Kulit mereka benar-benar hitam karena terbakar matahari."
"Bahkan sebagian besar sudah pecah-pecah karena terpapar sinar matahari."
"Yang lebih mengerikan lagi..."
"Setiap orang memiliki bekas luka yang bervariasi, terkoyak dan berdarah, jelas bekas hukuman cambuk."
"Pantasan Dalimao begitu ketakutan."
"Bukankah kondisi orang-orang ini persis seperti buruh kasar dan budak?"
"Kalau berani beristirahat sebentar saja."
"Langung dihajar dengan cambuk!"
"Kalau berbuat lebih parah lagi."
"Mungkin dipukul setengah mati, bahkan dibunuh langsung!"
"Lin Xian menyadari ketatnya tata krama di 【situs penggalian】ini, lalu mendekat dan bertanya pelan:"
""Kak Muka, kalian sedang menggali apa ini? Eh... maksudku kita sedang menggali apa?""
"Lin Xian tersadar."
"Dia juga bagian dari kelompok budak ini."
"Titik kelahiran ini memang kurang baik, begitu masuk mimpi, status sosial langsung terkunci."
""Hantu saja yang tahu apa yang kita gali!""
"Dalimao mengusap keringat di alutnya:"
""Gali saja lah!""
""Apa kita menggali baterai nuklir mini?" tebak Lin Xian."
""Masa segitu susahnya cari barang begituan!""
"Dalimao mendengus:"
""Baterai nuklir mini ada di mana-mana, kalau cuma gitu enak, kami tidak akan sengsara begini!""
"Lin Xian semakin bingung:"
""Lalu sebenarnya ini sedang melakukan apa?""
""Aku juga nggak tau!""
"Dalimao menatap dengan wajah polos nan jernih:"
""Mereka suruh gali, ya kita gali aja!""
""Baiklah baiklah.""
"Lin Xian melambaikan tangan."
"Tampaknya, tidak mungkin mendapatkan informasi apapun dari mulut Dalimao."
"Bagaimana dengan penasihat militer?"
"Apakah penasihat militer masih ada dalam mimpi ini?"
"Lin Xian menyekop tanah lagi, mendekati Dalimao:"
"'Bagaimana dengan Azhuang?'"
"'Wah, kau masih ingat Azhuang? Bukankah dia sudah lama dibunuh oleh mandor?'"
"'Er Zhuzi?'"
"'Ah... jangan ditanya. Kalau saja dia tidak melirik istri mandor berkali-kali, kita tidak akan dicambuk semua.'"
"'Lalu di mana Er Zhuzi sekarang?'"
"'Sudah lama dipotong-potong mandor dan diberi ke anjing! Mana mungkin masih ada... bahkan tahinya sudah hilang!'"
"'San Pang?'"
"Lin Xian mengangkat tangan pasrah:"
"'San Pang yang jujur dan baik hati ini, singkatnya pasti tidak melakukan kesalahan apapun kan?'"
"'Hmph.'"
"Dalimao mendengus dingin:"
"'San Pang terlalu banyak bicara saat mandor menghukum Er Zhuzi, ikut dikasih ke anjing.'"
“……”
"Lin Xian merasa agak kasihan."
"Tampaknya Geng Wajah hampir punah seluruhnya."
"Hanya tersisa Dalimao si komandan tunggal tanpa pasukan."
"'Li Cheng, Li Ningning, kau kenal?'"
"Dalimao menggelengkan kepala kesal:"
"'Sih itu siapa?! Aku cuma mau gali tanah dan makan! Bisakah kau berhenti mengganggu aku! Yang dicambuk itu aku bukan kau!'"
"'Aku kan sedang menggali juga!'"
"Lin Xian merasa dirinya sudah sangat kooperatif dengan Dalimao."
“Ini adalah kali tercepat dirinya masuk ke dalam peran sejak beberapa kali masuk ke mimpi. Baru sebentar ini sudah menyekop banyak tanah. Diri sendiri yang dulu adalah warga baik bintang lima, kapan pernah mengalami kesalahan seperti ini?”
“Ini sepenuhnya hanya untuk mengorek informasi saja.”
“Lalu di area ini apakah benar-benar ada orang yang paham?”
Lin Xian juga merasa getir, Dalimao ini tiga kalimat bertanya tak mengeluarkan secuil informasi:
“Adakah yang tahu sebenarnya kita sedang menggali apa?”
“Sedang menggali 【Turing】.”
Tiba-tiba.
Seorang pria dewasa berkulit legam di sebelahnya, bertubuh tinggi besar dengan fitur wajah tegas, berkata dengan lembut:
“Ini sudah berganti beberapa lokasi penggalian. Mereka sedang menggali 【Turing】, konon sesuatu yang sangat hebat, seluruh suku di dunia sedang mencarinya.”
？
Pria ini sepertinya sangat memahami worldview.
Lin Xian hendak mendekat untuk bertanya.
Dalimao menyeringai sinis:
“Wah, ini kan si sialan, pengetahuanmu lumayan banyak!”
Pria yang dipanggil sialan itu mengerutkan alut, menatap Dalimao:
“Dalimao, kuharap kau lebih sopan. Jangan panggil aku sialan, aku punya nama.”
“Wah!”
Dalimao berteriak:
“Kau sih sudah memanggilku Dalimao, masih mau kusebut namamu? Dasar orang tak tahu aturan!”
Usai berkata.
Dengan ekspresi mengejek, dia bercerita sambil tertawa pada Lin Xian:
“Saudara, kau tak tahu betapa sialnya si sialan ini.”
“Dia sama sekali bukan orang dari era ini! Waktu kami menggali di lokasi proyek sebelumnya, kebetulan menemukan basis penyimpanan bawah tanah cabin hibernasi!”
“Sebagian besar cabin hibernasi hancur dalam bencana super besar tahun 2400, hanya miliknya yang masih berfungsi sempurna!”
“Terus tebak apa yang terjadi? Hahaha... Mandor langsung mengikatnya untuk bekerja. Kasihan kan? Lebih baik mati bersama yang lain!”
“Waktu mandor merampas barang-barang, kotak penyimpanan si sialan juga diambil. Dia tidak bisa melihat catatan sebelum hibernasi, tidak tahu masa lalunya, sama sekali tidak mengenali diri sendiri... Bahkan nama pun cuma tahu waktu dimarahi mandor!”
“Udah sial begini masih tidak mau dipanggil si sialan... Aduh!!”
Cambuk kembali mendarat.
Dalimao menjerit seperti babi.
“Kerja! Gali tanah!!”
Pengawas berseragam meneriaki, menyambit Dalimao dua kali sebelum pergi.
Dalimao menyeringai.
Muka memerah.
Tak berani bersuara.
Menunduk menggali tanah.
Lin Xian mendekati pria yang dijuluki "si sialan".
Usianya sekitar belasan tahun lebih tua dari Lin Xian.
Jelas lebih pintar dari Dalimao, informasi yang dimilikinya juga lebih banyak.
Dengan sopan bertanya:
“Kakak, boleh tahu namanya?”
“Akademisi Gao Wen.”
Pria itu menyekop segenggam tanah, menatap Lin Xian:
“Saya tidak memiliki ingatan apapun sebelum hibernasi, juga tidak sempat melihat buku catatan yang ditinggalkan, tidak jelas apakah nama ini benar adanya.”
“Tapi dibandingkan julukan sialan yang mereka berikan, saya jelas lebih berharap kalian menghormati saya dengan memanggil nama ini——”
“Gao Wen.”
