Pukul 11 siang.
Lin Xian pulang sambil membawa dua tas kecil di tangannya.
Ini hadiah Hari Anak yang dibelinya untuk Yan Qiaoqiao dan Zhao Yingjun.
"Hmm……"
Meski agak aneh memberi hadiah Hari Anak untuk Zhao Yingjun yang sudah berusia seperti ini, sebenarnya ini hanyalah alasan untuk memanfaatkan momen Hari Anak - sambil memberi hadiah ke Yan Qiaoqiao, sekalian memberi Zhao Yingjun bagiannya juga.
Hubungan antara dia dan Zhao Yingjun memang agak.
Zhao Yingjun selalu merasa berterima kasih pada Lin Xian, seolah dia banyak berutang pada Lin Xian;
Sementara dari perspektif Lin Xian, justru merasa dialah yang banyak berutang pada Zhao Yingjun.
Kedua belah pihak saling berutang.
Entah uang dan rasa bakti ini diuntungkan oleh siapa……
Setelah menyantap makan siang sederhana.
Lin Xian melirik jam dinding di ruang tamu:
11:47
Saatnya mempersiapkan diri untuk tidur.
Semakin cepat masuk ke mimpi, semakin cepat bisa bekerja keras.
Soalnya besok Hari Anak Internasional, harus pergi ke Disneyland bersama Yan Qiaoqiao dan Zhao Yingjun, tidak akan ada kesempatan untuk masuk ke mimpi.
Hargailah hari yang utuh ini.
"Masih ada 37 hari menuju 7 Juli. Semakin cepat menyelesaikan mimpi dan menjawab soal ujian Klub Jenius…… mungkin bisa mempercepat penyelesaian krisis hukuman mati."
Setelah mandi, Lin Xian berbaring di ranjang.
Masuk ke alam mimpi.
……
……
……
"Aaaah!"
Dalimao mengaum kesakitan akibat cambukan, suaranya menggema sepanjang musim panas.
Sinar matahari siang tanggal 28 Agustus 2624 menyinari tubuh setiap budak pekerja berkulit legam, membuat keringat mereka berkilau seperti telur asin yang licin.
Lin Xian telah memanggil Dalimao dan Akademisi Gao Wen ke sudut yang tak terlihat pengawas, lalu mulai menjelaskan panjang lebar.
"Aku mengerti."
Akademisi Gao Wen menyimpulkan:
"Maksudmu, untuk mengambil kembali《buku catatan memori》-ku, kekuatan fisik kita berberapa saja tidak cukup... Bahkan dengan bantuan gadis bermata biru yang kau sebut 'The Terminator' itu. Suku Lynx memiliki persenjataan lengkap, dalam pertempuran terbuka kita tak punya keunggulan. Gadis itu pun takkan sanggup menahan hujan peluru."
"Jadi skema terbaik saat ini adalah: pertama kita manfaatkan kekuatan gadis bermata biru untuk kabur dari kendali Suku Lynx. Lalu pergi ke Suku Beruang Abu untuk menemukan komputer Turing, berkomunikasi dan bernegosiasi hingga tercapai aliansi kerjasama. Pada akhirnya... kita serang balik untuk melenyapkan Suku Lynx dan merebut kembali《buku catatan memori》-ku."
Lin Xian mengangguk.
Ia mengacungkan jempol ke Akademisi Gao Wen:
"Tepat! Kesimpulanmu sempurna, menghemat banyak waktu penjelasan dan omong kosong."
Kemudian menoleh ke Dalimao:
"Kak Muka, ada pertanyaan lagi?"
Dalimao menggelengkan kepala, otot wajahnya yang berkerut bergerak mengikuti inersia:
“Otak saya tidak bisa menampung banyak hal. Sebagian besar ucapanmu masuk telinga kiri keluar telinga kanan, tapi... saat kau bilang akan membunuh balik untuk balas dendam, saya tak perlu pusing lagi!”
“Saya hidup dalam kebodohan menunggu sekian lama, hanya untuk kesempatan membalas dendam bagi keluarga dan teman! Sekarang akhirnya datang, tentu saya setuju sepenuh tangan!”
Usai berkata demikian.
Dalimao mengangkat kedua tangan seperti menyerah:
“Jadi saya usul, rencana kita ini bisa dinamai——《Rencana Kunjungan ke Turing Setelah Kabur Penjara Lalu Membunuh Balik》!”
“Tak masalah.”
Lin Xian menepuk bahu Dalimao:
“Memang kau, yang kami butuhkan adalah talenta jujur dan terbuka sepertimu.”
Setelah itu.
Tiga Orang merancang taktik spesifik.
Selama tiga tahun lebih, Akademisi Gao Wen berlatih sabar, mengamati segala arah, terus belajar sambil mengingat pola patroli di area galian:
“Setiap hari sekitar pukul 10 pagi dan 4 sore, mandor akan mengendarai mobil lapis baja ke area galian. Itu satu-satunya kesempatan kita menyentuh kendaraan.”
“Asal bisa merebut mobil itu, kita bisa meluncur keluar melalui lereng... Jarak galian ini dari markas Suku Lynx cukup jauh, laporan rahasia dan pengiriman pasukan bantuan tak akan sempat. Saat mereka datang, kita sudah jauh mengendarai mobil baja.”
“Asalkan kita bisa membajak mobil lapis baja anti peluru itu, tidak perlu takut dengan kekuatan api yang ditempatkan di sini. Senjata mereka tidak bisa menembus baja mobil lapis baja itu. Ini adalah satu-satunya kesempatan kita untuk melarikan diri dari sini.”
“Tapi masalahnya... mobil lapis baja itu sangat kokoh, baja dan pelat besinya sangat tebal, bisa melindungi dari musuh tapi juga menghalangi kita. Dengan senjata dan kemampuan kita saat ini, mustahil merusak kendaraan itu. Aku tidak tahu cara membajak mobil lapis baja itu.”
Lin Xian mencatat dengan diam-diam waktu pukul 4 sore ini.
Masih ada waktu.
Kecepatan gadis bermata biru dalam cabin hibernasi untuk sadar dan memulihkan stamina jauh lebih cepat dari manusia normal, mungkin ini keunggulan dari penguatan obat dan editan gen.
Sekarang baru sekitar pukul 1 siang.
Segera menggali pangkalan hibernasi bawah tanah, lalu melaporkan ke pengawas, masuk ke pangkalan untuk membangunkan cabin hibernasi – semuanya masih bisa dicapai.
“Kalau begitu...”
Lin Xian menengadah, memandangi lembah dan puncak IQ manusia di sekitarnya:
“《Rencana Mengunjungi Turing Setelah Kabur Lalu Kembali Membunuh》... Mulai!”
Seketika itu juga.
Tiga orang mengangkat sekop dan berlari ke arah timur laut area penggalian.
Lin Xian ingat jelas letak pintu gerbang pangkalan hibernasi bawah tanah. Dengan membawa dua orang, setelah beberapa kali penggalian, tiba-tiba sekop berdentang mengeluarkan percikan api – berhasil menemukan!
Dalimao langsung merangkak sambil bergegas, memanggil teman-temannya:
“Ketemu! Ketemu! Ayo lihat semuanya! Harta karun digali!”
"Semakin banyak budak pekerja ilegal berkumpul, melihat harapan kebebasan, berkerumun bersama-sama menggali dengan ganas, dalam hati terus berdoa ini pasti ruang server bawah tanah komputer Turing... Asalkan Suku Lynx mendapatkan komputer Turing, pasti mereka akan dilepaskan."
Hasilnya.
Tidak sesuai harapan.
Yang tergali justru pangkalan hibernasi bawah tanah, kerumunan sangat kecewa, hanya Lin Xian, Dalimao, dan Akademisi Gao Wen yang mengusap-usap tangan penuh antisipasi.
Kejadian selanjutnya, karena sudah merupakan gladi kedua, semua berjalan mulus.
Ketiganya memasuki pangkalan cabin hibernasi, langsung menuju cabin hibernasi Gadis Bermata Biru, Dalimao menyalakan program paksa pembangunan dengan suara 'di-di-di', melihat tampilan waktu:
"Kira-kira 1 jam lagi dia akan benar-benar sadar, kamu yakin kita harus membawa gadis kecil ini menerobos kepungan? Dia terlihat sangat lemah, lengan dan kaki ramping."
Lin Xian tersenyum tipis.
Menggelengkan kepala:
"Jangan meremehkannya. Meski belum tahu status aslinya, tapi besar kemungkinan dia adalah pembunuh bayaran ruang-waktu yang dulu kukenal... Untungnya dia kehilangan ingatan karena hibernasi, kalau tidak hal pertama yang dilakukan pasti memenggal kepalaku."
"Kita sangat butuh kekuatan tempurnya, tapi syaratnya kita harus bisa membujuknya bergabung."
Dalimao mendengar ucapan Lin Xian, masuk telinga kiri keluar telinga kanan, langsung mengunci kalimat terakhir:
"Lalu bagaimana cara kita membujuknya?"
“Waktu Si Orang Malang terbangun, saya tidak banyak bicara dengannya. Langsung menariknya untuk menggali tanah. Saat itu otaknya masih kosong dan tidak tahu apa-apa, hanya mengikuti kami menggali secara mekanis dan mati rasa... Lama-kelamaan dia pun menerima kenyataan.”
Lin Xian mengangguk:
“Begitulah gejala amnesia. Saya pernah baca laporan terkait. Orang yang benar-benar kehilangan ingatan awalnya akan menolak segala sesuatu di sekitarnya secara naluriah - tidak percaya apapun, menyangkal segalanya.”
“Ini bentuk perlawanan alami untuk melindungi diri. Artinya, semakin kau beri tahu sesuatu, semakin dia tidak percaya. Semakin kau jelaskan posisimu, semakin dia menolak.”
Otak Dalimao mulai kepanasan.
Mengangkat tangan pasrah:
“Terus gimana dong? Nggak bisa ngomong langsung, apa harus dibalik-balik?”
Di samping mereka.
Kaisar Gao Wen menganalisis ucapan Lin Xian dengan serius, logika berpikirnya semakin jelas:
“Hmm... Saya teringat bagaimana dulu saya bisa menerima status budak hitam begitu saja. Karena saat bangun dari hibernasi, otak saya kosong - tidak punya worldview atau nilai dasar, tidak tahu mana benar dan salah.”
“Dan yang terpenting, sama sekali tidak ada yang memberi penjelasan. Dalimao langsung menyuruh saya keluar, memberikan sekop, lalu asyik menggali sendiri.”
“Saya tertegun berdiri di situ, tak tahu harus berbuat apa. Melihat semua orang sedang menggali tanah, saya pun merasa harus ikut menggali. Maka secara refleks saya mengikuti mereka menggali... perlahan menjadi sama... menerima kenyataan ini, seolah tujuan hidup saya hanyalah untuk menggali tanah.”
“Belakangan saya tentu memahami semua ini, tapi itu setelah proses kognisi yang panjang. Di hari-hari awal setelah terbangun, otak sama sekali tak mampu berpikir rumit. Intuisi saja—apa yang dilakukan orang lain saya ikuti, tiru semua perilaku mereka. Ini semacam efek psikologis aneh... Bagaimana merangkumnya? Yaitu...”
“【Efek Konformitas】.”
Lin Xian menyebutkan istilah psikologi untuk Akademisi Gao Wen:
“Bukan hanya orang amnesia yang mengalami konformitas. Dalam kenyataan, sebagian besar manusia memiliki kecenderungan ini. Gejalanya... Individu terpengaruh kelompok hingga meragukan/mengubah pandangan, penilaian, dan tindakannya sendiri demi menyamai orang lain. Inilah yang disebut 'ikut arus'.”
“Mayoritas manusia di dunia tak bisa mempertahankan independensi. Sebab konformitas adalah mekanisme perlindungan diri dalam naluri manusia... Mengikuti apa yang dilakukan orang lain adalah pilihan paling aman.”
“Jika semua orang di jalan menengadah ke langit, tak bisa tidak kau akan ikut melihat ke atas. Jika di suatu tempat semua orang menutup hidung sambil bilang bau, kau pun akan merasa bau... meski sebenarnya tak mencium apa-apa.”
“【Semakin banyak informasi penting yang hilang, semakin mudah seseorang menuruti dan ikut-ikutan secara membabi buta... Poin ini sangat berguna untuk pasien amnesia yang baru bangun dari hibernasi; tanpa perlu perintah, arahan, atau pendidikan apapun, cukup melalui pembiasaan halus, dia akan menerima pengaturan yang relevan.】”
……
Melihat Lin Xian dan Akademisi Gao Wen berbicara bahasa yang tidak dimengerti seperti kitab langit, Dalimao merasa kepalanya terasa panas seperti terbakar:
“Berhenti, berhenti, berhenti!!”
Dia buru-buru memberikan gestur agar keduanya diam:
“Jangan bicara hal-hal rumit! Bisa tidak kalian berdua bicaralah yang manusiawi? Jangan berfilsafat, langsung kasih tahu aku harus bagaimana nanti.”
Lin Xian menunjuk ke lapangan kosong di belakang ketiganya, memberi instruksi:
“Nanti kamu tidak perlu melakukan apapun. Cukup lipat lengan, pasang wajah menyeringai dengan ekspresi 【sudah seharusnya begitu】 dan 【memang sudah semestinya】 di belakangku. Ingat, jangan bicara apapun, cukup muka masam saja.”
“Saat gadis ini bangun, dia akan menendang kaca tempered hingga terlempar. Saat itu jangan teriak histeris seperti hantu, tetap tenang, tunjukkan aura penguasa yang sama sekali tidak peduli... Lihat tempat yang kutunjuk? Nanti kaca itu akan jatuh di sini, sementara kita berdiri di sebelah cabin hibernasi sehingga benar-benar aman, tidak akan tertimpa.”
“Jadi jangan berteriak histeris ya, tetap tenang. Dalam pertunjukan penipuan kali ini, yang paling kukhawatirkan adalah kamu.”
Hah!
Dalimao meludah:
"Menganggap remeh siapa! Kenapa kau tidak bicara sebanyak ini dengan si sial? Ngomong soal Teriakan Hantu, masa aku benar-benar bisa jadi hantu? Hari ini akan kubuktikan betapa kerasnya mulut Dalimao ini!"
"Jangan bicara soal kaca itu nggak bakal kena aku. Kalaupun kena, satu huruf pun aku nggak bakal bacot!"
Akhirnya.
Lin Xian dan Akademisi Gao Wen memverifikasi rencana sekali lagi.
Inti strateginya adalah...
Jangan banyak bicara dengan Gadis Bermata Biru yang baru terbangun.
Lagipula dia dalam kondisi kehilangan ingatan. Saat otak masih kosong begini, seseorang hampir tidak punya ruang berpikir selain mengandalkan naluriah - benar-benar tidak mengerti apa-apa.
Cukup hujani dia dengan bom informasi beruntun sampai linglung, lalu tunjukkan ekspresi [memang sudah seharusnya begitu] sambil memanfaatkan efek konformitas.
Hal-hal sederhana tidak perlu dibuat rumit.
Lin Xian sudah menyusun skenario sebelum masuk ke mimpi. Dalimao dan Akademisi Gao Wen hanya perlu menjadi latar belakang palsu yang baik.
Melirik jam tangan.
Yan Qiaoqiao sebentar lagi akan membuka mata. Setelah sadar, paling cuma beberapa menit sebelum dia menendang cabin hibernasi. Tiga Orang harus segera masuk ke "mode akting".
Lin Xian melambaikan tangan.
Ketiganya mengambil posisi.
Satu di depan, dua di belakang, berdiri tegak di depan cabin hibernasi gadis itu dengan tangan terlipat dan wajah masam.
……
Beberapa saat.
Gadis dalam cabin hibernasi perlahan membuka mata.
Dia menarik napas dalam-dalam, merasakan paru-parunya terisi penuh seperti belum pernah sebelumnya, mengembang, seolah lama tak merasakan kelegaan seperti ini.
Penglihatan perlahan pulih, pendengaran mulai jelas.
Dia menoleh.
Memandangi luar kaca pelindung, tampak tiga sosok tak bergerak bagaikan patung, berdiri kaku di sana tanpa bicara.
Siapa?
Sedang apa?
Dirinya sendiri siapa?
Ingin menggerakkan tubuh tapi tak bisa mengontrol anggota badan sama sekali.
Sesak.
Tempat ini sangat menyesakkan.
Ingin keluar.
Tiba-tiba, layar di atas matanya mulai menampilkan ikon, suara dalam bahasa yang bisa dipahami terdengar:
"Gerakkan bola mata, lihat pola ini."
Dia mengikuti petunjuk suara tersebut.
"Gerakkan bola mata ke arah yang ditunjuk ikon."
Dia menggerakkan bola matanya.
"Coba regangkan kaki kanan sekuat mungkin."
BOOM!!!
Dentuman keras menggema.
Bodi kaca tempered raksasa di atas kepala langsung pecah berantakan, retakan seperti jaring laba-laba menyebar ke segala penjuru, seluruh panel kaca terjungkal ke langit-langit bagai kain lapuk, lalu setelah benturan keras menghantam lantai dengan suara dahsyat lagi.
Dia tak tahu di mana ini, siapa dirinya.
Tapi jelas cabin hibernasi ini membuatnya tak nyaman, maka tangan kanannya mencengkeram tepi bodi, bangkit melompat keluar.
Telapak kaki telanjang menyentuh bumi.
“Di tengah kabut putih yang mengepul dari motor, dia melihat tiga sosok tinggi besar berdiri tegak tepat di hadapannya!”
“Meskipun ada gerakan besar seperti menendang kaca tadi, ketiganya tetap diam tak bergerak, gagah dan tegas!”
“Hal ini membuat sang gadis sedikit panik.”
“Mundur selangkah, tak tahu siapa sebenarnya trio ini, hendak mengajukan pertanyaan tiba-tiba——”
“Agen tingkat tiga, Yan Qiaoqiao.”
Tiba-tiba.
Lelaki tinggi yang paling depan di antara kabut, sosoknya tegak lurus, suara beratnya bergema:
“Sudah lama menunggumu, segera kembali ke tim, jalankan misi!”
Suara lelaki itu tegas namun tanpa paksaan atau perintah, semuanya terasa alamiah dan wajar.
Gadis itu berkedip secepat kilat, mulai mencerna segudang informasi dari ucapan lelaki:
“Aku ini... Yan Qiaoqiao?”
“Agen tingkat tiga? Menjalankan misi... Misi apa ini?”
Belum mendapat jawaban apapun.
Di balik kabut, ketiga lelaki itu berbalik badan dan segera pergi.
Aliran udara memutar kabut putih, mereka bergerak sangat cepat, secepat kilat telah menjauh beberapa meter.
“Hei!”
Taktik mengulur-ulur untuk menangkap terbukti efektif.
Gadis bermata biru itu langsung mengejar.
Namun, kakinya tersandung sesuatu...
Melihat ke bawah.
Sebuah loker.
Di plat nama di atasnya, tertulis nama Yan Qiaoqiao persis seperti kata lelaki tadi.
Dia berkedip. Langsung paham.
Namanya benar-benar Yan Qiaoqiao! Persis seperti yang dikatakan lelaki itu!
“Tunggu……tunggu aku sebentar!”
Gadis Bermata Biru tak peduli lagi, dalam kondisi amnesia, dia sangat paham bahwa tiga pria yang sedang bergegas pergi itu mengetahui statusnya.
Dan juga...
Masih menjalankan misi tertentu.
Sebenarnya apa?
Apa yang harus dilakukan diri sendiri?
Mengapa otak kosong melompong?
Dia sangat membutuhkan jawaban!
Tak-tak-tak-tak-tak.
Gerakannya sangat cepat seperti cheetah, segera menyusul ketiga pria dari belakang.
Tapi saat itu...
Di pintu gerbang yang diterangi sinar matahari, seorang pria berseragam pengawas yang menyeret cambuk baja dan terus menggerutu masuk.
Mengayunkan cambuk baja dengan wajah garang.
"Yan Qiaoqiao!"
Pria muda berambut hitam yang memimpin menggelegar.
"S...siap!"
Gadis Bermata Biru langsung berdiri tegak seperti refleks.
Dia tak tahu dari mana refleks ini berasal, tapi tubuhnya jelas bereaksi lebih cepat dari otak.
Tatapannya tertuju pada pria muda berambut hitam yang perlahan menoleh.
Dia menyebut dirinya agen tingkat tiga...
Artinya...
Apakah dia atasan sendiri?
Perintah apa yang akan diberikan?
Di bawah siluet cahaya pintu, pria muda berambut hitam itu menoleh, bola mata hitamnya menyipit setengah:
"Habiskan dia."
Singkat, datar, tapi tak terbantahkan.
Gadis Bermata Biru melangkah maju, menggenggam erat cambuk baja, merobek plat nama paduan hafnium di cabin hibernasi, tubuhnya lincah bagai cheetah.
"Sebuah silang, kepala pengawas yang tercengang terpenggal……berputar dua kali di udara sebelum jatuh berguling-guling di kaki Dalimao."
"Dia langsung ingin berteriak seperti hantu."
"Tapi mengingat pesan Lin Xian, dia menahan diri."
"Kemudian terus mempertahankan ekspresi masam seolah seluruh dunia berhutang lima juta keping padanya, menatap lurus ke depan seperti robot."
"Gadis bermata biru menoleh ke belakang."
"Mengibaskan darah dari plat nama paduan hafnium, menatap lelaki muda pemimpin sambil menunggu instruksi selanjutnya."
"Tapi……"
"Pria itu tetap mengabaikannya, langsung melewatinya, membungkuk mengambil pistol dari mayat tak berkepala pengawas."
"Memeriksa magazen, menghitung peluru, memasukkan kembali, membuka pengaman, mengisi peluru."
"Seluruh rangkaian gerakan dilakukan mulus tanpa jeda."
"Lalu mengambil belati dari ikat pinggang pengawas, bangkit, terus melangkah gagah menuju cahaya matahari dengan dua anak buah compang-camping tapi bersikap sok jago di belakangnya."
"Tunggu……tunggu sebentar!"
"Gadis bermata biru masih dalam keadaan bingung, otaknya sama sekali tidak bisa mencerna."
"Baru sadar kurang dari semenit, sudah mengalami begitu banyak kejadian tapi sama sekali tidak mengerti situasi dasar."
"Sementara pria muda yang jelas tahu segalanya tentang dirinya ini, sama sekali tidak mempertimbangkan kondisi amnesia-nya, terus memaksakan misi."
"Setidaknya……"
"Harusnya dia diberitahu apa misinya?"
"Akhirnya dia berlari kecil mengejar lagi:"
"Permisi——"
"Gao Wen mengangkat tangan menghentikannya, berkata dengan suara berat:"
"Ini adalah Komandan Lin."
Dalimao menunjuk wajah berotot sangarnya sendiri:
“Saya adalah Wakil Komandan Dalimao.”
Akademisi Gao Wen diam-diam menginjak kaki Dalimao, memberi isyarat agar tidak banyak bicara.
Gadis Bermata Biru memandang Lin Xian dengan penuh hormat:
“Komandan Lin, apa misi saya?”
Lin Xian menyerahkan belati ke tangan Gadis Bermata Biru, melirik jam tangan di pergelangan tangannya - tepat pukul 4 sore:
“Ikut saya.”
……
Begitulah.
Dengan cara yang tidak jelas.
Lin Xian yang berjalan di depan ketiganya, dalam hati menghela napas lega.
Ternyata.
Memanfaatkan kondisi amnesia dan respons lambat Gadis Bermata Biru, serbuan informasi dan taktik mengulur-ulur ini cukup efektif.
Inilah yang disebut psikologi kerumunan.
Melihat ketiganya yang serba tahu dan kompak, Gadis Bermata Biru pasti secara naluriah akan bergabung dan mendekat.
Apalagi, karakter dasar Lin Xian dibangun dengan sangat baik.
Di mata Gadis Bermata Biru sekarang, meski banyak hal masih belum jelas, Lin Xian telah berubah wujud menjadi Komandan Lin yang tak terbantahkan.
Mungkin tak sampai satu bulan, ketika kesadaran dan perspektif Gadis Bermata Biru pulih, pasti akan terlihat kelemahan dan keanehan pada Lin Xian.
Tapi siapa yang akan menunggu sampai sebulan kemudian?
Sepenuhnya, dunia ini tinggal 8 jam lagi sebelum hancur.
Lin Xian memang tidak berencana menipu Gadis Bermata Biru terlalu lama, cukup 8 jam ini saja.
“Lihat mobil itu?”
Lin Xian dan ketiga rekannya berlindung di balik timbunan tanah, menunjuk ke arah mobil lapis baja lengkap yang sedang turun dari tanjakan:
“Itulah target kita.”
Gadis Bermata Biru dengan penglihatan tajam langsung mengunci sasaran pada mobil lapis baja yang mendekat cepat, lalu mengangguk:
“Sudah kulihat, Komandan Lin. Apa yang harus kulakukan?”
Lin Xian mengangkat pistolnya:
“Mobil lapis baja itu akan melewati depan kita. Dalimao akan sengaja membuat kesalahan untuk mengalihkan perhatian mereka dan menghentikan kendaraan. Tugasmu adalah merobek pintu mobil secepat mungkin dan melumpuhkan personil di dalamnya.”
“Tentu saja, aku akan membantumu. Saat kau merobek pintu, aku akan menembak mati dua musuh di dalamnya. Setelah itu, kita akan membajak mobil lapis baja ini menuju tujuan berikutnya.”
“Diterima.”
Kepatuhan yang melekat di tulang Gadis Bermata Biru langsung merespons.
Tak lama kemudian.
Dalimao mengambil posisi, berjalan-jalan di jalur yang akan dilalui mobil lapis baja, pura-pura malas-malasan.
Rem mobil lapis baja mengerem hingga berhenti.
Dua mandor bersenjata lengkap di dalam mobil baru saja bersiap untuk marah-marah...
Sreeek!
Pintu baja tebal itu ternyata terkoyak oleh tangan kosong!
Seluruh pintu kursi penumpang depan ditarik paksa oleh Gadis Bermata Biru dan dilemparkan ke samping.
Kedua mandor tercengang, belum sempat bereaksi --
Braak! Braak!
Rentetan tembakan langsung mengantarkan mereka ke alam baka, dengan lubang mengerikan yang meledak di masing-masing alut.
Di luar pintu mobil.
Pistol di tangan Lin Xian masih mengepulkan asap putih...
Ekspresi Dalimao, Akademisi Gao Wen, dan Gadis Bermata Biru sama-sama tidak bisa menyembunyikan keterkejutan mereka.
Cepat.
Terlalu cepat!
Dan sangat akurat!
Sama sekali tidak terlihat posisi Pak Lin mencabut pistolnya, bahkan tidak membidik sama sekali! Seolah-olah begitu belati terhunus, langsung menembak! Sungguh sebuah [] yang sejati!
Komandan... pantas menjadi komandan.
"Turunkan mereka berdua dari mobil, kumpulkan senjatanya."
Lin Xian memandangi para pengawas yang mendekat karena mendengar keributan, segera memberi perintah lanjutan.
Gadis Bermata Biru dengan refleks cepat menarik dua mandor yang sudah mati keluar dari kendaraan. Gao Wen dan Dalimao yang terburu-buru melucuti pistol dan belati para mandor, lalu naik ke mobil lapis baja dengan kikuk.
Hanya Lin Xian yang bisa menyetir di antara keempat orang ini.
Wajar jika dia duduk di kursi pengemudi. Gao Wen dan Gadis Bermata Biru berdesakan di jok belakang. Dalimao yang bertubuh gemuk duduk di kursi penumpang depan sebelah Lin Xian:
"Aduh! Di sini tidak ada pintu!"
Dalimao merintih:
"Aku bisa jatuh!"
"Pakai sabuk pengaman."
"Mana ada sabuk pengaman di sini!"
Dalimao menggapai-gapai kosong, tidak menemukan apapun:
"Sabuk pengaman itu apa?"
Lin Xian melirik ke sekeliling. Memang, mobil ini tidak dilengkapi sabuk pengaman. Rupanya desain suku primitif ini masih sangat kasar dan penuh kekerasan.
Tapi saat ini tidak ada waktu untuk menghiraukan Dalimao.
Berbekal pemahaman tentang konstruksi kendaraan, Lin Xian dengan cepat menghidupkan mobil dan cukup menguasai cara pengoperasiannya.
Ini adalah kendaraan listrik yang ditenagai baterai nuklir, tanpa mesin pembakaran dalam, transmisi, atau tuas persneling.
Memang masuk akal.
Dengan tingkat industri dunia ini, mustahil memproduksi mesin atau menyuling minyak bumi.
Tapi di sisi lain, baterai nuklir mini bertebaran di mana-mana, bahkan bisa ditemukan produk berukuran besar yang memang khusus diproduksi untuk mobil.
Untuk motor listrik...
Prinsipnya memang lebih sederhana, tapi tetap di luar jangkauan kelompok terbelakang seperti Suku Lynx.
Sudah bisa ditebak.
Mobil lapis baja ini, seperti pistol mereka, mungkin juga rampasan perang yang diambil dari suku-suku yang memiliki komputer Turing.
Dari percakapan dengan Gao Wen dan Dalimao, Lin Xian paham bahwa kelebihan Suku Lynx yang terbelakang ini dalam menghadapi suku-suku berteknologi tinggi terletak pada jumlah populasi yang besar.
Dengan populasi asli yang padat ditambah budak-budak hitam dari lokasi penggalian, strategi perang mereka mengandalkan gelombang manusia... Selama teknologi musuh belum terlalu maju, taktik ini cukup untuk menciptakan pertarungan yang setara.
Alhasil, beberapa barang rampasan pun bisa diperoleh.
"Lin Xian! Di depan, mereka mulai mengepung!"
Lin Xian mengemudikan mobil lapis baja dengan kecepatan penuh, para pengawas di belakang telah berhasil ditanggalkan dan hanya bisa menembak dari kejauhan dengan kemarahan tak berdaya, semua peluru ditahan oleh lapisan baja mobil.
Di depan, sebuah mobil lapis baja lainnya memimpin beberapa pengawas bersenjata untuk mengepung.
"Yan Qiaoqiao!"
Lin Xian berteriak ke arah jok belakang.
"Diterima!"
Gadis Bermata Biru tentu paham maksud Lin Xian, langsung melompat keluar dari jendela mobil dengan kecepatan maksimal, mendekati mobil lapis baja dari samping.
Sementara itu, Lin Xian telah beralih memegang pistol dengan tangan kiri, membidik para pengawas di luar jendela.
Braak! Braak! Braak! Braak! Braak!
Setiap tembakan tepat sasaran!
Langsung membuka jalan bagi Gadis Bermata Biru.
Sebagai "The Terminator" dengan tubuh termodifikasi, Gadis Bermata Biru tak pernah mengecewakan: sekali lagi ia merobek pintu mobil dengan tangan kosong, menggunakan pintu sebagai perisai anti peluru untuk menahan tembakan pertama musuh.
"Gao Wen, berikan senjatamu!"
Senjata di tangan Lin Xian telah kehabisan peluru, langsung ia buang dan mengambil senjata cadangan dari Gao Wen.
Lalu melakukan drift menyamping——
“Shift！”
Dalimao berteriak kencang, kehilangan keseimbangan dan terlempar dari kursi penumpang depan yang tak berpintu... berubah menjadi gulungan daging yang menggelinding.
Memanfaatkan momentum drift, Lin Xian menemukan sudut tembak sempurna dan melepaskan empat peluru beruntun ke mobil lapis baja yang sedang berpapasan!
Braak! Braak! Braak! Braak!
“Dua peluru di antaranya masuk dengan presisi dari kursi pengemudi yang kehilangan pintu mobil, meledakkan kepala sopir di barisan depan. Kendaraan lapis baja lawan langsung kehilangan kendali dan terjatuh ke dalam lubang dalam.”
“Lin Xian kembali memutar setir dengan keras menuju Dalimao, sambil melambai ke Gadis Bermata Biru di luar jendela:”
““Tolong selamatkan Dalimao! Cepat naik ke mobil!””
“Gadis Bermata Biru ini sangat lincah, kecepatan lari dan tenaga ledaknya jauh melebihi kendaraan lapis baja.”
“Secepat kilat, debu kuning berhamburan.”
“Gadis Bermata Biru sudah sampai di sisi Dalimao, menggenggam lengan berototnya dan melemparkannya ke arah kendaraan lapis baja ini——”
“Kerja sama sempurna Lin Xian dan Gadis Bermata Biru bagai bermain pingpong, satu melempar dan satu menangkap. Dengan presisi menggunakan kursi penumpang depan yang tak berpintu, mereka menyambar Dalimao.”
“Kemudian dengan refleks cepat, Gadis Bermata Biru meraih sisi kendaraan, berputar dan masuk ke jok belakang melalui jendela.”
“Sampai di sini.”
“Seluruh tim telah berkumpul kembali!”
“Lin Xian dengan mahir mengemudikan kendaraan lapis baja menerobos kepungan, keluar dari wilayah Suku Macan Gunung, menuju hutan belantara yang luas dan merdeka.”
““Wuhu!””
“Dalimao mencium aroma kebebasan di udara, meneriakkan teriakan hantu sambil berbalik dan bersalaman bergiliran dengan ketiganya:”
“【Kita berempat benar-benar luar biasa!】”
“Kemudian sambil tertawa hahaha mengusap-usap tangan, ia menoleh memandang Lin Xian yang sedang mencengkeram setir mencari arah utara:”
““Saudara, ke mana kita akan pergi selanjutnya?””
“Pak!”
Dalimao ditampar di bagian belakang kepala oleh Akademisi Gao Wen:
"Kurang ajar! Panggil Komandan Lin!"
"Kita pergi ke Suku Beruang Abu-abu."
Lin Xian menginjak gas sampai dasar, tatapannya lurus ke utara:
"Langkah kedua dari Rencana."
"Sudah waktunya menemui teman lamaku... 【Turing】."
