“Tidak lama kemudian, para gadis yang pernah dikalahkan Yan Qiaoqiao bermunculan lagi bagai tunas bambu setelah hujan. Kegigihan dalam permainan anak-anak ini sulit dipahami oleh orang dewasa.”
“Jadi...”
“Yan Qiaoqiao menurunkan topeng Kucing Rhein dari wajahnya, kembali ke panggung pertarungan bebas, dan mulai berlarian dengan para gadis itu.”
“Zhao Yingjun menyimpan topeng Kucing Rhein-nya ke dalam tas tangan, sambil membawa mantel luar Yan Qiaoqiao, berjalan mendekati Lin Xian. Mereka bersama-sama memandangi Yan Qiaoqiao yang sedang berlari di atas rumput.”
“Lin Xian menoleh, memandang Zhao Yingjun:”
“Aku sedang mempertimbangkan... cara terbaik untuk memberitahu Yan Qiaoqiao.”
“Aku juga sering memikirkannya.”
“Zhao Yingjun melipat lengannya, menghela napas pelan:”
“Seringkali kupikir ini bukan masalah besar, tinggal diutarakan saja. Tapi... kita sebagai orang dewasa, selalu menganggap masalah anak-anak sebagai hal yang sederhana dan sepele.”
“Tapi... jika melihat dari perspektif anak, mungkin ini tidak semudah itu. Apalagi sekarang Qiaoqiao sudah mulai mengerti dan menjadi ceria. Aku khawatir jika langsung memberitahukan yang sebenarnya, akan berdampak buruk pada kondisi mentalnya.”
“Kalau kau berada di posisi kami, hal-hal tidak masuk akal ini akan cepat diterima. Kami sudah tua, juga melalui banyak pengalaman, wawasan dan tingkat penerimaan kami tentu berbeda. Tapi Qiaoqiao... dunianya hanya sebesar ini,” dia menunjuk ruang sempit di antara jari-jarinya, “Aku tidak tahu apakah dia bisa menerima jika diberitahu kebenaran tiba-tiba sekarang.”
Lin Xian membalikkan topeng Kucing Rhein di tangannya, memandangi wajah imut kucing Rhein di bagian depan, serta dua lubang di area mata.
Kucing Rhein.
Desa Rhein.
Pikirannya melayang pada Zheng Xiangyue... "gadis kecil" berusia lebih dari seratus tahun yang terbang dari Mars ke Bumi untuk membangun kampung halaman.
Saat itu Lin Xian juga ragu, apakah harus memberitahu Zheng Xiangyue memori sebenarnya, membuat kehidupan bahagianya ternoda oleh kesedihan masa kecil.
Tapi kemudian, melalui kisah Tua Wei Shengjin, Lin Xian menyadari...
【Tidak ada yang berhak mengambil keputusan atas memori orang lain.】
Sekarang hal yang sama berlaku untuk Yan Qiaoqiao.
Haruskah terus menyembunyikannya darinya?
Pasti tidak boleh.
Lin Xian dan Zhao Yingjun yang mengetahui fakta bisa menganggap putri kandung ini sebagai adik, merawatnya tanpa beban psikologis.
Tapi di mata Yan Qiaoqiao...
Dia adalah seorang yatim piatu、
seorang yatim piatu tak diinginkan、
seorang yatim piatu yang dibuang orangtuanya、
"Bahkan jika Yan Qiaoqiao tidak mengatakannya, Lin Xian bisa langsung melihat bahwa Qiaoqiao selalu memiliki obsesi kuat terhadap kata 'orangtua'."
"Obsesi ini bahkan tidak menghilang bersama kehilangan ingatan, malah menjadi semakin intens."
"Lin Xian tidak berniat terus menyembunyikan kebenaran dari Yan Qiaoqiao."
"Tapi hal-hal yang disebutkan Zhao Yingjun juga perlu dipertimbangkan..."
"Dunia anak kecil memang berbeda dengan Paduka."
"Mari kita lakukan perlahan-lahan."
"Lin Xian mengangkat tangan, melihat tanggal di jam tangan pintarnya."
"Memori dan kondisi hidup Qiaoqiao baru saja stabil beberapa waktu ini, bagaimana jika kita menunggu sedikit lagi dan memberitahukan yang sebenarnya padanya bulan Juli?"
"Lin Xian mengusulkan:"
"Mungkin awalnya akan sulit baginya untuk menerima, tapi kita bisa menemani melewati proses ini."
"Zhao Yingjun mengangguk:"
"Aku juga berpikir demikian."
"Dia tersenyum:"
"Siapa tahu Qiaoqiao malah akan senang, lagipula... dia memang cukup menyukai kita, dan mengakui kita."
"Hm."
"Lin Xian mengangguk:"
"Benar."
……
"Setelah itu."
"Tatapan mereka berdua tertuju pada Yan Qiaoqiao yang sedang mengamuk bagai Lü Bu yang bisa menaklukkan ribuan pasukan."
"Dalam keheningan."
"Tak ada yang berbicara."
"Bahkan meski anak mereka telah muncul lebih awal... sebenarnya masih ada kertas jendela yang belum dirobek antara Lin Xian dan Zhao Yingjun yang saling memahami tanpa perlu diucapkan."
"Zhao Yingjun mempertimbangkan Lin Xian, khawatir dengan misi rahasia yang dijalaninya yang tidak bisa dipublikasikan;"
Lin Xian juga mempertimbangkan Zhao Yingjun, tidak ingin melibatkannya dalam bahaya atau membuatnya cemas sia-sia ketika krisis kepala terpenggal menghampiri pada 7 Juli.
Jadi.
Tanggal 7 Juli merupakan waktu yang sangat penting.
Apapun pilihan Zhao Yingjun setelah mengetahui yang sebenarnya nanti.
Lin Xian tidak berniat lagi menyembunyikan hal ini darinya.
……
Sore hari.
Zhao Yingjun masih ada urusan di Perusahaan MX, lalu pergi membawa Yan Qiaoqiao.
Lin Xian naik mobil khusus ke Universitas Shanghai untuk mengembalikan Zhong Ruang-Waktu pada Liu Feng.
Liu Feng menerima Zhong Ruang-Waktu.
Memandangi angka-angka di permukaannya.
Mengerutkan alut:
"Perubahannya signifikan... Tapi sesuai prediksi kita, berapapun perubahannya pasti tetap kelipatan 0.0000042."
"Tapi, kali ini karena apa ya perubahannya? Kau tahu?"
Lin Xian mengangguk:
"Kematian seseorang."
Merasa deskripsinya kurang tepat, dia menambahkan:
"Lebih akuratnya... seseorang yang sangat hebat dalam wujud kehidupan digital telah mati."
"Kehidupan digital?"
Liu Feng menengadah, merenung sejenak:
"Kukira kehidupan digital hanya konsep fiksi ilmiah tingkat status sosial. Ternyata diam-diam sudah dipecahkan oleh jenius? Dia benar-benar luar biasa. Dalam hal tertentu, menciptakan kehidupan digital sama sulitnya dengan membuat mesin penjelajah waktu."
"Tapi pada dasarnya ini adalah dua dimensi yang berbeda, sulit untuk dibandingkan. Sementara perubahan nilai pada Zhong Ruang-Waktu begitu signifikan, ini membuktikan... kehidupan digital ini memiliki bobot yang cukup besar dalam sejarah, masa depan, dan aliran waktu."
"Secara umum, kematian individu - bahkan puluhan atau ratusan orang - belum tentu bisa menembus elastisitas ruang-waktu dan menggeser garis dunia. Berbagai eksperimen kami sebelumnya juga membuktikan bahwa ruang-waktu itu sendiri sangat lembam dan menolak perubahan, jauh tidak sesensitif efek kupu-kupu dalam intuisi kita."
Begitu ujarnya.
Liu Feng berjalan mendekati papan tulis.
Mengambil kapur, dia menggambar empat garis paralel di papan.
Tiga garis paralel di bawah berjarak sangat dekat, hanya lima enam sentimeter; namun garis paralel paling atas memiliki jarak yang jauh lebih lebar, mencapai tiga puluh empat puluh sentimeter.
Liu Feng memegang kapur, menunjuk garis paralel paling bawah:
"Ini adalah garis dunia 0.0000000 saat kita mengkalibrasi Zhong Ruang-Waktu; garis di atasnya adalah lompatan ke garis dunia 0.0000042 setelah Elon Jusk menghancurkan Partikel Ruang-Waktu Terjerat."
"Kemudian kau pergi ke Akademi Ilmu Pengetahuan China, mendirikan Laboratorium Kedua Rhein, garis dunia melompat lagi ke 0.0000084; hari ini, karena kematian manusia kehidupan digital itu, garis dunia seperti menjadi liar dan mencapai 0.0000336."
"Secara teori... dengan perubahan sebesar ini, seharusnya dunia masa depan sudah berubah drastis? Kalau tidak, bagaimana kita harus memahami nilai kelengkungan ruang-waktu ini?"
Dalam perjalanan kemari.
"Lin Xian juga terus merenungkan masalah ini."
"Tapi dia berpendapat, besaran perubahan kelengkungan ruang-waktu mungkin tidak bisa mewakili tingkat perubahan dunia masa depan."
"Contohnya, garis dunia 0.0000000 berubah menjadi garis dunia 0.0000042. Dari perspektif manusia Bumi, perbedaan dunia masa depan antara dua garis dunia ini sangat ekstrem... Bahkan istilah 'berubah drastis' pun tak cukup menggambarkannya."
"Namun,"
"Kelengkungan ruang-waktu hanya berubah sebesar 0.0000042, nilai minimal ini."
"Sebaliknya, perubahan dari mimpi kelima ke mimpi keenam,"
"Secara kasat mata tidak terlalu signifikan, tapi juga menghasilkan perubahan 0.0000042 yang sama."
"Bukankah ini kontradiktif dengan pengaturan dasarnya?"
"Menurutku, ada dua dugaan saat ini."
Lin Xian menunjuk satu jari:
"【Dugaan pertama: koordinat ruang-waktu sendiri tersusun secara acak. Kedekatan dua koordinat tidak menjamin kemiripan atau perubahan kecil di antara mereka.】"
Kemudian mengulurkan jari kedua:
"【Dugaan kedua: koordinat ruang-waktu memang terurut, tapi besaran perubahan kelengkungan ruang-waktu dan tingkat perubahan dunia masa depan tidak dinilai berdasarkan perspektif subjektif manusia.】"
"Aku tidak tahu apakah kau mengerti. Misalnya... Bagi manusia, jika seluruh populasi manusia di Bumi punah, bukankah itu harusnya menyebabkan perubahan kelengkungan ruang-waktu yang sangat besar?"
"Tetapi bagi Bumi sendiri? Apakah perubahan ini benar-benar besar? Menurutku sama sekali tidak. Manusia memang bukan penghuni pertama Bumi, bukan pula yang terakhir. Jadi dari perspektif Bumi, perubahan kelengkungan ruang-waktu juga tidak terlalu signifikan. Pegunungan dan sungai besar masih tetap ada, hanya manusia yang lenyap. Bagi Bumi, ini hanyalah seperti digaruk sedikit."
"Lalu... bagaimana memahami besar kecilnya perubahan kelengkungan ruang-waktu? Termasuk yang disebut 'perubahan dahsyat yang mengubah segalanya' dan 'perubahan kecil yang tidak berarti' di dunia masa depan... Dari perspektif, sistem referensi, dan patokan apa sebenarnya penilaian ini dilakukan?"
……
Perkataan Lin Xian.
Sekali lagi membuat Liu Feng terhanyut dalam perenungan.
Dia mengatupkan bibirnya, berpikir lama, lalu menengadah:
"Dari dua dugaanmu, yang pertama pasti salah. Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa alam semesta dan ruang-waktu pasti teratur, sederhana, dan indah... Jadi semakin besar perubahan kelengkungan ruang-waktu, pasti menunjukkan semakin besar sudut penyimpangan garis dunia."
"Masalahnya justru pada dugaan kedua Anda... Besarnya perubahan yang diamati, dari perspektif siapa? Di mana sistem referensinya?"
"Evolusi manusia dari zaman primitif ke era industri informasi bisa dianggap transformasi besar. Tapi bagi Bumi, lompatan krusial peradaban manusia ini bahkan belum mampu memanfaatkan semua sumber daya di kerak bumi. Masih pantaskah disebut perubahan besar? Hanya perubahan kecil belaka."
"Kenaikan suhu global 5 derajat - termasuk perubahan besar atau kecil? Konsentrasi oksigen atmosfer naik 5%, ini perubahan besar atau kecil? Bagi Bumi pasti perubahan kecil, tapi bagi semua makhluk yang hidup di atasnya... Mutlak merupakan perubahan dahsyat yang mengubah segalanya."
Liu Feng mengecap bibir:
“Lin Xian, kau memberikan saya ide yang sangat berharga——”
“【Bagaimana mendefinisikan besaran perubahan kelengkungan ruang-waktu?】”
“Pasti tidak bisa dinilai dari perspektif manusia, ini mutlak. Karena manusia tidak istimewa dalam ruang-waktu dan alam semesta, kita tidak berhak menjadi patokan.”
“Tapi kalau kau tanya apa jawaban yang benar... Saya juga sama sekali tidak tahu, sepertinya ini sudah menyentuh prinsip paling dasar alam semesta, hukum-hukum fundamental, bahkan... 《Hukum Ruang-Waktu》 yang sudah lama tidak kita bahas.”
“Mungkin kita masih butuh lebih banyak data eksperimen.”
Liu Feng berjalan ke meja laboratorium, menepuk Zhong Ruang-Waktu yang menampilkan angka 0.0000336 delapan digit:
“Pertama kita harus memastikan seberapa besar besaran perubahan masa depan di garis dunia ini dibandingkan sebelumnya, baru bisa melakukan penilaian dan kesimpulan lanjutan.”
Lin Xian mengangguk.
Dia juga berpikir demikian.
Sebenarnya hari ini dia hanya ingin segera mengetahui soal ketiga ujian Klub Jenius, lalu tidur untuk melihat mimpi ketujuh.
Tapi telepon Zhao Yingjun menunda semuanya.
Lebih baik semuanya ditangani malam ini setelah pulang.
“Ngomong-ngomong.”
Lin Xian menoleh, memandangi Liu Feng:
“Apa kau punya kesan dengan nama 【Du Yao】? Sebelumnya saat mendengar nama Nan Gong Mengjie, kau langsung tahu siapa dia... Du Yao pasti ilmuwan jenius di bidang syaraf otak, pernah dengar namanya?”
“Tidak.”
Liu Feng menggelengkan kepala tanpa berpikir panjang:
“Nama ini terlalu asing. Jika dia benar sejenius yang kau katakan, seharusnya saya punya sedikit kesan. Bidang syaraf otak... Saya tidak terlalu paham, tapi terdengar seperti bidang yang tidak mudah menghasilkan prestasi.”
“Untuk mencapai terobosan kunci di bidang serumit ini, wajib bergantung pada ilham mendadak para jenius sejati... Prinsip perubahan kuantitatif memicu perubahan kualitatif tidak berlaku di semua bidang.”
“Ngomong-ngomong... Kau bisa bertanya pada Nan Gong Mengjie. Status dan popularitasnya di dunia akademik jauh melampaui saya, jaringan pergaulannya juga lebih luas. Jika wanita bernama Du Yao itu benar sejenius yang kau deskripsikan... Pasti Nan Gong Mengjie mengetahuinya, mengingat dia bekerja di Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok dan merupakan murid Direktur Gao Yan.”
Lin Xian menarik sebuah kursi.
Duduk.
Menggelengkan kepala:
“Saya sudah menanyakannya beberapa hari lalu. Kira-kira seminggu yang lalu, peralatan dan personel Laboratorium Kedua Rhein di Shanghai sudah siap. Saya juga bertemu dengan Nan Gong Mengjie dan berbincang. Dia menyatakan belum pernah mendengar nama Du Yao, dan sudah menanyakan banyak ahli bidang syaraf otak di dalam maupun luar negeri... Kita semua merasa nama itu sangat asing.”
“Harus diakui, Nan Gong Mengjie memang sangat kompeten. Pola pikirnya jelas, bertindak cepat dan tegas. Sudah terlihat sejak awal sebagai pemimpin alami. Direktur Gao Yan memang tidak salah pilih orang. Di bawah pengaturannya yang terstruktur, Laboratorium Kedua Rhein telah memulai penelitian baterai nuklir mini. Diperkirakan prototipe eksperimental bisa dibuat menjelang akhir tahun, sementara produk jadi yang siap diproduksi massal dan dipasarkan bisa tercapai dalam satu tahun.”
“Saat itu tiba... arus kas Perusahaan Rhein akan mencapai angka yang fantastis. Dengan begitu, penelitian apapun yang kami lakukan di masa depan tidak perlu lagi direpotkan oleh masalah uang.”
“Menurut rencanaku, Laboratorium Pertama Rhein milikmu akan fokus pada penelitian konstanta alam semesta, Partikel Ruang-Waktu, dan mesin penjelajah waktu. Selanjutnya di masa depan akan dibentuk Laboratorium Ketiga Rhein yang khusus meneliti helm setrum syaraf otak untuk memecahkan masalah kehilangan ingatan akibat hibernasi.” “Tapi masalahnya, penelitian helm setrum syaraf otak ini benar-benar tidak bisa lepas dari terobosan kunci Nyonya Du Yao... Sekarang aku juga bingung harus mencari kemana...”
Lin Xian berbicara sambil menengadah, tiba-tiba menyadari Liu Feng yang tadinya berdiri di sampingnya telah menghilang.
“Orangnya mana?”
Dia menoleh.
Ternyata Liu Feng diam-diam telah mondar-mandir ke dekat papan tulis, menatapi deret aritmatika yang tertulis sebelumnya.
“……”
Lin Xian menghela nafas:
“Aku sedang bicara denganmu, apa kau mendengarkan?”
Braak.
Liu Feng mengambil penghapus papan tulis, menepuknya di area kosong antara nama Yan Qiaoqiao (14 tahun) dan Chu Anqing (20 tahun):
“Yang sebenarnya hanya satu.”
“Apa kau ini pelawak?” Lin Xian tidak bisa menahan diri untuk tidak mencela:
“Perlu kubelikan kacamata anti-silau untukmu?”
“Deret aritmatika adalah mutlak.”
Tatapan Liu Feng penuh dengan keseriusan dan kehati-hatian:
“Berdasarkan deduksi deret aritmatika, Du Yao seharusnya masih 17 tahun sekarang. Mungkin dia bahkan belum lulus SMA, mana mungkin sudah menjadi raksasa di bidang syaraf otak?”
“Mungkin butuh sepuluh tahun, bahkan puluhan tahun sebelum dia bisa membuat terobosan di bidang syaraf otak. Tapi... mengingat kau menyebut namanya sekarang, kurasa dia akan segera muncul di laboratorium!”
“Heh.”
Lin Xian langsung bangkit dari kursinya dan berjalan menuju pintu belakang:
“Permisi duluan.”
……
Sesampainya di rumah, waktu masih awal, baru pukul enam lebih sore.
Lin Xian meletakkan [topeng Kucing Rhein] di atas meja teh ruang tamu.
Kemudian, menyimpan laptop berisi Source Code VV kembali ke dalam lemari, tetap disimpan tersembunyi:
“Tunggulah sebentar lagi. Begitu kutemukan cara mengatasi virus super dari masa depan, kau tak perlu lagi berpura-pura jadi idiot artifisial.”
“Ah... entah bagaimana kinerjamu di kantor Zhao Yingjun. Pastikan kau menyapu lantai mereka sampai bersih ya.”
VV adalah kecerdasan buatan, berbeda dengan kehidupan digital Turing. Ia bisa membelah diri dan bersembunyi di beberapa tempat sekaligus.
Jadi matinya laptop sama sekali tidak mempengaruhi operasional robot penyapu lantai VV yang sedang bekerja di kantor Zhao Yingjun.
“Dua VV adalah entitas independen namun tetap satu kesatuan, dapat membelah dan menyatu kapan saja—inilah keunggulan kecerdasan buatan AI.”
Kini, Turing telah mati total. Lin Xian benar-benar merasa lega, seolah mata yang selama ini mengintai di ubun-ubunnya telah menghilang.
Untuk memastikan Turing terbunuh secara tuntas dan 100% aman.
Di mimpi keenam, Lin Xian melakukan percobaan berulang kali dan menguji berbagai skenario. Akhirnya dipastikan bahwa tiga baris password kunci keamanan itu memang mampu melenyapkan Turing sepenuhnya.
Hanya bisa dikatakan...
Setelah tarik-ulur ini, dendam antara Kevin Walker dan Turing telah seimbang, sekaligus berakhir.
Turing menggunakan dirinya sendiri untuk membunuh Kevin Walker; sedangkan password kunci keamanan warisan Kevin Walker justru membantu dirinya menumpas Turing.
Bukankah ini bentuk karma sebab-akibat?
“Lebih baik perbanyak berbuat baik.”
Lin Xian berkata dengan lembut:
“Balasan kebaikan, pembalasan setimpal.”
Sekarang.
Akhirnya tak ada yang mengganggu dirinya sendiri.
Bisa fokus mengerjakan soal ujian ketiga Klub Jenius.
Lin Xian mengeluarkan ponsel, lalu menyematkan lencana dada emas bermotif cap Klub Jenius di bagian belakang casing ponsel.
Driing.
Suara ringan terdengar. Perangkat NFC mengenali sinyal, browser terbuka, mulai melompat-lompat tak karuan.
Lin Xian memandangi halaman web yang terus berkelip.
Tak urung mulai membuat dugaan...
Soal terakhir ini... kira-kira apa ya?
Secara logis, mungkin lebih sulit dan lebih rumit untuk dijawab, ya?
Tapi sulit untuk memastikan.
Karena Elon Jusk pernah mengatakan dengan jelas, selama undangan diperoleh melalui "cara konvensional", ketiga soal ujian ini hanyalah soal pemberian nilai.
Batuk-batuk.
Siapa yang menyuruh undangan ini diperoleh dengan kecurangan?
Pada akhirnya, harus ada konsekuensinya.
Setelah dipikir-pikir, soal kedua yang meminta pementasan koreksi sejarah seagung mungkin... sebenarnya tidak terlalu sulit.
Lagipula syaratnya hanya "seagung mungkin".
Jika benar semua anggota harus seperti dirinya yang perlu mengorbankan seorang anggota Klub Jenius untuk menjawab soal... mungkin anggota Klub Jenius sudah habis terbunuh.
"Mungkin aku terlalu berlebihan."
Lin Xian tersenyum getir.
Tapi penjahat licik dan palsu seperti Turing ini tidak layak dibiarkan, hanya akan merugikan diri sendiri dan orang lain, lebih baik segera dilenyapkan.
Dia mengingat kembali dua soal sebelumnya.
Soal pertama menanyakan pengetahuan tentang [ruang-waktu];
Soal kedua membahas pengetahuan [sejarah];
Lalu soal ketiga...
Apa yang akan ditanyakan?
Tiba-tiba.
Layar ponsel berhenti loading, stabil dalam kondisi latar belakang hitam dengan huruf putih.
Di bagian paling atas halaman tertulis angka 3/3, menandakan dia telah lulus ujian kedua dan berhak menghadapi soal ketiga.
Dengan rasa ingin tahu dan antisipasi, Lin Xian menatap bagian tengah layar...
Hah?
Berbeda dengan soal isian pertama atau esai pendek kedua.
Soal ketiga...
Ternyata berupa pilihan ganda!
Ini benar-benar di luar perkiraan Lin Xian.
Soal ketiga yang dikira akan menjadi puncak kesulitan... ternyata sesederhana ini?
Huruf putih di latar belakang hitam menampilkan baris pertanyaan yang luar biasa sederhana——
【Apakah manusia masih memiliki masa depan?】
Hanya sebuah pertanyaan sesederhana itu.
Di bawahnya ada dua tombol abu-abu:
【YES】、【NO】
Lin Xian mencoba menggesek layar ke atas, ingin melihat apakah ada petunjuk lain, tapi halaman tak bisa digulir. Tampaknya ini sudah pertanyaan lengkapnya.
“Terlalu mudah, bukan?”
Lin Xian sesaat bingung menentukan pilihan.
Terkadang memang seperti ini—soal yang terlalu sederhana justru membuat orang berpikir lebih rumit, sulit memilih.
Dua pilihan...
Harus memilih yang mana?
【Apakah umat manusia masih memiliki masa depan?】
Dia menatap kalimat itu, mengingat lukisan yang pernah dilihat di Shanghai Exhibition Center dan kediaman Einstein di Princeton—
《Einstein yang Murung》
Dua kali dia melihat lukisan minyak ini, selalu bersama Chu Anqing. Terutama saat pertama kali melihatnya di Shanghai Exhibition Center, dia bahkan menjelaskan latar belakang penciptaan lukisan ini kepada Chu Anqing:
“Einstein percaya, persamaan massa-energi-nyalah yang membuka kotak Pandora, sehingga manusia menguasai energi nuklir yang tak terkendali, melahirkan senjata pamungkas seperti senjata nuklir yang menyebabkan kematian jutaan orang.”
“Namun kekhawatirannya tidak berhenti di situ. Dia juga khawatir akan masa depan umat manusia, sering mengeluh ‘Apakah manusia masih punya masa depan?’. Dia takut setelah perang global berikutnya meledak... hujan senjata nuklir akan menghujani langit, langsung memicu kepunahan manusia dan kehancuran peradaban.”
“Maka, pada tahun 1952, pelukis aliran realis Henry Dawson dan Einstein bertemu di Brooklyn, dan di sana melukiskan sang tokoh besar yang murung ini dalam sebuah lukisan minyak, yaitu karya《Einstein yang Murung》ini.”
Saat itu, Lin Xian menceritakan hal ini kepada Chu Anqing.
Hingga akhirnya, Angelica-lah yang memberitahunya bahwa sebenarnya ada 8 lukisan minyak asli, semuanya dibuat oleh tangan Henry Dawson.
Selain itu, pada setiap lukisan minyak tersembunyi rangkaian password yang saling berbeda.
Lukisan minyak yang ditinggalkan Ji Lin hingga sekarang masih teronggok di laboratorium Universitas Shanghai.
Password di atasnya memang terlalu sulit.
Liu Feng dan VV pernah mencoba meretasnya, namun akhirnya menyerah setelah tak membuahkan hasil.
Lin Xian benar-benar tak menyangka...
Soal ujian ketiga Klub Jenius ternyata terkait kekhawatiran Einstein di masa tuanya dan lukisan minyak《Einstein yang Murung》!
Einstein di tahun 1952 telah memasuki senja kehidupannya.
Penyesalan, depresi, penyesalan, menyalahkan diri sendiri... emosi negatif ini terus menyiksa jiwa dan raganya, membuatnya limbung bagai ranting rapuh.
【Apakah umat manusia masih memiliki masa depan?】
Inilah pertanyaan yang pernah ditanyakan Einstein pada hatinya sendiri.
Meski tak menemukan jawaban pasti, kekhawatiran dan keraguannya telah menjelaskan segalanya... bahwa ia memandang suram masa depan manusia, penuh keputusasaan.
Berdiri di tahun 2024, Lin Xian kembali merenungkan pertanyaan ini.
Ia memang merasa kekhawatiran Einstein saat itu bagai mengkhawatirkan langit runtuh.
"Senjata nuklir memang menakutkan."
Tapi setelah Einstein meninggal, bom hidrogen yang sepuluh kali bahkan seratus kali lebih menakutkan dari bom atom juga berhasil diciptakan.
Namun hingga saat ini, tidak satu pun bom hidrogen yang digunakan dalam perang; dan setelah Perang Dunia II, tidak ada lagi bom atom yang dijatuhkan.
Justru berkat terbentuknya deterensi nuklir, bumi melewati periode damai terpanjang dalam sejarah.
Sulit dikatakan, apakah Einstein dan Proyek Manhattan saat itu adalah pahlawan atau pesakitan bagi peradaban manusia... Bagaimanapun, masih terlalu dini untuk menyimpulkan ini.
"Lalu, jawaban apa yang harus dipilih untuk soal ini?"
Tatapan Lin Xian melayang di antara dua tombol YES dan NO.
Dia merasa...
Ini sebenarnya adalah soal subjektif, memilih YES atau NO sama-sama jawaban yang benar, hanya mewakili perbedaan posisi dan pandangan pribadi.
"Jadi, apakah ini tentang memilih posisi diri sendiri?"
"Kelompok optimis? Atau pesimis?"
Lin Xian tidak yakin apa tujuan Klub Jenius menempatkan soal pilihan ini sebagai pertanyaan terakhir.
Tapi dia mengikuti suara hatinya, yang tak pernah kehilangan harapan akan masa depan umat manusia.
Bahkan jika ditanya seribu kali, sepuluh ribu kali...
Lin Xian tetap yakin——
【Manusia, memiliki masa depan.】
Jadi dia tidak ragu-ragu.
Langsung menekan tombol 【YES】.
Klik.
Kali ini, halaman web mengeluarkan suara jernih dan tidak berpindah-pindah seperti sebelumnya, melainkan langsung menampilkan kotak teks.
Di atas kotak teks, dengan latar belakang hitam dan huruf putih tertulis pertanyaan kedua dari soal ketiga——
【Masa depan seperti apa yang merupakan masa depan terbaik?】
