Klub Jenius... anggaran dasar?
Lin Xian menyapu pandangannya dari atas ke bawah melintasi lima peraturan ini.
Benar-benar tak terduga.
Penilaian soal ketiga ternyata begitu efektif, atau lebih tepatnya, soal ketiga sama sekali tidak memerlukan penilaian benar-salah - itu sendiri memang tidak memiliki jawaban mutlak.
Maka.
Begitu tombol jawaban ditekan, ujian langsung terlampaui, menampilkan "Anggaran Dasar Klub Jenius" di hadapannya.
Sampai pada tahap ini...
Itu artinya, dirinya secara resmi diundang untuk menghadiri perkumpulan Klub Jenius.
"Huu..."
Lin Xian menghela nafas panjang:
"Perjalanan yang sangat panjang."
Akhirnya.
Sampai juga di titik ini.
Akhirnya.
Bisa menghadiri perkumpulan, berhadapan langsung dengan para jenius itu, mengungkap jawaban Tiang Milenium dan berbagai misteri lainnya.
Pasal pertama anggaran dasar menyebutkan waktu penyelenggaraan perkumpulan Klub Jenius, yaitu setiap tanggal 1 bulan, pukul 00:42 waktu Tiongkok.
Penyebutan waktu Tiongkok ini mengandung makna tersirat...
Mengingat tulisan pada cap bergambar logo klub menggunakan bahasa Inggris, intuisi Lin Xian mengatakan ini seharusnya kelompok yang dikendalikan orang asing.
Tapi kenapa... waktu perkumpulan justru menggunakan waktu Tiongkok?
“Mungkinkah ketua Klub Jenius adalah orang Tionghoa?”
Lin Xian menggaruk kepala:
“Bukan tidak mungkin, Bagaimanapun kita hanya perlu hadir sekali perkumpulan untuk mengetahuinya.”
Paragraf pertama bagian belakang masih ditekankan.
Absensi bisa diterima, tapi keterlambatan tidak.
Artinya, kalau kau terlambat, lebih baik jangan datang sama sekali... Cukup unik juga.
Tampaknya.
Organisasi ini sangat mementingkan aspek ritual, ada semacam kekakuan yang tak jelas.
Namun saat melihat peraturan kedua.
Disebutkan tentang menyesuaikan perkembangan zaman, pertemuan di era saat ini menggunakan bentuk konferensi jaringan internet yang mengharuskan penggunaan kacamata VR atau helm VR untuk masuk ke ruang pertemuan.
Ini juga masuk akal.
Lin Xian sudah menduga sebelumnya:
“Jika perkumpulan Klub Jenius selalu diadakan offline, hubungan antar anggota pasti tidak akan serumit ini.”
“Tak perlu jauh-jauh, bayangkan Elon Jusk dan Kevin Walker duduk semeja rapat. Yang satu menyabotase lingkaran tertutup lawan, satunya meledakkan 20.000 satelit milik pihak lain - keduanya saling ingin melihat lawannya mati... Meski di lokasi rapat terpaksa menjaga kehormatan ketua dan tidak berani membuat keributan; Begitu keluar pintu gerbang klub, mustahil mereka tidak bertengkar.”
“Apalagi Kevin Walker sebagai buronan internasional, mana mungkin hadir secara fisik? Jadi... Sebelumnya aku sudah menduga metode pertemuan mereka kemungkinan besar bukan offline, hanya tidak menyangka mereka menggunakan VR (teknologi realitas virtual).”
VR, teknologi realitas virtual, umumnya diimplementasikan melalui kacamata VR yang menutupi separuh wajah atau helm VR.
Perangkat VR akan sepenuhnya menutupi pandangan, lalu menggunakan teknologi realitas virtual untuk memproyeksikan rekaman yang imersif.
Seiring pergerakan tubuh pengguna dan putaran leher, rekaman 3D dalam pandangan juga akan berubah. Beberapa tahun lalu konsep ini sangat mendominasi pasar, namun dua tahun terakhir agak meredup.
Lin Xian juga pernah mempelajari secara singkat.
Utamanya karena teknologi VR memang memiliki sedikit skenario aplikasi, dan mengalami kemacetan teknis di sisi perangkat keras.
Tapi jujur saja, teknologi VR untuk menyelenggarakan perkumpulan jarak jauh secara imersif memang merupakan cara berpikir yang bagus.
"Lalu, sebelum munculnya teknologi VR, bagaimana Klub Jenius mengadakan pertemuan bulanan?"
Lin Xian percaya.
Klub Jenius pasti memiliki sejarah panjang, tentu tidak baru berdiri setelah kemunculan teknologi VR.
Sebelumnya, mereka mungkin juga memiliki kekhawatiran dalam menyamarkan identitas. Mungkinkah... sebelumnya selalu menggunakan ruang chat internet untuk berkumpul?
"Meski begitu, bagaimana dengan era lebih awal? Sebelum teknologi internet muncul, sebelum komputer pribadi ada?"
Lin Xian menggelengkan kepala.
Mungkin tidak ada cara lain, pasti harus hadir langsung di lokasi dan melakukan pertemuan offline.
Tidak diketahui apakah saat itu, setelah Klub Jenius bubar, terjadi pertarungan fisik sungguhan.
Juga tidak diketahui berapa jumlah anggota klub jenius di era kuno itu, dan berapa yang masih hidup sampai sekarang.
Termasuk berapa jumlah anggota di klub saat ini, Lin Xian juga sangat penasaran.
"Tiga hari kemudian, 1 Juli."
Lin Xian memandangi kalender di depan meja belajar:
“Jawaban akan segera terungkap.”
Peralatan VR pasti tidak ada di keluarga, dua hari ini beli saja satu.
Sepertinya tahun lalu di launching produk Apple, mereka mempublikasikan perangkat kacamata VR yang baru mulai dijual secara resmi beberapa waktu lalu.
Entah apakah mendukung fungsi NFC atau tidak.
“Besok lihat di toko resmi, bagaimanapun peralatan VR tidak sulit dibeli, berbagai merek tersedia, bukan hal yang sulit.”
Kemudian.
Lin Xian melihat ke peraturan klub ketiga.
Yang satu ini agak tidak masuk akal.
Katanya untuk melindungi privasi dan mencegah penyamaran terungkap, saat menghadiri perkumpulan wajib mengenakan topeng.
Hmm……
Jika perkumpulan offline, memakai topeng untuk menyembunyikan identitas, Lin Xian sepenuhnya bisa memahaminya.
Tapi untuk pertemuan jaringan menggunakan kacamata VR dan teknologi realitas virtual, apa perlunya lagi memakai topeng?
Pada dasarnya, kita hadir dengan citra virtual jaringan. Kau bisa membuat-buat citra diri sesuka hati - bisa gemuk atau kurus, tinggi atau pendek, termasuk bentuk wajah, fitur, dan gaya rambut bisa diatur sesuka hati.
Jika mau, semuanya bisa palsu, bahkan gender pun bisa dipalsukan, sama sekali tidak ada risiko keterbukaan.
Bisa dikatakan, dari sudut penyamaran identitas.
Peralatan VR + rapat jaringan sudah sempurna, dalam kondisi ini masih memakai topeng jelas berlebihan.
Apalagi……
“Kepala sudah memakai kacamata VR atau helm VR, mau pakai topeng bagaimana lagi?”
Lin Xian menggaruk-garuk kepalanya.
Memperhatikan dengan seksama kata-kata di tengah peraturan ketiga——
【Menurut tradisi klub】.
Ini jadi mudah dipahami.
"Tampaknya, dugaan saya sebelumnya benar. Saat pertemuan Klub Jenius paling awal di abad lalu, pasti menggunakan metode pertemuan offline. Jadi setiap anggota wajib memakai topeng untuk melindungi privasi dan keamanan diri mereka."
"Sekarang meski sudah masuk era internet, tradisi tidak boleh ditinggalkan. Baiklah... benar-benar rasa ritual yang aneh dan keras kepala."
Lin Xian sudah memahami secara garis besar.
Topeng apa pun tidak masalah, sebenarnya hanya untuk menghormati tradisi dan formalitas... Selama ini, kita mungkin sudah terbiasa, sehingga secara alami membawa tradisi ini ke era digital.
Jadi, topeng yang diwajibkan sekarang pasti bukan topeng fisik, melainkan tambahan virtual berupa topeng pada citra avatar digital.
"Tapi..."
Lin Xian berpikir dengan serius:
"Untuk berjaga-jaga, lebih baik siapkan topeng fisik terlebih dahulu. Bagaimana jika sistem tidak mendukung topeng virtual dan harus melakukan pindai fisik?"
"Pertemuan pertama tidak boleh terlambat. Jangan sampai karena hal sepele ini kita ketinggalan perkumpulan tanggal 1 Juli, rugi besar karena masalah kecil."
"Untuk topeng, dua minggu lalu saya sudah minta Kak Wang memasukkan topeng Kucing Rhein ke jalur produksi. Sekarang pasti sudah jadi dan beredar di pasar. Besok atau lusa saya ambil dari perusahaan... Tidak tahu juga bagaimana penjualan dan respons pasarnya."
Sampai di sini.
Masalah topeng sudah diselesaikan.
Meski terasa tidak ada makna praktis, tapi Menyesuaikan Diri Dengan Lingkungan. Seperti kata Elon Jusk, selama sudah bergabung dengan Klub Jenius, harus mematuhi anggaran dasarnya.
Kemudian, Lin Xian melihat peraturan keempat...
“Yang satu ini tidak sulit dipahami.”
Maksudnya, keanggotaan Klub Jenius bersifat seumur hidup, seperti satu lobak satu lubang—tidak akan dipecat atau digantikan oleh orang lain.
Bahkan jika sudut pandang berubah, atau bahkan berpihak pada oposisi, Klub Jenius tidak akan mengusir anggotanya dan tetap mempertahankan hak mereka untuk menghadiri pertemuan.
“Situasinya benar-benar luas sekali.”
Lin Xian tak bisa menahan komentarnya.
Sungguh tidak tahu seperti apa sosok ketua Klub Jenius sebenarnya, kelapangan dadanya benar-benar luar biasa.
Mendengar maksud dari peraturan ini.
Bahkan jika mantan anggota menjadi musuh, dia sama sekali tidak keberatan mereka datang ke rapat atau bahkan menyimak informasi.
“Ada sesuatu yang istimewa.”
Lin Xian teringat pada guru motivasi sukses yang pernah dilihatnya di Douyin... Dia punya kutipan terkenal: “Orang yang mengkhianatiku akan kuberi satu juta, yang setia padaku nanti pasti bernilai miliaran! Tepuk tangan yang riuh!”
Tapi...
Susah payah bergabung dengan Klub Jenius, bahkan Ji Xinshui mengejar gelembung hampa ini seumur hidup, jenius seperti Ji Lin pun tak bisa melihat ambang batasnya...
Benarkah ada orang yang akan berkhianat setelah bergabung?
“Belum tentu juga.”
Logika berpikir seorang jenius memang tidak bisa dipahami orang biasa. Dikatakan bahwa garis pemisah antara jenius dan orang gila sangat tipis—melalui interaksi Lin Xian dengan beberapa jenius... dia sangat setuju.
Hanya bisa dikatakan.
Ketua Klub Jenius benar-benar bukan orang biasa, bisa memasukkan kalimat "tidak mempersoalkan masa lalu atau posisi" ke dalam peraturan, posisinya sangat tinggi dan situasinya sangat luas.
Terakhir, adalah peraturan kelima.
Ini lebih merupakan pengingat daripada peraturan:
"Kedudukan tinggi memikul tanggung jawab besar, selalu ingat kewajiban dan kekuasaan yang diberikan sejarah kepada para jenius, demi masa depan yang lebih baik bagi manusia..."
Lin Xian membacakan pasal kelima.
Hah?
"Tunggu sebentar."
Tiba-tiba dia tersadar...
【Demi masa depan yang lebih baik bagi manusia】.
Bukankah ini prinsip dan slogan Perusahaan Rhein?
Saat upacara peresmian Perusahaan Rhein.
Lin Xian menghadapi wartawan, karyawan, Zhao Yingjun dan Chu Shanhe, membuang naskah pidato yang disiapkan Kak Wang, lalu berpidato secara spontan.
Karena teringat kerusakan lingkungan oleh Istana Langit Rhein, dia secara impulsif menetapkan prinsip pengembangan untuk perusahaan:
"Saya berharap, sebesar apapun Perusahaan Rhein berkembang nanti, di bidang apapun mereka bergerak, tetap memegang prinsip yang juga menjadi makna eksistensinya - demi masa depan yang lebih baik bagi manusia!"
Saat itu.
Begitulah isi pidato Lin Xian.
Pidato yang membara itu mendapat sambutan meriah, slogan ini mendominasi halaman-halaman koran besar Shanghai keesokan harinya.
Apakah ini kebetulan?
Lin Xian merasa mustahil semua ini hanya kebetulan.
Sebelumnya, Huang Que sering menasehatinya untuk menjadikan standar pemimpin kompeten sebagai tujuan.
Jangan-jangan "pemimpin" yang dimaksud adalah ketua Klub Jenius?
"Lin Xian berkedip secepat kilat."
"Berkaitan lagi dengan fakta bahwa baik Turing maupun Elon Jusk, sudah ada bukti konkret bahwa ketua Klub Jenius memiliki kemampuan atau metode untuk melihat masa depan."
"Ini……"
"Bukankah ini juga sejalan dengan rahasia mimpiku sendiri?"
"'Mungkinkah……'"
"Lin Xian menahan napas:"
"'Mungkinkah…… ketua Klub Jenius itu adalah diriku sendiri?'"
"Seketika itu."
"Dia tertegun."
"Mulai merenungkan segala logika, namun selain dua kemiripan tak masuk akal ini, tidak ditemukan titik persamaan lainnya."
"'Heh.'"
"Dia tersenyum tipis, menggelengkan kepala:"
"'Bos akhir ternyata diriku sendiri…… alur cerita kampungan macam apa ini? Novel sepuluh tahun lalu pun tidak akan menulis plot semurahan ini…… klise banget, kalau diterbitin pasti nggak laku.'"
"Lin Xian berpendapat."
"Jika dia adalah ketua, dia tidak mungkin bisa sebesar hati itu, membiarkan orang seperti Copernicus yang membunuh tanpa pandang bulu kembali dengan hati tenang untuk rapat, itu benar-benar memberontak!"
"'Nggak mungkin.'"
"Lin Xian kembali menggelengkan kepala:"
"'Aku tahu batas kemampuanku, juga tidak mungkin membiarkan anggota klub seenaknya membunuh dan mempermainkan nasib rakyat dunia. Pasti ketuanya bukan aku.'"
"Sudah, cukup dipikirkan."
"Matanya beralih ke paruh pertama pasal kelima peraturan."
"Jabatan tinggi berarti tanggung jawab besar, selalu ingat kewajiban dan kekuasaan yang diberikan sejarah kepada para jenius."
"Jika kewajiban jenius adalah membimbing sejarah manusia ke arah yang benar, menciptakan masa depan lebih baik untuk umat manusia."
"Lalu……"
"Kekuasaan?"
"Apa itu kekuasaan?"
"'Apakah hak untuk mengendalikan sejarah, masa depan, ruang-waktu, dan takdir?'"
Lin Xian mendengus pelan:
“Benar-benar tinggi hati.”
KREK.
Dia mengunci layar ponsel.
Bersandar di kursi, menutup mata.
Sampai di sini.
《Anggaran Dasar Klub Jenius》telah selesai dibaca seluruhnya.
Meski masih belum sepenuhnya memahami klub ini, setidaknya... sudah mendapatkan tiket masuk dan hak untuk menghadiri perkumpulan.
Cukup sampai di sini.
“Sisanya...”
“Tinggal menunggu perkumpulan besok lusa untuk menyelidiki lebih lanjut.”
……
Dua hari kemudian.
30 Juni 2024, pukul 9 pagi, Perusahaan Rhein, kantor Lin Xian.
Kakak Wang mendekat dan meletakkan dua 【topeng Kucing Rhein】di meja:
“Coba lihat, bagaimana? Semua dibuat sesuai permintaanmu, kualitasnya sangat bagus. Diproduksi oleh pabrik mainan yang sudah lama bekerja sama dengan kita.”
“Awalnya kukira topeng seperti ini tidak akan laku, tapi ternyata! Baru satu minggu dipasarkan, sudah laris manis seantero negeri! Banyak kota yang kehabisan stok... mesin pabrik ini sampai kepanasan.”
“Tapi harus diakui, lihat kualitas topeng ini, warnanya, tepian yang dihaluskan... Tsk tsk, meski harganya lebih mahal dari kompetitor, kualitasnya memang unggul. Benar-benar worth it.”
“Tadi aku cek data divisi pemasaran, dalam seminggu saja topeng Kucing Rhein sudah terjual 4 juta lembar. Sungguh di luar dugaan... Awalnya dikira produk gagal, eh malah jadi bestseller. Memang apapun yang berlabel Kucing Rhein pasti laris!”
“Sekarang pesanan topeng dari pabrik, termasuk pesanan ekspor, sudah melebihi 40 juta lembar. Mungkin cukup untuk diproduksi pabrik OEM ini dalam beberapa waktu.”
Lin Xian mendengarkan laporan Kak Wang sambil mengambil sebuah topeng untuk diteliti.
Topeng ini, baik dari segi bentuk maupun polanya, menggunakan desain versi awal Kucing Rhein...
Yakni versi sketsa sederhana Kucing Rhein yang pernah dipakai Dalimao di Mimpi Pertama.
Itulah awal segalanya、
Titik mula segala cerita、
Lin Xian merasa ini sangat bermakna.
Sekaligus bentuk tidak melupakan akar dan menjaga hati nurani.
Dua minggu lalu saat menyuruh Kak Wang memproduksi topeng Kucing Rhein resmi, Lin Xian secara khusus meminta menggunakan desain sketsa sederhana versi paling awal.
Kini... mimpi benar-benar menyatu dengan dunia nyata.
Akhirnya di tahun 2024 ini, berhasil mendapatkan topeng Kucing Rhein yang pernah ada 600 tahun kemudian.
Lin Xian mengelus permukaan topeng yang mengilap, merasakan material elastis yang kokoh, berkomentar penuh kekaguman:
“Memang bagus, pantas laris manis.”
Lin Xian menarik karet pengikat topeng Kucing Rhein, memasangnya di wajah, lalu melepaskan ikatan di bagian belakang kepala.
Begitulah.
Topeng Kucing Rhein yang lama tak terpakai, kembali menutupi wajahnya.
Melalui lubang-lubang di topeng, ia menatap Kak Wang di seberang meja kerja:
“Bagaimana?”
“Apa maksudmu?” Kak Wang tampak bingung.
“Maksudku...”
Lin Xian menunjuk topengnya, tersenyum:
“Mirip perampok bank tidak?”
“Hahahahaha.”
Kak Wang langsung tertawa terbahak-bahak:
“Orang bodoh mana yang pakai topeng Kucing Rhein buat merampok bank! Murni otaknya ada gangguan!”
Lin Xian buru-buru mengingat-ingat.
Untunglah.
Saat merampok bank di Mimpi Pertama, dirinya selalu memakai topeng Ultraman versi CC yang sama. Tembakan map Kak Wang kali ini tidak melukai sekutu.
“Kau benar.”
Lin Xian mengangguk:
“Nanti harus minta ganti rugi citra ke Dalimao.”
Cuma bercanda.
Tanpa Kak Muka yang memakai topeng Kucing Rhein merampok bank, takkan ada semua ini sekarang.
Kak Muka adalah juru selamat sejati.
Pria berhati baja dalam sejarah manusia.
……
Setelah berkoordinasi dengan Kak Wang tentang urusan perusahaan,
Lin Xian mengambil dua topeng Kucing Rhein, meninggalkan kantor, menuju gedung kembar lainnya di kompleks MX.
Melalui aplikasi Xiaotiancai Watch di ponsel dan pelacakan jam tangan pintar di pergelangan tangan Yan Qiaoqiao, dia bisa memantau posisi gadis itu secara real-time.
Ini sudah menjadi rutinitas hariannya.
Meskipun ponsel akan mengaktifkan alarm otomatis jika Yan Qiaoqiao keluar dari area pagar elektronik, lebih baik mencegah dengan sering memeriksa.
Baru saja dia melihat posisi jam tangan Yan Qiaoqiao menunjukkan lokasi di Gedung MX.
Sudah pasti,
hari ini Zhao Yingjun membawanya lagi ke Perusahaan MX.
Begitu Lin Xian masuk ke Perusahaan MX, para kenalan lama langsung mengepungnya:
“Wah, Lin Xian, datang cari Direktur Zhao lagi ya.”
“Apa yang kau bawa hari ini ini……Topeng Kucing Rhein? Kau mau menghadiahkan ini ke Direktur Zhao? Saya baru membelikan satu untuk anak lelaki saya dua hari lalu.”
“Terakhir kali menghadiahkan robot penyapu lantai, kali ini topeng Kucing Rhein, caramu benar-benar tidak biasa ya.”
“Ah kalian tidak mengerti apa-apa, ini jelas untuk Yan Qiaoqiao, anak dari kerabat keluarga Direktur Zhao itu.”
“Oh oh oh, ini……kerabat sedemikian jauhnya, tetap perlu meningkatkan tingkat kesukaan juga?”
……
Dalam riuh celoteh dan lelucon, Lin Xian naik lift menuju lantai 22.
Sementara sebelumnya Zhao Yingjun sudah bilang, tak perlu sungkan, langsung, kapan saja, input password dan masuklah ke kantor.
Maka Lin Xian pun tak memperlakukan diri sebagai orang luar.
Dri-dri-dri menekan password yang sangat familiar, Dor! Pintu berkode ganda terbuka mengikuti suara.
Di dalam kantor.
Zhao Yingjun dan Yan Qiaoqiao yang duduk di sofa serentak menengadah:
“Lin Xian, kau datang.” “Kakak Lin Xian.”
Lin Xian tersenyum.
Memandang ke arah sofa.
Yan Qiaoqiao duduk patuh di sana, menggulung secarik kertas di tangannya, lalu melemparkannya ke arah meja teh.
“Sampah! Sampah! Menemukan sampah!”
Robot penyapu lantai VV berteriak dengan suara mengganggu, seperti roda api angin meluncur ke gulungan kertas, kemudian sikat plastiknya berputar, gerluk-gerluk menelan kertas itu ke dalam kandungannya.
Zhao Yingjun melihat kejadian ini, tersenyum pada Lin Xian:
“Qiaoqiao menemukan mainan baru, dia sangat suka bermain dengan VV…… Kalau dipikir juga lucu, dua VV, Pomeranian dan robot penyapu lantai, semuanya dia sukai.”
Tiba-tiba, lampu indikator robot penyapu lantai VV berkedip beberapa kali.
Lalu menabrak pergelangan kaki Lin Xian:
“Sampah! Sampah! Menemukan sampah!”
Brak.
“Hiss.”
Tabrakan itu membuat pergelangan kaki Lin Xian perih, dia mengerutkan alut ke arah robot penyapu lantai:
“Kau kenapa sih, rusak ya?”
Kemudian.
Robot penyapu lantai VV berhenti bergerak, diam terpaku di situ.
“Nakal sekali.”
Lin Xian bergumam.
Lalu bangun dari duduknya, berjalan ke sofa, menyerahkan salah satu topeng Kucing Rhein ke Yan Qiaoqiao:
“Qiaoqiao, lihat topeng ini, lebih bagus dari yang bajakan sebelumnya kan?”
Yan Qiaoqiao menerimanya.
Mengangguk antusias saking menyukainya:
“Kucing Rhein, suka.”
Sambil berkata, dia langsung menarik karet pengikat, mengaitkannya ke kuncir kuda, lalu mengenakan topeng Kucing Rhein di wajahnya, menatap Lin Xian:
“Kapan kita ke taman, bertarung melawan Ultraman dan Pleasant Goat itu?”
Keluguan masa kecil.
Membuat Lin Xian tertawa lagi, mengelus kepala Yan Qiaoqiao:
“Kau pikir topeng ini tiket masuk klub tinju? Anak perempuan jangan suka berantem terus, kau harus lebih tenang, cari hobi yang cocok untuk perempuan.”
“Ah, ngomong-ngomong soal itu...”
Zhao Yingjun menghentikan kuas tanda tangannya dan tiba-tiba berkata:
"Beberapa waktu lalu saat mengajak Qiaoqiao jalan-jalan, dia tampak tertarik pada taekwondo dan sandǎ. Bahkan sempat mencoba satu sesi latihan. Pelatih sangat memujinya, bilang belum pernah melihat bakat sebaik ini dan ingin melatihnya secara khusus, bahkan rela tidak menerima uang sekolah."
Dia tersenyum:
"Tentu kami tidak akan mengambil keuntungan seperti itu dari keluarga lain. Uang sekolah pasti kami bayar. Menurutku biarlah ini menjadi hobi murni untuk Qiaoqiao, bukan untuk ujian tingkat atau ikut pertandingan."
"Kulihat Qiaoqiao memang sangat menyukai taekwondo dan sandǎ. Saat pulang dari kelas percobaan, matanya terus memandangi anak-anak yang berlatih dengan penuh kerinduan. Aku pikir... kalau dia begitu tertarik, mungkin kita bisa mendaftarkannya di kelas hobi?"
"Bagaimana pendapatmu?"
Hmm……
Lin Xian memandangi tatapan penuh harap Yan Qiaoqiao di balik topengnya, merasa sedikit bingung.
Mencoba Koreksi Sejarah:
"Apa kau tidak suka tarian atau semacamnya?"
Yan Qiaoqiao menggelengkan kepala:
"Terlalu lemah."
"Lemah?"
Lin Xian tidak mengerti sama sekali:
"Mana ada yang menyebut tarian sebagai lemah... Maksudmu tarian tidak cukup intens? Kalau begitu bisa belajar breakdance, itu lebih menantang."
Yan Qiaoqiao menggelengkan kepala:
"Aku tidak suka."
"Kalau... alat musik bagaimana? Piano, biola, gitar." Lin Xian kembali mencoba Koreksi Sejarah.
Yan Qiaoqiao masih menggelengkan kepala:
"Saya justru suka jenis [pertarungan] itu."
Begitu katanya.
Dengan mengenakan topeng Kucing Rhein, dia melayangkan beberapa pukulan lurus dan kait dengan gesit, terlihat cukup profesional.
Seolah membuat Lin Xian melihat bayangan Kepala Desa Bermata Biru dari Mimpi Ketujuh.
Satu pukulan menghancurkan kepala beruang abu-abu.
Otak beterbangan.
“……”
Lin Xian terdiam.
Tampaknya koreksi gagal.
"Kalau tidak bisa, biarkan saja dia pergi."
Zhao Yingjun tak ambil pusing:
"Kelas hobi semacam itu, apa yang bisa dipelajari? Cuma main-main dan berteman saja."
"Lagipula untuk perempuan, belajar bela diri juga bagus. Agar tidak dijahati di kemudian hari, bukan?"
Heh.
Lin Xian tersenyum getir.
Siapa berani mengganggu Tuan ini.
Bahkan Penguasa Li dari Kota Shanghai pun selalu bersikap hormat saat membicarakan Kepala Desa Yan.
"Kakak Lin Xian, bisakah kau mengantarku?"
Yan Qiaoqiao meluruskan topeng Kucing Rhein di wajahnya, mata besar yang bersinar memandangi Lin Xian:
"Kakak Yingjun sibuk beberapa hari ini, tidak sempat mengantar ke taekwondo... Aku ingin lanjut les di sana."
"Ya sudah, baiklah."
Saat ini Yan Qiaoqiao sama sekali tidak menunjukkan tanda pemulihan ingatan, partikel ruang-waktu terbelit dari Liu Feng juga tenang.
Benar-benar membuat Lin Xian kehabisan akal.
“Untungnya masih ada 7 hari lagi menuju 7 Juli. Dalam beberapa hari ini, aku akan lebih sering bertemu Yan Qiaoqiao. Di satu sisi, untuk meningkatkan tingkat kesukaan; di sisi lain, mungkin bisa mencari petunjuk darinya.”
“Bagaimanapun, selama pembacaan Zhong Ruang-Waktu tidak berubah, garis dunia tidak bergeser, maka sejarah yang telah ditetapkan juga tidak akan berubah. Aku pasti aman sampai tanggal 7 Juli nanti.”
“Jika sampai 6 Juli belum menemukan solusi...”
“Lin Xian berencana menyelinap ke Beijing, menemui Kepala Biro Liu An dari Badan Keamanan Nasional untuk meminta perlindungan.”
“Tapi hari ini tidak bisa, aku masih ada urusan.” Lin Xian membuat janji dengan Yan Qiaoqiao:
“Besok ya Qiaoqiao, besok aku akan mengajakmu belajar taekwondo.”
“Hmm-hmm.”
Yan Qiaoqiao mengangguk penuh antusias:
“Aku akan menunggumu, Kakak Lin Xian.”
Setelah itu.
Lin Xian juga tidak mau mengganggu pekerjaan Zhao Yingjun di sana.
Naik mobil khusus ke mal elektronik, membeli kacamata VR dengan fitur lengkap yang mendukung teknologi NFC.
Kacamata besar ini menutupi separuh wajah bagian atas seperti kotak, menggunakan dua layar resolusi tinggi untuk menampilkan "rekaman 3D" ke mata.
Karena adanya jarak alami antara kedua mata manusia, sudut penerimaan gambar pun berbeda. Sensasi tiga dimensi muncul dari sini.
Di toko elektronik, Lin Xian mencoba memakai kacamata VR.
Ternyata dalam beberapa tahun terakhir, teknologi VR memang berkembang pesat. Pengalaman penggunaannya jauh lebih baik dibanding sebelumnya.
Saat ini dia berada di dalam toko elektronik.
Tapi begitu kacamata VR dipakai, seketika terasa seperti berada di tengah hutan purba yang sangat mirip seperti aslinya, sulit dibedakan dari kebenaran.
Melihat ke kiri, terlihat kupu-kupu pelangi beterbangan seolah-olah ada di depan mata, hendak menerjang wajah.
Desau angin halus dan suara kepakan sayap kupu-kupu terdengar dari speaker hingga ke telinga, benar-benar memberikan sensasi imersif.
Kemudian lihat ke atas.
Dia melihat terang matahari, mentari terik, pucuk pepohonan menjulang, burung-burung terbang di langit.
Berbagai efek permainan cahaya sangat realistis, seolah membuatnya merasakan kelembapan dan kesejukan hutan.
Menundukkan kepala lagi, melihat ujung celana dan sepatu bot kulit miliknya.
Tentu saja, semua ini virtual belaka.
Berbeda dengan seragam olahraga yang dikenakannya, peralatan VR mengubahnya menjadi petualang hutan.
Maka, yang terlihat saat menunduk adalah sepatu bot kulit yang berlumpur dan celana kain tebal, benar-benar memberikan daya imersi penuh.
Dia mencoba memutar keperawanan, menghadap ke belakang.
Adegan VR memang 360 derajat tanpa blind spot, di belakang juga terhampar hutan purba, hanya saja... seekor harimau tutul berlari keluar dari hutan!
Otot-ototnya menegang, taring menyeringai, mengaum keras lalu menerjang Lin Xian——
"Waduh."
Efek rekaman ini terlalu nyata, Lin Xian secara refleks menghindar ke kiri, ujian VR pun berakhir di sini.
Pegawai membantu melepas kacamata VR-nya, tersenyum memandangi Lin Xian:
"Tuan, apakah produk ini menurut Yang Mulia cocok?"
"Cukup bagus." Lin Xian menjawab jujur: "Sangat realistis."
"Heh, bagaimana pengalaman dengan teknologi VR, selain terkait perangkat keras, juga sangat bergantung pada adaptasi perangkat lunak dan kualitas sumber video."
Pramuniaga melanjutkan penjelasan:
"Semakin tinggi resolusi, frame rate, dan kelancaran sumbernya, semakin baik efek yang dirasakan saat menggunakan helm VR. Hanya saja saat ini video dan game VR belum menjadi arus utama di pasaran... jadi... sumber daya yang bisa Yang Mulia alami juga sangat terbatas."
"Tidak apa-apa."
Lin Xian menyerahkan kacamata VR tersebut kepada pramuniaga:
"Ambil yang ini saja, bungkus untuk saya. Selain itu... yakin ini bisa menggunakan teknologi NFC kan?"
"Bisa, saya akan demonstrasikan untuk Yang Mulia."
Pramuniaga mendemonstrasikan dengan kartu NFC kepada Lin Xian. Baru setelah itu Lin Xian merasa tenang, melakukan pembayaran, mengambil barang, dan pulang ke rumah.
……
Malam hari.
1 Juli 2024, 00.40
Lin Xian duduk di sofa, telah mengenakan kacamata VR dengan baik.
Karena tidak ada sumber input atau titik koneksi, yang terlihat di matanya adalah antarmuka ruang tamu virtual... bukan ruang tamu rumahnya, melainkan sebuah adegan 3D virtual.
"Waktunya hampir tiba."
Lin Xian mengambil lencana dada emas Klub Jenius dengan tangan kanannya, meletakkannya di sisi kanan kacamata VR, menempel pada bodi.
Siang tadi pramuniaga telah menunjukkan padanya bahwa modul pengenal NFC berada di posisi ini.
Didi.
Suara bip ringan terdengar. Kacamata VR mengenali instruksi koneksi NFC, gambaran di depan mata mulai berpindah-pindah tak berhenti.
Cahaya dan bayangan saling menyilang berputar.
Seolah berada dalam terowongan penjelajahan ruang-waktu.
Lin Xian melihat ke kiri-kanan, bahkan menoleh ke belakang... tanpa kecuali, semuanya adalah permainan cahaya warna-warni, bagai berada dalam kaleidoskop.
Akhirnya, setelah puluhan detik, gambaran berhenti melompat-lompat dan menampilkan pemandangan yang menyerupai ruang berganti pakaian.
"Silakan atur citra virtual Anda."
Suara petunjuk mekanis yang netral, tidak bisa dibedakan gender, tanpa intonasi maupun emosi.
Lin Xian menggerakkan bola matanya, menggunakan sistem penilaian fleksibel untuk "membentuk" citra virtual bagi dirinya.
Dia menyusunnya secara acak tanpa perhitungan matang.
Tinggi badan diatur sembarangan, postur tubuh dipilih normal, gaya rambut dan fitur wajah dibiarkan default, pakaian memilih setelan jas paling sederhana.
Hasil akhir.
Hanya seorang pria paruh baya biasa yang mudah ditemui di dunia nyata.
Di bagian dada setelan jas, secara otomatis terpasang lencana dada emas Klub Jenius.
Lin Xian menggerakkan pandangan, mengunci tombol konfirmasi dengan tatapan lalu menekannya.
Seketika, suara mekanis berbunyi lagi:
"Silakan atur topeng Anda. Dapat menggunakan mode pemindaian objek nyata atau mengunggah gambar untuk pembuatan real-time."
Ternyata, prediksinya tepat.
Dia mengambil [topeng Kucing Rhein] dari sofa, menempatkannya di depan kamera kacamata VR untuk melakukan pemindaian objek.
Tak lama, rekonstruksi pemindaian berhasil.
Sebuah topeng Kucing Rhein yang identik dengan dunia nyata muncul di alam virtual, secara otomatis terpasang di wajah avatar Lin Xian menutupi seluruh fitur wajahnya.
Ini...
Benar-benar buka celana untuk kentut.
Lin Xian mencela dalam hati.
Padahal citra virtual ini dari ujung rambut sampai ujung kaki sudah palsu, wajah juga palsu, masih harus ditutupi topeng lagi, sungguh redundan.
"Kemudian dia kembali menggerakkan bola mata, mengunci posisi tombol konfirmasi, dan mengkliknya."
"Akhirnya……"
"Semua gambaran menghilang."
"Di depan mata hanya ada kegelapan, seolah di kejauhan terlihat titik-titik cahaya lilin."
"Suara mekanis tanpa emosi kembali terdengar:"
"Harap matikan atau aktifkan mode senyap semua peralatan elektronik di sekitar. Proses perkumpulan tidak menerima gangguan eksternal apapun."
"Lin Xian mengeluarkan suara 'Cih'."
"Banyak sekali aturan."
"Tapi tidak ada cara lain, Menyesuaikan Diri Dengan Lingkungan, hanya bisa menuruti."
"Dia meraba ponsel di meja teh, mematikan tombol senyap fisik secara naluriah, mengatur ponsel ke mode senyap tanpa dering maupun getaran."
"Menunggu lagi tiga puluh detik."
"Akhirnya……"
"Cahaya menerpa."
"Pandangan tiba-tiba menjadi lapang."
"Di depan mata terhampar cahaya hangat yang lembut. Lin Xian menoleh ke kiri-kanan, menyadari dirinya berada di dalam kastil klasik yang khidmat."
"Saat ini, dia berdiri di atas karpet merah lurus."
"Ujung karpet merah itu mengarah ke sepasang pintu kayu berwarna cokelat."
"Dia mengerti."
"Ini perintah untuknya berjalan menyusuri karpet, mendorong pasang pintu kayu cokelat itu. Di balik pintu, pastilah lokasi perkumpulan Klub Jenius."
"Dia mulai melangkah maju."
"Sepatu kulit dan celana jas dari avatar virtual muncul di bawah, melangkah mantap ke depan."
"Suara gesekan antara sepatu kulit dengan karpet wol terdengar jelas, detail nan sempurna sampai ke telinga."
"Teringat ucapan penjaga toko siang tadi."
"Semakin halus material dan sumber dayanya, semakin baik pengalaman VR-nya."
"Tidak diragukan lagi……"
"Klub Jenius yang dirancang istana kuno ini, karpet ini, pintu kayu cokelat di depan mata, serta aula perjamuan di belakang semuanya kelas atas."
Pandangan mata yang terlihat, membuat orang agak sulit membedakan antara realitas dan ilusi.
Krek, krek, krek.
Sepatu kulit menginjak karpet yang lembut, Lin Xian semakin mendekati pintu kayu ganda berwarna cokelat itu, perlahan mendengar suara diskusi dari dalam.
"Oh? Hari ini ada pendatang baru? Heh, jenius terakhir... sudah lama kami menunggu."
Suara laki-laki muda yang lantang terdengar.
Disusul oleh tawa ringan seorang perempuan:
"Dengan ini, semua anggota Klub Jenius telah berkumpul. Aku sangat penasaran... lukisan mana yang dia gunakan? Sudah lama aku mencari yang terakhir itu tapi tak kutemukan."
"Hmm..."
Suara renungan berat seorang pria paruh baya:
"Setelah kita meretas password 《Einstein yang Murung》 dan mengambil surat undangan, lukisan itu kita musnahkan... Hanya kalian yang ber-selera jahat ini tidak mematuhi tata krama, masih menyimpannya di luar untuk menyesatkan orang."
"Yang di British Museum itu milikmu kan, 【Da Vinci】? Masih ada satu lagi yang kuketahui di tangan sutradara Hollywood, itu milik【Newton】, kemudian entah dijual ke mana."
"Lukisan yang tersisa di mana, aku tidak tahu. Tapi meski kau nanti bertanya pada pendatang baru itu, dia takkan mengatakannya. Mengaku berarti membuka statusnya."
"Hehe."
Perempuan itu tertawa kecil:
"Tanya saja 【Turing】? Dia tahu segalanya."
"Turing."
Suara wanita meninggi:
"Turing? Turing hari ini kenapa, bisu saja. Tak sepatah kata pun kau ucapkan."
Batuk-batuk...
Orang tua membersihkan tenggorokannya dengan berat, suaranya berwibawa dan parau:
"[Turing] mati."
"Kami tahu."
Suara wanita berpindah arah:
"Bulan lalu kau sudah bilang Turing mati, sekarang penggantinya adalah kehidupan digitalnya?"
"Sama saja."
Suara parau orang tua:
"Kehidupan digitalnya juga mati... Turing, benar-benar telah meninggalkan kita."
Tiba-tiba riuh rendah diskusi merebak.
Langkah Lin Xian semakin mendekati pintu coklat, desas-desus yang terdengar semakin jelas.
"Siapa bisa membunuh kehidupan digital?"
Suara pria muda terdengar terkejut:
"Bagaimana mungkin? Tapi... hahaha, aku malah ingin berterima kasih pada orang ini. Aku tak suka kehidupan digital, membuatku merasa tak aman. Apalagi saat pertemuan terakhir, pidato [Turing] yang penuh keyakinan... sungguh membuatku gelisah."
"Hari ini tamu undangan sangat lengkap."
Suara tua lainnya muncul, tak terlalu sepuh namun penuh semangat:
"[Copernicus]? Sudah berapa lama kau tak hadir di pertemuan, angin apa yang membawamu kemari?"
"Hehehe..."
Tertawa kering yang familiar.
Membuat alis Lin Xian yang sedang mendekati pintu coklat itu berkerut.
Tertawa kering yang khas ini...
Terlalu dikenalnya.
Persis orang tua misterius dari mimpi keempat itu!
Ternyata...
"Dia adalah Copernicus!"
Setelah tertawa kering, suara Copernicus terdengar ringan dan samar, seolah kehabisan tenaga:
"Aku sengaja datang hari ini... untuk menyaksikan jatuhnya seorang jenius."
Hening beberapa detik.
Lagi-lagi suara wanita yang pertama terdengar:
"Siapa? Turing? Kau sudah tahu Turing mati?"
"Bukan..."
Dua kali lagi tertawa kering terdengar.
Lin Xian hanya terpisah sejengkal dari pintu ganda cokelat itu, suara lemah Copernicus terdengar dari balik pintu:
"Seseorang yang lain... teman yang kurang menghargai posisiku."
……
Amerika Serikat, Texas, Boca Chica, Pusat Peluncuran Starship Space-T, Kantor Pribadi Jusk.
Krek.
Pintu berkode yang hanya bisa diakses olehnya dan sekretaris wanita itu terbuka mengikuti suara.
Tak, tak, tak, tak.
Sekretaris wanita berpenampilan sensual itu berjalan masuk dengan sepatu hak tinggi, menuju sisi lain meja kerja... di sana duduk miliarder terkaya dunia, Jusk, yang sedang berbaring di kursi bosnya dengan kacamata VR besar.
Ia mendorong kacamata merahnya.
Mengangkat pistol di tangan kanannya, menekannya ke bodi kacamata VR.
"Hm?"
Miliarder bertubuh tinggi ini merasakan tekanan pada kacamatanya, mengeluarkan suara bertanya.
Tapi.
Sama sekali tidak memberinya kesempatan untuk bertanya lagi.
Braak!!
“Asap mesiu berkepadatan, energi kinetik peluru yang dahsyat langsung menembus kacamata VR, menembus dahi dan bagian belakang kepala Elon Jusk, bahkan menembus papan kayu solid di belakang kursi bos, membawa otak dan darah yang terciprat, menghantam tembok putih di belakang.”
“Elon Jusk langsung menundukkan kepala.”
“Di bagian belakang kepala, terbentuk lubang besar yang mengerikan, terus mengalirkan lumpur merah-putih.”
“Selamat tinggal, Jusk.”
“Sekretaris wanita mendorong kacamata merahnya:”
“Masih ingat jurusan apa yang pernah saya ceritakan saat kuliah di MIT?”
“Dia berbalik badan.”
“Keluar dari kantor, membanting pintu dengan keras——”
……
“Dor!”
“Laboratorium Rhein Universitas Shanghai.”
“Liu Feng membelalakkan mata, menepuk meja dan berdiri.”
“Zhong Ruang-Waktu!”
“Dia berteriak, melemparkan peralatan penelitian di tangannya, bergegas ke meja laboratorium tengah.”
“Dia tidak salah lihat!”
“Pembacaan di Zhong Ruang-Waktu berubah lagi!”
“Tadi masih 0.0000336……”
“Tapi sekarang!”
“Sudah berubah menjadi 0.0000294.”
“Sekejap mata, kelengkungan ruang-waktu berubah lagi——”
0.0000252、
0.0000210……
“【Dun... Garis dunia sedang jatuh!】”
“Liu Feng kalang kabut, segera menghubungi Lin Xian.”
“Du……”
“Du……”
“Du……”
“Nada tunggu tak berdaya, menanti ponsel diangkat, tapi tak ada yang menjawab.”
“Kenapa selalu tidak bisa dihubungi!”
“Liu Feng benar-benar panik.”
“Ponsel Lin Xian sedang sibuk apa setiap hari?”
“Xiao Lingtong?”
“Angkatlah!”
Liu Feng berteriak.
Namun, di tengah bunyi tut-tut yang menjengkelkan, Lin Xian tetap tidak mengangkat telepon.
Liu Feng menggeram, matanya menatap tajam ke arah Zhong Ruang-Waktu.
Garis dunia terus merosot!
0.0000126、
0.0000084、
0.0000042、
0.0000000……
"Benar-benar jatuh kembali ke titik awal!"
Liu Feng berteriak lagi.
Akhirnya.
Pembacaan pada Zhong Ruang-Waktu stabil, tak lagi berubah, terkunci di -
【-0.0000042】
"Cepat angkat telepon lah!"
Liu Feng tak bisa menahan amarahnya.
Tangan kanannya mengepal, menghantam meja laboratorium!
……
Brak!
Rumah Zhao Yingjun, kamar mandi.
Seperti pukulan tumpul yang menghantam dada Yan Qiaoqiao, membuatnya limbung tak bisa seimbang.
Dia bangun tengah malam untuk ke toilet.
Baru saja membuka keran, hendak mencuci tangan, tiba-tiba jantungnya terasa diremas tangan besar... Nyeri hebat membuatnya limbung dan terjatuh ke depan.
Untungnya kedua tangan berhasil menyangga wastahel, menstabilkan tubuhnya.
"Ini..."
Dia hendak mengatakan sesuatu:
"Batuk-batuk! Batuk-batuk! Batuk-batuk!"
Batuk keras membuat matanya berlinang air.
Dia mengusap mata, menengadah ke cermin di depan wastafel:
"Mata!"
Matanya terbelalak, melihat pupilnya telah berubah menjadi biru! Biru berkilauan!
"Tapi cahaya biru ini hilang dalam sekejap, hanya berkedip sesaat, lalu segera berubah menjadi hitam. Bersamaan dengan itu, banjir memori yang bukan miliknya memenuhi otaknya!"
"Aaaaah!"
Dia berjongkok di kamar mandi sambil memeluk kepalanya yang sakit luar biasa.
Menggigit gigi, menahan sakit saat memori dipaksakan masuk ke otak - potongan gambaran yang familiar namun asing:
Di lapangan dengan barisan seragam militer, sekelompok gadis berbaju pelatihan berat berdiri tegak. Pelatih di depan berteriak marah:
"Kalian memikul misi ruang-waktu penting! Ini tugas suci! Kehormatan yang tak tertandingi! Tanggung jawab terhadap masa lalu dan masa depan umat manusia! Tangkap penjahat terbesar dalam sejarah!"
……
Di ruang kelas berpenerangan lampu pijar putih, separuh gadis yang ikut pelatihan telah hilang, tapi kursi masih memenuhi setengah ruangan.
Pelatih menunjuk foto pria muda di layar, matanya menyala-nyala:
"Inilah penjahat terbesar dalam sejarah manusia! Kejahatan anti kemanusiaan, membahayakan bumi, mengacaukan ruang-waktu! Pasal-pasal hukum ini hanya batas aturan, bukan batas kejahatannya!"
"Betapa banyak keluarga hancur karena perbuatannya! Berapa nyawa tak bersalah melayang karena dia! Kenapa kalian tak punya orangtua? Kenapa jadi yatim piatu? Karena besar kemungkinan orangtua kalian tewas di tangan kecerobohannya!"
“Kalian telah lolos seleksi penguatan obat tahap awal……kalian adalah yang terkuat yang mampu bertahan dari penguatan! Tapi selanjutnya, akan ada pelatihan yang lebih ketat dan kejam menantimu! Bawalah amarahmu! Bawalah kebencianmu! Jadilah lebih kuat!”
“Buka lebar matamu, perhatikan baik-baik wajah pesakitan terbesar dalam sejarah manusia ini! Ingat baik-baik namanya——”
“Lin Xian!”
……
Jalanan berlumpur, mentari terik menyengat, hutan yang dipenuhi nyamuk.
Sekelompok gadis kekar dan tangguh itu melintasinya dengan mudah, memanjat tinggi merangkak rendah, laksana kelinci liar, bak seekor cheetah.
“Ikuti!!”
Pelatih berteriak kasar:
“Lin Yu Xi! Kau ngapain di belakang? Bangun sekarang juga!”
“Kita semua bisa lari, kenapa cuma kau yang tidak sanggup?”
“Sampah!!”
……
“Mesin penjelajah waktu memang banyak, tapi Partikel Ruang-Waktu Terjerat hanya ada satu.”
Ilmuwan perempuan berbaju putih itu memandangi puluhan gadis bersenjata lengkap di ruangan:
“Partikel Ruang-Waktu Terjerat berbeda dengan partikel biasa, sangat-sangat berharga, sangat-sangat langka…Sejak manusia mengetahui eksistensi partikel ruang-waktu hingga kini, jumlah partikel yang berhasil ditangkap puluhan, tapi untuk partikel terjerat…hanya ini satu-satunya.”
“Hanya Partikel Ruang-Waktu Terjerat yang efektif untuk menangkap Lin Xian, pesakitan terbesar dalam sejarah. Jika memakai partikel biasa untuk kembali ke masa lalu, kita tidak hanya akan jadi target tembak, tapi juga tidak bisa berbuat apa-apa.”
“Inilah hal yang akan saya sampaikan hari ini, meski kalian sudah cukup hebat, tapi... tetap hanya yang terhebat satu orang yang bisa melintasi kembali ke masa lalu untuk menjalankan tugas mulia dan sulit ini.”
……
Gadis itu mengayunkan pukulan keras, menghantam gadis lain hingga terjatuh ke tanah.
Pelatih meniup peluit, memisahkan keduanya, lalu mengangkat tangan sang pemenang:
“Berhenti! Kau menang!”
“Pertandingan berikutnya, yang terakhir! Lawan Lin Yu Xi!”
“Kalian berdua bertarung, siapa yang bisa mengeliminasi lawannya akan diangkat menjadi agen tingkat tiga dan mendapat hak melintasi masa lalu untuk menjalankan misi! Sekarang... mulai!”
Dua gadis itu saling pukul dalam debu, mengerahkan seluruh kemampuan. Dalam pandangan, satu pukulan keras menuju dahi——
Brak!
Yan Qiaoqiao membalikkan badan, membuka mata, terengah-engah sambil bangkit dari lantai.
Dia memandangi bayangannya di cermin.
Darah hidung terus mengalir, tak bisa berhenti.
Berkedip secepat kilat, pupil mata tetap hitam. Cahaya biru kristal tadi bagai ilusi semata, lenyap sekejap.
“Aku...”
Dia menatap tangan yang penuh darah hidung, memandangi bayangan diri di cermin yang jauh lebih kurus dari ingatannya.
Lengan dan kaki ramping.
Tak ada jejak latihan atau otot yang terdefinisi.
“Siapakah aku?”
Dia memeluk diri sendiri, mengingat ajaran pelatih, foto di layar kelas, tujuan latihan keras, serta pesakitan sejarah yang keji tak terampuni.
“Aku adalah...”
Dia berdiri tegak, menatap dirinya sendiri di cermin dengan wajah penuh darah.
"Saya adalah……"
Dia mengerutkan alut, kata demi kata:
"Lin, Yu, Xi."
……
Kreek——
Di dalam kastil virtual, Lin Xian telah sampai di ujung karpet merah, kedua tangannya menekan pintu kayu cokelat ganda lalu mendorongnya terbuka.
Di dalamnya aula emas yang berkilauan bagai cahaya.
Lin Xian memicingkan mata, melihat sebuah kursi kayu hitam kuno nan mewah seperti singgasana di tengah aula, di atasnya duduk siluet gelap yang kontra cahaya.
Di bawah kursi itu, di kedua sisi jalan karpet merah, berjejer empat buah kursi kayu dengan bentuk sama, total delapan buah, masing-masing diduduki siluet dengan postur berbeda tinggi dan pendek, gemuk dan kurus.
Lin Xian melangkahi pintu gerbang, menginjak karpet, lalu melanjutkan langkah ke depan.
Matanya yang mulai beradaptasi dengan cahaya terang akhirnya melihat jelas topeng-topeng kerumunan itu, membuatnya menarik nafas dalam……
Sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam "Anggaran Dasar Klub Jenius".
Setiap anggota di sini mengenakan topeng di wajah.
Tapi!
Topeng mereka bukan mainan, bukan karakter anime, bukan binatang, apalagi gambar sembarangan.
Melainkan……
【Orang sungguhan!】
【Topeng wajah manusia!】
【Setiap pola yang dilukis pada topeng-topeng itu adalah tokoh besar yang termasyhur dalam sejarah!】
Di empat kursi sebelah kiri, dari yang terjauh hingga terdekat, empat pasang mata menatap Lin Xian. Topeng di wajah mereka bertuliskan:
【Copernicus】
【Galileo】
【Gauss】
【Turing】
……
Di sebelah kanan empat kursi, hanya tiga di depan yang diduduki orang, kursi keempat kosong. Ketiga orang itu serempak menoleh, memandangi ke arah sini.
Dari jauh ke dekat, topeng di wajah ketiga orang tersebut secara berurutan adalah:
【Newton】
【Da Vinci】
【Tesla】
……
Sementara sosok yang duduk di satu-satunya podium tinggi perlahan meluruskan posturnya.
Itu adalah seorang pria tua yang agak bungkuk.
Dengan cahaya keemasan menyilaukan di belakangnya, topeng di wajahnya terangkat——
【Albert Einstein】!
"Selamat datang... anggota kesembilan sekaligus terakhir dari jenius sejati..."
Pria tua bertopeng Einstein perlahan bangkit dari kursi kayu hitam klasik.
Perlahan ia mengangkat tangan kanan, mengulurkan jari telunjuk, lalu menunjuk ke langit:
"Selamat datang bergabung..."
"Klub Jenius!"
