Lin Xian mendengarkan.
Tersenyum tipis.
Hangat:
"Ini membuatku merasa bersalah. Kau bisa memimpikanku, tapi aku tak bisa memimpikanmu. Satu-satunya kali, hanya patungmu yang muncul."
Zhao Yingjun terkekeh pendek:
"Kenapa kau serius sekali? Mimpi atau bukan itu tidak penting. Bagi kita orang biasa..."
"【Semua hal dalam mimpi itu palsu, yang penting aku memiliki kau yang nyata.】"
Setelah berkata demikian.
Dia berbalik menarik gagang pintu, menutup perlahan pintu ruang belajar.
Di dalam ruangan, tinggal Lin Xian seorang diri.
Memang.
Zhao Yingjun tidak salah.
Bagi orang biasa, semua hal dalam mimpi adalah palsu. Inilah alasan mengapa sulit menganalisa konten mimpi Zhang Yuqian dan CC secara mendalam.
Karena...
【Terlalu banyak kontradiksi internal.】
Mimpi Zhang Yuqian sama sekali tidak logis, seperti keledai dan mulut kuda—tidak nyambung.
Mimpi CC, apalagi jika dipikir lebih dalam——
【Dari sudut pandang Hukum Ruang-Waktu, makhluk seperti Lin Xian bermata biru mustahil ada!】
Inilah yang sudah disadari Lin Xian sejak awal.
Penjelajah waktu pasti akan menghadapi Penolakan Ruang-Waktu; termasuk perubahan wajah dan mata menjadi biru, semua ini adalah hasil dari penolakan tersebut.
Karena itu, mulai dari sini mimpi CC menjadi kontradiktif dengan sendirinya.
Jika dia benar-benar melihat dirinya sendiri yang identik dengan dirinya sekarang, mustahil matanya berwarna biru;
Jika dia melihat matanya berwarna biru, maka fitur wajah dan penampilannya pasti tidak mungkin seperti sekarang, pasti akan terjadi Penolakan Ruang-Waktu.
Baik Huang Que dan Zhao Yingjun.
Maupun pembunuh bayaran ruang-waktu Lin Yu Xi dengan Lin Yu Xi berwajah normal.
Wajah yang mengalami penolakan dan wajah asli sama sekali berbeda, bentuk wajah dan fitur wajah akan berubah drastis, tidak ada jejak kemiripan dengan penampilan semula.
Oleh karena itu.
Jika dirinya benar-benar melakukan perjalanan lintas waktu, Penolakan Ruang-Waktu pasti akan "mengubah total" penampilannya, bahkan jika CC bermimpi tentang dirinya sendiri, pasti tidak akan bisa mengenali.
Ini adalah kontradiksi pertama.
Masih ada yang kedua.
“Berbagai aspek membuktikan, perjalanan lintas waktu hanya bisa menuju ke masa lalu, tidak mungkin ke masa depan yang belum diketahui; Ini berarti, CC sebagai gadis yang hidup di masa depan, dia bisa melihat diri sendiri bermata hitam yang berhibernasi ke masa depan, namun sama sekali tidak mungkin melihat diri sendiri bermata biru yang melintas ke masa depan.”
“Kacau sekali.”
Lin Xian menggelengkan kepala dengan frustasi:
“Benar-benar kacau, logika dan garis waktu semuanya terlalu membingungkan, sama sekali tidak tahu bagaimana menjelaskan mimpi Zhang Yuqian dan CC.”
“Seandainya bisa mengetahui isi mimpi Chu Anqing, setidaknya ada tambahan petunjuk, mungkin bisa menyambungkan mimpi-mimpi ini.”
“Tapi memikirkannya sekarang juga tidak berguna, dalam perkumpulan kali ini, selesaikan dulu masalah Einstein dan Copernicus.”
Dring-dring dring-dring dring-dring dring-dring——
Tiba-tiba, ponsel berdering.
Lin Xian mengambilnya, ternyata panggilan internasional dari Elon Jusk.
Tinggal 20 menit lagi rapat akan dimulai, apa maksudnya menelepon sekarang?
“Halo?”
“Lin Xian, tentang urusan pengajuan pertanyaan, saya sudah pertimbangkan.”
Setelah mengangkat telepon, Elon Jusk berbicara cepat:
“Saya rasa kita harus bertukar soal: Kau yang bertanya tentang Einstein, biar saya yang bertanya apakah Copernicus benar-benar mati.”
“Ini juga demi keamananmu, meskipun pertanyaan yang kita rancang—tidak peduli bagaimana Einstein menjawab atau apakah dia menjawab—bisa kita gunakan untuk menilai situasi kematian Copernicus. Tapi... jangan lupa, anggota lain juga bukan bodoh. Begitu mendengar pertanyaan ini, mereka pasti tahu bahwa tuduhan mengarah ke Copernicus.”
“Benar.”
Lin Xian mengangguk:
“Ini hal yang sangat jelas. Dalam perkumpulan klub kali ini, Copernicus pasti tidak akan datang; dan semua orang tahu hanya Copernicus yang akan membunuh matematikawan pada pukul 00:42 menit... Begitu pertanyaan rancangan kita diajukan, anggota lain akan langsung paham maksud kita untuk memverifikasi hidup-mati Copernicus melalui jawaban Einstein.”
“Jika Einstein Menolak menjawab, semua akan tahu kita salah membunuh, dan Copernicus akan terus membunuh ilmuwan di masa depan; jika jawabannya menyatakan masih ada matematikawan yang akan mati, itu juga membuktikan kita gagal membunuhnya; jika dia menjawab tidak ada lagi matematikawan yang menjadi korban pada 00:42, berarti kita benar-benar berhasil membunuh Copernicus.”
Di ujung telepon.
Elon Jusk berdehem:
“Begitulah. Karena itu aku khawatir dengan keamananmu.”
“Statusmu sepenuhnya rahasia sekarang, tak ada yang tahu kau siapa. Untuk apa kau sengaja membuka posisimu dan membuat semua anggota tahu kaulah pembunuh Copernicus?”
“Ini bukan hanya akan mendatangkan masalah, tapi juga menarik perhatian khusus anggota lain. Sebagai anggota baru Klub Jenius, sebenarnya kau bisa memanfaatkan status 'pendatang baru' ini untuk menjalin kontak dengan orang lain dan mendapatkan lebih banyak informasi.”
“Begitu kau mengakui bahwa kau yang membunuh Copernicus, sebenarnya banyak hal lain akan terbongkar secara bersamaan. Menurutku ini adalah keterbukaan yang tidak perlu. Sekarang, meskipun semua orang tahu kalau kau dan Copernicus tidak akur, alasan perseteruan, akar masalahnya, semua itu tetap misteri... Mempertahankan aura misteri inilah yang terbaik.”
“Aku berbeda. Statusku sudah terbuka, semua tahu siapa diriku. Lebih baik aku langsung mengaku bertanggung jawab atas ini. Kau pura-pura tidak mengenaliku, sekaligus berpura-pura tidak tahu soal pembunuhan Copernicus, teruslah berperan sebagai Rhein si pemula.”
Lin Xian termenung.
Memang, analisisnya cukup logis.
Setiap anggota Klub Jenius adalah orang-orang licik, perkataan mereka sulit dibedakan palsu-aslinya. Meskipun terlihat semua membenci Copernicus, belum tentu tidak ada yang diam-diam sejalan dengannya.
Contohnya Turing, sangat pandai menyembunyikan diri.
Lebih baik mencegah kesalahan, serahkan saja tanggung jawab ini ke Elon Jusk. Dengan karakternya, delapan puluh persen pasti akan memberitahu semua orang dengan penuh kebanggaan dan kepongahan:
“Semua perhatikan aku! Kuumumkan satu hal! Benar! Aku lah yang membunuh Copernicus! Tepuk tangan terima kasih!”
Setelah menyetujui proposal Elon Jusk, Lin Xian menutup ponsel.
Melirik waktu, 1 September 2024, 00:20
Tiba-tiba ia tersadar.
Selama ini ia selalu masuk ke ruang pertemuan virtual VR tepat pukul 00:42... Setiap kali mendorong pintu masuk, semua orang sudah duduk rapi dan mengobrol cukup lama.
Ini membuktikan.
Bisa datang lebih awal ke pertemuan.
"Anggaran Dasar Klub hanya menyatakan tidak boleh terlambat, tidak disebutkan tidak boleh datang lebih awal."
"Tidak peduli di era apapun."
"Tiba lebih awal di lokasi rapat adalah bentuk kesopanan."
"Kalau begitu hari ini masuk lebih awal saja."
Lin Xian mengenakan kacamata VR:
"Duduk lebih awal di kursi, dengarkan apa yang mereka bicarakan, sekalian banyak-banyak menyantop 'semangka'."
Setelah merapikan kacamata VR, Lin Xian menempelkan lencana emas Klub Jenius di bagian depan kacamata VR.
Driit.
Suara ringan berbunyi, bidang pandang holografik mulai menampilkan kilau warna-warni pelangi, bagai terowongan ruang-waktu, hingga akhirnya gambaran stabil di dalam kastil kuno yang familiar.
Lin Xian menundukkan kepala.
Di bawah kaki terbentang karpet wol merah yang lembut, mengarah ke pasang pintu kayu coklat di depan.
Pada dua kunjungan sebelumnya, selalu terdengar suara obrolan dari balik pintu gerbang, biasanya yang paling nyaring dan tawa paling riang adalah Nona Da Vinci.
Tapi hari ini...
Sangat sepi.
Tidak ada suara bicara sama sekali.
"Jangan-jangan aku datang terlalu pagi?"
Lin Xian melangkah maju mengikuti karpet.
Sepertinya kali ini, dirinyalah yang pertama tiba di ruang pertemuan.
Tidak apa.
Dua kali sebelumnya selalu datang terlambat, kali ini seimbangkan saja.
Kreek—
Ia mendorong pasang pintu kayu coklat, memandang ke aula emas di dalam.
"Hm?" "Lho?"
Lin Xian menengadah, melalui topeng Kucing Rhein bertatapan dengan pria paruh baya bertopeng Galileo yang duduk di kursi tinggi sebelah kiri.
Rupanya dia bukan yang pertama datang, masih ada yang lebih awal lagi.
“Kau datang pagi-pagi begini buat apa?”
Nada bicara Galileo terdengar tidak senang, seolah menggeruti Lin Xian:
“Perkumpulan kita baru dimulai 00:42 menit. Kau sama sekali tak perlu datang lebih awal, paling-paling datang beberapa menit lebih cepat, atau tepat waktu pun tak ada yang protes.”
“Bukan begitu.”
Lin Xian tak bisa menahan diri.
Kenapa justru saat dirinya jarang-jarang datang lebih awal malah diomeli?
Bukankah Galileo ini orang yang sangat kaku?
Saat pertama kali menghadiri pertemuan dengan memakai topeng Kucing Rhein, Galileo pernah menegurnya karena tidak resmi dan kurang menghormati klub.
Hasilnya hari ini sengaja datang lebih awal untuk mengubah kesan, tapi si tua ini langsung membombardir dengan omelan?
Lin Xian melangkah sambil memandangi Galileo:
“Datang lebih awal kok jadi salah? Lagipula, bukankah kau juga datang lebih pagi?”
“Hmph.”
Galileo mendengus pelan, memalingkan kepala, duduk tegak di kursi:
“Aku hanya khawatir kau yang baru bergabung mungkin belum paham aturan. Sekedar mengingatkan dengan baik.”
“Datang lebih awal memang kebiasaan baik, tapi tak perlu berlebihan. Kau berbeda denganku yang sudah tua ini. Aku punya banyak waktu luang, suka menyendiri.”
“Baiklah.”
Lin Xian duduk di kursi jenius terakhir miliknya, bersandar sambil menyilangkan kaki:
“Maaf mengganggu kesunyianmu. Andai kuketahui cuma kau sendiri yang datang awal, takkan kusayangkan datang lebih pagi.”
Walau entah kenapa.
Tapi Lin Xian bisa merasakannya.
Galileo sangat membenci dirinya sendiri.
Dan yang menarik adalah...
Dia membenci dirinya sendiri, bukan karena posisinya, bukan karena ucapannya... tapi karena dirinya datang terlalu awal, mengganggu waktu menyendirinya?
Kakek tua bangka ini benar-benar sulit dilayani.
Kalau ingin menyendiri, pergilah ke dunia nyata, cari vila di pegunungan salju, cari kebun anggur sepi untuk bermeditasi! Ngapain berebut waktu untuk menyendiri di ruang pertemuan Klub Jenius?
Awalnya Lin Xian hanya ingin ikut nimbrung.
Tapi Galileo di seberang itu, topengnya terus menatap pintu ganda cokelat di pintu masuk ruangan, sama sekali tak mau menghiraukan Lin Xian. Tentu saja dia takkan menghangatkan wajah di pantat dinginnya.
Biarkan saja canggung, tak usah saling menyapa.
Kreek——
Tepat saat Lin Xian memutuskan untuk "bermain siapa yang bicara dulu kalah" dengan Galileo, pintu ganda cokelat itu kembali didorong.
Citra avatar digital seorang wanita muda berpenampilan montok, Nona Da Vinci dengan topeng Da Vinci berjalan perlahan:
"Wah, Rhein? Kau juga datang pagi-pagi sekali hari ini?"
Lin Xian menatap Galileo di seberang.
Berpikir...
Bukankah Nona Da Vinci juga mengganggu meditasimu? Harusnya kau bersungut-sungut sedikit dong?
Paling tidak berikan wajah masam!
Hasilnya...
Sama sekali tidak terduga!
"Selamat datang, Nona Da Vinci."
Galileo berdiri tegak seperti pria terhormat, bahkan secara refleks melakukan gerakan melepas topi, sedikit membungkuk ke arah pintu:
“Sudah sebulan tidak bertemu, bagaimana kabarmu belakangan ini?”
“Bukan.”
Lin Xian penuh tanya:
“Kau ini benar-benar munafik!”
Dia akhirnya paham. Alasan Galileo begitu membencinya ternyata karena kedatangannya terlalu awal, mengganggu waktu berdua mereka dengan Nona Da Vinci!
Si tua bangka ini, licik juga akalnya.
Mengingat perkumpulan sebelumnya, Galileo juga pernah mengundang Da Vinci untuk mengobrol setelah acara; sekarang dia datang terlalu awal, marah karena dirinya datang lebih dulu, menasihatinya agar datang lebih telat... Benar-benar niat terselubung, maksud Galileo sudah jelas bagi semua.
“Heh.”
Lin Xian tersenyum tipis, memutuskan untuk memverifikasi dugaannya.
Maka sambil memandangi Da Vinci yang berjalan mendekat, dia bersuara lantang:
“Galileo bilang mulai sekarang kita jangan datang terlalu awal, cukup datang beberapa menit lebih cepat atau tepat waktu saja. Katanya kedatangan kita akan mengganggu meditasinya yang ingin [sendirian] menyendiri.”
“Oh?”
Da Vinci duduk di kursi sebelah Lin Xian, terkejut:
“Begitukah.”
“Bohong!”
Galileo di seberang langsung bangkit kasar menunjuk Lin Xian:
“Jangan dengarkan omong kosong si bocah ini! Aku hanya sebagai senior yang menasihatinya dengan baik, tapi hasilnya... Rhein, kau malah membalas budi dengan kejahatan.”
“Kapan pun itu, datang lebih awal dari janji adalah bentuk kesopanan dan kebaikan. Aku selalu mendukung hal seperti ini.”
Puu——
"Nona Da Vinci mengeluarkan tawa ringan seperti gemerincing perak."
Lin Xian tentu tahu ini adalah suara yang telah diubah melalui sistem VR. Situasi sebenarnya... mungkin di balik kacamata VR, ada seorang nenek tua beruban yang sedang tersenyum penuh kasih.
"Heh, Rhein, kau mungkin salah paham dengan Galileo."
Wanita bertopeng Da Vinci menutup sudut bibir yang tersenyum, menoleh memandang Lin Xian:
"Meski terlihat kaku dan terlalu keras dalam bicara, sebenarnya dia orang yang mudah diajak rukun. Hatinya masih cukup pemalu."
Heh.
Lin Xian tersenyum tanpa bicara.
Baiklah, terserah katamu.
Dari segi kebaikan manusiawi, Da Vinci memang mencapai puncak kesempurnaan. Ternyata mata yang penuh kebaikan memang melihat segalanya dengan baik.
Sebenarnya, sebelum ada bukti konkret bahwa bencana super besar tahun 2400 adalah ulah tangan Galileo, Lin Xian juga tidak punya permusuhan sejati terhadap pria tua kaku ini.
Untuk saat ini.
Selain pernyataan Turing-chan dari masa depan bahwa Galileo adalah biang keladi bencana super besar tahun 2400, tidak ada bukti substantif kedua.
Jadi.
Tentang apa sebenarnya Rencana Masa Depan Galileo, masih belum bisa disimpulkan.
Tapi...
Dia menoleh, memandang Da Vinci yang sedang asyik mengobrol dengan Galileo...
Rencana masa depan orang lain masih buram.
Namun rencana masa depan Da Vinci, Lin Xian tahu persis.
Tapi hal seperti ini, tidak ada cara untuk mengungkapkannya secara langsung.
Pertama-tama adalah masalah yang mungkin tidak diakui atau dipercaya oleh Da Vinci jika diungkapkan;
Kedua, jika Da Vinci percaya dan melakukan koreksi, maka mimpi kedelapan akan berubah, sedangkan dirinya sendiri belum selesai menyalin gambar mesin penjelajah waktu.
Terakhir, dan yang paling krusial.
Niat baik Nona Da Vinci, termasuk dunia ideal yang diimpikannya, menurut Lin Xian juga bagus, sederhananya hanya tentang penegakan hukum yang ketat.
Mengapa akhirnya berubah menjadi seperti Kota Shanghai yang kejam dan terlalu berlebihan, alasannya pun beragam - di satu sisi karena sifat manusia, di sisi lain karena android yang berkuasa.
Tapi, ini topik basi.
Apakah dengan manusia yang berkuasa, dunia masa depan akan menjadi lebih baik?
Tidak ada yang bisa memastikan hal ini.
Inilah alasan mengapa Lin Xian merasa sulit mengutarakan beberapa hal.
Dirinya sendiri tidak memiliki rencana yang lebih baik, tidak punya cara untuk memecahkan masalah, dan tidak tahu di mana letak kesalahan dalam rencana Da Vinci - hak apa yang dimilikinya untuk mengoreksi kesalahan orang lain?
Cara terbaik adalah menunggu sampai dirinya selesai menyalin gambar mesin penjelajah waktu, lalu menggunakan kesempatan bertanya pada Einstein, melalui jawaban Einstein membuat Nona Da Vinci sendiri menyadari kegagalan di masa depan.
Dengan demikian.
Juga dapat menghindari terbongkarnya rencana masa depan Da Vinci.
Elon Jusk berulang kali mengingatkan Lin Xian bahwa setiap anggota Klub Jenius sangat cerdas, hanya dengan satu kalimat atau petunjuk saja bisa mendeduksi identitas asli dan tujuan sebenarnya seorang anggota.
Kecuali ada kesempatan untuk berbicara empat mata dengan Nona Da Vinci.
“Bagaimana jika orang lain menebak status aslinya Nona Da Vinci dari perkataanku, lalu menyumbang untuk membunuhnya? Itu berarti aku telah melakukan kebaikan yang berujung petaka.”
“Jangan panik.”
“Bagaimanapun, gambar mesin penjelajah waktuku belum selesai disalin, masih banyak masalah yang tertunda. Urusan menyelidiki Da Vinci secara tak langsung... biarkan dibahas beberapa bulan lagi.”
“Apakah kau punya banyak anak?”
Galileo tertawa heh-heh, masih mengobrol dengan Da Vinci:
“Aku selalu mendengar ceritamu tentang para gadis kecil.”
“Benar.”
Da Vinci tersenyum:
“Aku punya banyak anak, satu per satu sangat menggemaskan. Meski sering nakal, tapi mana ada anak kecil yang tidak nakal... Aku sangat menyukai mereka. Kuharap mereka bisa tetap bahagia seperti ini selamanya, tak pernah dewasa.”
Setelah berkata demikian.
Ia menengadah, memandangi pria dewasa bertopeng Galileo di seberang:
“Ngomong-ngomong, belum pernah kutanyakan. Biasanya di perkumpulan kita tidak membahas urusan privasi status, kecuali seperti Elon Jusk yang mengaku sendiri... Lagipula kau berbeda dengan Newton dan Rhein, tak pernah bercerita tentang keluargamu.”
“Jadi pertanyaan ini tidak perlu kau jawab juga tidak apa. Aku hanya penasaran polos saja, apakah... kau punya anak? Jika ada, di usiamu sekarang pasti sudah punya cucu-cucu, kan?”
“Tidak.”
Suara Galileo datar:
“Aku tak pernah menikah, juga tak punya anak.”
“Oh...”
Da Vinci mengeluarkan desahan penyesalan panjang, menggelengkan kepala:
“Sungguh kuharap ini hanyalah kebohongan untuk menyembunyikan identitasmu.”
……
Sebelah.
Lin Xian duduk di kursi sandaran tinggi, seperti duduk di atas duri.
Dia benar-benar menyesal datang terlalu awal.
Dalam acara perjodohan senja seperti ini, dirinya terasa terlalu berlebihan dan membuat canggung!
Jempol kakinya terus menggaruk sol sepatu.
Maaf, Galileo, aku salah.
Permintaan maaf Lin Xian sebelumnya pada Galileo pasti diucapkan dengan nada sinis.
Dan sekarang.
Ini permintaan maaf yang tulus dari hati.
Ternyata benar seorang jenius.
Tua tubuh tapi muda hati, selalu penuh stamina dan hormon.
Jika bukan karena takut tidak bisa masuk kembali setelah keluar rapat, Lin Xian benar-benar ingin offline sementara agar tidak mengganggu "ketertarikan rahasia" Galileo.
Sangat jelas.
Galileo selalu datang lebih awal setiap kali hanya untuk menunggu Da Vinci.
Dia tidak tahu status asli Da Vinci, dan karena sama-sama anggota Klub Jenius, kemungkinan besar mereka takkan pernah bisa bertemu dengan tenang di dunia nyata.
Setiap bulan, sebelum rapat, beberapa menit atau belasan menit yang singkat ini.
Adalah satu-satunya kesempatan Galileo bertemu dan berduaan dengan Da Vinci.
Hanya ini saja.
Sebulan hanya ada beberapa menit berharga ini, sebelum jenius-jenius lain mendorong pintu gerbang dan masuk.
Wajar jika Galileo marah saat melihatku tiba-tiba datang lebih awal.
Dia sudah menunggu sebulan lamanya.
Hanya untuk mendapatkan beberapa menit berharga ini.
Pasti Galileo sudah datang jauh-jauh hari sebelumnya.
"Karena dia tahu, Da Vinci suka datang lebih awal, pasti karena Da Vinci-lah dia sampai duluan."
"Begitulah."
"Setiap bulan Galileo sudah duduk di sini lebih awal."
"Membayangkan kapan pintu coklat akan didorong oleh Da Vinci, memikirkan topik obrolan nanti, mengira-ngira aktivitas Da Vinci sebulan ini."
"Hasilnya..."
"Hari ini tatapan penuh antisipasinya justru disambut topeng konyol Kucing Rhein."
"Coba bayangkan dari perspektif Galileo."
"Lin Xian memang bisa memahami mengapa pria tua tadi begitu tidak ramah padanya."
"Kreek—"
"Menoleh."
"Pintu coklat kembali terdorong."
"Topeng Tesla."
"Tidak perlu ditanya, pastilah Elon Jusk yang datang."
"Hehehe~"
"Pria yang terkesan sembrono ini menggunakan suara aslinya, bergegas mendekat:"
"Sedang bahas apa? Cepat ceritakan!"
"Hmph."
"Galileo di seberang mendengus, memalingkan muka, tak lagi bicara."
"Tampaknya..."
"Masa bahagianya telah usai."
"Elon Jusk berjalan mendekat, duduk di kursi tinggi antara Da Vinci dan Lin Xian, matanya jelalatan:"
"Sudah Lama Tak Berjumpa, teman-teman lamaku."
"Ada kejadian menarik selama aku tak hadir di perkumpulan ini?"
"Da Vinci tersenyum memandang Elon Jusk:"
"Menarik? Bukankah yang paling menarik justru saat kau perdi di tengah perkumpulan itu? Kami semua mengira kau sudah dibunuh."
"Heh, mana mungkin!"
"Elon Jusk tertawa terbahak:"
“Saya hanya……”
“Memainkan permainan peran saja.”
Di sebelahnya, Da Vinci terkekeh pendek.
Menggelengkan kepala:
“Kalau begitu, izinkan saya memberitahumu satu hal baru lagi.”
“Apa itu?” tanya Elon Jusk.
Da Vinci mengangkat jarinya, menunjuk ke arah Lin Xian sambil memandang Elon Jusk:
“Kalimat munafik yang baru saja kau ucapkan itu……”
“Sudah dikatakan Rhein dalam perkumpulan terakhir.”
