Lin Xian membuka laptop, mengakses sebuah folder, menatap ratusan berkas gambar yang tersimpan di dalamnya.
Semua dokumen ini adalah gambar komponen mesin penjelajah waktu, hasil kerja kerasnya siang-malam selama tiga bulan terakhir.
"Meski begitu, baru bagian inti yang berhasil disalin; untuk menyelesaikan penyalinan semua produk jadi, setidaknya masih diperlukan waktu dua bulan."
"Ini jauh lebih sulit daripada saat menyalin kode VV dulu, setiap hari Lin Xian pusing menghafalnya."
"Setelah aku menemukan Du Yao, garis dunia pasti akan mengalami pergeseran, bukan?"
Sejujurnya, Lin Xian juga tidak yakin di mana jangkar yang tidak dapat ditarik kembali akan muncul.
Saat dirinya berhasil menemukan Du Yao?
Atau ketika Du Yao berhasil membuat terobosan dalam bidang syaraf otak?
"Sebenarnya, sekarang masih ada satu masalah utama yang paling krusial."
Lin Xian menggaruk kepala:
"【Sekarang tahun 2024, berapa usia Du Yao sebenarnya? Apakah dia sudah lahir?】"
Dalam surat tulisan tangan Akademisi Gao Wen disebutkan, Ibu Du Yao meninggal pada pertengahan abad ke-21. Jika Du Yao benar-benar seorang jenius super, mungkin dia baru berusia 20-30 tahun saat meraih hasil penelitiannya.
Dengan demikian, di tahun 2024 ini, sangat mungkin Du Yao memang belum lahir.
Selain itu.
Nama Du Yao sendiri juga tidak terlalu langka.
Melalui data besar negara, mungkin akan ditemukan banyak gadis bernama Du Yao, mulai dari bayi hingga perempuan berusia 20-30 tahun.
Lalu apa yang harus dilakukan?
Du Yao yang mana sebenarnya yang merupakan jenius bidang syaraf otak berbakat di masa depan?
Tidak bisa dibedakan.
Tidak mungkin mengumpulkan semua perempuan bernama Du Yao ke Shanghai dan melindungi mereka.
Lin Xian menggelengkan kepala.
Itu hal yang mustahil.
"Ah."
"Sangat sulit menentukan Du Yao mana yang dicari hanya berdasarkan satu nama."
"Tidak takut Du Yao tahun 2024 mulai menonjol, yang dikhawatirkan adalah jika dia masih bayi/murid SD, atau bahkan belum lahir."
"Kalau benar-benar tidak ditemukan, ini akan jadi masalah."
Lin Xian memicingkan matanya.
Bulan depan tanggal 1 Oktober, Galileo bisa langsung mengunci posisi Du Yao yang tepat dari jawaban Einstein.
Tak peduli Du Yao masih bayi, siswa SMP/SMA, atau bahkan belum lahir, Einstein pasti bisa memberi jawaban dan mengunci orangtua Du Yao.
Saat itu tiba, Lin Xian akan berada dalam posisi terpojok.
"Kebetulan besok akan menemui orangtua bersama Yingjun di Beijing, sekalian janjian dengan Kepala Biro Liu An."
Pak.
Dia menutup laptopnya.
Tidak bisa mencari Du Yao setelah menyalin gambar mesin penjelajah waktu memang menyesalkan, tapi ikan dan beruang tak bisa diraup sekaligus.
"Percayalah pada kebijaksanaan Liu Feng dan ilmuwan modern."
"Bagian inti sudah kusalin semua, menyelesaikan 80% proyek. 20% sisanya, tentu Liu Feng dkk. bisa menyempurnakannya."
Meski Kaisar Gao Wen menilai Liu Feng sebagai ilmuwan 'beruntung ekstrim, seperti kucing buta menemukan tikus mati'.
Tapi Lin Xian tidak setuju.
Sebagai jenderal utama di bawah Rhein, secara emosional Lin Xian masih sangat mempercayai Liu Feng.
Mungkin di bidang profesional, Liu Feng tidak sehebat Kaisar Gao Wen atau Kaisar Chen Heping.
Tapi dalam hal kreativitas penelitian yang tidak umum, Liu Feng adalah raja yang tak tertandingi; Komunitas ilmiah memang membutuhkan kemampuan keras seperti Kaisar Gao Wen, namun peserta tipe kreativitas seperti Liu Feng juga mutlak diperlukan.
Coba tanya.
Hasil penelitian seperti Pengantar Konstanta Semesta, deret aritmatika, dan penangkap penanak nasi—selain Liu Feng, siapa lagi yang bisa menyelesaikannya?
Bahkan Kaisar Chen Heping pun harus berdiri di atas bahu Liu Feng untuk menghitung konstanta alam semesta 42.
"Tak apa, kalau Liu Feng gagal, masih ada Nan Gong Mengjie dan Akademi Ilmu Pengetahuan China."
"Nanti jika benar-benar butuh mesin penjelajah waktu, menurut Einstein mustahil dibuat sebelum tahun 2234—delapan puluh persen seumur hidupku takkan sempat memakainya."
Bangkit dari depan meja belajar.
Lin Xian mematikan lentera ruang belajar, menuju dapur.
Penerangan hangat dalam kotak penghangat menyinari segelas susu yang disiapkan Zhao Yingjun untuknya.
Ini mungkin perubahan paling sederhana, paling alami, namun paling menyentuh yang dirasakan Lin Xian sejak mulai pacaran.
Mungkin inilah yang disebut kehangatan.
Setiap hari ada yang selalu mengingatmu di hati, menghangatkan segelas susu untukmu;
Setiap hari setelah terbangun dari mimpi atau selesai bekerja, ada segelas susu hangat.
Kebahagiaan sulit diungkapkan secara konkret.
“Tapi terkadang, sesederhana ini.”
Lin Xian meneguk habis segelas susu hangat itu, tubuhnya terasa hangat dan nyaman.
Kemudian mematikan lentera dapur, menuju kamar tidur.
Anjing Pomeranian VV mengendap di samping ranjang, ternyata sedang mendengkur... Sepertinya porsi makannya terlalu banyak belakangan ini, sudah cukup gemuk. Dulu saat kurus tidak pernah mendengkur. Lin Xian memutuskan akan mengurangi porsi makan VV mulai besok.
Di atas ranjang, Zhao Yingjun terbaring tenang. Punggungnya menghadap VV, wajahnya mengarah ke bantalnya sendiri. Sorot matanya yang lembut terpantul cahaya bulan dari celah gorden, menciptakan aura sakral yang luar biasa.
Lin Xian berjinjit pelan, berbaring perlahan sambil memandangi perut kecil di balik baju tidur Zhao Yingjun.
Masih rata.
Tapi dia tahu, di dalam sana ada nyawa kecil yang sedang berkembang pesat.
“Selamat malam, Yu Xi.”
Bisik Lin Xian lembut.
Sebenarnya dia juga tidak yakin, apakah ini putri atau anak lelaki.
Zhao Yingjun pernah mengusulkan saat kandungan memasuki bulan keempat, mereka bisa meminta tabib USG yang sudah dikenal untuk melihat jenis kelaminnya, memenuhi keinginan Lin Xian.
Tapi Lin Xian agak ragu, membujuk lebih baik tidak usah dilihat, biarkan sebagai misteri dan kejutan.
Saat itu Zhao Yingjun langsung tertawa melihat wajah menyeringainya, mengusap hidungnya:
“Kau memang khawatir ini anak lelaki!”
“Jangan dibahas lagi.”
Lin Xian melambaikan tangan:
“Kata orang, apa yang ditakuti justru akan datang.”
"Zhao Yingjun sepertinya sangat suka melihat ekspresi kebingungan Lin Xian tentang anak laki-laki atau perempuan, terus menggoda dia:"
"Kalau begitu coba tebak, yang aku kandung ini laki-laki atau perempuan?"
"Aku tebak laki-laki."
Lin Xian menjawab dengan tegas.
"Kenapa?"
Zhao Yingjun heran, kenapa orang ini plin-plan?
Lin Xian tersenyum:
"Karena, berdasarkan pengalaman..."
"[Tebakanku biasanya selalu salah.]"
Zhao Yingjun mendengus pelan:
"Kau cukup punya kesadaran diri."
Sadar dari lamunannya.
Lin Xian memandang segala kebahagiaan di sekitarnya, benar-benar merasakan tanggung jawabnya sebagai suami, seorang ayah.
"Aku akan melindungi semua ini."
Dia membelai lembut wajah Zhao Yingjun yang sedang tertidur, berbisik pelan:
"Melindungi masa kini kita, menjaga masa depan anak-anak."
……
Keesokan harinya.
Lin Xian dan Zhao Yingjun naik pesawat dari Bandara Pudong menuju Beijing.
Keluarga Zhao sangat serius menyambut pertemuan ini.
Ayah Zhao Yingjun, Zhao Ruihai, mengundang banyak kerabat di Beijing untuk menjamu Lin Xian.
Dia sangat puas dan bangga dengan calon menantunya ini, memperkenalkan ke semua orang:
"Ini Lin Xian, pasti semua sudah lihat di TV kan?"
"Aduh!"
Keponakan kecil Zhao Yingjun langsung melompat:
"Shanghai 007!"
Membuat semua orang tertawa riang.
Zhao Yingjun mendekat ke telinga Lin Xian, berkata:
"Dia orangnya, yang pernah kuceritakan padamu, selalu mengucapkan kata-kata abstrak."
Di sebelah, Paman Zhang dari Zhao Yingjun memandang Lin Xian dengan ramah sambil tersenyum:
"Lin Xian bukan hanya Pemuda Pemberani Shanghai, tapi juga membawa keharuman nama negara dengan memenangkan kompetisi peretasan dunia. Di suatu rapat, saya berkesempatan bertemu Direktur Gao Yan dari Akademi Ilmu Pengetahuan China, bahkan Direktur Gao pun memujinya tanpa henti."
"Terlalu berlebihan, terlalu berlebihan."
Lin Xian merendahkan diri:
"Sebenarnya ini semua hanya reputasi kosong. Saya sangat berterima kasih atas kepercayaan Direktur Gao, sebenarnya saya banyak menerima bimbingan dan perhatian darinya."
Jamuan makan ini berlangsung harmonis.
Terutama karena orangtua Zhao Yingjun memang sangat puas dengan Lin Xian. Yang mereka hargai bukan hal lain, melainkan integritas, karakter baik, tanggung jawab, dan keberanian Lin Xian. Jadi mereka tenang menikahkan putri mereka dengan pria seperti ini.
Tentu saja, sebagian besar karena pujian Zhao Yingjun yang luar biasa.
Lin Xian yang mendengar deskripsi tentang dirinya selama jamuan makan kadang tertegun, benar-benar tidak tahu bagaimana Yingjun memujinya di rumah sampai-sampai dipuji setinggi langit!
Benar-benar setinggi langit, secara harfiah fisika.
"Kata Yingjun, tahun baru kemarin Lin Xian pergi ke luar angkasa? Menjalankan tugas rahasia?"
Di sebelah, suami bibi Zhao Yingjun menyikut sang bibi:
"Tugas rahasia jangan ditanya! Ini semua harus dirahasiakan!"
Melihat ekspresi bibi yang tegang seperti menghadapi musuh, seolah-olah menganggap Lin Xian sebagai agen rahasia kelompok naga.
Lin Xian diam-diam menyamping, mendekat ke telinga Zhao Yingjun dan berkata:
"Kau menggambarkanku... sepertinya agak berlebihan, sampai aku tidak bisa menutupinya lagi."
"Mana ada."
Zhao Yingjun tersenyum, menoleh sambil berkedip:
"Bukankah yang kukatakan semua adalah fakta?"
……
Setelah makan malam, Lin Xian dan Zhao Yingjun bersama-sama kembali ke rumah orangtua Zhao Yingjun.
Keluarga kembali membahas persoalan pernikahan.
Seperti yang pernah dikatakan Zhao Yingjun sebelumnya, Zhao Ruihai dan Yan Qin sangat terbuka dan santai, mengatakan semua diserahkan pada keputusan kedua anak muda itu tanpa syarat atau tuntutan akan penghormatan posisi.
Sebelumnya Zhao Yingjun juga telah menceritakan pada Lin Xian bahwa dia telah menjelaskan semua tentang Yu Xi dan kronologi kejadiannya kepada kedua orangtuanya.
Kedua orangtuanya seperti membaca kitab suci, sulit mempercayainya.
Tapi belakangan, Zhao Yingjun tidak memberikan penjelasan lebih lanjut, pasangan tua itu akhirnya memahami sendiri.
Mungkin mereka juga merasa bahwa selain penjelasan ini, tidak ada logika lain yang bisa menerangkan bagaimana seorang putri belasan tahun bisa tiba-tiba muncul.
Setelah mengetahui Yu Xi telah "pulang", pasangan tua itu sempat kecewa, tapi akhirnya menerima dengan lapang dada:
"Anggaplah... kita mengalami mimpi yang datang lebih awal."
Zhao Ruihai berdecak kagum.
Mengenang satu bulan kebahagiaan bersama cucu perempuan itu, memang seperti bermimpi, membangkitkan kerinduan dan kesedihan.
Untungnya kabar gembira kehamilan Zhao Yingjun segera mengusir kesedihan itu, pasangan tua itu sudah tidak sabar menunggu kelahiran bayi.
"Jadi persyaratan [satu-satunya] mereka adalah memastikan Lin Xian dan Zhao Yingjun segera menikah dan segera melahirkan anak."
"Setelah itu."
"Lin Xian pergi dari keluarga Zhao Yingjun menuju Badan Keamanan Nasional, bertemu dengan Kepala Biro Liu An yang sudub menghubungi sebelumnya."
"Setelah menjelaskan maksud kedatangannya, Liu An membawa Lin Xian ke sebuah ruang operasi, meminta pegawai memasukkan input nama 【Du Yao】."
"Total 2.281 orang."
"Pegawai tersebut melaporkan."
"Banyak sekali."
"Lin Xian agak terkejut, tapi mengingat populasi Tiongkok 1,4 miliar, jumlah nama sama sebanyak ini memang wajar:"
"Tolong saring lagi, hapus yang berjenis kelamin laki-laki."
"Tersisa 1.921 orang."
"Hapus populasi di atas 50 tahun," kata Lin Xian.
"Mengingat Ibu Du Yao masih bisa meninggal di Afrika pada pertengahan abad ke-21, usia dia sekarang mungkin tidak lebih dari 50 tahun, tapi ini juga tidak pasti:"
"Sudahlah, lebih baik melonggarkan syarat sedikit lagi untuk jaga-jaga, hapus saja yang di atas 60 tahun."
"Tersisa 1.778 orang."
"Lin Xian tersenyum getir: 'Tidak banyak berkurang.'"
"'Karena nama 'Yao' jarang digunakan oleh generasi tua.'"
"Kepala Biro Liu An menjelaskan:"
"'Nama ini lebih populer di kalangan kelahiran 90-an, 2000-an, dan 2010-an, bergaya novel remaja dan jaringan internet. Coba pikirkan kriteria penyaringan lain, Lin Xian. 1.778 orang masih terlalu banyak.'"
"Lin Xian juga mulai berkerut dahi."
"Pengetahuannya tentang Ibu Du Yao memang terlalu minim, tidak ada cara untuk menyaring."
"Utamanya karena benar-benar tidak mengetahui perkiraan usia Ibu Du Yao."
“Kalau menurut Kepala Biro Liu An, langsung mengecualikan semua Du Yao di bawah 20 tahun, mungkin daftar ini bisa berkurang lebih dari setengah.”
“Tapi metode eliminasi buta seperti ini tidak bermakna. Murid SD Du Yao yang berusia tujuh-delapan tahun sekarang, tidak menghalanginya menjadi jenius neurosains dua tiga puluh tahun kemudian, lalu pergi ke Afrika untuk misi perdamaian.”
Sekarang pikirkan baik-baik.
Tidak heran dia merasa pernah melihat nama ini di suatu tempat, sebenarnya tidak aneh melihatnya di mana saja, siapa tahu yang dia lihat adalah satu dari 2000 lebih Du Yao ini?
Lin Xian merenung lagi, merasa sulit menemukan syarat penyaringan.
Penyaringan apapun berisiko melewatkan Du Yao yang sejati.
Kemungkinan terburuk.
Adalah 1778 Du Yao ini bukanlah Du Yao yang dimaksud dalam surat tulisan tangan Akademisi Gao Wen. Du Yao itu belum lahir.
“Sulit sekali.”
Lin Xian benar-benar merasakan arti mencari jarum dalam jerami.
Tapi jarum ini harus dicari.
Masa perlindungan pemula yang tersisa hanya satu bulan. Setelah itu, Einstein + Galileo hanya butuh waktu sekejap bertanya untuk langsung mengunci Du Yao yang sebenarnya.
“Bolehkah saya menyalin dokumen-dokumen ini?” tanya Lin Xian.
“Tidak boleh.”
Kepala Biro Liu An menggelengkan kepala:
“Sebenarnya memperbolehkanmu melihat sudah melanggar aturan. Ini privasi warga, kamu tidak memiliki jabatan resmi maupun wewenang penegakan hukum, membawa pulang tidak mungkin.”
“Tapi data-data ini bisa kamu cek di Kantor Polisi Shanghai juga, sistem registrasi kependudukan sudah terhubung secara nasional. Jadi kalau kamu tidak bisa tinggal lama di Beijing, bisa kembali ke Shanghai untuk melanjutkan pencarian... Kalau tidak nyaman, saya bisa buatkan surat pengantar.”
“Baiklah.”
Lin Xian mengangguk, harus mematuhi peraturan:
“Apakah dalam sistem registrasi kependudukan kita ada informasi pendidikan?”
“Ada.”
Liu An menjawab jujur:
“Sekarang negara sedang memajukan interkoneksi dan pertukaran data antar berbagai sistem informasi, banyak saluran informasi sudah terintegrasi. Tapi saya ingatkan, informasi pendidikan hanya bisa mengecek sekolah dalam negeri, kalau ada pengalaman studi luar negeri, tidak akan tercantum di sistem ini.”
“Kalau begitu cek yang dalam negeri dulu.”
Lin Xian berkata:
“Tolong saringkan nama Du Yao yang memiliki gelar S1 ke atas, saya akan melihat berdasarkan jurusan satu per satu.”
……
Selama tiga hari di Beijing, Lin Xian hampir seluruh waktunya dihabiskan di Badan Keamanan Nasional. Di sini ia menyaring informasi 1.778 Du Yao di bawah 60 tahun selama tiga hari, tapi tidak menemukan Du Yao dengan latar belakang terkait ilmu otak.
Memang ada beberapa yang berpendidikan tinggi, tapi jurusan kuliah S1 dan S2-nya semuanya di bidang bahasa dan sastra... Mungkinkah mereka akan beralih ke bidang penelitian sains otak di masa depan?
Mencari Du Yao ternyata jauh lebih sulit dari yang dibayangkan Lin Xian.
Malam ini.
Saat membicarakan Du Yao dengan Zhao Yingjun, sang kepala berkata:
“Sementara kampus dalam negeri sudah diperiksa semua, coba periksa yang pernah studi luar negeri.”
Dia menjelaskan:
“Di bidang ilmu otak, perguruan tinggi luar negeri sudah berkembang jauh lebih awal dibanding Tiongkok, beberapa kesenjangan memang harus kita akui; apalagi Du Yao yang kuliah ke luar negeri pasti setidaknya sudah lulus S1, kemampuan bahasa asingnya juga sudah pasti memenuhi syarat, sesuai dengan karakteristik misi perdamaian dan bantuan kemanusiaan di Afrika.”
Lin Xian mengangguk:
“Saya juga punya pemikiran ini, yang saya khawatirkan sekarang adalah jika Du Yao ternyata masih murid SD, pasti akan sangat sulit menemukannya. Dalam daftar itu, ada lebih dari 900 Du Yao di bawah 18 tahun, saya tidak mungkin membawa mereka semua ke Shanghai... Orangtua mereka pasti tidak setuju.”
“Kalau begitu kita kembali ke Shanghai saja.”
Zhao Yingjun mengingatkan:
“Di Shanghai saya punya teman yang bisa membantu mengecek informasi riwayat pendidikan luar negeri. Pertama kita identifikasi Du Yao mana saja yang punya catatan studi atau bahkan pernah ke luar negeri, lalu menyaring informasi tersebut agar dia bisa membantu mengecek sistem pendidikan di luar negeri.”
Segera setelah itu.
Lin Xian dan Zhao Yingjun kembali ke Shanghai.
Di Shanghai, Lin Xian cukup punya pengaruh sehingga tidak perlu surat pengantar dari Kepala Biro Liu An; Kantor Polisi Shanghai masih berhutang budi besar padanya, kedatangannya kali ini pun disambut hangat.
Akhirnya, daftar Du Yao kembali dipersempit.
Hanya tersisa 11 Du Yao yang memiliki pengalaman kuliah ke luar negeri.
Tak lama kemudian.
Melalui koneksi Zhao Yingjun, informasi pendidikan luar negeri dari 11 Du Yao ini pun berhasil diakses.
“Lin Xian, lihat ini.”
Zhao Yingjun menunjuk informasi salah satu Du Yao:
“Lihatlah Du Yao ini, lahir tahun 1998, Universitas Johns Hopkins... Universitas ini termasuk salah satu universitas top dunia. Lihat lagi jurusan Du Yao... juga di bidang ilmu otak. Seharusnya ini pasti Du Yao yang dimaksud!”
Lin Xian juga menggerakkan mouse, melihat ke catatan informasi ini.
“Johns... Hopkins University.”
Dia berkedip beberapa kali.
Terasa sangat familiar, nama universitas ini.
“Aku pasti pernah mendengar nama universitas ini sebelumnya.”
Lin Xian menggaruk kepalanya, mulai mengingat-ingat...
Hanya sedikit orang di sekitarnya yang punya pengalaman studi di luar negeri, jadi jarang ada yang berdiskusi dengannya tentang universitas luar...
Tiba-tiba!
Dia membuka mata lebar-lebar!
“Aku ingat sekarang...”
Suaranya terdengar gemetar.
Menegangkan bibir, perlahan melontarkan nama itu:
“Tang Xin.”
Benar.
Tang Xin memang lulusan Universitas Johns Hopkins. Dulu saat kembali ke Shanghai, dia banyak bercerita pada Lin Xian tentang pengalaman studinya.
Mereka membahas makanan Amerika, harga barang, kehidupan kampus, tekanan akademik, dll.
Universitas tempatnya belajar.
Tepatnya Universitas Johns Hopkins!
“Aku paham sekarang.”
Lin Xian menarik napas dalam-dalam.
Akhirnya...
Dalam rantai ingatan yang beruntun ini, dia akhirnya teringat di mana pernah melihat nama Du Yao—
【Catatan Obrolan】!
Paruh pertama tahun lalu.
Saat bermain permainan kucing-tikus dengan Ji Lin, Ji Lin berpura-pura membawa dirinya ke kantor polisi, memalsukan banyak catatan obrolan Tang Xin dengan pria lain untuk mengujinya.
Catatan obrolannya sangat banyak.
Yang asli dan palsu bertumpuk, benar-benar sulit dibedakan.
Tapi dia teringat!
Sepertinya, di salah satu catatan obrolan, dia pernah melihat nama Du Yao!
Mencari dia ribuan kali di tengah kerumunan...
Sama sekali tidak terduga.
Nama Du Yao ternyata tersembunyi dalam catatan obrolan Tang Xin.
Dia segera naik mobil khusus, kembali ke Kantor Polisi Shanghai.
Kemudian, mengambil berkas kasus Tang Xin yang sebelumnya, menemukan banyak catatan obrolan yang dicetak.
Ternyata.
"Yao Yao."
Lin Xian melihat catatan obrolan yang dijilid ini.
Ini adalah catatan obrolan antara Tang Xin dengan pengguna berfoto profil perempuan, nama catatan: Yao Yao.
Itu berarti.
Lin Xian tidak melihat nama Du Yao dari nama catatan ini, jika tidak, kesannya pasti sangat mendalam.
Catatan obrolan ini tidak terlalu tebal, dan catatan dimulai kurang dari dua minggu sebelum musibah Tang Xin, rekaman sebelumnya tidak ada.
Alasannya jelas bagi Lin Xian.
Karena lembaga penelitian tempat Tang Xin bekerja memberikan tunjangan kepada semua karyawan - ponsel Samsung spesifikasi tinggi baru, yang pernah ditunjukkan Tang Xin ke Lin Xian saat makan bersama.
Login ke ponsel baru, catatan obrolan WeChat sebelumnya jika tidak sengaja dibackup pasti tidak ada.
"Waktu itu Tang Xin juga mengeluh pada Lin Xian, sistem ponsel Samsung sangat sulit digunakan, benar-benar anti-manusia. Lin Xian bahkan mencoba mengutak-atiknya sebentar... juga merasakan betapa tidak user-friendly-nya, gerak-gerik operasionalnya sangat tidak nyaman."
Lin Xian cepat-cepat membalik halaman catatan obrolan ini.
Konten spesifik bisa dilihat perlahan nanti, sekarang dia hanya ingin segera memastikan apakah "Yao Yao" ini benar-benar Du Yao.
Frekuensi obrolan Yao Yao dengan Tang Xin tidak terlalu tinggi, kadang terputus-putus, terkadang beberapa hari tidak ada balasan, dan sebagian besar waktu reply-nya larut malam.
"Ketemu!"
Akhirnya, Lin Xian menemukan jejak obrolan terkait.
Itu adalah formulir aplikasi relawan bantuan Afrika bermaterai biru. Sebelum mengirim gambar, Du Yao juga mengirim emoji tanda gunting:
"Aku berhasil lolos seleksi~"
Formulir aplikasi berbahasa Inggris ini tahun lalu, saat Lin Xian dan Ji Lin saling berpura-pura bodoh dalam tarik-ulur, juga tidak benar-benar dibaca. Ketertarikan hatinya sama sekali tidak di sini, hanya sekilas melirik.
Di antara lautan formulir berbahasa Inggris ini, hanya dua huruf Han yang mencolok mata——
【Du Yao】
"Benar Du Yao."
Lin Xian menarik napas dalam-dalam:
"Du Yao yang pergi bantuan ke Afrika... seharusnya inilah yang memiliki tingkat kesesuaian sangat tinggi dengan peristiwa dalam surat tulisan tangan Akademisi Gao Wen."
Memandangi catatan obrolan penuh kisah ini, hati Lin Xian dipenuhi kekesalan bercampur perasaan kompleks.
Tang Xin.
"Gadis yang membuatku merasa menyesal dan menyesali ini... ternyata adalah sahabat dekat Du Yao."
Dia tak tahu harus berkata apa.
Hanya merasa sedikit tidak nyaman.
Karena...
Di halaman belakang catatan obrolan Du Yao dan Tang Xin, hampir seluruhnya membahas tentang dirinya.
"Yao, tebakanmu benar! Lin Xian memang benar-benar lupa kejadian saat SMA dulu ketika dia mengalungkan seragam sekolahnya untukku. Saat kubahas, dia sama sekali tidak bereaksi. Tapi gapapa lah, meski lupa... faktanya tetap terjadi!"
"Hehe, hari ini aku nonton film dengan Lin Xian! Tahu tidak Yao, dia masih sama persis seperti dulu! Tidak berubah sedikitpun! Maksudku... di semua aspek, masih tetap perhatian dan lembut."
"Dia tiba-tiba menarik tanganku hari ini! Aku sampai malu! Pasti wajahku merah saat itu... Aduh, memalukan banget! Untungnya aku minum alkohol, mungkin Lin Xian tidak memperhatikan."
"Ah bukan sengaja sih! Waktu aku mau naik taksi, tiba-tiba dia menarik tanganku dan menyelakku dari pinggir jalan. Aku saat itu... pokoknya... lalu dia tanya apakah mau cari tempat sadarkan diri, ya aku ikut saja."
"Masa sih... Lin Xian bukan tipe begitu! Kami ngobrol sebentar di bar biasa lalu dia mengantarku pulang, serius! Ngapain aku bohong? Dasar Yao, ngapain aku mau bohong? Hubungan kami... lebih mirip seperti baru kenal."
"Hehe, Yao Yao, masih ingat apa yang kubicarakan lewat telepon kemarin? Masih ada teman lama yang mau membantuku, aku sudah menyiapkan hadiah untuk Lin Xian... Hadiah yang sangat spesial! Menurutmu... apakah dia akan teringat kejadian saat membantuku keluar dari situasi sulit dulu ketika melihat hadiah itu?"
"Tenang saja, setelah kembali besok, pasti akan kukabarkan hasilnya secepatnya! Cih, maksudmu tidak bisa kembali bagaimana! Sudah kukatakan, Lin Xian bukan tipe orang seperti itu! Dia orangnya pemalu!"
Ini...
Merupakan pesan terakhir yang dikirim Tang Xin kepada Du Yao.
Halaman terakhir kertas printout itu sangat tipis, tidak ada lagi di bawahnya.
Lin Xian merasa napasnya semakin berat, matanya menatap baris-baris terakhir catatan obrolan ini.
Itu adalah pesan dari Du Yao ke Tang Xin.
Juga, beberapa kalimat terakhir dari catatan obrolan ini:
"Hehe, kan sudah kubilang! Aku tahu pasti tadi malam kau tidak bisa kembali! Masa aku tidak mengenalmu, pasti kau yang aktif duluan!"
"Santai saja, aku ini pengertian, tidak mau mengganggu kalian berdua, jadi tadi malam menahan diri sepanjang malam tidak menghubungimu."
"Sekarang sudah boleh bicara kan! Gimana dong Xiao Xinxin～"
"Pengakuan～～apakah berhasil?"
