Lin Xian tak bisa memahami.
Sebenarnya... apa maksudnya, masa depan paling cerah dan indah?
Sebelum ini.
Lin Xian telah menyaksikan sembilan garis dunia, sembilan kemungkinan masa depan umat manusia, masing-masing sesuai dengan sembilan mimpinya.
Dari teknologi yang stagnan, berbagai bentuk masyarakat aneh terdistorsi, hingga rekonstruksi peradaban pasca-kiamat...
Baik atau buruknya berbagai akhir ini, kebahagiaan manusia atau tidak, tergantung sudut pandang masing-masing.
Tapi tanpa terkecuali.
Kesembilan dunia masa depan ini akhirnya dimusnahkan tepat waktu oleh cahaya putih penghancuran dunia pada 29 Agustus 2624 pukul 00:42 menit.
Karena itu, meski garis dunia telah berubah beberapa kali, Einstein tetap konsisten mengatakan "manusia tidak punya masa depan". Lin Xian selalu mengira maksud Einstein adalah 【Cahaya Putih Penghancuran Dunia】!
Bagaimanapun, hanya ini yang masuk akal.
Jika bukan karena cahaya putih penghancuran dunia, sebenarnya sembilan akhir masa depan itu tidak bisa disebut sebagai "tidak punya masa depan".
Sejarah manusia adalah proses pembaruan terus-menerus. Selama umat manusia punya cukup waktu, segala kemungkinan bisa terjadi, segala sesuatu akan berubah.
Bahkan dalam mimpi kedelapan yang paling menekan, apakah [Mekanik Bionik] masih bisa menguasai kota setelah 1000 tahun?
Belum tentu.
Atau lebih tepatnya, pasti tidak mungkin.
Segala sesuatu yang mencapai puncaknya pasti akan berbalik, tekanan ekstrem pasti memicu pemberontakan.
Seiring dengan semakin besarnya kekuatan Kota Dosa, manusia hanya tinggal menunggu waktu untuk merebut kembali kendali atas dunia.
Ambil contoh mimpi kelima yang menjadi periode kemunduran peradaban manusia paling tragis.
Hanya tersisa beberapa juta orang di seluruh dunia, kondisi hidupnya hanya sedikit lebih baik daripada Zaman Batu.
Tapi.
Lalu apa?
Pada dasarnya manusia memang berkembang dari zaman primitif dan Zaman Batu, ini hanyalah mengulang jalan lama yang sama.
Asalkan tidak ada cahaya putih, berikan manusia 1000 tahun lagi untuk berkembang biak.
Desa Muka, Desa Rhein, Kota Ratu... bukan tidak mungkin menjadi pusat dunia era baru, metropolis internasional, Shanghai yang baru.
Inilah titik yang paling membingungkan Lin Xian.
【Biang keladi ketiadaan masa depan manusia, bukankah seharusnya cahaya putih penghancuran dunia?】
Baru saja Einstein berkata:
"Selama puluhan tahun saya selalu khawatir akan masa depan manusia. Saya melihat manusia menghancurkan diri sendiri dalam berbagai bentuk, peradaban manusia punah karena berbagai alasan."
Berbagai bentuk penghancuran diri、
Berbagai alasan kepunahan、
Ini benar-benar kontradiktif dengan dunia masa depan yang saya lihat melalui mimpi.
Pertama, dari sembilan masa depan yang saya lihat, kecuali mimpi kesembilan yang masih ditunda; dalam delapan mimpi sebelumnya, manusia belum pernah menghancurkan diri sendiri... Betapapun menderitanya dunia, selalu ada sekelompok orang yang gigih berjuang, bertahan, dan berusaha.
Kedua, selain mimpi kesembilan, peradaban manusia juga belum pernah punah karena 【berbagai】alasan. Alasannya hanya satu-satunya... yaitu cahaya putih penghancuran dunia, sama sekali tidak ada penyebab kedua.
Kontradiktif.
Kontradiktif.
Kontradiktif.
Dalam ucapan Einstein, penuh dengan berbagai kontradiksi.
Disimpulkan, terutama terfokus pada tiga poin:
1、Jika Einstein menganggap masa depan dimana manusia saling menghancurkan dan punah bukanlah masa depan yang indah, mengapa sekarang menghadapi Mimpi kesembilan yang melibatkan kepunahan total manusia, justru bersikeras menyebutnya sebagai masa depan terindah?
2、Apakah dunia masa depan yang dilihat Einstein benar-benar sama dengan dunia masa depan yang dilihatnya sendiri? Bisakah dia benar-benar melihat cahaya putih penghancuran dunia pada 00:42 menit?
3、Jika Einstein tidak bisa melihat cahaya putih penghancuran dunia, sebenarnya dunia masa depan dalam Mimpi Pertama dan Mimpi Ketujuhlah yang pantas disebut sebagai dunia paling terang dan indah, tapi mengapa Einstein mengabaikan kedua masa depan ini?
……
Demikian di atas.
Semua ini adalah hal-hal yang dianggap Lin Xian tidak logis.
Karenanya, dia mulai mencurigai bahwa masa depan yang dilihat Einstein mungkin benar-benar berbeda dengan masa depan yang dilihatnya sendiri.
Ini juga membuatnya kembali merasa khawatir.
Jika dia dan Einstein melihat masa depan yang berbeda.
Maka itu berarti...
Di antara mereka berdua, satu orang melihat masa depan yang sebenarnya, sementara yang lain pasti melihat masa depan yang palsu.
【Sebenarnya, masa depan siapa yang benar-benar nyata?】
Tanpa disadari.
Lin Xian teringat debatnya dulu dengan kecerdasan buatan super VV.
Saat itu VV berkata, mimpi Lin Xian yang melihat masa depan dan memahami sebagian Hukum Ruang-Waktu sangat tidak logis, sehingga meragukan apakah mimpi Lin Xian itu palsu, fiktif, atau sekadar studio rekaman.
Tepat dengan ini sebagai kesempatan.
Lin Xian memberitahu Chu Anqing tentang rencana verifikasi realitas mimpi. Setelah menyentuh Partikel Ruang-Waktu, Chu Anqing menuliskan sebuah 【kertas kecil】 untuk dirinya sendiri.
Dia juga berpesan:
"Baca di sana nanti, kau pasti akan mengerti."
Peristiwa ini sudah berlalu lebih dari setahun. Kertas kecil dan Partikel Ruang-Waktu yang tertangkap itu dimasukkan ke dalam Penangkap Partikel Ruang-Waktu (penanak nasi), lalu disimpan di brankas paduan hafnium Bank Thyme.
Lin Xian awalnya mengira sekarang sudah tidak perlu lagi memverifikasi realitas mimpi. Setelah begitu banyak siklus mimpi, ditambah dengan penggunaan informasi dari dalamnya untuk membunuh Turing dan Copernicus, seharusnya cukup membuktikan mimpi itu nyata.
Tapi tak disangka...
Perkataan Einstein ini membuat perdebatan "realitas vs kepalsuan mimpi" kembali berkecamuk, membuat segalanya semakin misterius.
Lin Xian juga sangat ingin membuka brankas itu.
CC bisa menemukan makna hidupnya melalui brankas, sekaligus kebenaran ucapan pria berjanggut VV; Lin Xian juga bisa memahami petunjuk yang ditinggalkan Chu Anqing melalui tulisan di kertas kecil.
Masalahnya adalah, tidak bisa ditemukan!
Bencana super besar tahun 2400 yang terkutuk itu telah menghancurkan seluruh Shanghai, meratakannya dengan tanah. Dia dan CC sudah sangat lama tidak melihat brankas tersebut.
【Mimpi kesembilan juga menghadapi kesulitan yang sama。】
"Bencana super besar yang ditunda 200 tahun telah menghancurkan bumi dan peradaban manusia dengan lebih total. Dengan waktu gerak terbatas dan peralatan minim yang dimiliki Lin Xian, mustahil baginya menemukan brankas paduan hafnium."
"Hal ini membuat rencana verifikasi kepalsuan mimpi kembali terjebak dalam situasi buntu, membuatnya sama sekali tidak bisa memastikan... versi masa depan berbeda yang dilihatnya dan Einstein, mana yang sebenarnya nyata."
"Dari analisis fakta:"
"Jelas prediksi Einstein lebih bisa dipercaya. Bagaimanapun juga, selama puluhan tahun menghadapi bombardir pertanyaan dari para jenius, belum pernah sekalipun dia melakukan kesalahan."
"Baik tanggal kematiannya sendiri maupun waktu kedatangan komet ke bumi, semua diramalkan dengan presisi."
"Berbeda denganku yang hanya bisa melihat masa depan tanggal 28 Agustus 2624, Einstein bisa melihat setiap detik kejadian yang terjadi."
"Ini..."
"Lin Xian merasakan kegelisahan tak jelas di hatinya."
"Mungkinkah..."
"Benar-benar skenario terburuk..."
【"Apakah mimpiku sendiri adalah palsu?"】
"Harus dicari cara untuk memverifikasi!"
"Karena itu,"
"Dia ingin mengetahui seperti apa sebenarnya masa depan yang dilihat Einstein."
"Namun,"
"Orang tua yang bertopeng Einstein itu tetap duduk tenang di podium tinggi, memandang ke bawah:"
""Rhein, jangan panik seperti ini.""
"Dia berkata dengan tenang:"
""Meski ini pertemuan terakhir, sesuai peraturan kalian semua tetap berhak mengajukan pertanyaan padaku.""
""Saat ini belum waktunya sesi tanya jawab. Silakan kembali ke kursi dan tunggu dimulainya sesi bertanya.""
"Lin Xian menghela napas pelan dari hidungnya."
Mundur kembali.
Kembali duduk di kursi.
Sangat jelas.
Einstein masih memiliki beberapa hal yang belum selesai diucapkan.
Setelah Lin Xian kembali duduk.
Einstein kembali memandang keempat anggota yang hadir, lalu melanjutkan:
"Masa depan seperti apa yang merupakan masa depan terbaik?"
Dia tersenyum tipis:
"Ini adalah soal terakhir yang perlu dijawab sebelum kalian bergabung dengan Klub Jenius. Terlepas dari jawaban 'masih adakah masa depan bagi manusia?' yang kalian pilih - ya atau tidak - kalian tetap harus menjawab pertanyaan berikutnya."
"Jawaban kalian beragam, masing-masing memiliki logikanya sendiri. Meski terdapat perbedaan prinsip yang besar, hampir semua mencapai konsensus implisit—"
"【Hanya masa depan yang masih ada manusia, yang layak disebut sebagai masa depan sejati.】"
"Karena itu, dalam menyelamatkan takdir dunia dan mencari jalan keluar masa depan, hal terpenting adalah menjamin kelangsungan hidup umat manusia."
"Namun di masa depan yang kulihat, jaminan paling dasar ini pun gagal terpenuhi. Hampir semua penyebab kepunahan umat manusia... berasal dari kehancuran diri sendiri."
"Ini fakta yang menyakitkan. Karena tak menemukan solusi, kubentuk Klub Jenius ini, berharap dengan kekuatan kolektif kita bisa membantu manusia melewati badai ini. Setidaknya... menciptakan kemungkinan bagi manusia untuk menghindari kepunahan."
"Kini, akhirnya ada yang berhasil. Pencapaian ini bukan karya satu orang semata, melainkan hasil partisipasi bersama semua jenius."
“Sejarah memang seperti ini, setiap langkah, setiap jejak kaki penuh dengan makna yang tak tergantikan. Dalam belitan masa depan yang rumit, untuk bisa melangkah tepat ke satu-satunya masa depan terindah... takkan terlepas dari kepakan sayap seekor Kupu-Kupu pun.”
“Jadi... jangan ragu, para jenius sejati. Masa depan paling cerah dan indah umat manusia adalah ciptaan kalian bersama; teruslah berpegang pada prinsip dan keyakinan kalian, biarkan alur masa depan berjalan di orbit yang benar.”
……
Lin Xian tidak tahu apakah yang lain mengerti.
Tapi dia mengerti.
Garis dunia saat ini, 0.0001764, dalam mulut Einstein, adalah garis dunia paling sempurna.
Karena itu dia tentu takkan menyebut secara terbuka rencana masa depan jenius mana yang berhasil.
Begitu diumumkan, pasti akan memicu perselisihan dan kecurigaan. Mungkin garis dunia akan bergeser lagi, menyimpang dari lintasan sekarang.
Tapi ini tidak masuk akal.
Dari mana Einstein mendapatkan keyakinan sebegitu teguhnya bahwa garis dunia takkan berubah lagi?
Saat ini dia masih menyimpan beberapa modal yang belum meledak.
Saat Du Yao menyelesaikan pengembangan Helm Setrum Syaraf Otak, bukankah kelengkungan ruang-waktu akan berubah?
Saat dia menyerahkan gambar teknik mesin penjelajah waktu versi benar kepada Liu Feng, bukankah garis dunia akan bergeser lagi?
Tiba-tiba.
Dia teringat sebuah kata kunci yang pernah diucapkan Huang Que——
【Sejarah yang Terkunci】.
Saat itu, diri sendiri tidak bisa memahami konsep ini, tidak tahu apa arti sejarah yang terkunci, juga tidak mengerti bagaimana proses penguncian sejarah sebenarnya dilakukan.
Jangan-jangan……
Sekarang, Einstein begitu yakin mengatakan ini adalah pertemuan terakhir, apakah karena sejarah telah sepenuhnya terkunci, masa depan juga terkunci total, garis dunia tidak akan berubah lagi?
Ini juga tidak masuk akal secara logika.
Apakah Du Yao bisa menciptakan Helm Setrum Syaraf Otak saat ini masih belum pasti; secara ekstrim, sekarang diriku bisa sabar menunggu penelitiannya selesai; atau dengan kejam mengusirnya kembali ke Afrika, membuatnya mati lagi dalam perang.
Jelas-jelas masa depan masih dalam keadaan menyebar yang tidak pasti, masih bisa diubah secara manual.
Einstein sebenarnya dapat kepercayaan diri dari mana?
Apakah terlalu buta dan sombong, meremehkan diriku…… atau justru aku yang meremehkan Einstein?
Terlalu banyak masalah.
Terlalu banyak pertanyaan.
Lin Xian seperti lalat busuk tanpa kepala, beterbangan ke mana-mana, sekaligus menabrak tembok di mana-mana.
Tampaknya. Kesempatan bertanya terakhir dalam pertemuan ini perlu dipertimbangkan kembali.
Mungkin.
Titik penetrasi sejati、
Kunci untuk mengetahui kebenaran……
Ada dalam tanya-jawab yang tersisa ini!
……
Hening sejenak.
Jusk mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi, menatap Einstein:
"Kau bicara panjang lebar, tapi tetap tidak memberitahu kami seperti apa masa depan terindah yang kau maksud. Tapi…… kurasa meski kami bertanya, kau akan menolak menjawab dengan alasan menyangkut anggota lain atau demi menjaga lintasan masa depan."
“Jadi, saya ingin memperjelas... apakah aturan untuk pertemuan terakhir dan pertanyaan terakhir ini tetap identik dengan peraturan sebelumnya?”
“Ya.”
Orang tua bertopeng Einstein mengangguk:
“Peraturan tetaplah peraturan. Meskipun perkumpulan Klub Jenius telah berakhir, ini tidak berarti Klub Jenius dibubarkan, maupun kewajiban kalian lenyap. Anggaran dasar telah menuliskan dengan jelas—terlepas dari nyawa, posisi, maupun perubahan kepercayaan... kursi jamuan Klub Jenius akan selamanya disimpan untuk kalian, pintu gerbang akan selamanya terbuka.”
“Karena itu, sekalipun ini pertanyaan terakhir... tetap wajib mematuhi tiga prinsip: Tidak boleh menyangkut anggota lain, tidak boleh menyangkut Klub Jenius itu sendiri, dan pertanyaan yang diajukan harus cukup spesifik.”
“Namun... dalam metode pengajuan pertanyaan, ada beberapa perubahan.”
Einstein berdiri tegak, menatap ke depan:
“Untuk semakin memperkuat stabilitas alur masa depan... pertanyaan dalam pertemuan kali ini tidak akan menggunakan mode publik, melainkan berbentuk 【Pertanyaan Individual】 satu lawan satu.”
Begitu kata itu terlontar.
Newton dan Gauss tidak menunjukkan reaksi apapun.
Sementara di sisi Lin Xian dan Elon Jusk, terlihat beberapa gerakan kecil.
Mereka sengaja menunjukkan reaksi tersebut untuk dilihat pihak lain.
Pertanyaan individual.
Ini berarti tidak ada cara untuk menghadiri persidangan pertanyaan dan jawaban orang lain, namun bersamaan dengan itu——
【Orang lain juga tidak bisa mendengar pertanyaan dan jawabanmu!】
“Mungkin bagi Newton, kesempatan seperti ini tidak langka. Sebagai anggota kedua yang bergabung dengan Klub Jenius, meski tidak memiliki kesempatan sebanyak Copernicus... selama Copernicus tidak hadir dalam perkumpulan bulan itu, dia bisa leluasa bertanya.”
“Tapi bagi Lin Xian dan Elon Jusk, kesempatan bertanya secara pribadi ini benar-benar sesuatu yang langka!”
“Terutama Lin Xian.”
“Tiang Milenium, konstanta alam semesta 42, cahaya putih penghancuran dunia...”
“Masalah-masalah yang tidak pantas ditanyakan secara terbuka ini, dalam situasi berhadapan langsung hanya dengan Einstein, bisa ditanyakan tanpa khawatir didengar orang lain.”
“Hanya saja...”
“Sekarang situasi telah mengalami perubahan besar.”
“Dan kesempatan bertanya hanya ada satu-satunya.”
“Dia ingin mengetahui kebenaran Tiang Milenium dan konstanta alam semesta 42, sekaligus memverifikasi realitas mimpinya, juga ingin tahu apakah dalam visi masa depan Einstein benar-benar ada cahaya putih penghancuran dunia.”
“Ini...”
“Bagaimana harus memilih?”
“Satu-satunya kesempatan yang tersisa.”
“Diri sendiri.”
“Sebenarnya pertanyaan apa yang harus diajukannya?”
“Baiklah, sesi bertanya dimulai, wahai para jenius yang agung dan terhormat.”
“Einstein bangkit dari kursi tinggi berukiran kayu hitam.”
“Di belakangnya, layar merah dekoratif perlahan terbuka ke kedua sisi, menyingkapkan pintu kayu merah berukir indah yang tersembunyi.”
“Dan pada saat ini.”
“Setelah layar benar-benar terbuka, pintu kayu merah itu perlahan membuka tanpa sumber tenaga apa pun...”
“Di dalamnya.”
“Terdapat sebuah ruang rapat yang sempit.”
"Hanya ada sebuah meja teh, dan dua kursi kulit asli yang empuk di kedua sisinya."
"Sesi tanya jawab satu lawan satu."
"Sepertinya, ini akan dilakukan di ruang tamu pribadi ini."
"Newton, ikutlah aku."
"Setelah mengucapkan itu, Einstein berbalik dengan limbung tanpa menoleh dan masuk ke ruang tamu pribadi."
"Newton yang berwujud avatar pria muda di kursi terdepan berdiri, membungkuk hormat kepada Gauss, Jusk, Lin Xian yang hadir:"
"Kucapkan selamat tinggal lebih dulu, para jenius. Pertemuan yang terasa begitu panjang namun singkat."
"Kuharap di dunia lain nanti kita bisa bertemu lagi, tapi juga berharap... untuk tidak pernah bertemu lagi."
"Setelah berkata demikian,"
"dia membetulkan postur dan mengikuti Einstein ke ruang tamu, mengunci pintu rumah."
"Dor."
"Pintu kayu merah tertutup rapat."
"Newton menoleh, memandangi Einstein yang telah duduk di salah satu kursi."
"Duduklah, sahabat lamaku."
"Einstein mengulurkan lengan keriputnya menunjuk kursi kulit di seberang:"
"Ini pertemuan terakhir kita. Masalah apa... yang ingin kau tanyakan?"
"Newton perlahan berjalan menghadap Einstein."
"Duduk."
"Senyum tipis mengembang:"
"Sebenarnya aku tak perlu menanyakan apapun. Bukan karena kesempatan bertanya ini langka bagiku, tapi... aku sangat paham..."
"【Akulah yang menang.】"
"Dia bersandar di sandaran kursi empuk, menatap lelaki bertopeng Einstein di hadapannya:"
“Saya berbeda dengan jenius-jenius lainnya, saya tahu terlalu banyak hal yang tidak mereka ketahui. Bahkan, selain anggota terbaru Rhein, saya bisa menebak rencana semua orang…”
“Ini mungkin keuntungan bergabung lebih awal ke klub. Sebelum sebagian besar pertanyaan mereka tidak bisa diajukan, sedikit menyentuh inti langsung ditolak… Saya dan Copernicus hampir telah menanyakan semua masalah.”
“Di saat kematian Copernicus sekarang, hanya saya yang tahu yang sebenarnya. Hanya saya yang tahu rahasia sesungguhnya. Hanya saya yang tahu apa yang benar-benar dihadapi manusia.”
“Jadi, tak perlu dijelaskan lagi, Einstein… Hanya saya yang bisa menyelamatkan dunia ini. Hanya saya yang bisa menjaga masa depan manusia.”
Dia tersenyum tipis, menggelengkan kepala:
“Kau lebih paham daripada siapa pun, kata-kata saya ini bukan bualan atau kesombongan. Karena hal-hal yang kau beri tahu saya dan Copernicus dulu, sekarang termasuk kategori yang ditolak untuk dijawab.”
“Ini mengakibatkan… para jenius generasi berikutnya, meski saya sangat menghargai usaha mereka, tapi tanpa tahu kebenaran, usaha mereka tak akan pernah menyentuh inti masalah. Sungguh menyedihkan.”
“Karena itu, Einstein, saya hanya perlu memastikan satu hal. Pertanyaan terakhir saya adalah——”
“【Apakah manusia akhirnya punah?】”
Einstein menengadah.
Duduk tegak.
Perlahan menggelengkan kepala:
“Tidak.”
“Hehehehe…”
Newton tersenyum puas, bangkit dari kursi empuknya, berkata dengan lembut:
“Sebagai orang yang bisa melihat masa depan, Einstein, jika kau bilang ini pertemuan terakhir kita, maka pasti itulah yang terakhir. Kita tak akan bisa bertemu lagi.”
“Pertemanan selama puluhan tahun ini sungguh berat untuk dilepaskan. Tapi... tak ada jamuan yang tak berakhir di dunia ini. Selamat jalan, sahabat lama.”
Newton memberi hormat ala bangsawan pada Einstein, lalu melakukan gerakan melepas kacamata VR. Citra virtualnya perlahan menjadi transparan, menyebar, dan akhirnya menghilang...
Kreek.
Pintu kayu merah ruang tamu pribadi kembali terbuka. Suara Einstein yang berwibawa dan tenang tiba-tiba menggema di aula luar:
“Gauss, giliranmu.”
Lelaki kurus bertopeng Gauss gemetar bangkit dari kursi, memandangi dua orang yang duduk berseberangan:
“Kali ini... bisakah... kalian... tak menyela?”
Lin Xian dan Elon Jusk mengangguk.
Ini pertemuan terakhir klub. Mereka harus menghargai permintaan ini. Apalagi mereka pun penasaran ingin mendengar apa yang ingin diutarakan lelaki misterius ini - yang selalu disangkal pertanyaannya dan sudah dua kali berturut-turut tak mendapat giliran bicara.
“Kesetaraan.”
Gauss berkata dengan lembut:
“Di dunia ini... tak ada kesetaraan absolut, juga tak ada yang relatif. Tapi... semua ini memiliki kesetaraan paling primordial.”
Ia mengangguk secara bergantian pada kedua orang itu:
“Selamat tinggal, Elon Jusk.” “Selamat tinggal, Rhein.”
“Selamat tinggal, Gauss,” ujar Elon Jusk.
“Sampai jumpa lagi,” kata Lin Xian.
Mendengar ucapan Lin Xian.
Gauss terkekeh pendek, menggelengkan kepala:
“Bertemu lagi... sepertinya tidak akan ada kesempatan lagi.”
Setelah berkata demikian.
Dia berbalik badan, perlahan-lahan masuk ke ruang tamu pribadi, menutup pintu kayu merah.
Dor.
Pintu kayu menutup.
"Silakan duduk, Gauss."
Einstein menunjuk kursi di seberang.
Gauss perlahan berpindah ke sana.
Setelah duduk, dia berbicara dengan tempo lambat:
"Jadi... apakah aku yang berhasil, Einstein?"
Orang tua di seberang tetap tak bergerak:
"Gauss, inikah pertanyaanmu?"
"Tidak, tidak, tidak."
Gauss gelengkan kepala panik:
"Ha... hanya sekedar ber... berbincang, anggap saja aku... sedang... bicara sendiri."
Setelah jeda sebentar.
Dia melanjutkan:
"【Aku tahu... akulah yang berhasil.】"
Laju bicara Gauss mulai bertambah cepat:
"Karena... beberapa hari lalu, aku yang selalu ragu-ragu akhirnya memutuskan, membuat keputusan yang tak bisa dibatalkan, ditarik kembali, diperbaiki, atau diubah."
"Aku benar-benar paham sekarang, Einstein."
Dia menengadah.
Memandangi topeng Einstein yang Murung di wajah orang tua itu:
"【Kematian yang setara, adalah... kesetaraan sejati!】"
