Dengan peningkatan perlengkapan dan sepatu kulit mewah sumbangan orang dermawan, langkah Lin Xian di jalan beraspal terasa lebih nyaman dan semakin cepat.
Setelah menghabiskan waktu setengah jam, dia dan CC berjalan kembali ke jalan tua tempat mereka pertama kali melintas. Tak lama kemudian, mereka menemukan anak kecil berkulit gelap yang membawa koran... sedang lesu menjajakan koran.
Suaranya pun terdengar lemah tak bertenaga:
"Koran... koran... koran hari ini..."
Mirip seperti robot penyapu lantai VV yang kehabisan baterai.
Mungkin di otaknya sudah berputar-putar gambaran akan dipukuli nanti.
Lin Xian melangkah mantap mendekat.
Anak kecil itu mendengar langkah kaki mendekat, bersemangat menengadah, namun tiba-tiba matanya terbelalak, mundur selangkah, menarik napas dalam-dalam, bersiap untuk berteriak kencang——
"Diam, jangan teriak-teriak."
Lin Xian memotong ritualnya, jentikan jari kanannya melemparkan koin. Dengan refleks, anak itu menyambut dengan tangan.
Saat membuka telapak tangan——koin 10 sen!
Cukup untuk membeli banyak bagian koran!
Lelaki kecil itu memandang Lin Xian dengan terkejut.
"Tak perlu kembalian, sisanya anggap saja kompensasi kerugian spiritual."
Setelah berkata demikian,
Lin Xian berpaling, melambaikan tangan, lalu pergi bersama CC.
Anak kecil itu memandang punggung yang pergi itu, baru menyadari dirinya mendapat berkah dari musibah!
Dengan panik dia membungkuk ke arah Lin Xian:
"Terima kasih Tuan! Terima kasih Tuan!! Semoga hari Yang Mulia dipenuhi kebahagiaan!"
……
"Ah... kau ini."
Setelah menjauh, CC yang berjalan di sebelah kiri Lin Xian tersenyum getir:
“Saat miskin, tak punya sepeser uang tapi masih berani mengajak makan gratis di gereja；Lalu ketika sedikit punya uang, langsung memperlihatkan sikap orang kaya baru, sama sekali tidak hemat. Jika terus begini……sebanyak apa pun uang yang kau hasilkan, cepat atau lambat akan habis kau buang percuma.”
“Memberi biaya kompensasi kerugian spiritual juga seharusnya.”
Lin Xian menjelaskan:
“Lagipula koran hasil curian dan koran yang dibeli normal, tak mungkin harganya sama kan? Meski kesan pertamamu padaku mungkin buruk, tapi itu memang cara darurat saat itu. Sebenarnya aku punya prinsip, setidaknya tak boleh membuat orang lain menanggung konsekuensi karena kesalahanku.”
CC mengangguk diam-diam:
“Memang, awalnya kesanku sangat buruk padamu, apalagi saat melihatmu tidak khusyuk pada Tuhan, hanya ingin. Saat itu benar-benar ingin meninggalkanmu.”
“Tapi sekarang melihatmu tak boleh bocorkan rahasia dan menepati janji, perasaanku justru berubah. Ngomong-ngomong……apa kita benar-benar akan pergi ke Brooklyn Heights? Biaya bus pulang-pergi bukan jumlah kecil, akan membuat hartamu yang sudah sedikit semakin menyusut.”
“Ah, saat seperti ini jangan pikirkan uang.”
Lin Xian tertawa:
“Hidup di dunia ini, nikmati masa kini. Siapa tahu kecelakaan atau besok mana yang lebih dulu datang……Soal uang, jangan kau pusingkan. Siapa tahu di kawasan orang kaya nanti, di sana banyak orang bodoh berlimpah uang, malah aku bisa untung lebih banyak.”
Sembari mengobrol, mereka sampai di halte bus.
Kebetulan sebuah bus mendekat dan berhenti. Lin Xian menarik CC melompat ke dalam bus:
“Ayo, berangkat!”
……
Bus di tahun 50-an sangat lambat, mungkin terkait dengan kondisi jalan yang rumit.
Setelah Lin Xian dan CC naik bus dan membeli tiket, mereka mencari tempat duduk di bagian belakang sambil menikmati pemandangan jalanan yang berlalu.
"Sampai di sini adalah tempat terjauh yang pernah saya kunjungi."
Setelah bus berjalan selama setengah jam, CC menunjuk ke jalan lebar yang terlihat lebih bersih dan lapang di depan, berkata dengan lembut:
"Sejak lahir, saya tidak pernah keluar dari Brooklyn... bahkan dari lingkungan Brownsville sekalipun."
"Panti asuhan nenek didirikan di sini. Setelah panti itu ditutup, saya terus mengembara di area ini. Jika beruntung, saya bisa mendapat pekerjaan sambilan; kalau tidak... seperti sekarang ini, hanya bisa makan dari derma gereja sambil mencari lowongan kerja."
CC menatap ke luar jendela bus.
Lin Xian tidak bisa melihat ekspresi matanya.
Tapi dari suaranya saja sudah terasa betapa sulitnya kehidupan yang dia jalani selama bertahun-tahun ini.
"Laki-laki masih lebih baik."
CC menggaruk bagian belakang kepala tempat kuncir kuda yang mengembang, melanjutkan:
"Paling tidak laki-laki bisa kerja kasar untuk makan, atau mendapat gaji yang cukup untuk menghidupi diri. Tapi saya tidak bersekolah, tidak punya pendidikan... bahkan toko roti pun tidak mau menerima saya sebagai kasir atau penjaga toko."
Beberapa saat kemudian.
Bus resmi keluar dari lingkungan Brownsville, melintasi "batas dunia" CC, menuju wilayah lain di Brooklyn yang sama sekali berbeda.
Area ini terlihat jauh lebih bersih dan makmur dibandingkan daerah sebelumnya.
Bangunan semakin modern, pakaian orang-orang di jalan semakin eksklusif, mobil-mobil kotak atau bulat semakin banyak... Tingkat kehidupan naik beberapa level.
CC membuka jendela bus.
Mengulurkan kepala keluar, memandang pemandangan spektakuler pertama kali dalam hidupnya yang keluar dari dunia.
"Dulu belum pernah melihat adegan seperti ini?" Lin Xian bertanya.
CC menggelengkan kepala:
"Tidak, paling-paling hanya melihat gambar serupa dari koran bekas yang dibuang orang di pinggir jalan... Atau kadang lewat mal, bisa melirik TV di dalam. Melihat langsung seperti ini benar-benar pertama kalinya."
"Sulit dibayangkan, ini baru kawasan orang kaya Brooklyn, sudah secantik ini. Manhattan yang dijuluki pusat dunia... Seperti apa pemandangannya ya."
Dia berkedip secepat kilat, menarik napas dalam-dalam.
Merasa udara di sini lebih segar dan jernih:
"Terima kasih sudah mengajakku, Lin Xian."
Dia berbalik badan.
Memandang Lin Xian dengan senyum manis, dua bulan sabit dan lesung pipi di sudut bibir mekar seketika:
"Jika suatu hari aku bisa ke Manhattan... Pasti akan kubawa kau bersama."
Lin Xian terkekeh pendek:
"Tadinya bilang aku membual, sekarang kamu yang memberi roge? Nyatanya kamu bahkan tak punya uang buat naik bus, masih aku yang traktir."
"Mana ada!"
CC tersipu malu.
Kebohongan tak menyakiti, yang sebenarnya baru seperti pisau tajam.
"Aku juga orang yang menepati janji!"
CC menarik tangan kanan Lin Xian, mengaitkan kelingkingnya, melakukan ritual kontrak universal di seluruh dunia—
"Kait kelingking."
"Kait kelingking oh."
CC menatap serius, pandangannya bertemu dengan Lin Xian:
"【Kalau aku bilang akan membawamu ke Manhattan, pasti akan kubawa.】"
Lin Xian memandang wajah yang sangat familiar di hadapannya, kembali muncul senyuman Chu Anqing.
Manhattan...
Dia memang sudah pernah pergi ke sana bersama Chu Anqing.
Di atap Hotel Aman, Chu Anqing membentangkan kedua lengan menantang angin malam, meniru Lucy dari film 《Titanic》, berbicara ke seluruh Manhattan, seluruh dunia, dan Lin Xian di belakangnya:
“You jump，I jump。”
Siapa sangka.
Ucapan itu menjadi kenyataan.
Mereka benar-benar memainkan kembali adegan ini di pesawat antariksa pada ketinggian 20.000 meter.
"Hei! Katakan sesuatu dong."
CC mengaitkan jari kelingkingnya dengan Lin Xian yang melamun, mendesak:
"Apa kau tidak percaya padaku?"
Lin Xian berbalik badan.
Memandangi jari kelingking mereka yang terkait:
"Aku percaya, pasti percaya."
"Cih, lihat caramu yang asal-asalan. Pokoknya tunggu saja, pasti kubawa kau ke Manhattan."
"Baiklah, aku tunggu."
Ding——
Bus tiba di halte, sopir mengangkat pengeras suara mengumumkan secara manual.
Lin Xian dan CC bertatapan terakhir kali, melepaskan jari kelingking yang terkait, lalu berdiri dan turun.
Keluar dari pintu mobil.
Sinar matahari kembali menyinari.
Kota di sini berubah total, wilayah Brooklyn Heights yang merupakan daerah elit Brooklyn.
"Kawasan komersial di sekitarnya sangat ramai, kerumunan orang yang lalu lalang, wajah mereka dipenuhi semangat yang berapi-api dan kebahagiaan."
"Ternyata, perbedaan di dunia ini sangat besar."
"Brooklyn Heights Promenade……"
Lin Xian melihat peta yang disediakan di sebelah halte bus, jari telunjuknya menggeser peta:
"Di sini CC, kita harus melanjutkan ke arah barat menyusuri jalur pejalan kaki, melewati kawasan komersial ini."
CC mengangguk, mengikuti di belakang Lin Xian.
Di sepanjang jalan, dua orang yang mengenakan setelan gereja dan setelan tunawisma nyaris mendapat perhatian 100% dari orang sekitar, semua orang memandangi mereka dengan tatapan tidak bersahabat, bahkan penuh penghinaan.
Tapi……
Tidak masalah.
Lin Xian dan CC sama-sama tidak peduli. Lin Xian sadar ini bukan dunianya, bagaikan sebuah mimpi; bagi CC, tatapan seperti ini telah menyertai sepanjang hidupnya, dia sudah terbiasa.
Kawasan komersial dipenuhi orang yang hilir mudik, berbagai toko berjejer.
"Hm?"
Tiba-tiba.
Lin Xian memperhatikan sebuah toko jam tangan di sebelah kanannya.
Secara refleks dia meraba pergelangan tangan kirinya……kosong.
Dulu, baik di dunia nyata maupun dalam mimpi, Lin Xian selalu terbiasa memakai jam tangan. Dia benar-benar membutuhkan titik waktu yang akurat untuk mengkalibrasi waktu masuk dan keluar mimpi.
Setelah perjalanan lintas waktu kali ini, hatinya terus merasa hampa, kurang rasa aman. Hilangnya jam tangan juga menjadi faktor penting.
Tidak bisa mengetahui waktu yang tepat, memang membuat hati gelisah.
Lin Xian mendekat, melihat jam-jam tangan di etalase melalui kaca: "Aku ini... kenapa tidak merampas saja."
CC juga mendekat.
"Melihat tatapan Lin Xian tertahan pada sebuah jam tangan Rolex dengan harga 200 dolar AS:"
"Ngapain kau lihat-lihat Rolex! Itu barang yang bisa kau beli?"
"Ah?"
Lin Xian tertegun:
"Dulu aku memang pakai Rolex."
"Hiii~~~ Jangan mengada-ada."
CC mencemooh:
"Berkulit binatang, belum punya sepatu... terus pakai jam Rolex, mending bilang kau punya kapal induk!"
“……”
Lin Xian tak bisa berkata-kata, terpaksa melanjutkan pencarian jam tangan murah di etalase.
Menurut Waktu Amerika, karena selisih 12 jam dengan Tiongkok, pukul 00:42 malam ini menjadi waktu masuk mimpinya yang paling awal. Ia tetap membutuhkan jam tangan.
Hasilnya, setelah mencari sampai akhir mereka menemukan...
Bahkan jam tangan termurah pun harganya mencapai 20 dolar.
"Terlalu mahal."
Lin Xian tak kuasa menghela napas.
Di tahun 1952, jam tangan benar-benar barang mewah eksklusif kalangan atas.
Produktivitas menentukan segalanya.
Saat Lin Xian sekolah, jam tangan seharga beberapa atau belasan yuan di butik pinggir jalan mudah ditemukan, tak beda dengan barang di warung.
Tapi di era 70-an abad ke-20, tiga barang wajib pernikahan rakyat Tiongkok adalah jam tangan, mesin jahit, dan sepeda... membuktikan betapa tingginya status jam tangan saat itu.
Rupanya di Amerika tahun 50-an pun sama.
"Ayo, jangan dilihat lagi."
CC menarik lengan Lin Xian pergi:
“Yang termurah saja 20 dolar AS, kita tidak mampu membelinya. Ngomong-ngomong kenapa kau begitu tertarik dengan jam tangan... Apa kau sangat menyukai jam tangan?”
“Tidak.”
Lin Xian menggelengkan kepala:
“Bukan soal suka atau tidak, tapi aku sangat membutuhkan sebuah jam tangan.”
“Sangat membutuhkan?”
CC memiringkan kepala:
“Tapi... tetap saja kita tidak mampu. Uang yang kau bawa sepenuhnya tidak sampai 2 dolar AS, bahkan strap jam pun tidak bisa dibeli. Sudahlah, ini bukan hal yang bisa diimpikan orang-orang seperti kita, ayo cepat pergi.”
Lin Xian menghela napas.
Akhirnya dengan berat hati melirik sekali ke etalase toko jam tangan sebelum berbalik pergi.
……
Sekitar setengah jam kemudian, mereka menaiki tangga menuju Brooklyn Heights Promenade yang termasyhur.
Di sini memang merupakan adegan terbaik untuk memandang gedung-gedung pencakar langit Manhattan di seberang sungai.
Sekilas memandang, semuanya tampak gemerlap.
Pada tahun 1952 ini, Manhattan pantas disebut sebagai pusat dunia. Kota berjejer gedung pencakar langit ini merupakan pemandangan unik di seluruh bumi.
“Sungguh gemerlap ya...”
CC berdiri tegak, memuji:
“Ternyata ucapanmu benar, ini memang spot terbaik untuk melihat Manhattan.”
Lin Xian juga berdiri di sebelah CC.
Memandang Manhattan dari era lama.
Dia menunjuk ke posisi di sebelah Empire State Building, berkata pada CC:
“20 tahun lagi, di sana akan dibangun menara kembar bernama World Trade Center, ketinggiannya hampir sama dengan Empire State Building sekarang.”
Hm?
CC menoleh:
“Bagaimana kau bisa tahu?”
Lin Xian tersenyum tipis:
“Aku membacanya di koran.”
Yang tidak dia beri tahu CC adalah, pada 11 September 2001, peristiwa 911 yang terkenal meletus, dua pesawat menabrak kompleks Menara Kembar World Trade Center, menghancurkan seluruh bangunan.
Setelahnya, dibangunlah monumen peringatan yang dijuluki "Ground Zero", menjadi landmark baru Kota New York.
“Gulung-gulung Sungai Panjang mengalir ke timur...”
Lin Xian membacanya dalam bahasa Mandarin dengan suara lembut.
Inilah sejarah, inilah sungai besar yang menyaksikan segala sesuatu berdiri menjulang, lalu menenggelamkan semuanya kembali ke titik nol.
Dia menoleh, memandangi CC yang terpana:
“Omong-omong, mimpi terbesar seumur hidupmu adalah pergi ke Manhattan?”
“Ya.”
CC mengangguk, pantulan cahaya berkilauan Sungai Hudson berkerlap-kerlip di matanya:
“Terkesan norak... tapi aku memang sangat ingin melihat Manhattan. Jika tidak kesana sekali pun, aku akan menyesal seumur hidup.”
“Meski aku tahu, nenek juga sering bilang, hidup manusia harus mewujudkan banyak nilai, punya banyak hal yang layak diperjuangkan, tinggal dimana saja sama saja... tapi aku tetap ingin ke Manhattan. Anggap saja sebagai mimpi, ingin melihat pusat dunia.”
“Tapi siapa tahu sampai kapan mimpi ini bisa bertahan? Mungkin saat aku sudah lebih dewasa, lebih matang, keinginan ini akan sepenuhnya kutinggalkan, menerima kenyataan dengan pasrah, tinggal di Brooklyn seumur hidup.”
“Jangan menyerah.”
Lin Xian menggelengkan kepala:
“Saya yakin kau bisa, kau akan seperti para gadis anggun lainnya, mengenakan gaun putih favoritmu, berdiri di titik tertinggi Manhattan, bagai seorang Putri yang memandang seluruh dunia dari ketinggian.”
Puu——
CC tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan canggung Lin Xian:
“Hahahaha... Bi... Bilang apa Putri, ini sudah zaman apa lagi, Kakak! Kau masih hidup di dunia dongeng? Di dunia ini, sudah lama tidak ada Putri!”
Dia mengusap sudut matanya sambil tertawa:
“Lagipula, aku bukan Putri, aku bahkan tidak pantas disebut Cinderella.”
“Eh, jangan hanya membicarakanku, jarang-jarang ke sini, bagaimana denganmu? Apa mimpimu? Apa impianmu?”
Lin Xian melangkah maju.
Menopang diri di pagar pembatas sungai, memandang ke kejauhan:
“Impianku...”
Dia menggigit bibirnya, berbicara menantang angin:
“Impianku mungkin adalah...【Berharap tidak mengecewakan harapan semua orang, dapat berhasil menyelamatkan segalanya, menjadi seorang juru selamat yang kompeten.】”
……
……
Udara tiba-tiba menjadi canggung dan hening.
“Ha?”
CC memandangi Lin Xian dengan tatapan aneh:
“Kau, kau serius?”
Lin Xian mengangguk: “Apakah terdengar sulit dipercaya?”
“Hm, juru selamat atau semacamnya... seperti mendengar dongeng.”
CC berhenti sebentar, lalu melanjutkan:
“Tapi, setiap mimpi patut dihormati.”
Dia terkikik, mengulurkan tangan, menepuk bahu Lin Xian:
“【Kalau begitu saya doakan kau sukses… menjadi juru selamat terhebat di dunia ini!】”
Lin Xian tersenyum tipis, menoleh ke CC:
“【Kalau begitu saya juga doakan kau… menjadi putri tercantik seantero Manhattan!】”
Keduanya saling berpandangan.
Tak bisa menahan tawa.
"Ah sudahlah, jangan bercanda terus."
CC melambaikan tangan:
"Lebih baik kita realistis, mikirin mau makan apa malam ini."
Lin Xian melihat sekeliling:
"Bagaimana kalau beli makanan sekitar sini saja?"
"Masa begitu, terlalu boros!"
CC membujuk:
"Ayo, lebih baik kita kembali ke tempat semula, ke wilayah kita… Malam ini beli roti biasa saja, besok pagi bisa makan makanan sumbangan di gereja."
……
Saat mereka kembali ke kawasan kumuh Brooklyn, hari sudah gelap, malam tiba.
Lin Xian membeli beberapa roti dan susu, dibagi dengan CC, jauh lebih enak dari makanan sumbangan pagi tadi.
Malam itu, CC awalnya ingin mengajak Lin Xian menginap di taman.
Tapi Lin Xian bersikeras mencari penginapan murah.
CC merasa ini tidak masuk akal:
"Lin Xian, penginapan termurah semalam 30 sen. Uang segitu bisa untuk hidup kita beberapa hari. Masak mau disia-siakan?"
"Beda, CC. Uang ini memang harus dikeluarkan."
Lin Xian berkata dengan serius.
Malam ini, dia masih ada hal penting yang harus dilakukan.
Setelah kembali ke tahun 1952, apakah dia masih akan bermimpi? Apakah mimpi-mimpinya akan berubah?
Dia penasaran.
Malam ini...
Harus mencari tempat yang aman untuk mencoba!
