“Kau pernah bertemu dia?”
Lin Xian benar-benar merasa tidak percaya.
Itu kan Einstein, fisikawan paling terkenal dan paling dihormati di dunia...
Sama sekali berbeda dunia dengan yatim piatu seperti CC dari panti asuhan.
Bukan hanya secara spiritual dan nilai diri, bahkan secara fisik pun mustahil mereka pernah bersentuhan.
Lagipula, CC selalu tinggal di kawasan kumuh Brooklyn.
Betapa kotor dan berantakannya daerah itu, Lin Xian pernah mengalaminya sendiri.
"Dia beranggapan dalam keadaan normal, Einstein seharusnya tidak akan datang ke tempat seperti ini, tidak sesuai dengan status dan logika."
"Kau pernah melihat Einstein?" Lin Xian bertanya lagi.
"Iya."
CC meletakkan koran di atas meja, memperlihatkannya pada Lin Xian.
Lin Xian melihat ke halaman depan koran.
Itu adalah wawancara eksklusif tentang Einstein, membahas hal-hal seperti Perang Dingin, krisis nuklir, situasi internasional... Di era penuh kecemasan ini, seolah semua hal tak lepas dari 'bayang-bayang Perang Dingin'.
"Percayalah padaku, aku benar-benar pernah melihatnya."
CC duduk di seberang meja, menopang pipi dengan kedua tangan:
"Dan bukan hanya aku, banyak dari kami para gadis juga pernah melihatnya. Nenek di panti asuhan bahkan pernah mengobrol dengan Einstein, kemudian menceritakan kisah masa lalunya dan menjelaskan bahwa dia adalah ilmuwan yang sangat agung... Jadi pasti tidak salah, itu memang Albert Einstein."
"Baiklah."
Lin Xian meletakkan koran di tangannya, menerima fakta ini.
Sementara nenek tua di panti asuhan saja mengatakan itu Einstein, pasti tidak mungkin palsu:
"Hmm... Secara teori, daerah kumuh Brooklyn seperti ini memang sangat tidak cocok dengan gaya lukisan Einstein."
"Tapi hal ini juga tidak bisa dipastikan. Bagaimana jika Einstein punya teman di sana, atau kebetulan ada urusan yang mengharuskannya datang sekali saja, bukanlah hal yang aneh. Kebetulan saat itu kalian bertemu dengannya."
"Bukan begitu."
CC menggelengkan kepala, raut wajahnya penuh tanya.
Dia tidak bisa memahaminya.
Mengapa Lin Xian begitu terobsesi dengan pertemuan dirinya dengan Einstein... Sepertinya ini bukan hal yang layak disebut:
“【Bukan hanya sekali, kami sering bertemu dengannya.】”
？
Lin Xian memicingkan mata.
Sering?
Seorang gadis panti asuhan dari kawasan kumuh punya kesempatan sering bertemu dengan Einstein yang termasyhur?
Ini benar-benar mustahil.
Di era ini, status Einstein hanya bisa digambarkan sebagai transenden.
Jika pengetahuan sejarah Lin Xian tidak salah... Sepertinya di tahun inilah Israel dengan sangat tulus mengundang Einstein untuk menjadi presiden di negara mereka, namun Einstein menolak.
Ilmuwan besar yang bahkan menolak jabatan presiden, apakah mungkin seseorang dengan status CC bisa sering bertemu dengannya?
Lin Xian mengerutkan alut.
【Pasti ada masalah!】
“Bagaimana kalian bisa bertemu Einstein secara spesifik?”
Lin Xian bangkit dari kursinya dan bertanya dengan serius:
“Apakah dia sengaja datang ke panti asuhan untuk mengunjungi kalian?”
“Masa mungkin...”
CC terkekeh dan menjelaskan:
“Panti asuhan Nenek terletak di daerah pinggiran Brooklyn, lokasinya cukup terpencil. Biasanya jarang ada orang yang lewat. Kami para gadis ini setiap hari juga tidak ada kegiatan, jadi sering bermain di tepi jalan.”
“Jadi, setiap kali ada orang atau kendaraan yang lewat di jalan, kami pasti melihatnya. Einstein kira-kira setiap beberapa bulan sekali akan melewati pintu gerbang panti asuhan dengan mobil hitamnya.”
“Pada umumnya, dia tidak akan turun dari mobil atau berhenti. Hanya sekali, ada seorang lelaki kecil di panti asuhan yang nakal berlari ke jalan, hampir tertabrak mobil Einstein; kemudian Einstein turun mengangkat si lelaki kecil, memastikan tidak ada luka baru tenang; lalu mengantar kami masuk ke dalam rumah, dan mengobrol dengan nenek tua.”
“Aku merasa dia orangnya cukup baik, sangat ramah, dan lembut. Setelah kejadian itu, setiap kali melewati pintu halaman panti asuhan, jika melihat kami sedang bermain di luar, dia pasti akan berhenti, menurunkan kaca jendela, dan melambaikan tangan kepada kami.”
“Sebenarnya bilang sering bertemu... kalau dihitung total, tidak terlalu sering juga, mungkin sekitar tujuh delapan kali.”
……
Lin Xian mendengarkan dalam diam.
Kira-kira mengerti.
Einstein dengan panti asuhan, nenek tua, serta para gadis CC ini sebenarnya sama sekali tidak akrab, bahkan tidak saling kenal.
Persimpangan jalan ini sepenuhnya terjadi karena sebuah insiden kecil.
Lagipula pertemuan yang disebutkan selanjutnya hanyalah menurunkan kaca jendela dan melambaikan tangan ke anak-anak, tidak bisa dianggap sebagai pertemuan sejati.
“Bisakah kau memberitahukan perkiraan waktunya?”
Dia melanjutkan bertanya:
“Kira-kira kapan Einstein pergi ke pinggiran Brooklyn? Tidak masalah kalau tidak ingat detailnya, beri tahu perkiraan saja.”
CC berkedip secepat kilat.
Mulai mengingat:
“Nenek di panti asuhan meninggal saat saya berusia enam belas tahun, panti asuhan juga ditutup saat itu. Setelah itu saya mulai mengembara di jalanan. Saya ingat sampai sebelum nenek meninggal, kami masih melihat Einstein lewat depan pintu dengan mobilnya.”
“Pertama kali melihat Einstein… saya benar-benar tidak terlalu jelas ingatannya, mungkin sekitar usia 12-13 tahun. Bagaimanapun sejak saat itu, setiap tahun bisa melihatnya lewat depan pintu dua tiga kali, juga tidak tahu kemana tujuannya.”
Lin Xian mengambil pensil dan kertas memo dari meja teh, mulai mencatat.
Ketika CC berusia 12-13 tahun, sekitar tahun 1945; saat 16 tahun, sekitar tahun 1948.
Artinya,
【Selama tahun 1945—1948, Einstein pernah 7-8 kali muncul di daerah pinggiran Brooklyn, melewati pintu panti asuhan tempat CC tinggal, mengemudi menuju suatu tempat.】
Sudah menjadi pengetahuan umum.
Area aktivitas utama Einstein berada di Princeton.
Dia bekerja di Universitas Princeton, menetap di sana, seluruh masa tuanya dihabiskan di sana; bahkan meninggal pun di Princeton, lalu otaknya dicuri oleh dokter bedah dari rumah sakit Princeton.
Secara teori,
Jika tidak ada alasan khusus, tidak masuk akal Einstein datang ke pinggiran Brooklyn dengan begitu teratur, sering, dan bertujuan.
Lalu…
Apa alasannya?
Sambil merenung, dia mondar-mandir mendekati peta New York yang tergantung di tembok, memandangi tata kota yang tersusun seperti pancaran radiasi:
“Brooklyn… pinggiran kota… di sini.”
Jarinya menunjuk sebuah lokasi di peta, menoleh bertanya ke CC:
“Panti asuhan kalian di tempat ini?”
“Bukan, di posisi ini.”
CC juga bangkit mendekat, berjinjit menunjuk sebuah lokasi di peta:
“Kami memang melihat Einstein di sini, tapi kemana tepatnya dia mengemudi... kami tidak tahu. Yang pasti jaraknya masih sangat jauh dari panti asuhan kami.”
“Karena biasanya kami baru kembali bermain setelah melihat mobilnya menghilang dari pandangan. Saat itu dia sudah melaju sangat jauh.”
“Baiklah.”
Lin Xian mengangguk, dalam diam mencatat lokasi ini.
Meski referensinya tidak terlalu bernilai；
CC juga bilang Einstein cuma lewat saja, tujuan sebenarnya sangat jauh；
Tapi petunjuk ini tetap sangat penting；
Einstein pasti sedang melakukan sesuatu secara sembunyi-sembunyi！
Apakah hal ini... ada hubungannya dengan Klub Jenius, Tiang Milenium, cahaya putih penghancuran dunia, dan serangkaian teka-teki lainnya？
Ke depannya, harus diselidiki lebih lanjut.
Adapun hari ini.
Mengasah pedang tidak mengganggu pekerjaan memotong kayu.
Tetap harus menepati janji pada CC, mengajaknya jalan-jalan di Manhattan.
Dia tersenyum menunduk：
“Sudah kenyang？”
“Hmm-hmm.”
CC membersihkan mulut dengan serbet：
“Sudah selesai makan.”
“Kalau begitu mari kita berangkat.” Lin Xian menoleh, memandang Manhattan yang berkilau di bawah matahari dari ketinggian melalui jendela lantai ke langit-langit：
“Mulai hari ini, kau adalah... Manhattan Girl di pusat dunia！”
……
Keduanya naik lift ke lantai dasar, menumpang mobil khusus yang disiapkan hotel menuju mal besar terdekat.
Di sini, Lin Xian membelikan CC setelan baju yang benar-benar sesuai dengan musim dan gaya sehari-hari.
“Mungkin di zaman ini jaket tebal memang belum populer.”
Di mal-mal yang dijual hanyalah mantel wol tebal dan pakaian musim dingin dari bulu domba.
Tapi prinsipnya Menyesuaikan Diri Dengan Lingkungan. Akhirnya, topi, syal, mantel, celana hangat, sepatu bot—semua lengkap dibeli. Gadis Brooklyn CC tampil baru, cantik dan trendy seperti model remaja.
Hanya saja…
“Kau terlalu menyukai warna putih.”
Lin Xian bingung antara ingin tertawa dan menangis.
Jika bukan karena dia dan penjaga toko yang menghalangi, mungkin CC akan memilih semua putih dari ujung rambut sampai kaki… Dia sama sekali tidak memperhatikan kombinasi warna, hanya naif menyukai putih.
Kalau benar-benar semua putih, orang mungkin mengira Lin Xian membawa putri salju.
Untungnya CC mau mendengarkan nasihat. Akhirnya beret dan sepatu botnya tidak dipilih yang putih, sehingga kombinasi keseluruhan lebih harmonis.
“Baju seperti ini memang lebih hangat.”
Keluar dari mal.
CC tersenyum bahagia, membentangkan kedua lengan, berputar menghadapi angin dingin tanpa takut:
“Aku belum pernah memakai baju sehangat ini… Sungguh tak terbayangkan, bajunya jelas lebih tipis dari jaket kapas tapi jauh lebih hangat dan anti angin. Rupanya ini masalah jenis kainnya.”
“Pantas saja dulu melihat para wanita bangsawan hanya memakai baju tipis. Kukira mereka mengorbankan kenyamanan demi kecantikan, ternyata memang tidak kedinginan!”
“Ini bisa disebut salah satu kehebatan teknologi.”
Lin Xian membetulkan posisi beret di kepala CC. Rambut coklat tua yang lebat sangat cocok dengan model beret ini—penjaga toko mal itu memang memiliki selera baik:
“Kalau begitu, mari kita lanjutkan jalan-jalan, masih banyak hal baru di sekitar sini.”
Kemudian.
Lin Xian membawa CC, mengaktifkan mode orang desa masuk kota.
CC penuh rasa ingin tahu terhadap berbagai hal.
Lin Xian juga sama... bagaimanapun era ini bagi Lin Xian bagai memasuki rol film lama, di mana-mana penuh aura sejarah, bahkan dia lebih penasaran daripada CC.
Keduanya mengunjungi museum, menonton pertunjukan, membeli beberapa barang bernuansa era tersebut.
Siang hari.
Secara alami pergi ke restoran burger yang paling dinanti-nanti CC.
Kentang goreng, burger, hot dog, ayam goreng dipesan habis-habisan.
Mata CC berbinar-binar bagai masuk surga; sementara Lin Xian merasa tenggorokannya seperti terbakar... Sejak melintasi ke Brooklyn tahun 1952, semua yang dimakannya adalah makanan panas.
Bisa dibilang, ras dan kebiasaan makan memang berbeda.
CC makan seperti ini beberapa hari terakhir tapi tak ada masalah; sebaliknya Lin Xian, diet tinggi kalori ini hampir membuatnya kolaps.
Tapi...
Sementara CC menyukainya, biarkan saja dia.
Ini mungkin termasuk jenis "diet balas dendam".
Karena dulu tak bisa makan ini, berkhayal selama bertahun-tahun, jadi sekarang makan sekenyang-kenyangnya; sama seperti kesukaannya memakai baju putih yang tak terwujud sejak kecil, sekarang sampai ingin seluruh tubuhnya putih.
Memikirkan ini.
Lin Xian semakin lemah hati, mengambil menu:
“Bagaimana... pesan pizza lagi?”
“Boleh boleh!”
Kucing kecil yang lapar CC mengangguk cepat:
“Saya sudah lama ingin mencicipinya!”
Malam ini.
Lagi-lagi steak, keju, daging panggang.
Baiklah, santap saja, Lin Xian sibuk memainkan pisau dan garpu, sudah menyerah pada pengobatan; asalkan CC senang, penuhi keinginannya.
Kenyang setelah makan.
Keduanya kembali berjalan-jalan di jalanan Manhattan.
Kali ini lentera neon tidak lagi jauh, tidak lagi di seberang sungai, melainkan mengelilingi mereka berdua, membuat mereka berada dalam kemewahan Manhattan, merasakan kehangatan yang tak biasa.
“Hah? Bioskop?”
Lin Xian berhenti di trotoar, melihat dua poster film menempel di tembok.
Masing-masing adalah film laga 《The Great Tree Ridge Vendetta》, serta film anime 《Alice in Wonderland》.
Sementara poster film ditempel di sini, berarti pasti ada bioskop di sebelahnya, dan sedang memutar kedua film ini.
Film animasi Disney 《Alice in Wonderland》 yang rilis tahun 1952 tentu sudah lama didengar Lin Xian, bahkan pernah ditontonnya. Memang mendunia, mendapat pujian setinggi ombak.
Ia melihat poster 《Alice in Wonderland》——
Pada gambar besar, gadis pirang Alice duduk minum teh di meja teh, dikelilingi berbagai binatang menggemaskan.
Ada Tuan Kelinci, Kucing Besar, Tikus Bergigi Depan Besar, dan orang tua bertopi yang memakai topi.
Gaya lukisan yang segar, langsung terlihat jelas, pasti animasi keluarga yang penuh kebahagiaan dengan akhir bahagia. Perusahaan Disney di era ini adalah cahaya animasi tak terbantahkan, belum menjadi abstrak.
Meski karena alasan zaman.
Versi tahun 1952 "Alice in Wonderland" menurut Lin Xian memang gambarnya agak kasar, tapi ini memang versi pertama "Alice in Wonderland" di dunia.
Selama puluhan tahun berikutnya, karya masterpiece ini diadaptasi ulang berkali-kali oleh berbagai negara, layak disebut karya terkenal tingkat dunia.
Melihat poster lain——
《Balas Dendam Bukit Besar》
Dari judul film ini, Lin Xian bisa menebak dari bahasa Inggris bahwa ini mungkin film formulaik dengan unsur-unsur laga, pertarungan, dan percintaan.
"Bukit Besar?"
Dia menggaruk kepala, benar-benar tidak mengerti.
Awalnya mengira ini hanya nama tempat biasa, tapi di poster benar-benar banyak pohon yang ditebang...
Jangan-jangan alur ceritanya mirip "Boonie Bears" (), dendam karena penebangan pohon lalu balas dendam?
Sepertinya film ini tidak terlalu terkenal, tidak bisa terus diingat orang setelah puluhan tahun, terkubur dalam debu waktu sejarah.
Jadi Lin Xian bukan saja belum pernah menonton film ini, bahkan belum pernah mendengarnya sama sekali.
"Tidak tahu bagus atau tidak ya."
Matanya melirik ke daftar pemain di bawah, melihat nama pemeran utama...
【Pemeran Utama: Kirk Douglas】
Oh oh oh.
Lin Xian tersadar.
Ternyata ini karya awal sang legenda!
"Kirk Douglas cukup terkenal dalam sejarah perfilman Amerika. Karya-karya hebat seperti 《Lust for Life》(Biografi Van Gogh), 《Paths of Glory》, dan 《Spartacus》 semuanya dibintangi olehnya."
"Selama karir aktingnya, Kirk Douglas meraih banyak penghargaan. Oscar Aktor Terbaik sudah diraihnya sejak muda; di masa tuanya bahkan mendapatkan Penghargaan Prestasi Seumur Hidup dari Berlin International Film Festival dan Oscar... Lin Xian yang menyukai film tentu tak asing dengan aktor ternama ini."
"《The Big Country》."
"Melihat kembali poster film ini, Lin Xian seolah mengenakan filter karya agung."
Maka.
Menoleh ke arah CC:
"CC, pernah nonton film?"
"Pasti belum."
CC mengangkat tangan pasrah:
"Aku mana berhak nonton film, nonton TV saja tak ada kesempatan, apalagi ke bioskop."
Lin Xian tersenyum, menunjuk dua poster film di tembok:
"Biasanya, akhir hari jalan-jalan sering ditutup dengan nonton film. Sementara kau belum pernah menonton sebelumnya, mari kita isi penyesalanmu."
"Dari dua film ini... mana yang ingin kau tonton?"
