Einstein menjadi semakin murung.
Di antara garis-garis dimensi yang saling bertautan itu, dia melihat dengan jelas bahwa nasib umat manusia hancur dalam Perang Nuklir Tingkat Dunia tahun 1991.
Dia melihatnya dengan terang benderang——
[Banyak prediksi Douglas yang tepat, selama puluhan tahun ke depan semakin banyak negara yang memiliki senjata nuklir, deterensi nuklir terbentuk, dan Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir ditandatangani pada tahun 1968.]
【Akhirnya, perang antara Mi dan Su tetap meletus. Dengan diluncurkannya senjata nuklir pertama, berbagai sistem balasan nuklir di seluruh dunia langsung diaktifkan. Rantai nuklir menyebar ke seluruh dunia dalam sekejap, ribuan bom hidrogen dan atom meledak di berbagai penjuru bumi, puluhan ribu awan jamur mencemari atmosfer secara total...】
Inilah prolog kepunahan umat manusia.
Einstein menundukkan kepala dengan berat:
"Betapa aku berharap masa depan yang kulihat ini salah, palsu; betapa aku berharap Douglas yang benar; tapi..."
Dia bangkit berdiri, berjalan ke ruang tamu, menatap akuarium yang tidak dirawat selama tiga hari.
Dari total 12 ikan yang dipelihara, 7 sekarang mengambang dengan perut putih terbalik, sementara 5 sisanya sedang menggerogoti mayat temannya.
Dia sudah melihat pemandangan ini sebelumnya.
Sebelum meninggalkan ruang belajar menuju ruang tamu... dia sudah tahu persis berapa ikan yang mati.
Kemudian.
Dia kembali ke ruang belajar.
Membuka gorden, memandangi sinar matahari hangat di luar.
"Tengah malam nanti, akan turun salju."
Einstein berkata dengan lembut:
"Tom kecil di sebelah akan terjatuh dalam 7 detik, bola di dadanya akan terpental dan menghantam anjing keluarga Mary..."
"Aduh!"
Suaranya baru saja berhenti, seorang lelaki kecil yang sedang berlari sambil memeluk bola tersandung anak tangga batu, wajahnya menghantam bumi sambil menangis keras; bola di dadanya melompat-lompat ke seberang jalan, Brak! menghantam tubuh Corgi yang sedang tidur.
Sru——
Einstein menutup gorden.
Jelas, masa depan yang bisa dilihatnya semuanya nyata dan akurat.
Setidaknya... semua hal yang bisa diverifikasi saat ini membuktikan bahwa masa depan ini benar.
"Douglas."
Einstein menengadah:
"Benar! Douglas! Kami janji bertemu di peternakan Brooklyn hari ini, saya terlambat!"
Dia menggaruk kepalanya:
"Sial, dimana Douglas sekarang? Dia tidak mengira saya mengingkari janji, kan?"
Menutup mata.
Einstein mulai menggunakan [garis dimensi] dalam otaknya untuk mencari Douglas, mencari siluet dan tempatnya, mengintip masa depannya.
Tapi menemukan...
Sama sekali tidak bisa ditemukan!
Alasannya adalah, dia sama sekali tidak mengetahui wajah Douglas—bahkan suaranya pun tidak bisa cocok.
Einstein membuka mata dengan getir:
"Jika aku bisa melihat sejarah sebelum terbangun, pasti bisa telusuri jejak menemukan Douglas, dan secara alami tahu wajah aslinya... Tapi sekarang, kemampuanku mengintip masa depan dimulai sejak saat terbangun ini, sejarah sebelumnya sama sekali tak terlihat."
“Di otak saya, kesan tentang Douglas hanya terbatas pada penutup kepala gorila dan suara parau karena masuk angin, bahkan kewarganegaraannya pun tidak saya ketahui.”
“Tapi mungkin saya bisa melihat peternakan saya di Brooklyn. Walau saya terlambat hari ini, mungkin Douglas mau menunggu di peternakan.”
Baru memperoleh kemampuan melihat masa depan ini, Einstein masih belum terampil. Dia menutup mata lagi, canggung merapikan garis dimensi ruang-waktu...
Dengan cepat.
Dia menemukan peternakannya di Brooklyn, dan melihat ternyata ada siluet hitam sedang berkeliaran di sana.
Seorang pria berwajah Nordik tapi dengan ciri Asia - rupanya Douglas adalah "keturunan campuran Asia-Eropa".
Seketika.
Einstein menahan napas, tak percaya——
Dia melihat.
Mata Douglas... ternyata juga berwarna biru tajam yang cerah! Persis sama dengan matanya sekarang!
Tiba-tiba teringat.
Saat menghitung konstanta alam semesta 42 dulu, ada dua bola listrik kecil biru di belakang; Satu mengenai dirinya, maka yang satu lagi... pasti mengenai Douglas. Itu sebabnya mata mereka sama-sama berubah biru!
“Ternyata begitu, ternyata begitu!”
Einstein tersadar.
Inilah takdir! Inilah ikatan——
【Douglas sama seperti dia, bisa melihat masa depan!】
“Saya paham, Douglas.”
Einstein memicingkan mata, mengepal tangan:
“Sekarang, merasa putus asa dan kecewa terhadap masa depan umat manusia... jelas masih terlalu dini.”
“Kemampuan kita untuk mengintip masa depan justru merupakan kesempatan yang diberikan langit untuk mengubah takdir.”
“Selama kita bisa melihat kegagalan dan akhir penghancuran lebih awal, kita akan menemukan cara untuk menghindarinya, mengubahnya, dan mengarahkan peradaban manusia ke jalur baru.”
“Mari kita bersatu Douglas, kita akan berusaha bersama...”
“【Membentuk masa depan yang lebih indah bagi umat manusia!】”
Setelah memahami hal ini, Einstein menjadi sangat bersemangat. Segelap apapun masa depan manusia, dia dan Douglas bisa menyelamatkan segalanya!
“Harus segera menemui Douglas.”
Einstein berhenti mengintip masa depan, mengenakan mantelnya, lalu berlari keluar dari ruang belajar.
Tapi tak lama kemudian.
Dia kembali lagi.
Mengambil kertas naskah bersih di meja belajar yang hanya bertuliskan satu angka 【42】.
Inilah asal mula segalanya. Dia ingin mendiskusikan hal ini dengan Douglas, jadi kertas berisi angka terakhir konstanta alam semesta ini akan dibawa bersama.
Melipat kertas tersebut.
Memasukkannya ke saku mantel.
Einstein keluar dengan tergesa-gesa, menghidupkan mobil tua yang diparkir di halaman, lalu melaju kencang menuju suburban Brooklyn.
……
Di saat yang sama.
Di peternakan tua di suburban barat Brooklyn.
Lin Xian sudah berputar ke belakang rumah dan mulai melakukan pencarian menyeluruh.
“Ketemu!”
Di bawah kakinya, terdapat pintu besi putar tersembunyi.
Ternyata.
Sesuai dengan prediksinya.
“Di peternakan ini, memang ada ruang bawah tanah yang tersembunyi.”
“Butuh sedikit usaha.”
Lin Xian membuka paksa pintu tersembunyi yang berat itu, di bawahnya terlihat terowongan bawah tanah yang dalam:
“Tempat apa……sebenarnya ini?”
Dia tidak gegabah merangkak turun.
Gelap gulita, kurang aman. Selain itu, lorong ini lebih mirip pintu darurat, Lin Xian sulit percaya Einstein yang sudah berusia 70-an bisa naik-turun lorong vertikal seperti ini.
“Pasti ada pintu masuk/keluar lain.”
Dengan target yang jelas, pencarian menjadi lebih cepat.
Tak lama.
Dia menemukan beberapa ventilasi dan periskop tersembunyi. Melihat peralatan ini, akhirnya dia paham apa yang tersembunyi di bawah peternakan—
“Bunker pertahanan udara bawah tanah.”
Seketika, pencerahan menyelimutinya.
Lin Xian teringat iklan di kertas yang pernah dilihatnya di Brooklyn:
“Di era khusus dimana semua orang gentar akan perang nuklir, banyak orang kaya memang mulai mempersiapkan bunker bahkan benteng bawah tanah lebih awal.”
Sepuluh ribu kali tak terduga…
Bahkan Einstein pun termasuk yang bersiap-sedia sebelum hujan.
Hingga titik ini.
Misteri kunjungan berulang Einstein ke pinggiran Brooklyn sebelumnya, secara garis besar bisa dijelaskan.
“Dia memang lebih waspada di saat damai dibanding orang normal.”
"Setelah ledakan bom atom tahun 1945, pasti Einstein sudah khawatir akan perang nuklir. Makanya dia membeli lahan kosong di pinggiran Brooklyn ini sejak dini dan mulai membangun bunker pertahanan udara serta tempat perlindungan bawah tanah."
"Selama 7 tahun masa pembangunan, investasi Einstein pasti sangat besar."
"Ini juga secara tidak langsung menunjukkan betapa putus asanya dia terhadap situasi perang di masa depan."
"Alasan CC dan mereka sering melihat Einstein lewat mengemudi di depan panti asuhan, tak perlu dijelaskan lagi - pasti dia datang untuk mengawasi proyek pertanian ini."
"Untuk proyek sebesar ini, mustahil dia benar-benar melepas tanggung jawab. Pasti harus sering datang untuk memeriksa."
"'Kalau begitu, harusnya ada pintu masuk yang lebih praktis yang langsung menuju tempat perlindungan bawah tanah.'"
"Intuisi Lin Xian mengatakan bahwa pintu masuk ini seharusnya berada di dalam salah satu rumah agar masuk akal."
"Akhirnya."
"Dia menemukan pintu masuk resmi tempat perlindungan bawah tanah di dalam gudang."
"Bahkan ada lift sederhana:"
"'Ada lift pula... Seberapa dalam Einstein menggali tempat perlindungan bawah tanah ini?'"
"Lin Xian naik ke lift."
"Menyalakan saklar lampu, menekan tombol turun."
"Dalam gesekan kabel baja, lift sederhana perlahan turun. Lin Xian memandangi dinding beton kokoh di sekelilingnya, tidak tahu akan sampai di mana."
"Einstein..."
"Apakah dia sedang menunggu di tempat perlindungan bawah sana?"
"Kalau iya, sungguh tidak sopan. Setidaknya beri petunjuk lah, siapa yang bisa menemukan tempat sekerahasiaan ini."
“Kira-kira belasan detik kemudian, lift sederhana berhenti. Jeruji terbuka, Lin Xian tiba di sebuah benteng bawah tanah yang terang benderang.”
“Ruang di sini sangat luas, dilengkapi berbagai perangkat dan fasilitas lengkap. Saluran listrik dan air sudah terpasang rapi, ditambah berbagai macam perabotan.”
“Terlalu mewah.”
“Lin Xian berjalan masuk dan berkeliling, terkagum oleh kemewahan ulah tangan Einstein.”
“Ini cuma ruang perlindungan udara, tapi Einstein malah membangunnya sesuai standar vila. Ini membuktikan dia sudah lama mempersiapkan diri secara mental untuk tinggal di sini dalam jangka panjang.”
“Mengamati sekeliling ruang bawah tanah.”
“Lin Xian menemukan sebagian besar ruangan diubah menjadi kotak penyimpanan dan rak-rak yang dipenuhi berbagai kaleng dan barang darurat. Ada juga generator diesel, persediaan strategis, dan sebagainya.”
“Beberapa tarikan napas dalam.”
“Menemukan kadar oksigen di sini sangat mencukupi.”
“Ini membuktikan adanya perangkat sirkulasi udara khusus yang dipasang di sini.”
“Kini Lin Xian akhirnya paham ke mana larinya uang renovasi Einstein selama 7 tahun ini - semua digunakan untuk membangun tempat perlindungan bawah tanah ini!”
“Ternyata bahkan tokoh besar pun punya sisi pengecut di balik layar.”
“Lin Xian tersenyum getir.”
“Bayangkan jika dunia tahu ilmuwan besar Einstein diam-diam membangun istana bawah tanah seperti ini, entah bagaimana para sejarawan akan menilainya nanti.”
“Tapi tokoh besar tetaplah manusia. Justru tindakan seperti ini membuatnya terlihat lebih nyata.”
“Berputar beberapa putaran lagi.”
“Lin Xian yakin, tempat ini hanyalah tempat perlindungan bawah tanah yang dibangun untuk mencegah perang nuklir, tidak ada yang mencurigakan. Jadi dia berencana naik lift kembali ke permukaan, tidak berlama-lama di sini.”
“Bagaimana menjelaskannya. Meskipun fasilitas di sini mewah dan oksigen melimpah, tetap saja perasaan tertekan tak terhindarkan.”
……
“Kembali ke permukaan tanah.”
“Lin Xian mencari kursi di gudang lalu duduk, berencana menunggu Einstein sampai malam.”
“Orang itu tokoh terkenal, sangat sibuk, mungkin benar-benar ada urusan mendesak yang menahannya, lebih baik dia menunggu lebih lama.”
“Menunggu hingga malam tiba, bulan purnama perlahan terbit dari langit timur, akhirnya terdengar raungan mobil dari luar.”
“Mungkin Einstein yang terlambat datang, akhirnya datang memenuhi janji.”
“Lin Xian keluar dari rumah.”
“Melihat mobil tua Einstein berhenti di depan pintu, lampu dimatikan, mesin padam, lengan berbalut kain wol membuka pintu mobil...”
“Einstein, kau terlambat.”
“Lin Xian tersenyum sambil berkata, menatap orang tua yang keluar dari mobil dan meluruskan pinggangnya:”
“Kau...”
“Saat itu juga.”
“Dia tertegun di tempat, senyum membeku di wajahnya.”
“Dia melihat dengan jelas.”
“Persis seperti tatapan Einstein yang sekarang mengarah padanya——”
“Kedua orang itu saling menatap tajam ke pupil masing-masing.”
“Kecerahan yang sama;”
“Biru tajam yang serupa;”
“Galaksi berputar yang identik.”
“Dua pasang pupil biru saling bertatapan, bagai empat kunang-kunang yang membeku di udara di bawah cahaya bulan yang sunyi.”
“Lin Xian mengerutkan alut:”
“Einstein, mata Anda……”
Einstein mengencangkan bibir, melangkah maju:
“Maaf, Douglas, saya terlambat. Sepertinya hal yang sama terjadi pada kita berdua.”
Lin Xian tidak langsung menjawab, melanjutkan pertanyaan:
“Apa sebenarnya yang terjadi padamu?”
“Konstanta alam semesta.”
Einstein tampak sedikit panik mendekat:
“Saya juga tidak tahu pasti alasannya, tapi hari itu, 1 November, saya di rumah Princeton. Gambaran ledakan bom hidrogen di TV memberi inspirasi untuk menghitung konstanta alam semesta.”
“Tepat saat saya mendapatkan hasil akhir 42, dua bola listrik kecil berkelip biru tiba-tiba muncul di belakang. Salah satunya menghantam saya hingga langsung pingsan; sedangkan bola biru kecil lainnya... Tak perlu dijelaskan lagi, Douglas, seharusnya juga menghantammu? Kapan kau terbangun?”
Lin Xian mendengarkan dalam diam.
Otaknya mulai menganalisa cepat.
Konstanta alam semesta, 42, Partikel Ruang-Waktu, Tiang Milenium, mata biru, Einstein...
Semua kata kunci misteri ini akhirnya terhubung pada saat ini.
Ternyata.
Partikel ruang-waktu yang menghantam CC dan seharusnya mengenai dirinya itu, bukan berasal dari farm ini melainkan dari Princeton, lebih jauh dari yang dia bayangkan.
Tapi kebetulan yang mengejutkan, benar-benar terkait dengan Einstein.
Konstanta alam semesta.
Menurut penjelasan Einstein, dua partikel ruang-waktu muncul tepat pada saat perhitungan menunjukkan angka 42... Lalu, apa yang sebenarnya terjadi ini?
【Siapa sebenarnya yang mengendalikan partikel ruang-waktu? Dan siapa yang memasang Tiang Milenium? Dari situasi saat ini, tampaknya baik Einstein maupun CC sama-sama menjadi korban.】
Tapi masalahnya...
Mengapa saat terkena partikel ruang-waktu, CC berubah menjadi serpihan bintang biru yang lenyap, sedangkan Einstein tampak baik-baik saja? Satu-satunya perubahan hanyalah matanya yang berubah menjadi biru.
Seolah-olah, semakin kita berusaha mengungkap misteri ini, lubang pertanyaan justru semakin dalam.
Lin Xian terdiam dengan ekspresi rumit di wajahnya.
Einstein melanjutkan:
"Setelah terbangun sore ini, mata saya langsung berubah jadi biru seperti ini. Dan...saya, saya tidak bisa menjelaskan perasaan ini, tapi kamu pasti mengerti Douglas! Di otak saya ada ribuan garis dimensi yang saling bertautan... Saya bisa melihat setiap detik dari masa depan!"
"Douglas, kondisimu sama seperti saya. Kamu pasti tahu lebih banyak daripada saya. Bisakah kau memberitahu... apa yang sebenarnya terjadi?"
BOOM!
Malam yang tenang di Brooklyn, cahaya bulan yang lembut dan tenang.
Tiba-tiba badai menerjang pikiran Lin Xian. Kilat menyambar layang-layang kecil, aliran listrik yang sengit merambat melalui tali layang-layang hingga membuat seluruh tubuhnya gemetar.
Dia menarik napas dalam-dalam.
Menundukkan kepala:
"Beri tahu saya, Einstein."
Lin Xian berkata dengan suara rendah:
"Apa... sebenarnya masa depan yang kau lihat?"
"Tahun 1991, perang nuklir global. Umat manusia... umat manusia dimusnahkan dalam awan jamur yang tak terhitung."
Einstein berbicara cepat-cepat:
"1991, ini adalah batas terjauh yang bisa kulihat tentang masa depan, sekaligus waktu terjauh yang bisa dicapai peradaban manusia... Douglas, pemikiranmu sebelumnya memang indah, tapi kenyataan... selalu sekejam ini, manusia takkan pernah belajar dari sejarah!"
"Ka... kalau kita tidak mencari cara untuk mengintervensi dan menghalangi, peradaban manusia akan mencapai akhirnya! Dalam kehancuran diri sendiri, mencapai akhir!"
……
Mendengarkan jawaban Einstein, Lin Xian menutup matanya.
Tampaknya.
Dugaan sebelumnya antara dirinya dengan Zhao Yingjun memang benar——
【Masa depan yang dilihat Einstein memang merupakan masa depan palsu.】
Tahun 1991, sama sekali tidak ada perang nuklir. Justru karena bubarnya Uni Soviet, Perang Dingin AS-Soviet benar-benar berakhir, umat manusia memasuki era perkembangan pesat yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Jika Einstein bisa melihat masa depan yang sebenarnya.
Seharusnya dia melihat cahaya putih penghancuran dunia pukul 00:42, atau bencana super besar tahun 2600, atau seperti yang dikatakannya dalam pertemuan terakhir klub——Shanghai super dengan populasi 40 juta...
Dari ketiga hasil ini, mana pun yang dilihatnya masih masuk akal.
Tapi anehnya.
Kiamat manusia yang dilihatnya justru adalah perang nuklir global tahun 1991 yang sama sekali tanpa alasan.
Jelas sekali.
Einstein tertipu oleh masa depan palsu.
Partikel Ruang-Waktu yang menembaknya itulah biang keladi dari semua tragedi ini!
"Kau……"
Lin Xian baru hendak membuka mulut.
Di otak tiba-tiba petir menggelegar, menerangi langit malam yang gelap menjadi terang benderang; layang-layang yang melesat di langit telah menjadi rongsokan, tali layang-layang yang menegang mulai terkoyak dalam tarik-ulur yang intens!
Dia buru-buru menutup mulut, terhenti tiba-tiba.
Saat inilah titik balik krusial sejarah, sekaligus batas elastisitas ruang-waktu.
Setiap kata yang diucapkannya akan mengubah takdir Einstein, mengubah kelengkungan ruang-waktu.
Ini adalah konsekuensi yang tak mampu ditanggung Lin Xian.
Harus mempertahankan stabilitas garis dunia saat ini, baru bisa menjamin kembalinya dia ke ruang-waktu asal dengan mulus.
Maka, Lin Xian memilih diam.
Einstein menengadah penuh tanya.
Mendekat.
Menggenggam tangan Lin Xian:
"Douglas, mengapa kau diam saja?"
"Jangan khawatir! Sekarang kita sudah berbeda dari sebelumnya, kita sudah mengetahui bencana ini lebih awal, jadi kita bisa mencari cara untuk menghalanginya! Kita bisa memperbaiki kesalahan ini lebih cepat!"
"Dan, apakah kau juga mengalami hal yang sama? Sudah tiga hari tiga malam aku tidak makan, tapi sama sekali tidak merasa lapar, seolah-olah... bersamaan dengan tertembaknya kami oleh bola listrik kecil biru itu, kita juga mendapatkan kemampuan keabadian!"
“Ini berarti, kita dapat menjaga takdir umat manusia dalam jangka panjang, mengoreksi masa depan manusia ke orbit yang benar, dan memberikan masa depan terindah bagi manusia!”
Setelah berkata demikian.
Dia berbalik badan, menunjuk ke gudang pertanian:
“Kau juga melihat, setelah tahun 1945, saya mulai membangun tempat perlindungan bawah tanah ini, awalnya ingin menghindari perang nuklir; Undangan saya hari ini juga bermaksud memberitahumu hal ini.”
“Tapi sekarang saya ubah rencana Douglas, mari bersama-sama menyelamatkan dunia ini! Selamatkan masa depan umat manusia! Tempat terisolasi di kedalaman bawah tanah ini... justru bisa menjadi pangkalan rahasia kita.”
“Kita yang abadi dan tak bisa mati bisa memalsukan kematian palsu, lalu bersembunyi di sini atau di mana saja, kita... punya terlalu banyak hal yang bisa dilakukan, betapa menggetarkan dan agungnya hal ini!”
Namun.
Menghadapi Einstein yang bersemangat.
Lin Xian tetap berwajah datar, menggelengkan kepala.
Berbeda dengan langit tenang Brooklyn, badai besar masih mengamuk dalam otaknya, tali layang-layang yang terkoyak semakin genting:
“Maaf, Einstein, saya harus pergi.”
“Pergi?”
Einstein tertegun sejenak:
“Kau, kau mau ke mana?”
Hatinya dipenuhi firasat buruk, buru-buru menggunakan garis dimensi dalam otak untuk memeriksa masa depan Douglas.
Tapi ternyata!
Tepat satu menit kemudian, tubuhnya akan berubah menjadi serpihan bintang biru dan lenyap di bawah cahaya bulan!
“Tidak!”
Einstein menggenggam erat tangan Lin Xian hingga sakit:
“Tidak……Douglas, kumohon, jangan tinggalkan aku.”
“Kau memberiku harapan, memberiku kekuatan……Kita adalah partner, kita partner bersama yang menyelamatkan masa depan umat manusia.”
“Jangan pergi, tinggallah di sini ya? Tinggal, kita bersama……”
Lin Xian melepaskan diri dari genggaman tangannya.
Dari saku mantel, mengeluarkan kotak hadiah persegi putih; di dalamnya, tersimpan jam tangan yang dibeli CC dengan seluruh hartanya untuknya.
Dia menaruh kotak kecil putih itu di telapak tangan Einstein, berpesan:
“Jaga baik-baik untukku.”
Lin Xian menengadah, menepuk bahu Einstein:
“【Suatu hari nanti, aku akan datang mencarimu dan mengambil jam ini kembali.】”
Setelah berkata demikian.
Tak menoleh sedikitpun.
Berjalan menuju bulan purnama yang baru terbit di timur.
Einstein tak bisa menerima perpisahan yang mengejutkan ini, raut wajahnya murung dan enggan berpisah:
“Kau takkan datang mengambil jamnya, Douglas……Aku melihat masa depan, kau takkan datang……”
“Aku akan datang.”
Lin Xian menyelonjorkan tangan di saku, semakin menjauh.
Siluet punggungnya memanjang diterangi cahaya bulan, menyelimuti tubuh Einstein.
Kemudian.
Mengangkat tinggi-tinggi tangan kanan, menjulurkan jari telunjuk, menunjuk lurus ke "layang-layang" di langit, pikirannya merangkak naik mengikuti tali layang-layang.
Einstein termangu memandangi siluet Lin Xian.
Tangan kanan yang terangkat tinggi itu tepat tercermin pada bulan purnama di malam hari, membentuk bayangan tangan yang menunjuk ke atas.
Detik berikutnya.
Whoosh—
Angin malam menghamburkan sosok jernih itu, berubah menjadi debu bintang biru yang tak terhitung……
"Menghilang tanpa bekas."
