"Karena itulah aku ingin membangun kembali Klub Jenius."
"Menarik kembali pikirannya, Lin Xian menatap Jusk:"
"Kekuatan satu orang terlalu lemah. Lebih baik kumpulkan orang-orang terpintar di dunia ini, satukan ide, bekerja sama mencari solusi untuk masalah rumit ini."
"Jusk mengangguk setelah mendengarnya:"
"Ini mungkin... juga harapan sejati Einstein sebelum meninggal. Jika dia tahu Douglas yang paling dipercayainya berhasil menghidupkan kembali Klub Jenius, pasti akan sangat tersentuh."
Elon Jusk kembali mengambil buku catatan Newton di atas meja, membuka jilid berikutnya.
Sambil membaca dia menganalisa:
“Newton usia 20 tahun dan Copernicus yang sudah 50-an membentuk aliansi. Untuk menyembunyikan tujuan sejati mereka, mereka sengaja menyamarkan Newton muda sebagai orang tua sebaya Copernicus melalui teknik penyamaran.”
“Jadi, ketika Galileo dan Da Vinci bergabung dengan klub, yang mereka lihat adalah dua orang tua yang saling berhadapan dan menganggap satu sama lain sebagai musuh; Newton telah memerankan peran ini... selama puluhan tahun, sehingga saat kami melakukan hibernasi massal di tahun 2025, usia Newton baru sekitar enam puluh tahunan, belum bisa dibilang terlalu tua.”
“Maka saat ini, Klub Jenius yang awalnya memiliki sembilan anggota, hanya tersisa tiga yang bertahan, yaitu kau, saya, dan Galileo. Bagaimana rencanamu membentuk Klub Jenius-mu? Siapakah yang akan kau undang sebagai anggota?”
“Tentu saja sahabat-sahabat yang layak dipercaya.”
Lin Xian tersenyum tipis:
“Saya selalu percaya bahwa persatuan dan kepercayaan adalah sumber kekuatan sejati. Saya sudah memilih calon anggota, dan tentu saja... yang pertama ingin saya undang adalah kau, Elon Jusk.”
“Wahahahahaha.”
Elon Jusk tertawa terbahak-bahak. Miliarder terkaya dunia berambut perak ini masih memancarkan aura playboy sembrono seperti masa mudanya.
Waktu telah mencuri banyak hal darinya, namun seolah tak membawa apapun.
“Terima kasih atas kepercayaanmu, Lin Xian.”
Sorot mata Elon Jusk berkilauan:
“Di era yang asing ini, saya hanya memiliki kalian sekelompok teman dan sekutu. Tentu saja saya ingin bergabung dengan Klub Jenius-mu, sangat menginginkannya.”
“Meski tidak tahu rencanamu mereorganisasi klub dalam format seperti apa... Jika mirip dengan format Einstein dulu... Tolong pastikan kursi No.7 tetap untuk saya, ini angka keberuntungan saya.”
“Tentu tidak masalah.”
Lin Xian dan Elon Jusk berjabat tangan:
“Semoga kali ini, Klub Jenius benar-benar bisa menyelesaikan misi, memberikan manusia... masa depan indah yang sejati!”
……
Setelah meninggalkan Amerika, Lin Xian dan VV kembali ke Universitas Rhein Shanghai Tiongkok.
Di laboratorium rahasia, angka di Zhong Ruang-Waktu yang dimodifikasi Liu Feng masih menampilkan angka yang sama—
0.0001764
“Sudah 500 tahun.”
Liu Feng yang sudah berusia paruh baya berdecak kagum:
“Kelengkungan ruang-waktu dan garis dunia sudah hampir 500 tahun tidak berubah; sekalipun kau melakukan banyak hal tahun-tahun ini, menemukan Einstein, menghidupkan VV, bahkan membunuh Newton... semua ini masih belum menyentuh Elastisitas Ruang-Waktu, garis dunia ini terlalu stabil.”
Lin Xian menarik kursi dan duduk:
“Pada dasarnya, bencana super besar tahun 2600 yang dipicu Galileo terlalu sempurna. Tak peduli seperti apa dunia tahun 2599, bencana global ini langsung mereset ulang segalanya. Jika kita tidak bisa mengubah peristiwa kunci ini... mungkin kita benar-benar sulit menggoyahkan garis dunia.”
“Tapi.”
Liu Feng menggaruk kepala:
“Meski Newton bersembunyi sangat baik, dia tetap aktif di dunia. Dengan kecerdasan buatan super VV, kita memang bisa menganalisa big data untuk menemukannya.”
“Tapi Galileo bagaimana cara kita mencarinya? Pada titik waktu ini, seharusnya dia tertidur pulas di dalam cabin hibernasi... Jika cabin hibernasinya tersembunyi dengan baik dan memiliki sistem energi mandiri, tidak terhubung ke jaringan internet, bahkan VV pun tidak akan bisa menemukan jejak Galileo.”
Gao Wen yang mendengarkan dengan serius di samping, juga mengangguk:
“VV menemukan Newton dari lautan manusia hanya dalam hitungan jam, sementara Galileo sudah dicari begitu lama tapi belum ada hasil. Ini memang membuat penasaran... Di mana Galileo bersembunyi? Apakah dia masih ada di bumi?”
“Selain itu, ada satu hal lagi yang mengganjal di hatiku.”
Gao Wen bangkit dari lantai, berjalan mendekati tempat sampah paduan hafnium, mengetuk bodi VV yang berkilau perak:
“Lin Xian, tadi kau juga bilang, di masa depan Mimpi kesembilan, keberadaan VV masih belum ditemukan, seolah-olah VV telah dilenyapkan lagi.”
“Lalu kali ini, siapa yang melenyapkan VV? Setelah dipikir-pikir, sepertinya musuh kita hanya tinggal Galileo saja.”
“Di sini muncul titik kontradiksi. VV memiliki tubuh paduan hafnium dan merupakan aliran data yang bisa tersimpan di peralatan jaringan internet, bahkan perangkat offline. Bagaimana mungkin kehidupan data seperti ini bisa dilenyapkan sepenuhnya?”
“【Mungkinkah bencana super besar yang dipicu Galileo di tahun 2600 itu, esensinya juga merupakan bom ruang-waktu? Sehingga bisa membunuh VV secara global?】”
Lin Xian menggelengkan kepala:
"Ini memang hal yang sangat tak terduga, saya sendiri juga belum memahaminya. Tapi... target kita selanjutnya, singkatnya, harus mencari cara untuk menemukan Galileo terlebih dahulu."
"Bicara tentang ini, tiba-tiba saya teringat sesuatu."
Lin Xian tersenyum tipis, menatap ke arah Gao Wen:
"Roge yang pernah kugambar untukmu, sekarang akhirnya akan terwujud."
？
Tanda tanya muncul di atas kepala Gao Wen:
"Apa kau pernah menggambar roge untukku? Kenapa aku tidak ingat?"
"Memang kau tidak ingat..."
Lin Xian menundukkan kepala, mengingat kembali peristiwa yang terjadi dalam mimpi keenam dulu.
Saat itu.
Lin Xian dan Gao Wen berdiri di podium memandang ke arah suku di kejauhan, Gao Wen berkata dengan tulus pada Lin Xian:
"Meski banyak ucapanmu yang masih belum kupahami, tidak masalah. Ke mana pun kau pergi kami akan ikut, kami semua sudah memutuskan untuk bertaruh nyawa, mengikuti petualanganmu."
"Walau kita baru benar-benar berkenalan kurang dari 12 jam, tapi kau memberi kesan sangat bisa diandalkan. Cara berpikirmu juga sangat jelas, seperti... seperti seorang 【pemimpin】 sejati."
Ini pertama kalinya seseorang mengatakan Lin Xian seperti seorang pemimpin.
Meski sekadar ketangguhan semu, yang bisa memukau Kaisar Gao Wen dengan mengandalkan kelahiran kembali berulang kali, membuat Sang Kaisar tertegun-tertegun.
Tapi justru dari momen itulah Lin Xian benar-benar menyadari tanggung jawab di pundaknya.
Seperti perkataan Yingjun padanya:
“Sejarah tidak akan menyalahkan mereka yang tak berdaya, tetapi jika kau memiliki kemampuan di luar orang biasa, maka kau wajib melakukan hal-hal yang tak bisa dilakukan orang lain. Inilah misimu.”
“Jika kau benar-benar hanya orang biasa... aku akan membiarkanmu tinggal.”
“Pernahkah kau berpikir, mengapa hanya kau yang mengalami mimpi prekognitif ajaib ini? Mengapa hanya kau yang terus mengulang mimpi tentang hari terakhir kiamat manusia?”
Jadi.
Saat itu, Lin Xian yang sedang memandangi Kaisar Gao Wen yang mengakuinya, juga membuat janji khidmat:
“Aku akan mengingat hari ini, kaulah orang pertama di dunia ini yang mengatakan aku mirip pemimpin. Meskipun besok kau akan lupa... aku berjanji, jika suatu hari aku benar-benar menjadi pemimpin, demi pengakuan berharga ini, aku pasti akan menyisakan posisi No.2 di bawahku untukmu.”
Maka.
Posisi No.2 ini, pasti adalah saat ini.
Lin Xian bangkit dari lantai, mendekati Kaisar Gao Wen, menepuk bahunya:
“Tak masalah jika kau tak ingat. Selama aku ingat, itu sudah cukup.”
……
Beberapa hari kemudian.
Di bangunan tertinggi Universitas Rhein, terdapat ruang rapat bergaya klasik nan megah.
Sebuah kursi kayu merbau diletakkan di atas langkah, delapan kursi lainnya terbagi dua deret di kiri-kanan bawah, persis seperti tata ruang awal klub Jenius dulu.
Ini disengaja.
Lin Xian dan Elon Jusk sepakat bahwa mempertahankan sebanyak mungkin bentuk asli adalah bentuk penghormatan kepada Einstein dan hati nurani Klub Jenius.
Kreek——
Pintu gerbang ruang rapat yang megah berkilauan terdorong terbuka. Akademisi Gao Wen berjalan di atas karpet wol dengan kepala tegak dan dada membusung, memandang lurus ke depan. Ia merasakan aura beratnya arus waktu yang memenuhi aula kuno nan agung ini.
Dirinya sendiri memang berasal dari era lama di masa lalu, namun arus waktu di tempat ini... seolah lebih usang dibanding dirinya.
Hari ini adalah pertemuan perdana Klub Jenius yang dibentuk Lin Xian. Mengingat Akademisi Gao Wen sendiri bermukim di dalam kampus, ia datang paling awal.
Rapat penting kali ini sangat dinantikan oleh Gao Wen.
Sejak kecil, mimpi hamba adalah menjadi sosok yang berguna bagi masyarakat dan dunia, ingin memberikan kontribusi semampunya bagi peradaban manusia.
Tapi.
Secara tak terduga selalu ada jenius sejati yang karya futuristiknya melampaui Gao Wen puluhan tahun, membuatnya selangkah terlambat dan terjebak dalam bayangannya. Hal ini sempat membuat mental Gao Wen terguncang, bahkan nyaris tak tertahankan. Namun...
Semua kekhawatiran itu kini telah menjadi masa lalu.
Sejak undangan bergabung ke Universitas Rhein dari Lin Xian dan Liu Feng, takdirnya berbelok 360 derajat layaknya drift mobil.
Tangan hitam yang mempermainkan nasibnya tak pernah muncul lagi;
Ia bebas mengembangkan bakatnya, menembus batas di berbagai bidang penelitian;
Tak ada yang mendahuluinya, tak ada yang ingin mengalahkannya;
Dan sekarang.
Lin Xian.
Akan membawanya memasuki pandangan yang lebih tinggi, dunia yang lebih luas, untuk menghadapi masalah rumit dan pertarungan lebih sengit.
Gao Wen berjalan menuju kursi terdepan dari empat kursi di sebelah kiri, lalu duduk di posisi paling dekat dengan podium.
【No.2 Akademisi Gao Wen】
Kreek——
Lagi-lagi pintu gerbang didorong terbuka.
Liu Feng menyesuaikan kacamata dan masuk.
Dia dan Akademisi Gao Wen saling berpandangan, mengangguk, lalu duduk di kursi tepat di seberang Akademisi Gao Wen.
Posisinya juga paling dekat dengan podium, layaknya tangan kanan dan kiri Lin Xian.
【No.3 Liu Feng】
Braak——
Kali ini pintu gerbang dibanting terbuka.
Sebuah tempat sampah paduan hafnium berkilau perak perlahan bergerak maju di atas roda rantai.
Tubuh bulat dan statusnya sebagai tempat sampah tampak sangat tidak cocok dengan gaya lukisan mewah ruang pertemuan; namun tak ada yang meragukan kehadiran maskot Universitas Rhein ini di sini, karena...
"Keparatmu tetaplah keparatmu!"
Tubuh berat VV tidak bisa duduk di kursi, terpaksa berdiri menempel kaki kursi, sebagai senjata terhebat Klub Jenius saat ini.
【No.4 VV】
Tempat sampah baru saja berdiri, langsung mengacungkan garpu dan bersorak:
"Hidup Tuan Besar yang bijaksana! Jaya Tuan Besar yang bijaksana!"
"Dengan kedatangan Tuan Besar yang bijaksana, dunia pun damai sentosa!"
Lagi-lagi terdengar suara pintu terdorong, Cheng Qian, jenius komputer terkemuka dunia, masuk.
VV seketika berubah menjadi robot pengatur lalu lintas, berdiri tegak dengan posisi sempurna, memandu Cheng Qian ke tempat duduk.
Sang penyelamat ini tentu harus duduk di seberang VV.
Meski Cheng Qian adalah anggota termuda di Klub Jenius baru, bakatnya diakui secara universal sebagai tingkat dunia, bahkan melebihi mantan anggota Klub Jenius Kevin Walker (Turing).
Inilah jenius kelima di bawah komando Lin Xian...
【No.5 Cheng Qian】
Tak lama kemudian.
Pintu gerbang aula kembali terdorong, Du Yao dan Elon Jusk masuk bersama-sama.
Penampilan Du Yao masih terlihat muda dan cantik seperti dulu.
Periode hibernasinya sangat panjang, meski sempat beberapa kali bangkit sebentar, teknologi saat itu belum mencapai tingkat yang memuaskan baginya untuk melanjutkan penelitian lebih mendalam.
Karenanya, ia memilih menukar waktu dengan ruang - selama 500 tahun ini usianya hanya bertambah kurang dari sepuluh tahun, hingga kini tetap awet muda.
Ia dan Elon Jusk masing-masing duduk di kursi ketiga sebelah kiri dan kursi ketiga sebelah kanan.
【No.6 Du Yao】
【No.7 Elon Jusk】
Setelah semua anggota duduk lengkap, Elon Jusk menatap dua kursi kosong terakhir sambil terkikik:
"Aku penasaran... teman seperti apa yang akan menduduki dua kursi ini di masa depan."
Ia menoleh, memandang sekeliling adegan yang terasa familiar ini sambil berdecak kagum:
"Dulu di Klub Jenius lama, aku juga duduk di posisi nomor tujuh, sebagai anggota ketujuh yang bergabung."
"Saat itu persis seperti ini, aku memandangi dua kursi kosong terakhir sambil membayangkan jenius-jenius menarik seperti apa yang akan menyusul bergabung."
"Hasilnya juga membuat orang menghela napas. Saya melihat Turing yang paling hina dan jahat, juga bertemu Lin Xian yang paling berani dan adil. Saat ini persis seperti masa lalu, menantikan anggota baru bergabung seperti membuka blind box—mengerikan sekaligus mengasyikkan."
"Tapi... untuk talenta yang dipilih Lin Xian, saya cukup yakin. Seperti hadirin di sini, saya sangat menyukai kalian! Juga sangat menyukai tempat ini!"
Elon Jusk berkata jujur.
Meski ini juga Klub Jenius, tapi berbeda dari Klub Jenius sebelumnya.
Di sini tidak perlu memakai topeng;
Tidak perlu saling curiga;
Tidak perlu saling menyimpan niat tersembunyi atau bersaing secara diam-diam.
Kita berkumpul di sini demi tujuan yang sama, bekerja sama, bersama-sama memecahkan situasi.
Mungkin...
Elon Jusk mengepal tangannya.
Mungkin...
Klub Jenius Lin Xian...
Benar-benar bisa menciptakan keajaiban!
Kreek—
Pintu gerbang aula terbuka untuk terakhir kalinya.
Cahaya bulan purnama menyinari masuk, di luar gelapnya malam tepat menunjukkan pukul 00:42.
Klub Jenius baru ini tetap mempertahankan tradisi, mengadakan rapat setiap tanggal satu bulan pukul 00:42 menit.
"Maaf, mungkin saya sedikit terlambat."
Lin Xian tersenyum menutup pintu, berjalan di atas karpet merah wol, memandangi kerumunan yang duduk melingkar di kedua sisi:
"Tapi anggaran dasar klub kita tidak terlalu ketat dan keras. Meskipun terlambat, kami tetap menyambut kedatanganmu di tengah proses."
Dia menaiki tangga, naik ke podium, lalu duduk di satu-satunya kursi tepat di tengah—
【No.1 Lin Xian】
“Selanjutnya, saya akan menceritakan sebuah kisah yang sangat panjang.”
Lin Xian duduk tegak:
“Ini adalah kisah panjang yang dimulai pada tahun 1952 dan berakhir di tahun 2624.”
“Ini tentang kisahku, kisah Einstein, kisah Tiang Milenium, dan kisah tentang mimpi aneh.”
“Di saat yang sama...”
Ia berhenti sebentar.
Menengadah, memandang satu per satu wajah para partner dari kiri ke kanan:
“Di saat yang sama...”
“Ini juga... akan menjadi kisah masa depan kita.”
