“Lagipula seperti katamu, tidak ada risiko kan?”
Gao Yang mengangkat tangan pasrah:
“Elon Jusk dan Universitas Rhein kita mengirim ratusan orang ke Antartika dengan skala besar, bahkan jika setiap orang meludah sekali saja pasti Galileo sudah tenggelam! Apa bedanya antara kita berdua yang pergi? Mungkinkah ludahmu lebih kental daripada milikku?”
“Perumpamaanmu benar-benar aneh dan menjijikkan.” Lin Xian mengerutkan alutnya.
“Ah, aku juga ingin melakukan sesuatu…”
Gao Yang menghela napas:
“Mengingat aku adalah komandan tim keamanan Universitas Rhein, maka urusan keamanan memang menjadi tanggung jawabku. Di tim yang berangkat ke Antartika ini, bukankah banyak juga bawahanku? Aku seharusnya menemani mereka, tidak boleh… tidak boleh terus bersembunyi di belakang setiap kali.”
“Saat mengejar Partikel Ruang-Waktu di luar angkasa dulu, aku terus merasa bersalah karena tidak bisa berbuat apa-apa; banyak kejadian setelahnya juga sama. Sebagai teman terbaikmu, aku tidak bisa membantumu sama sekali.”
“Jadi kali ini biarkan aku yang menggantikanmu. Sudah 500 tahun sejak era tempat kita tinggal, tinggal seratus tahun lagi menuju tahun 2624; Aku ingin berbuat sesuatu untukmu dan Chu Anqing, sekalipun… hanya hal kecil.”
……
Cahaya bulan menyinari patung giok putih yang diterpa angin malam, gemerisik dedaunan terdengar.
Lin Xian memandangi Gao Yang.
Lama tak bersuara.
Akhirnya, ia menarik napas dalam:
“Baiklah.”
Menepuk bahu Gao Yang, Lin Xian tersenyum:
“Sebenarnya urusan ini tidak serumit yang kau bayangkan, sama seperti pergi berwisata ke Antartika.”
"Ada begitu banyak orang yang pergi, tim ratusan anggota memburu Galileo sendirian, sama sekali tidak ada risiko."
"Jusk juga mempertimbangkan kemungkinan Galileo membuat penyergapan dan perangkat penghancur diri, jadi mengirim kelompok penjinak bom profesional, kelompok pengintaian, serta banyak peralatan canggih; jika menemukan bom atau sejenisnya juga tidak masalah, teknologi sekarang bisa menyelesaikannya dengan aman."
Gao Yang melihat Lin Xian menyetujui, juga lega, duduk di tepi pot bunga tertawa terbahak:
"Wahahahaha, jangan anggap saya tidak masuk akal, anggap saja saya mabuk. Masih ingat waktu kau pertama curiga mimpimu adalah dunia nyata, saat kita berdua bersama-sama menjelajahi dan meraba-raba hal itu?"
"Tentu ingat."
Lin Xian juga duduk di tepi pot bunga, di sebelah Gao Yang:
"Waktu itu kau terus memberi sasaranku yang buruk, awalnya bilang itu alam bawah sadar, kemudian menarikku beli tiket lotre dan taruhan bola, akhirnya mengajakku ke psikolog..."
"Sekarang melihat ke belakang, waktu itu memang seperti orang sakit parah mencoba segala pengobatan. Tapi sejujurnya meski caramu berantakan, akhirnya membantuku menemukan yang sebenarnya."
Mengingat masa lalu yang sudah ratusan tahun lalu, Gao Yang tak bisa menahan decak kagum:
"Sekarang aku baru benar-benar menyadari apa yang kau katakan dulu... hibernasi adalah tiket sekali jalan, arus waktu hanya bisa maju, masa lalu akhirnya tak bisa kembali."
"Menyesal?" tanya Lin Xian.
"Tentu tidak menyesal!"
Gao Yang menepuk dada:
“Kalian melakukan hal yang begitu agung, andai dulu saya tidak memilih ikut denganmu, barulah saya akan menyesal!”
“Jadi, tunggulah di sini Lin Xian, saya pasti akan membawa Galileo kembali untukmu! Ayo, ayo, tinggal sedikit alkohol, kita bagi rata!”
“Masih minum juga…” Lin Xian tampak getir.
“Tentu harus diminum! Sudah sampai di sini, di bawah patung istri dan putrimu, mana mungkin tidak minum beberapa gelas lagi?”
Gao Yang jelas sudah mulai mabuk.
Menuangkan gelas penuh alkohol, mengangkatnya tinggi-tinggi ke arah patung Zhao Yingjun:
“Gelas ini, untuk CEO!”
Setelah berkata demikian, meneguknya habis.
Kemudian, menuangkan lagi gelas penuh dan mengangkatnya:
“Gelas ini, untuk keponakannya!”
Meneguknya habis.
Setelah itu, menuangkan gelas ketiga, mengangkatnya melebihi ubun-ubun, menghadap langit:
Matanya berkaca-kaca, memandang ketinggian tepat 20.000 meter seolah ada meteor yang sedang jatuh:
“Gelas ini… untuk Putri kecil!”
Sekali lagi menenggak habis.
Menuangkan gelas terakhir persis menghabiskan botol.
Dia tertegun, memandang langit yang lebih tinggi dari tinggi, memandang alam semesta berlatar hitam, tak tahu harus menghadiahkan gelas ini kepada siapa.
Akhirnya.
Dia menundukkan kepala, mengarahkan gelas ke Lin Xian di tepi bunga:
“Gelas terakhir, untuk saudara.”
……
Lima hari kemudian.
Amerika, Landasan Peluncuran Roket SPACE-T.
22 buah roket detektor alam semesta berdiri vertikal, menanti giliran peluncuran.
“Di setiap fairing roket, terdapat sebuah detektor umpan balik real-time yang dibuat menggunakan partikel ruang-waktu yang terbelit.”
Jia Sike yang berusia namun tetap tegap berdiri di dek observasi, bercerita pada Lin Xian:
“22 detektor ini akan diluncurkan dari sini, menjauhi bumi dari 22 arah menuju kedalaman alam semesta.”
“Ini adalah sebuah taruhan. Jika beruntung, kita bisa mengamati cahaya putih penghancuran dunia lebih awal dan langsung menentukan arah serta sifatnya; Jika tidak beruntung... paling hanya menyia-nyiakan 22 roket, sama seperti membuang 22 tusuk gigi.”
Setelah berkata demikian, Jia Sike menyerahkan remote control peluncuran ke tangan Lin Xian:
“Sekarang semuanya sudah otomatis. Ayo, momen bersejarah ini biarlah kau yang memulainya.”
Lin Xian menerima kontroler itu.
Sangat sederhana, bahkan terlalu sederhana.
Hanya ada satu tombol merah di atasnya, orang bodoh pun tidak akan salah menekan.
Sebenarnya di era seperti sekarang, tombol manual peluncur sudah tidak diperlukan lagi. Bisa dikatakan... ini hanyalah ritual peninggalan era lama yang hanya ada di SPACE-T dan Jia Sike, sangat langka di tempat lain.
Memandangi tombol merah besar pada kontroler, Lin Xian berkata lembut:
“Apa yang kau pikirkan sekarang? Apakah kau berharap bisa mengamati cahaya putih penghancuran dunia yang sedang melintas di ruang angkasa, atau... tidak ingin melihatnya?”
Jia Sike sepertinya sudah memperkirakan pertanyaan ini, menjawab tanpa ragu:
“【Aku sama sekali tidak ingin melihatnya. Aku hanya berharap 22 roket ini sia-sia.】”
Lin Xian berbalik badan:
"Apakah karena takut?"
Elon Jusk mengencangkan bibir:
"Ya."
"Jika kita tidak bisa mengamati cahaya putih penghancuran dunia di ruang dimensi, artinya sumber penyebab cahaya ini berasal dari dalam bumi, atau... mungkin sama sekali tidak ada cahaya putih penghancuran dunia ini, hanya muncul dalam mimpimu."
"Dalam kasus ini, masalah menjadi jauh lebih sederhana, setidaknya masih dalam area yang bisa kita kontrol, operasikan, dan ubah."
"Tapi, dalam skenario terburuk... jika cahaya putih penghancuran dunia ini benar-benar berasal dari alien lain, atau peradaban kosmik tingkat tinggi dengan teknologi alien yang jauh melampaui kita... Apa yang harus kita lakukan? Apa yang bisa kita lakukan?"
"Mereka sudah sekuat itu, bisa melemparkan senjata kecepatan cahaya. Menghancurkan kita bahkan tidak perlu pemberitahuan, persis seperti menginjak semut kecil. Adakah kemungkinan semut melawan?"
Lin Xian tidak berbicara.
Karena apa yang dikatakan Elon Jusk memang fakta.
Jika cahaya putih penghancuran dunia adalah masalah internal bumi, masih ada harapan penyelesaian; tapi jika diletakkan dalam skala kosmik, manusia sama sekali tidak punya daya melawan.
"Tapi, kita juga tidak bisa menggeneralisasi."
Lin Xian menengadah, memandang galaksi yang jauh:
"Manusia harus mengambil langkah ini, seperti bintang-bintang... Entah kita melihat ke atas atau tidak, mereka tetap bersinar di sana, seolah tak ada hubungannya dengan kita, tapi selalu menerangi langit malam kita."
Setelah berkata demikian.
Jari telunjuknya menekan tombol peluncuran dengan kuat!
BOOM——
BOOM——
BOOM——
“Program peluncuran otomatis roket diaktifkan, satu demi satu melesat ke langit, menembus atmosfer, menerjang kedalaman alam semesta...”
Keesokan harinya.
Tim ekspedisi Antartika yang megah berangkat dari Shanghai Tiongkok. Puluhan pesawat besar kecil mengangkut ratusan anggota tim dan persediaan yang cukup, bergerak menuju ujung selatan Bumi.
Kini teknologi sudah sangat maju. Pergi ke Antartika tak lagi membutuhkan kapal, pesawat besar lintas samudera sudah bisa memenuhi semua kebutuhan.
Lin Xian, Liu Feng, Gao Wen, dan VV paduan hafnium berdiri di podium bandara, menyaksikan kepergian mereka.
“Pesawat deteksi kita telah dikirim lebih awal ke Antartika untuk menyelidiki.”
Gao Wen melaporkan:
“Melalui pemindaian geologis, area mencurigakan semakin menyempit. Apakah Galileo benar bersembunyi di Antartika, diperkirakan besok kita bisa mendapatkan hasil.”
Lin Xian mengangguk:
“Kita tunggu saja kemenangan mereka di sini.”
Komandan utama aksi ini adalah Elon Jusk. Gao Yang, Du Yao, Cheng Qian ikut serta.
Tentu saja VV juga hadir, dia ada di mana-mana.
“Siapkan satu pesawat untukku juga.”
Lin Xian tiba-tiba berkata.
？
Liu Feng dan Gao Wen agak terkejut:
“Mau ke mana di saat seperti ini?” “Kenapa tiba-tiba mau dinas luar?”
“Tenang saja, aku akan pergi bersama VV.”
Lin Xian mengelus tempat sampah paduan hafnium di sebelahnya:
“Kami berdua... akan mencoba metode menunggu seperti menunggu kelinci.”
……
Ini adalah hal yang telah diputuskan sejak awal oleh Lin Xian dan VV——
Mereka memutuskan kembali ke Brooklyn, menghidupkan sistem perkumpulan Klub Jenius di dalam pangkalan rahasia bawah Peternakan Einstein.
“。”
Di dalam sistem perkumpulan ini, menunggu kemunculan Galileo.
Lin Xian juga tidak yakin apakah Galileo akan datang, tetapi dia percaya bahwa Galileo pasti sama seperti Newton. Jika melihat sistem perkumpulan Klub Jenius diluncurkan kembali, pasti akan memindai lencana emas NFC dan datang ke ruang pertemuan untuk melihat situasi di sini.
Ini adalah hal yang akan membuat penasaran setiap anggota Klub Jenius.
Jika posisinya ditukar dengan Lin Xian pun tidak akan bisa menahan diri.
Meskipun menurut dugaan para jenius, kemungkinan besar Galileo bersembunyi di Antartika, tetapi akhirnya bisa ditangkap atau tidak, termasuk apakah Antartika juga merupakan umpan, masih sulit dipastikan.
Tapi tidak masalah.
Aksi di Antartika yang dikombinasikan dengan peluncuran sistem perkumpulan Klub Jenius, merupakan umpan bagi Galileo.
Asalkan Galileo terganggu oleh penyelidikan di Antartika dan datang ke perkumpulan Klub Jenius... VV bisa telusuri jejak dan menangkapnya!
Ketika Lin Xian dan VV tiba di tempat perlindungan bawah tanah Einstein, tim Antartika yang dipimpin Elon Jusk juga baru saja mencapai area yang ditentukan.
Di area ini terdapat banyak bangunan rahasia yang dibangun Jerman selama Perang Dunia II, tetapi sudah lama berubah menjadi debu waktu sejarah yang tak dikenal, terkubur di bawah tanah beku Antartika.
"Kita ke sana."
Elon Jusk mengenakan pakaian anti dingin, menunjuk ke suatu titik di depan:
"Bawa mesin-mesin ke sini, mulai gali dari titik ini."
Pada saat yang sama.
Amerika, Brooklyn, di bawah Peternakan Einstein, tempat sampah paduan hafnium VV mengaktifkan sistem perkumpulan Klub Jenius:
"OK sudah."
VV menggunakan capit tangan kanan membentuk huruf O.
Sru——
Sistem proyeksi hologram kembali menyala, cahaya warna-warni mengubah tempat perlindungan bawah tanah menjadi aula megah berkilauan emas.
Sembilan kursi tinggi virtual berukiran kayu hitam muncul tiba-tiba, pintu ganda coklat di depannya masih terlihat seperti baru, menunggu anggota tersisa untuk mendorong masuk...
"Asal Galileo memindai lencana emas NFC, avatar digitalnya akan masuk ke ruang pertemuan, lalu aku bisa langsung melacak posisinya."
VV paduan hafnium menggesekkan capitnya, bersiap untuk aksi besar:
"Tergantung kemajuan di Antartika, kalau mereka bisa langsung menangkap Galileo akan lebih mudah."
Lin Xian mengaktifkan sistem interkom:
"Elon Jusk, bagaimana progres sekarang?"
Melalui interkom, terdengar suara angin kencang dari Antartika, Elon Jusk berteriak:
"Sedang menggali lokasi ke-4 yang mencurigakan, harapan kali ini sangat besar! Kami mendeteksi sinyal listrik lemah, artinya pasti ada sesuatu di bawah!"
"Hah, tunggu... ada fluktuasi energi partikel! Sinyal biologis! Ada sinyal biologis! Di bawah ada orang! Sangat lemah, sepertinya... program kebangkitan cabin hibernasi sedang dijalankan!"
"Gali cepat!"
Suara teriak tinggi Yang terdengar dari interkom:
“Galileo itu cucu ada di bawah! Rebut sebelum dia terbangun! Waduh, apa langsung pakai misil saja? Langsung habisi dia! Supaya tidak ada masalah di kemudian hari!”
“Tunggu, ini apa?”
Suara Elon Jusk penuh ketidakpercayaan terdengar.
“Bahaya!”
Bersamaan, suara VV bergema dari walkie-talkie dan tempat sampah paduan hafnium di samping:
“Aku paham! Ini pipa tabrakan Partikel Ruang-Waktu! Tujuan Galileo adalah——”
“【Tabrakan Partikel Ruang-Waktu!】”
Brak!
Brak!
Brak!
Sudah terlambat.
Persis saat VV selesai bicara, kepingan salju biru tua menyelimuti bumi berpusat di Antartika, bahkan menjalar sampai orbit Mars.
Tempat perlindungan bawah tanah tempat Lin Xian berada pun tak luput.
Dia membuka mata lebar-lebar, memandangi salju biru yang memenuhi ruang dimensi...
Bom ruang-waktu.
Ini persis seperti saat Yu Xi meledakkan diri, berubah menjadi salju biru yang menyelimuti Shanghai!
Detik berikutnya.
Gemuruh guntur mengguncang, seluruh dunia bergetar hebat, walkie-talkie tiba-tiba senyap dari riuh.
“Elon Jusk!”
Lin Xian berteriak ke walkie-talkie:
“Bagaimana kondisi di sana?”
Namun...
Tak ada jawaban.
Ini keanehan, secara logika, bom ruang-waktu seperti ini tidak seharusnya mempengaruhi benda-benda di garis waktu asal.
Gempa bumi dan Elon Jusk yang tiba-tiba membisu ini apa yang terjadi?
“VV！”
Lin Xian menstabilkan keperawanannya di tengah getaran, berteriak memanggil tempat sampah paduan hafnium.
Namun secara tak terduga menemukan...
VV yang biasanya cerewet dan hiperaktif pun diam membisu!
Tempat sampah paduan hafnium menundukkan kepala dengan patuh, cahaya hijau di matanya padam, berdiri kaku bagai patung.
“VV！”
Tidak mungkin...
Lin Xian tiba-tiba tersadar.
Mengapa dalam Mimpi kesembilan, sosok VV sama sekali tidak muncul? Ternyata! Inilah penyebabnya!
BOOM BOOM BOOM BOOM BOOM BOOM!!!
Gempa bumi dahsyat kembali mengguncang.
Sistem pertahanan otomatis tempat perlindungan bawah tanah diaktifkan, sirine alarm berbunyi:
"Tsunami terdeteksi, semua ventilasi ditutup otomatis, mode sirkulasi mandiri diaktifkan." "VV!"
Lin Xian berlari ke samping tempat sampah paduan hafnium, mengetuk ubun-ubunnya:
"Kenapa kamu..."
Tiba-tiba.
Matanya membelalak, tubuhnya tertegun.
Terlihat.
Dari ubun-ubun VV, tetesan darah terus menetes semakin deras.
Darah... siapa ini?
Mungkinkah darahnya sendiri?
Lin Xian semakin bingung, mengusap hidungnya dengan tangan.
Ternyata seluruh wajahnya berlumpur.
Darah terus mengalir dari hidung dan telinganya, bahkan pandangan mulai memerah!
Tidak mungkin...
[Bom ruang-waktu, bagaimana bisa melukai diri sendiri? Padahal sebelumnya tidak seperti ini!]
Guntur guntur guntur!
Langit-langit tempat perlindungan bawah tanah mulai melengkung, sesekali dekorasi yang pecah berjatuhan menghantam lantai.
Otak Lin Xian mendadak pusing, merasa tujuh lubang di wajah mengeluarkan darah, tubuhnya goyah tak bisa berdiri tegak.
Tidak bisa.
Harus mencari cara!
Meski tak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi jika terus begini, dirinya pasti akan mati!
Menoleh...
Dia melihat harapan satu-satunya di sudut ruangan——
Cabin hibernasi!
Cabin hibernasi tidak hanya memperlambat reaksi tubuh, tapi juga memiliki fungsi medis tertentu!
Tak ada waktu lagi untuk berpikir.
Lin Xian menahan kelemahannya, langsung berbaring di dalam lalu menekan tombol hibernasi cerdas satu sentuhan.
Kreek...
Penutup kaca cabin hibernasi menutup rapat.
Setelah tersegel, cairan pengisi hibernasi yang dingin mulai merembes masuk.
Lin Xian hanya merasakan cairan bening itu penuh noda darah merah, detik berikutnya matanya terpejam memasuki hibernasi.
Pada saat itu.
Dunia di luar bagaikan neraka di dunia manusia.
Gempa mengoyak bumi, tsunami mengamuk di langit, gunung berapi yang tertidur puluhan ribu tahun meletus, lempeng tektonik saling bertumbukan melahirkan pegunungan baru.
Tahun 2504, inilah bencana super besar yang melanda seluruh dunia.
Braak! Berdebam!
Tak terhitung batu beton berjatuhan dari langit-langit, menghantam tubuh robot paduan hafnium yang diam membisu dengan suara berdebam.
Tempat perlindungan bawah tanah berubah bentuk akibat tekanan geologis, nyaris hancur berantakan.
Cabin hibernasi berfungsi stabil dengan daya dari baterai nuklir mini, pria di dalamnya tertidur pulas dengan tanda vital yang lemah, sunyi dan tenang, bertolak belakang dengan kekacauan dunia luar.
Brak!!!
Suara dentuman yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Di langit-langit tempat perlindungan, material paduan hafnium kelas berat jatuh dan menghantam kaca cabin hibernasi dengan keras!
Krek. Krek.
Kaca tebal mulai retak, perlahan merambat.
Untungnya kaca ini sangat kokoh, cabin hibernasi secara keseluruhan tidak mengalami kerusakan.
Hanya melalui retakan halus yang tak terlihat, cairan pengisi hibernasi merembes keluar sedikit demi sedikit dengan kecepatan yang sangat lambat...
Tik-tok.
Setelah empat jam, setetes cairan pengisi hibernasi jatuh ke bumi.
Tik-tok.
Empat jam berikutnya, setetes lagi cairan pengisi hibernasi jatuh ke bumi...
Tik-tok.
……
Tik-tok.
……
Tik-tok.
……
……
……
……
……
……
……
……
……
……
……
……
……
"Batuk-batuk! Batuk-batuk!"
Arus waktu mengalir tanpa diketahui berapa lama telah berlalu.
Seorang pria tersedak dan terbangun di dalam cabin hibernasi.
Secara logika, ini seharusnya mustahil terjadi.
Karena proses pernapasan dalam hibernasi dilakukan melalui cairan pengisi yang masuk ke rongga paru-paru, memanfaatkan oksigen terlarut untuk pertukaran napas.
Namun yang mengejutkan...
“Cabin hibernasi ini karena retak sangat kecil di kaca penyegel, selama bertahun-tahun cairan pengisi hibernasi terus merembes perlahan, terus terisi otomatis, terus merembes perlahan, terus terisi otomatis... Akhirnya, tak bisa lagi diisi. Cairan dalam cabin hibernasi semakin berkurang, permukaannya semakin turun.”
“Akhirnya, saat permukaan cairan turun di bawah hidung dan mulut pria itu, dia terbangun karena tersedak.”
“Harus diakui, dia sangat beruntung.”
“Jika tiba-tiba terbangun dalam suhu ultra-rendah cairan pengisi, pasti akan mengalami kematian mendadak seketika.”
“Tapi untungnya kebocoran cairan terjadi sangat perlahan. Dalam proses ini, suhu naik secara bertahap, kemampuan fisiologis pria itu juga perlahan pulih.”
“Sebenarnya di tahun-tahun terakhir, dia sudah tidak bisa disebut hibernasi lagi. Sepenuhnya seperti tidur normal, bertambah usia secara alami, tertidur selama bertahun-tahun.”
“Seperti Putri Tidur dalam dongeng, hanya... sekarang penampilannya lebih mirip orang liar yang tertidur.”
“Batuk-batuk!”
“Setelah batuk keras yang membuatnya kalang-kabut, penutup cabin hibernasi terbuka. Pria di dalamnya bangun dari posisi duduk, mengusap wajahnya.”
“Hiss, sakit sekali!”
“Wajah dan kuku-kukunya terasa nyeri.”
“Kumisnya juga perih.”
“Dia memeriksa lebih dekat, mendapati kuku tangannya tumbuh panjang seperti zombie, melingkar beberapa kali, terlihat sangat mengerikan.”
“Lalu meraba rambutnya yang panjang, acak-acakan, persis seperti orang liar dari hutan belantara.”
“Kumis di sekitar mulutnya meledak seperti kakek tua, terasa lembut dan tebal bagai bantalan, menjuntai hingga ke dada.”
“Siapakah sebenarnya diriku ini?”
Pria itu memandang sekeliling tempat perlindungan bawah tanah yang mirip reruntuhan, tak bisa mengingat apapun.
Ia melangkah maju dan menemukan tempat sampah berkilau perak yang bisa dijadikan cermin.
Terlihat……
Dalam bayangan paduan hafnium, seorang pria paruh baya dengan rambut hitam kasar menutupi ubun-ubun dan janggut besar menutupi fitur wajah, saling bertatapan dalam keterkejutan.
Tak ada kesan.
Pria itu sama sekali tak ingat identitasnya, usia, maupun alasan keberadaannya di sini.
Ia menyisir rambut panjangnya ke samping agar setidaknya mata terlihat.
Baru kemudian menyadari.
Di bagian "leher" tempat sampah berkilau perak itu terukir dua huruf Inggris:
“V……V……？”
Pria itu memiringkan kepala, tak memahami maknanya.
Mengapa ada ukiran huruf Inggris di tempat sampah?
Mungkin merek.
Pasti merek produsen tempat sampah.
“Hsss!”
Kuku jari kaki yang lain pecah, rasa sakit membuatnya menggigit gigi.
Tampaknya kuku harus dipotong dulu.
Ia kembali ke cabin hibernasi, menemukan benda tajam yang jatuh, lalu menggunakan sisinya untuk memotong kuku.
Meski hasilnya tidak rapi, setidaknya tidak mengganggu pergerakan.
Kemudian ia mulai memindai sekeliling dan menemukan bahwa tempat ini seperti penjara, hanya ada lift sederhana menuju atas:
“Apakah ini pintu keluar?”
Tidak ada cara, hanya bisa mencoba.
Pria itu naik ke lift sederhana, menekan tombol naik.
Untunglah.
Masih bisa digunakan.
Dengan bunyi kreek-kreek, lift sederhana yang berkilau perak itu mulai naik.
Di pintu keluar terakhir ada sedikit masalah: terdapat lapisan tanah atau daun yang tebal, tapi berkat tenaga lift yang kuat, langsung bisa menerobosnya.
Seketika, cahaya terang benderang menyinari.
Di luar, ternyata ada hutan lebat yang alami dan indah, sangat kontras dengan benteng bawah tanah yang gelap dan berteknologi tinggi tadi.
Pria itu mengusap janggut yang menutupi sebagian besar wajahnya, melihat ke kiri-kanan, bingung harus kemana.
“Aaaa!”
Tiba-tiba.
Dari belakang terdengar jeritan histeris seorang gadis.
Pria itu berbalik, melihat seorang gadis dengan raut waspada.
Gadis itu kira-kira berusia 11-12 tahun, mengenakan baju compang-camping, rambut coklat tua diikat ke belakang, dengan tahi lalat air mata mencolok di sudut mata kiri, memegang belati sambil menatap ke arah ini:
“Kau! Dari mana kau tiba-tiba muncul?!”
“Aku...”
Pria itu benar-benar tidak tahu harus berbuat apa, sama sekali tak bisa menjawab.
“Aku juga tidak tahu.”
Dengan getir pria itu berkata:
“Di mana ini?”
“Brooklyn.”
Jawab gadis itu.
Dia baru menyadari, tadi dalam panik dia menggunakan bahasa Mandarin, tapi pria berjanggut berambut panjang ini bisa merespons dengan lancar:
“Hei! Apa kau orang Tionghoa?”
“Aku tidak tahu.”
Pria itu menjawab dengan jujur.
Gadis itu mengerutkan alut:
"Kalau begitu, namamu siapa?"
"Aku juga tidak tahu."
Pria itu menunjuk kepalanya, menusuk rambut panjang yang tebal dan terlihat eksplosif:
"Aku tidak ingat apa-apa, seperti kehilangan ingatan. Semua hal tak bisa kuingat."
Gadis itu melihat pria ini tidak seperti penjahat, juga tidak memiliki intensitas serangan, lalu menyimpan belati dan berdiri tegak:
"Sementara kau bisa berbahasa Mandarin dengan lancar, seharusnya kau orang Tionghoa. Di sini biasanya orang berbahasa Inggris, aku hanya berbicara Mandarin saat bersama orangtua."
"Oh."
Pria itu terlihat bengong, seolah kecerdasannya belum pulih sepenuhnya.
Ia menatap gadis itu:
"Kalau begitu... namamu siapa? Bagaimana aku harus memanggilmu?"
“CC。”
Gadis itu menjawab datar:
"Panggil saja aku CC."
“CC？”
Pria itu tersenyum:
"Apakah ini bisa dianggap sebagai nama?"
"Jangan ikut campur!"
Gadis itu mengeluarkan suara 'cih':
"Tentu saja ini bukan nama asli, hanya panggilan praktis saja. Lagipula, kau bahkan belum punya nama!"
"Hm..."
Pria itu meraba janggutnya yang lebat sambil berpikir, merasa penjelasan logis itu memang benar:
"Tapi sementara CC yang hanya dua huruf ini bisa jadi nama, aku juga bisa membuat nama sesukaku."
Tiba-tiba.
Ia teringat huruf-huruf yang terukir di tempat sampah berkilau perak di dalam benteng bawah tanah tadi.
Pria itu menengadah, tersenyum tipis:
"Jika kau bernama CC, maka namaku..."
"Akan kusebut 【VV】!"
