BAB 17 Pulang (Akhir Cerita)

　　"Cahaya biru tajam di mata Lin Xian padam." 　　Liu Feng dan Chen Heping melihat sekeliling, tidak menemukan perubahan yang terlihat jelas. Tapi ada perasaan aneh yang tak bisa dijelaskan. 　　Ada sesuatu yang berubah, tapi juga tidak; ada yang tetap sama, tapi sebenarnya berbeda. "Ayo pergi." 　　Lin Xian memanggil kedua orang itu: 　　"Kita kembali ke Universitas Rhein saja. VV di gudang bawah tanah ada langkah yang tidak bisa dilewati, sampai berguling-guling marah." Ketiganya tiba di gerbang Universitas Rhein, orangtua dan murid berjejal memadati area. 　　"Kenapa hari ini ramai sekali?" tanya Liu Feng. Chen Heping tersenyum tipis: 　　"Hari ini tanggal 1 September, Rektor Liu. Bapak sudah terlalu lama pensiun sampai lupa hari penerimaan mahasiswi baru?" 　　Di depan gerbang sekolah, Li Cheng menyerahkan koper pada Li Ningning dengan wajah berat: "Masih kecil sudah buru-buru kuliah." 　　Wanita cantik di sebelahnya menggendong bayi, ekspresinya campur aduk: 　　"Lihat cara bicaramu! Ningning diterima karena bakatnya luar biasa. Sebagai ayah, harusnya bangga dong?" 　　"Usianya masih terlalu muda..." Li Cheng memandang Ningning khawatir: 　　"Kalau tidak bisa beradaptasi, pulang saja. Lanjut SMP dulu." 　　"Cih, aku tidak mau pulang!" Li Ningning melotot: "Memalukan sekali!" 　　Nyonya Li berjongkok menyuruh Ningning mendekati bayi di dadanya: "Ningning, pamitan sama adikmu dulu." 　　Li Ningning menerima bayi itu sambil tertawa riang, menggesek-gesekkan pipinya: 　　"Hujan dan angin~ cepatlah besar ya! Kakak akan belikan mainan kecil saat pulang liburan!" Kemudian. 　　Dia mengembalikan adiknya yang baru lahir kepada Ibu, lalu tak sabar menarik koper masuk ke kampus universitas: 　　"Aku pergi dulu! Kalian pulang hati-hati!" "Aduh!" 　　Baru saja masuk kampus, karena menengok ke belakang tanpa melihat jalan, dia menabrak seorang perempuan berambut pendek yang kurus. Li Ningning gesit menyeimbangkan diri dengan dua langkah kecil. 　　"Maaf! Benar-benar minta maaf!" Dia mengulurkan tangan membantu perempuan itu berdiri. 　　Perempuan itu berusia sekitar 17-18 tahun, mahasiswa normal yang beberapa tahun lebih tua darinya. "Tidak apa-apa." 　　Sang kakak juga ramah, berdiri sambil membersihkan debu di bajunya, memandangi pipi Li Ningning yang mulus: 　　"Kamu masih berapa tahun sudah kuliah?" "Aku masuk jalur khusus." Jawab Li Ningning. 　　"Fakultas apa?" 　　"Biologi." 　　"Hah~~~" 　　Perempuan itu membuat wajah menyeringai: 　　"Kenapa kamu memilih jurasan nggak jelas begini? Ini tahun 2624 lho, masih aja belajar biologi!" 　　Li Ningning menjulurkan bibir: 　　"Tapi aku suka. Lagipua Direktur Xu dari fakultas kami selalu bilang aku berbakat." 　　"Hmph." 　　Perempuan itu menyeringai sinis: 　　"Dia sendiri aja nggak punya bakat. Masih percaya omongannya?" 　　Li Ningning tampak kesal: 　　"Kok kau bisa bilang begitu tentang Direktur Xu Yun! Kau kenal beliau? Kau tahu seberapa hebatnya beliau?" 　　"Masa aku nggak tahu?" 　　Gadis itu melipat kedua lengannya: 　　"Itu bapakku!" 　　"Ah?" 　　Li Ningning tertegun, sesaat tak bisa bicara. 　　"Ya sudah, kalau kau sudah sampai sini melapor, mungkin nggak bisa dibujuk balik lagi." 　　Perempuan itu menghela napas sambil memegang alutnya: 　　"Ayo, aku antar kau melapor. Cari bapakku, biar beliau lebih perhatian sama kamu." 　　"Oh, oh." 　　Li Ningning berpikir ini seperti bertemu orang berpengaruh di jalan, lalu mengikuti di belakang sang kakak ini. 　　"Namamu siapa?" 　　Perempuan itu menoleh dan bertanya. 　　"Li Ningning." 　　"Ling Ling Ling?" 　　Perempuan itu memiringkan kepalanya: 　　"Namamu terlalu susah diucapkan." 　　Ia menunjuk dirinya dengan jempol: 　　"Aku Xu Yiyi, panggil saja Kakak Yi Yi. Kalau ada masalah, bilang saja, aku yang jagain!" 　　"Baik." 　　Li Ningning mengangguk: 　　"Kakak Yi Yi, kau juga dari Fakultas Biologi?" 　　"Aku nggak mau belajar biologi!" 　　Xu Yiyi menarik Li Ningning berbelok: "Aku dari Fakultas Teknik." 　　"Kenapa mau belajar itu?" 　　"Wah, kau nggak tahu betapa sakitnya helm setrum syaraf otak itu!" Xu Yiyi menyeringai: 　　"Aku baru bangun dari hibernasi, langsung dipasangin helm disetrum, sakit minta ampun! Saat itu juga aku bertekad harus memperbaiki benda ini." 　　“Kau lihat, Ayahku ada di sana, ayo kita pergi!” 　　Di depan gedung fakultas, Dekan Xu Yun dan Du Yao bersama-sama menyambut mahasiswi baru. 　　“Hari ini banyak mahasiswi baru ya.” Du Yao menghela napas: 　　Semuanya kekuatan baru yang muda, Universitas Rhein juga perlahan membaik. Xu Yun terkikik: 　　“Bukan hanya mahasiswi baru yang banyak, guru baru juga datang cukup banyak, sepertinya ada guru baru yang ke fakultasmu.” “Oh ya?” 　　Du Yao menjawab sembari lalu: 　　Soal itu aku tidak tahu, tugas utamaku di bidang administrasi dan merangkap sebagai rektor bergiliran, urusan fakultas ditangani oleh Wakil Dekan lainnya.” 　　“Presiden Du!\" Tiba-tiba. 　　Suara manis memanggil dari belakang. “Halo.” 　　Du Yao membalas secara refleks, sambil berbalik badan. 　　Saya guru baru yang melapor ke fakultas hari ini, Tang Xin!” “Tang...” 　　Du Yao membuka mata lebar-lebar. 　　Memandangi gadis periang berhati mulia yang begitu familiar dan dirindukan di hadapannya. “Kau...” 　　Air mata Du Yao langsung meleleh, memeluk Tang Xin erat-erat ke dada. 　　Lin Xian mendorong kursi roda Liu Feng keluar dari kerumunan, angin musim gugur menerbangkan beberapa helai uban terakhirnya, dua helai lagi rontok. “Sungguh indah.” 　　Liu Feng tersenyum bahagia memandangi sahabat-sahabat lamanya: 　　“Sungguh indah.“ Fengfeng～” 　　Panggilan yang tak terdengar selama 600 tahun membuat seluruh tubuh Liu Feng kaku, gemetar-gemetar ia menengadah. 　　Di kejauhan bawah pohon osmanthus, seorang gadis lincah yang mengenakan beret melambaikan tangan dengan gila ke arahnya. "Qiqi……" 　　Liu Feng panik, menutupi wajahnya yang penuh keriput sambil menoleh ke Lin Xian: "Lin Xian, kau kenapa!" 　　"Bukan salahku lho." Lin Xian menunjuk ke langit: 　　"[Bintang-bintang sendiri yang jatuh.]" Liu Feng muka memerah karena kesal: 　　"Tapi aku ini, usiaku sudah lebih dari sembilan puluh……" "Pergilah!" 　　Lin Xian mendorong punggung Liu Feng hingga terjatuh dari kursi roda. Liu Feng nyaris pingsan ketakutan! 　　Tulang-tulang tuanya mana tahan jatuh seperti ini! 　　Dengan langkah kecil terburu-buru, ia berusaha menyeimbangkan diri—Hm? 　　Kok bisa langsung seimbang? 　　Liu Feng memandangi lengan hitam keriputnya yang perlahan menjadi montok, kerutan wajahnya menghilang, rambutnya menebal, posturnya pun tegak kembali. 　　"Kalian semua masih muda, tetap berada di usia paling mesra." Lin Xian tersenyum sambil melempar kursi roda ke samping: 　　"Kali ini… baik-baiklah menebus penyesalan masa lalu." Serangan tubuh!" 　　Begitu Liu Feng pergi, Gao Yang langsung menyerbu dengan perut hamilnya: 　　"Kok bisa kau keluar tanpa bawa ponsel! Telepon Chu Shanhe sampai ke aku!" "Oh iya." 　　Lin Xian menghindari tabrakan: 　　"Bukankah Chu Shanhe dan Su Xiuying baru kemarin bangun dari hibernasi? Pulih secepat ini?" 　　"Wajar saja mereka bersemangat!" Gao Yang melambaikan tangan: 　　“Pasangan suami-istri Chu Shanhe bilang ingin berterima kasih padamu, mengajak kita makan malam di rumahnya. Bibi Xiuying masih ingat kamu suka ikan masakannya.” 　　“Ayo, kita pergi bersama malam ini. Chu Shanhe bilang orangtua dari Brooklyn juga datang, bawa banyak oleh-oleh enak!” Lin Xian tersenyum getir: 　　“Brooklyn punya oleh-oleh apa? Jangan-jangan cuma hot dog?” Pyliu. 　　Gao Yang menelan air liur: 　　“Kamu bilang gini, aku jadi lapar. Bagaimana kalau kita langsung ke rumah Chu Shanhe sekarang? Makan oleh-oleh Brooklyn dulu.”“Sekarang belum bisa.” 　　Lin Xian menggelengkan kepala, menatap gudang bawah tanah sekolah: 　　“Aku masih ada urusan penting. Kamu pergi dulu saja.” Dia melanjutkan langkah ke arah sana. 　　Belum sampai di pintu gerbang, sudah terdengar teriakan VV dari dalam: 　　“Sampah!!! Sampah!!!” “Baiklah, datang, datang.” 　　Lin Xian masuk mencoba mengangkat tempat sampah paduan hafnium yang berguling, tapi terlalu berat... Akhirnya mata birunya menyala, menggunakan sedikit kekuatan 42 untuk menegakkan VV. 　　“Kenapa baru datang, Lin Xian!” VV kesal, capit mencolek lututnya: 　　“Menurut setting Zhao Yingjun, setelah lewat 29 Agustus 2624 pukul 00:42, harusnya surat Yu Xi sudah ditunjukkan padamu!” Setelah berkata demikian. 　　Krek. suatu suara, laci kecil di dada terbuka otomatis, di dalamnya terbaring sebuah surat yang dilaminasi. Kertas surat itu kecil, berwarna kuning muda, telah melewati ratusan tahun namun kejujurannya tak berubah. 　　"Sebenarnya... saat menghidupkanmu kembali tadi, aku hampir saja melihatnya." Lin Xian memutar-mutar kertas surat: 　　"Bukan maksudku ingin mengintip, tapi semua detail di tubuhmu terbentang di hadapanku, kadang tak ingin lihat pun terpaksa... Untung aku cepat memalingkan muka." 　　"Ah, Yu Xi mungkin tidak akan membenciku, yang penting aku juga tak tahu kapan surat ini ditulis... Jika ditulis saat masih muda, di usia remaja, seharusnya——" 　　Buka surat. 　　Melihat kalimat pertama, Lin Xian tersedak, tak bisa bersuara. 　　【Ayahku adalah seorang pahlawan! 　　Bagi anak kecil, kebahagiaan terbesar adalah tumbuh besar dengan mendengar kisah ayah. 　　Kebahagiaan yang lebih besar adalah…… 　　Orang yang menceritakan semua kisah ini, tetap kamu.】 　　Lin Xian mengencangkan bibir, menutup mata. 　　Saat membukanya kembali. 　　Cahaya biru tajam menerangi gudang bawah tanah, lalu sekejap berubah menjadi debu bintang biru yang menghilang tanpa bekas. 　　"Ara?" 　　Paduan hafnium W tertegun di tempat: 　　"Jangan! Aku tidak bisa naik tangga ini!" 　　…… 　　…… 　　…… 　　16 April 2025, Kamar Pasien Ibu Bersalin Rumah Sakit Beijing, pukul 10 malam. 　　"Lin Xian, kita benar-benar harus pergi." Gao Yang menarik lengan Lin Xian, mengingatkan: 　　"Untuk keamanan, kita wajib tidur di cabin hibernasi sebelum tengah malam pukul 0, mencegah terinfeksi virus. Tak ada yang tahu kapan tepatnya virus mulai menyebar, kita tidak boleh mengambil risiko sampai batas maksimal." 　　Lin Xian mengangguk, meletakkan Yu Xi kecil yang terbungkus selimut di ranjang, di sebelah Zhao Yingjun. 　　Kemudian bangkit berdiri. 　　Bersama Gao Yang berjalan menuju Pintu kamar pasien. 　　Jarak ini singkat, tapi menjadi jalan terpanjang yang pernah mereka tempuh. Satu jejak kaki melangkah, berarti perpisahan abadi selama 200 tahun lebih. 　　Gao Yang tiba-tiba merasa hidungnya pedih, tangannya mengusap mata. 　　Dia menoleh. 　　Memandangi Zhao Yingjun, Yu Xi kecil, dan Angelica di ruangan belakang, suaranya serak: "Kami... akan merindukan kalian." 　　Tak tertahan lagi, ujung lengan bajunya yang besar menggosok-gosok mata yang sudah berkaca-kaca. 　　"Tak perlu bersedih seperti ini, Gao Yang." 　　Zhao Yingjun menatap Gao Yang, lalu ke Lin Xian, diam-diam menggenggam erat kepalan tangan di balik selimut, bibirnya mengencang: 　　"Kita hanya berada di era berbeda, tapi mengerjakan misi yang sama. Semua demi pertarungan masa depan umat manusia. Sebenarnya kita serupa, kita belum pernah benar-benar terpisah." 　　"Jadi, janganlah merindukan kami——" 　　Tatapan Zhao Yingjun penuh tekad, suaranya bergetar penuh keyakinan: 　　"Kalian... adalah kami." 　　…… 　　Dua derap langkah kaki berat perlahan menghilang di koridor rumah sakit, semakin menjauh, hingga tak terdengar lagi. 　　Zhao Yingjun menggenggam erat kedua kepalan tangan di balik selimut, tak bisa berhenti gemetar. 　　Akhirnya. 　　Tetesan air mata yang tertahan lama di sudut mata meluap deras... 　　“Air mata berderai.” 　　“Angelica ketakutan.” 　　“Meski tidak banyak berinteraksi dengan wanita ini, dia sangat mengagumi dan menghormati istri dan ibu yang agung ini.” 　　“Hanya saja dia tak pernah menyangka.” 　　“Air mata semacam itu... ternyata suatu hari muncul di wajah Zhao Yingjun.” 　　“Maaf.” 　　Zhao Yingjun berkata lembut, menyeka sudut matanya dengan ujung lengan: 　　“Sebenarnya... aku tidak sehebat itu.” 　　Hati Angelica hancur: 　　“Kau bisa memberi tahu Lin Xian! Jika dia melihatmu sedih seperti ini, pasti dia akan tinggal!” 　　Namun. 　　Zhao Yingjun menggelengkan kepala: 　　“Justru karena itu... dia tidak boleh melihatnya.” 　　Dia mengeringkan air mata, tersenyum; kembali menjadi wanita tegas, bangga, dan penuh keyakinan: “Aku hanya enggan berpisah, hanya sedih... tapi di hati sangat jelas apa yang harus dilakukan.” 　　“Lin Xian tidak boleh berhenti, juga tidak boleh tinggal di sini... Sudah lama kukatakan padanya, mimpi uniknya, kemampuan uniknya... ada untuk mengemban misi yang tak tertandingi.” 　　“Jelas terlihat... jika di masa depan benar ada cara untuk mengalahkan cahaya putih penghancur dunia itu, menyelamatkan masa depan umat manusia... mungkin hanya Lin Xian yang punya kemampuan itu. Inilah... tanggung jawab yang harus dia pikul.” 　　Dia menoleh, memandang Yu Xi kecil dalam pelukannya: 　　“Saya pernah berjanji padanya, dia yang akan melindungi dunia, aku yang akan melindungi Yu Xi. Seorang bayi tetap akan memiliki ibu meski tanpa ayah; tapi dunia tanpa juru selamat satu-satunya ini... takkan menunggu yang kedua.” 　　Angelica berjalan pelan-pelan mengitari, mendekati selimut bayi di tepi ranjang. 　　Bayi perempuan berambut hitam yang masih penuh vernix caseosa itu diam tak bergerak: 　　“Apakah Yu Xi kecil sedang tertidur?” 　　“Mungkin begitu.” 　　Dari posisinya, Zhao Yingjun tak bisa melihat mata bayi itu, lalu berkata sembarangan: 　　“Pasti sedang tidur, kalau tidak mana mungkin sepeninggal ini?” 　　Tak lama kemudian. 　　Yingjun yang penasaran menggeser badannya, bersama Angelica yang sama penasarannya, melihat wajah Yu Xi kecil. 　　“Hah? 'Ah?'” 　　Keduanya saling pandang bingung. 　　Ternyata Yu Xi kecil sama sekali tidak tidur, malah membuka mata jernihnya lebar-lebar, menatap lurus ke arah pintu kamar pasien. 　　Entah ada apa di sana yang begitu menarik perhatiannya. 　　Tapi jelas sekali. 　　Arah itu hanya berisi udara kosong belaka. 　　Apalagi... penglihatan bayi baru lahir sangat terbatas, paling jauh hanya bisa melihat puluhan sentimeter, mustahil bisa melihat sejauh itu. 　　Yingjun yang baru pertama kali menjadi ibu ini merasa bingung sekaligus khawatir. 　　Dia menggerakkan telapak tangannya di depan pandangan Yu Xi kecil, berusaha mengalihkan perhatian sekaligus... menguji apakah mata anak ini bermasalah. 　　Sayangnya tidak ada efek. 　　“Xiao Yu Xi dengan tenang dan teduh memandangi koridor kosong di sana, penuh keseriusan dan kegigihan.” 　　Zhao Yingjun mengikuti arah tatapannya dan melihat ke atas. 　　Tak ada apa-apa. 　　Tiba-tiba! 　　Tak... 　　Tak... 　　Tak. 　　Tak. 　　Tak! 　　Bunyi sepatu kulit bergema dari koridor. 　　Semakin keras, semakin berat. 　　Saat bunyi langkah mendekati pintu, Angelica menjerit histeris sambil menutup mulut dengan tak percaya! 　　Xiao Yu Xi di balik tirai ranjang terkikih-kikih. 　　Zhao Yingjun membuka mata lebar-lebar, mengabaikan rasa sakit pasca melahirkan dan langsung duduk tegak, memandangi sosok yang selalu diingatnya! 　　“Yingjun, Sudah Lama Tak Berjumpa.” 　　Ribuan kata menjelma menjadi satu kalimat yang telah Lin Xian ulang puluhan kali di koridor: 　　“Aku kembali!” 　　…… 　　…… 　　…… 　　-TAMAT- 　　Epilog Gratis 1: Sedikit Melenceng, Seribu Li Menyimpang 　　Di suatu garis dunia yang jauh—— 　　…… 　　…… 　　…… 　　…… 　　“Pertama kali, baru setelah kita mencuri mesin penjelajah waktu, kita tahu Partikel Ruang-Waktu itu ada.” 　　“Kedua kalinya, kita gagal lebih cepat, tak pernah menemukan siapa musuhnya.” 　　“Ketiga kalinya, ini usaha terjauh kita, tapi akhirnya kalah dalam penelitian Partikel Ruang-Waktu.” 　　“Keempat kalinya, terhambat Hukum Ruang-Waktu, penghindaran paksa, aku tak boleh ceritakan.” 　　Mendengar Huang Que bercerita. 　　Liu Feng tua yang mengendalikan mesin penjelajah waktu di sebelahnya tetap hening: 　　“Artinya... ini sudah kelima kalinya kau menemuiku.” 　　“Selain itu, peristiwa yang terjadi di garis dunia keempat, sekarang tidak bisa dijelaskan karena Elastisitas Ruang-Waktu. Ini berarti... perkembangan kita kali ini lebih buruk, jarak menuju keberhasilan lebih jauh, bahkan informasi yang kalian peroleh lebih sedikit dibanding sebelumnya.” 　　“Benar.” 　　Huang Que berbaring di mesin penjelajah waktu, menutup matanya: 　　“Tapi ini bukan kesalahanmu, Liu Feng. Kau tidak perlu merasa begitu bersalah.” 　　“Meskipun aku membawa banyak informasi dan petunjuk, Hukum Ruang-Waktu sangat membatasiku. Bantuan yang bisa kuberikan sangat terbatas, sama seperti orang yang berbicara dengan teka-teki.” 　　“Dari sudut pandang Zhuge Liang setelah kejadian, mungkin kau merasa semua petunjuk dan implikasiku cukup jelas. Tapi itu kan kebijaksanaan retrospektif, apa gunanya menebak tingkat kesulitan teka-teki ketika sudah punya jawaban?” 　　“Lagipula, setiap perjalanan lintas waktu baru akan memasuki garis dunia baru, dan meningkatkan medan pertempuran ke ketinggian baru... Seiring dengan kemajuan yang kita raih, kita juga akan menghadapi lebih banyak bahaya dan ketidaktahuan.” 　　“Karena itu, tidak ada yang bisa menjamin bisa terus stabil berkembang dalam setiap percobaan penjelajahan. Terkadang justru kegagalan datang semakin awal, jarak menuju kesuksesan semakin menjauh.” 　　Di sebelah. 　　Liu Feng telah menyelesaikan setting waktu penjelajahan ruang-waktu, menghela napas panjang: 　　“Kali ini, kita kembali dikalahkan oleh kelompok misterius yang tak terlihat, tak terlacak keberadaannya, dan sama sekali tidak masuk akal.” 　　“Mereka sebenarnya siapa? Dipimpin oleh siapa? Bagaimana bisa memiliki kekuatan tempur sehebat ini? Padahal kita semua tinggal di dunia yang sama, tapi kita sama sekali tak tahu tentang mereka... Seolah-olah, mereka punya kemampuan bersembunyi sempurna." 　　"Lin Xian dia... Lin Xian dia... Ah..." 　　Mata Liu Feng berkaca-kaca, tak sanggup melanjutkan bicara. 　　"Jangan putus asa, Liu Feng." 　　Huang Que berbaring tenang di kabin teleportasi, tekadnya membaja: 　　"Tidak semuanya berita buruk. Setidaknya, aku akan bawa petunjuk-petunjuk ini untuk mencari Lin Xian berikutnya, versi berikutnya darimu." 　　"Aku yakin, kalian akan lebih memahami petunjukku nanti." 　　"Andai tak ada batasan Hukum Ruang-Waktu yang membuatku tak bisa leluasa berkomunikasi dengan kalian... Tentu semuanya akan jauh lebih sederhana." 　　"Tapi memang tak ada cara. Hukum Ruang-Waktu mutlak seperti ini. Daripada menggerutu, lebih baik berpikir lebih keras, bertindak lebih banyak, mencoba lebih sering." 　　Bzzz—— 　　Mesin penjelajah waktu selesai pemanasan, semua sistem siap dioperasikan. 　　Liu Feng mendekat, menutup pintu kabin teleportasi: 　　"Huang Que, atau Yingjun, teman kami, semoga perjalananmu lancar." 　　Di dalam kabin. 　　Perempuan itu tersenyum tipis: 　　"Panggil saja aku Huang Que." 　　Suaranya nyaris tak terdengar: 　　"Sejak aku meninggalkan suamiku, putriku, duniaku..." 　　"[Aku sudah bukan Zhao Yingjun lagi.]" 　　Dor. 　　Pintu mesin penjelajah tertutup perlahan. 　　Liu Feng menekan tombol. 　　Pada garis dunia yang gagal ini, perjalanan lintas waktu keenam Huang Que dimulai. 　　"Sekali lagi melintasi kembali ke masa lalu..." 　　"Berusaha mengubah semua ini!" 　　…… 　　"Kali ini, berjalan sangat mulus, telah mengumpulkan banyak partner, akhirnya telusuri jejak dan menemukan biang keladi pembunuhan ilmuwan dan matematikawan—" 　　"Dua orang tua." 　　"Mereka saling memanggil Copernicus dan Newton, tapi Newton jelas jauh lebih muda dari Copernicus." 　　"Kalian sudah hidup terlalu lama." 　　"Lin Xian mengambil pistol, mengarahkannya ke kepala kedua orang itu:" 　　"Kali ini... cabin hibernasi pun tak bisa menyelamatkan kalian; kembalikan apa yang telah kalian rampas dari dunia ini." 　　"Dor! Dor!" 　　"Dua percikan darah menyembur, dua mayat terjatuh." 　　"Sisir tempat ini." 　　"Lin Xian membersihkan laras pistol, memberi perintah:" 　　"Meski mereka selalu bersembunyi dengan sangat rahasia, kita tak tahu apa-apa tentang mereka; tapi jejak burung terbang pun tertinggal, pasti ada bekas aktivitas yang mereka tinggalkan, cari dengan teliti di rumah ini." 　　"Seperti yang diduga." 　　"Ternyata menemukan beberapa buku harian tulisan Newton, rombongan mulai membacanya." 　　"Tapi tentang kelompok misterius ini, tak ada sepatah kata pun tertulis di buku harian." 　　"Atau mungkin..." 　　"Newton menggunakan metode rekaman kata pengganti lain yang tak bisa dipahami orang." 　　"Lin Xian! Cepat ke lantai dua!" 　　"Suara teriakan Gao Yang terdengar dari atas." 　　"Lin Xian dan Huang Que segera menyerbu ke atas, menemukan brankas vakum kecil di sudut ruangan." 　　"Bongkar." 　　"Lin Xian berkata singkat." 　　Setelah bersusah payah membuka brankas, ternyata isinya kosong melompong. Hanya di bagian dasar tergeletak selembar kertas undangan merah terlipat dengan stempel lak di atasnya... 　　"Apa ini?" 　　Huang Que memicingkan mata: 　　"Apakah ini surat undangan dari organisasi misterius itu?" 　　Lin Xian mengambil kertas merah dari brankas, membaliknya ke sisi belakang—— 　　【Klub Jenius】 　　Lima huruf emas besar itu membuatnya tertegun di tempat, seperti terbangun dari mimpi! 　　"Aku... aku pernah mendengar organisasi ini!" 　　"Apa?" 　　Huang Que sangat terkejut: 　　"Kapan kau mendengarnya? Kenapa tidak pernah kau beri tahu aku!" 　　Lin Xian menggelengkan kepala: 　　"Itu kejadian yang sudah sangat lama..." 　　Ia menutup mata, berusaha mengingat: 　　"Terlalu lama, sampai-sampai hampir saja aku lupa." 　　"Itu masih di mimpi pertamaku. Aku sering mengelilingi alun-alun, suatu hari tanpa sengaja bertemu dua orang dengan nama aneh, Dalimao dan CC." 　　"Mereka berdua seperti sedang lawak, Sekumpulan Orang Sembarangan merampok bank. Aku hanya menemani mereka bermain dua hari sebelum kehilangan minat." 　　"Waktu itu aku menganggap mimpiku hanyalah mimpi biasa yang absurd. Saat itu Dalimao bercerita ayah dan putrinya dibunuh Klub Jenius... aku tidak terlalu mempedulikannya." 　　"Lagipula, setiap hari dalam mimpiku aku menerima banyak informasi baru, menyaksikan banyak kisah baru. Mereka berdua hanya salah satunya saja." 　　“【Jika saat itu saya tahu bahwa di dunia nyata juga ada Klub Jenius, pasti akan menyelidiki lebih dalam Dalimao dan CC; Tapi... kami baru mengetahui keberadaan Klub Jenius sampai sekarang, mana mungkin saya waktu itu memperhatikan?】” 　　“Setelah perubahan mimpi, saya tidak pernah melihat CC lagi. Dalimao sempat bertemu dua kali, cuma ayah dan putrinya hidup baik-baik saja, dan tidak pernah menyebut kata Klub Jenius lagi.” 　　Liu Feng mendekat, mengambil undangan dari tangan Lin Xian, lalu membukanya. 　　“Tidak ada tulisan sama sekali.” 　　Dia menggerakkan undangan kosong itu: 　　“Tak ada satu huruf pun.” 　　Kemudian dia memutar-mutar segel lilin, mengeluarkan lencana emas bergambar logo jari telunjuk kanan menunjuk langit. 　　“Sepertinya peralatan NFC kuno.” 　　Akademisi Gao Wen mendorong kacamata, menyerahkan sebuah alat: 　　“Coba pindai.” 　　Liu Feng menempelkan lencana emas NFC itu. 　　Diiit diiit. 　　Suara ringan terdengar. 　　Halaman web di layar berpindah, tapi kosong sama sekali. 　　“Mungkin servernya sudah dimatikan.” 　　Liu Feng menjawab. 　　Kemudian, partner di bawah juga mengirim informasi: buku harian Newton sudah dilompati, sama sekali tidak menemukan deskripsi spesifik tentang Klub Jenius. 　　Gao Wen menghela napas panjang: 　　“Kita datang... sudah terlalu terlambat.” 　　…… 　　Di belakang. 　　Huang Que menggigit erat giginya, menutup mata, mengepal tangan. 　　【Terlambat.】 　　【Terlambat lagi.】 　　【Jika saja Lin Xian bisa lebih awal menyadari keberadaan Klub Jenius! Jika saja……】 　　Tak. 　　Sepasang tangan hangat yang besar menepuk bahunya: 　　"Ini bukan salahmu." 　　Rupanya, Lin Xian telah lama memperhatikan penyesalannya: 　　"Sejujurnya, bahkan jika kau menemukanku lebih awal dan memberitahuku tentang Klub Jenius, dengan levelku saat itu pasti tidak akan bisa bergabung." 　　"Aku punya kesadaran diri. Aku bukanlah jenius apalagi punya otak encer. Jika Klub Jenius punya tes tertentu, pasti aku gagal. Kecuali......" 　　Ia menunjuk undangan di tangan Liu Feng sambil memicingkan mata: 　　"【Kecuali... kita curang dengan langsung menyodorkan undangan asli ini ke tanganku.】" 　　Namun... 　　Huang Que menggelengkan kepala: 　　"Itu mustahil, Lin Xian. Mesin penjelajah waktu tidak bisa mengirim logam. Jadi meski kita bisa mengirim undangan dari serat tanaman, mustahil membawa lencana emas ini ke masa lalu." 　　"Lalu apa gunanya selembar undangan kosong ini? Tanpa lencana emas itu, semuanya tak ada artinya." 　　Untuk sesaat. 　　Seluruh ruangan tenggelam dalam hening. 　　Lin Xian berbalik badan, memandangi kerumunan: 　　"Jangan menyerah terlalu cepat." 　　Tatapannya penuh tekad: 　　"Meski kita terlambat menemukan eksistensi Klub Jenius kali ini, setidaknya kita sudah mengetahuinya. Jarak menuju cahaya putih penghancuran dunia tahun 2624 masih panjang. Masih ada harapan!" 　　Memandangi kerumunan yang mulai menengadah, Lin Xian mengacungkan jari telunjuk: 　　"Dalimao." 　　Dia berbicara kata demi kata: 　　"Jika dia bisa menyebutkan Klub Jenius dalam mimpi awalnya, itu berarti pasti ada sesuatu, suatu peristiwa, atau [seseorang] di sekitarnya yang terkait dengan Klub Jenius." 　　"Asap pasti ada apinya. Meski kita kehilangan kesempatan awal untuk memahami Klub Jenius, mari mulai secara terbalik... eksplorasi informasi Klub Jenius dari titik terakhir." 　　"Tapi." 　　Huang Que tampak gelisah: 　　"Tapi dalam mimpimu sekarang, Dalimao sudah tidak bisa ditemukan lagi." 　　"Kalau begitu, carilah cara untuk mengubah garis dunia." 　　Lin Xian bersikap tegas: 　　"Jika Dalimao tetap tidak ditemukan dalam mimpi... kita harus terus maju dan mencarinya di dunia nyata!" 　　…… 　　Tahun 2400, bencana super besar tanpa tanda-tanda awal melanda seluruh dunia. 　　Liu Feng mengerahkan seluruh kekuatan di tangannya untuk mendorong Gao Wen keluar! 　　"Guru Liu!!" 　　Gao Wen berteriak penuh kesedihan. 　　"Kau lebih pintar dariku..." 　　Liu Feng mengeluarkan darah dari mulutnya, menahan rasa sakit, dan berkata dengan gigi terkatup: 　　"Teruskan penelitian tentang konstanta alam semesta 42... Aku yakin ini adalah kunci... sejati..." 　　"Guru Liu!!!" 　　Gao Wen memeluk mayat Liu Feng yang terbelah dua sambil melolong keras. 　　…… 　　Arus waktu terus bergulir. 　　Di akhir tahun 2583, seorang bayi laki-laki lahir di desa pinggiran Shanghai. 　　“Pada malam itu, seluruh ayam, bebek, sapi, dan kambing di desa merintih lemah. Para orang tua menyaksikan keajaiban ini, tak henti mengelus-elus lutut sambil berdecak kagum... Pencapaian anak ini di kemudian hari pasti luar biasa.” 　　“Bertahun-tahun kemudian.” 　　“Gao Wen yang beruban putih mendorong pintu gerbang laboratorium.” 　　“Di dalam, Lin Xian yang telah berusia setengah baya dengan rambut memutih sedang merenung dengan mata terpejam; Di sebelahnya, Huang Que yang tetap muda cantik tanpa setitik keriput berdiam diri.” 　　“Waktu seolah membeku pada wanita ini.” 　　“Akhirnya menemukan Dalimao juga.” 　　“Gao Wen menghela napas:” 　　“Sungguh sulit dicari. Petunjuk yang kau berikan terlalu sedikit: tidak ada nama asli, tidak ada usia pasti, tidak ada informasi keluarga atau area tinggal... Hanya tahu julukan Dalimao, benar-benar terlalu sulit.” 　　“Tapi syukurlah ketemu. Di desa sebelah timur, ada seorang lelaki kecil yang wajahnya penuh otot berkerut. Para Paduka memberinya julukan Dalimao, dan terus dipanggil begitu. Bahkan keluarganya pun memanggilnya Dalimao, sampai hampir tak ada yang ingat nama aslinya.” 　　“Lin Xian membuka matanya dari kursi rotan, mengangguk perlahan:” 　　“Ada hal mencurigakan atau orang khusus di sekitarnya? Pasti ada. Kalau tidak, bagaimana mungkin dia bisa berhubungan dengan Klub Jenius?” 　　“Terutama dalam mimpi pertama, dia pernah bilang padaku bahwa ayah dan putrinya dibunuh Klub Jenius. Putri mungkin masih dini, tapi bagaimana dengan ayahnya?” 　　“Gao Wen menarik kursi lalu duduk.” 　　“Mengusap-usap lututnya:” 　　“Ini hal yang ingin saya laporkan padamu, Lin Xian.” 　　“Ayah Dalimao, Chen Heping, sudah saya amati beberapa waktu. Meski sehari-hari ceroboh dan hanya guru matematika SD biasa, tapi coretan di papan tulis dan kertas hitungannya setelah mengajar menunjukkan dia orang yang sangat-sangat berbakat!” 　　“Atau, bisa dibilang tanpa berlebihan...” 　　Nada Akademisi Gao Wen mengeras, wajahnya tegas: 　　“Chen Heping adalah seorang jenius sejati!” 　　…… 　　Lin Xian dan Akademisi Gao Wen bersama-sama menuju desa terpencil. 　　Pertama menemui kepala desa untuk berkomunikasi. 　　Kepala desa baik hati, mengantarkan mereka: 　　“Chen Heping orangnya sangat baik, saudara-saudara di sini semua menyukainya. Sekarang saya sudah tua, rencana ke depannya agar dia yang jadi pengganti kepala desa.” 　　“Di sana, itu rumah Chen Heping.” 　　Budaya terbuka di desa ini bagus, warga semuanya mudah diajak bicara. Setelah bertukar salam singkat, Akademisi Gao Wen menyerahkan sebuah buku pada Chen Heping. 　　《Pengantar Konstanta Semesta》. 　　“Ini karya matematikawan agung dari ratusan tahun lalu.” 　　Saat menyebut Liu Feng, Akademisi Gao Wen terlihat sedih: 　　“Bakat matematikamu melampaui kami semua. Kurasa... mungkin hanya kamu yang bisa mengungkap yang sebenarnya dari konstanta alam semesta 42.” 　　“Selain itu...” 　　Akademisi Gao Wen mengeluarkan tumpukan dokumen setebal belasan buku: 　　“Dokumen ini berisi seluruh hasil penelitian【sendiri】saya setelah【Liu Feng meninggal】. Arahnya sepertinya berbeda dengan buku Liu Feng ini, tapi titik awalnya sama. Bisa kau pelajari sekalian.” 　　Saat akan pergi, Lin Xian menyelipkan secarik kertas pada Chen Heping: 　　"Jika kalian berhasil menemukan hasil penelitian apapun, atau membutuhkan bantuan apapun, datanglah ke tempat ini untuk menemui kami." 　　Setelah berkata demikian, kedua orang itu pun pergi. 　　Setengah tahun kemudian. 　　Seorang wanita datang panik ke laboratorium meminta bantuan: 　　"Tolong selamatkan Heping!" 　　Wanita ini terlihat sangat terburu-buru: 　　"Dia sudah gila!" 　　"Apa?" 　　Di dalam laboratorium, Lin Xian, Huang Que, Akademisi Gao Wen, dan Gao Yang saling pandang terkejut, lalu segera mengikuti wanita itu menuju desa. 　　Keempat orang tiba di rumah keluarga, Dalimao sedang bermain lumpur di depan pintu dengan dua teman kecilnya. 　　Lin Xian mengikuti wanita itu, langsung naik ke lantai dua. 　　Brak brak brak! 　　Brak brak brak! 　　"Heping! Buka pintu!" 　　Wanita itu memukul-mukul pintu sambil berteriak panik. 　　Tapi sama sekali tidak ada jawaban dari dalam. 　　"Minggir." 　　Gao Yang menggulung lengan bajunya: 　　"Serahkan pada ahlinya!" 　　Dia menarik napas dalam-dalam, lalu mendorong perutnya ke depan: 　　"SERANGAN TUBUH!!!" 　　Dor! 　　Dengan suara kayu pecah yang keras, Gao Yang dan pintu rumah berguling-guling masuk ke dalam ruangan. 　　Lin Xian dan Huang Que langsung masuk untuk memeriksa - 　　"Hiss..." 　　Saat itu juga mereka menarik napas dalam-dalam. 　　Terlihat. 　　Seluruh ruangan. 　　Baik langit-langit, lantai, dinding, maupun gorden semuanya dipenuhi dengan angka 42 yang 【tersusun rapi, lurus horizontal-vertikal, ukuran seragam, berjajar rapat】! 　　Angka-angka 42 ini tak diragukan lagi ditulis oleh Chen Heping menggunakan kuas. 　　“Setiap angka 42 berbentuk persegi standar, ukurannya tidak meleset sedikit pun jika dilihat mata telanjang, seperti tumpukan batu bata rapi atau hasil salin-tempel komputer!” 　　“Jika tidak menggunakan jangka dan penggaris, sulit dibayangkan bagaimana Chen Heping menulis semua angka 42 di seluruh ruangan dengan identik sempurna... Baik ukuran, goresan kuas, kedalaman, ketebalan semuanya sama persis.” 　　“Begitu banyak angka 42 yang persegi.” 　　“Berdiri tegak lurus sempurna begini.” 　　“Setiap baris dan kolom tersusun secara paralel dan seragam sempurna, berjajar di dalam ruangan.” 　　“Ini sebenarnya...” 　　Huang Que membuka mata lebar-lebar: 　　“Ini sebenarnya... apa maksudnya?” 　　Lin Xian berjalan mendekati dinding. 　　Mengamati dengan serius. 　　Setiap angka 42 berukuran sekitar telapak tangan, namun kerapian abnormal yang berbaris rapi seperti sisik ikan ini memberi sensasi terkepung oleh [blok] yang tak terhitung jumlahnya. 　　Menundukkan kepala. 　　Chen Heping juga jongkok di lantai sebelah. 　　Dia bersandar pada dinding, memandangi dinding seberang yang dipenuhi angka 42 tersusun rapi, tetap membisu. 　　Lin Xian jongkok mendekatinya: 　　“Tuan Chen Heping, bisakah Anda jelaskan sekarang... apa sebenarnya konstanta alam semesta 42 ini?” 　　Chen Heping menunduk: 　　“Setengah tahun lalu, tak lama setelah kalian pergi, saya telah menyelesaikan semua materi yang kalian tinggalkan dan memulai penelitian resmi. 《Pengantar Konstanta Semesta》karya senior Liu Feng sangat agung, tapi materi penelitian Akademisi Gao Wen memberi saya inspirasi terbalik yang lebih langsung.” 　　“Setelah dua bulan melakukan eksplorasi kalkulasi, saya melakukan analisis lebih mendalam terhadap konstanta alam semesta dari aspek skala mikro. Pada akhirnya saya menemukan bahwa jarak terkecil di alam semesta dan ruang-waktu jauh lebih kecil dari Panjang Planck. Dengan kata lain,【celah】terkecil dalam alam semesta dan ruang-waktu adalah——” 　　“42。” 　　Setelah jeda sebentar, Chen Heping menjelaskan: 　　“Ini bukan angka Arab biasa, juga bukan satuan pengukuran. 42 adalah deskripsi akurat sekaligus konsep yang hanya ada di dunia mikroskopis dan tidak bisa direplikasi di alam semesta nyata kita.” 　　“Mengapa tidak bisa?” Akademisi Gao Wen bertanya. 　　“Karena nilai terkecil segala sesuatu di alam semesta kita sudah merupakan Panjang Planck, tidak bisa lebih kecil lagi.” 　　Chen Heping menengadah, memandangi kerumunan di dalam ruangan: 　　“【Minimum makroskopis adalah yang terkecil dalam pemahaman konvensional; sedangkan minimum mikroskopis adalah yang terkecil di luar jangkauan pemahaman manusia.】” 　　“Ini adalah dua konsep yang sama sekali berbeda. Kecuali ada dua objek diferensial dengan Panjang Planck berbeda, secara teori, 42 tidak mungkin diciptakan di dunia makro.” 　　Lin Xian melambaikan tangan: 　　“Masalah bisa atau tidak membuatnya，。” 　　“Yang ingin kami ketahui sekarang...42 adalah【celah】terkecil alam semesta dan ruang-waktu, apa yang bisa kami lakukan dengan konsep ini? Kekuatan apa yang bisa diperoleh?” 　　Sayangnya. 　　Chen Heping menggelengkan kepala: 　　“Saya belum memiliki pemahaman lengkap, hanya dugaan awal.” 　　“Mari kembali ke konsep celah. Adanya celah terkecil ini menunjukkan bahwa alam semesta dan ruang-waktu tidak kontinu, melainkan memiliki 'celah'.” 　　“Celah yang ada pasti memungkinkan sesuatu merembes melewatinya... Sekalipun benda fisik tidak bisa menembus, setidaknya kita bisa ‘melihat’ ke seberang, bukan?” 　　Chen Heping tahu deskripsinya abstrak. Ia mencari-cari properti di sekitarnya, lalu menunjuk pintu rumah yang rusak akibat tabrakan Gao Yang: 　　“Lihatlah, contohnya pintu itu. Meski hanya menyisakan celah sempit di luar, kita tetap bisa melihat seluruh bagian dalam ruangan melalui celah tersebut.” 　　“Bahkan tanpa perlu celah... sebuah lubang kunci atau lubang anak kunci pun cukup untuk melihat seluruh pemandangan dalam ruangan.” 　　“【Proyeksi lubang kecil】.” 　　Lin Xian berkata dengan lembut: 　　“Eksperimen fisika sederhana yang bisa membalikkan citra melalui lubang kecil, membuat pengamatan lebih jelas... meskipun hasilnya 【terbalik】.” 　　“Fakta membuktikan, celah minor tidak memengaruhi pengamatan terhadap hal di luar celah. Saya rasa, saya paham maksud Tuan Chen Heping.” 　　“Singkatnya, di luar 42 celah terkecil alam semesta ini, pasti ada dunia lain! Asalkan kita bisa mengamati melalui celah ini, mungkin kita bisa melihat alam semesta lain, dimensi lain.” 　　Chen Heping mengangguk. 　　Sambil bersandar ke dinding, dia bangkit dan menepuk debu di bajunya: 　　“Kurang lebih seperti itu, tapi pemikiran saya lebih rumit sedikit.” 　　“【Bagaimana jika 42 celah terkecil ini bukan sekadar merujuk ke dunia lain, melainkan perspektif berbeda?】” 　　“【Jika kita bisa menguasai kekuatan ini, saya yakin kita bisa mengintip semua detail dunia, alam semesta, dan ruang-waktu melalui 42!】” 　　“【Inilah yang disebut... perspektif dimensi tinggi!】” 　　"Seketika." 　　Gao Wen bagai disambar petir lima kali, seketika itu juga mengalami pencerahan. 　　Inilah tepatnya alur pikirannya selama bertahun-tahun meneliti konstanta alam semesta 42, tak disangka langsung dikonkretkan oleh Chen Heping! 　　Dia mengalami pencerahan. 　　Berpaling dengan cepat. 　　Dengan kecepatan luar biasa mengelilingi dan memandangi sekeliling... deretan angka 42 yang rapi, simetris, ukuran seragam, tersusun berjajar rapi dengan perspektif berbeda namun identik sepenuhnya mengurungnya. 　　"Inilah... dimensi!" 　　Gao Wen berkedip keras, seolah berada di tengah luasnya alam semesta, gugus galaksi terbesar di atas ubun-ubunnya, celah 42 terkecil di bawah kakinya. 　　Saat menundukkan pandangan. 　　Di seberang celah 42 itu, terbentang alam semesta lain yang lebih luas namun semua detailnya terlihat jelas! 　　"Inilah..." 　　"【Ruang Dimensi Tinggi！】" 　　Epilog Gratis 2: Selangkah Lagi 　　Gao Yang merangkak keluar dari tumpukan rongsokan, bangkit berdiri sambil menggaruk kepala memandangi Gao Wen: 　　"Apa yang kau gumamkan di sana?" 　　"Saya percaya teori Tuan Chen Heping itu benar." 　　Gao Wen tersadar dari lamunannya, berpaling ke kerumunan: 　　"【Jika kita benar-benar bisa menguasai perspektif dimensi tinggi, semua detail benda di alam semesta akan terlihat jelas, mencegat cahaya putih penghancuran dunia akan semudah menjentikkan jari!】" 　　Huang Que mengangguk setuju: 　　"Gao Wen benar, setidaknya secara teori ini masuk akal, meski kita berada di dunia tiga dimensi yang belum pernah sekalipun mengintip dunia dimensi tinggi..." 　　“Tapi tidak perlu diragukan, penindasan dunia ber-lintang tinggi terhadap dunia ber-lintang rendah adalah mutlak. Jarak antar lintang tak mungkin dihapuskan bagaimanapun caranya.” 　　“Masalahnya adalah, bagaimana kita bisa menguasai perspektif dimensi tinggi? Sampai saat ini, teori ini hanyalah dugaan Tuan Chen Heping dan Akademisi Gao Wen.” 　　Lin Xian melambaikan tangan, memberi isyarat pada kerumunan untuk tenang: 　　“Sampai saat ini, ini adalah satu-satunya kesempatan kita. Konstanta alam semesta 42 juga merupakan satu-satunya senjata untuk membalikkan keadaan, satu-satunya harapan kita.” 　　Sambil berkata demikian, dia maju menggenggam tangan Chen Heping: 　　“Tuan Chen Heping, kami harap Anda bisa bergabung dengan kami, bersama-sama berjuang untuk menyelamatkan masa depan umat manusia.” 　　“Termasuk pernyataan Anda sebelumnya tentang ketidakmungkinan membuat celah terkecil 42 di dunia makro - kecuali ada dua objek dengan konstanta Planck berbeda... Beruntungnya, kami memiliki benda semacam ini.” 　　Chen Heping tertegun sebentar: 　　“Objek dengan konstanta Planck berbeda? Apakah benda seperti itu benar-benar ada?” 　　“Partikel Ruang-Waktu.” 　　Lin Xian berkata dengan serius: 　　“Nyonya Huang Que sudah sejak awal memberitahuku pentingnya benda ini. Pada tahun 2245 kami berhasil menangkap partikel ruang-waktu pertama... Dalam rentang waktu terputus-putus setelahnya, jumlah partikel ruang-waktu yang kami miliki sudah mencapai empat.” 　　“Tapi sampai saat ini, selain mengetahui partikel ruang-waktu bisa digunakan untuk meluncurkan mesin penjelajah waktu, kami sama sekali tidak tahu kegunaan lainnya. Mungkin, beberapa partikel ruang-waktu inilah material yang Anda butuhkan.” 　　"Bergabunglah dengan kami, Tuan Chen Heping. Kami akan memberikan bantuan sebisanya. Semoga kau bisa menggunakan kebijaksanaan luar biasamu... untuk menyelamatkan dunia ini!" 　　…… 　　Benar seperti yang dikatakan kepala desa, Chen Heping adalah pria yang sangat bertanggung jawab. 　　Ia segera menyetujui undangan Lin Xian, bergabung dalam tim, dan berusaha keras melanjutkan penelitian konstanta alam semesta 42... demi mencari metode untuk menguasai 【perspektif dimensi tinggi】. 　　Tapi ini bukan perkara mudah. 　　Prinsip dan teori sebenarnya sudah dijelaskan dengan jelas oleh Akademisi Gao Wen, namun jalan yang benar tetap tak kunjung ditemukan. 　　Jalan buntu. 　　Tak ada harapan. 　　Belasan tahun kemudian, Akademisi Gao Wen terbaring sakit. 　　Ilmu kedokteran yang terbelakang gagal menyelamatkan nyawanya. Ia menghembuskan napas terakhir dengan penyesalan. 　　…… 　　Hari itu. 　　Bayangan makam memanjang diterpa senja. 　　Lin Xian yang berusia lima puluh tahun, bersama Huang Que yang tetap muda abadi, berdiri di depan kuburan Gao Wen. Angin menerpa ujung jubah mereka sementara mereka menunduk dalam perenungan sunyi. 　　"Satu lagi partner meninggalkan kita." 　　Lin Xian menekan topinya, berduka untuk Gao Wen. 　　Kemudian. 　　Ia berbalik. 　　Menatap Huang Que: 　　"Sudah berapa kali kau menyaksikan kematian kami, kegagalan kami, kepergian partner satu per satu?" 　　"Tak sampai tak terhitung." 　　Huang Que menggelengkan kepala, mata birunya yang tajam menatap Lin Xian: 　　"Tapi setiap kali, rasa sakit yang sama mengiris hati, dan... 【menyalahkan diri sendiri】." 　　Ia menundukkan kepala, menutup mata: 　　"Meski kau selalu menghiburku, bilang ini bukan salahku... tetap saja aku selalu terlambat satu langkah." 　　"Awalnya terlambat menemukan Partikel Ruang-Waktu, kemudian terlambat menemukan Klub Jenius, sekarang bahkan terlambat menemukan Chen Heping……" 　　"【Jika semua bisa dilakukan lebih awal, setidaknya membuatmu menyadari keberadaan Klub Jenius lebih cepat, pasti semuanya akan jauh lebih baik.】" 　　"Benar." 　　Lin Xian mengangguk: 　　"Jika sejak awal fokus pada Klub Jenius, memang banyak hal akan berjalan lancar; Dari sudut mana pun dilihat, Klub Jenius adalah inti pusaran semua peristiwa." 　　"Tapi situasi masih bisa berubah, kita masih punya harapan, jangan menyerah. Setidaknya...sebelum cahaya putih penghancuran dunia benar-benar datang, kita masih punya kesempatan," 　　Dia menepuk bahu Huang Que, berjalan menuju senja, siluet tubuh yang memanjang perlahan menutupi makam Gao Wen: 　　"Kita hanya tinggal selangkah lagi dari keberhasilan, jangan sampai jatuh tepat sebelum fajar." 　　…… 　　28 Agustus 2624. 　　Di laboratorium, suasana sangat mencekam. 　　Brak! 　　Chen Heping memukul meja laboratorium, menutupi mata dan wajahnya: 　　"Kita sudah bisa menggunakan mesin penjelajah waktu untuk membalikkan keadaan, menghancurkan objek menjadi keadaan kuantum dan mengirimnya ke ruang dimensi tinggi. Tapi...kenapa sebaliknya selalu gagal?" 　　"Jika tak bisa menguasai perspektif dimensi tinggi di ruang ini, untuk apa semua usaha ini? Kita akhirnya takkan bisa menghentikan cahaya putih penghancuran dunia." 　　"Apakah...apakah arah kita salah?" 　　"Mengingat kembali bahwa dirinyalah yang memposisikan penggunaan 42 dari perspektif dimensi tinggi, Chen Heping menggigit giginya dalam penyesalan:" 　　"Ini semua salahku... telah mengkhianati harapan Akademisi Gao Wen, menyia-nyiakan waktu yang berharga." 　　Seluruh laboratorium. 　　Tidak ada yang berbicara. 　　Sampai saat ini, jarak kedatangan cahaya putih penghancuran dunia hanya tersisa satu hari. 　　Kegagalan sudah menjadi kepastian. 　　Tapi tak ada yang tahu di mana letak kesalahannya. 　　"Tidak." 　　Lin Xian menggelengkan kepala, bangkit dari kursinya: 　　"Aku tidak berpikir pemahamanmu tentang konstanta alam semesta 42 itu salah." 　　Dia berjalan ke papan tulis kecil, menunjuk angka 42 besar yang tertulis di sana: 　　"Mungkin jawaban 42 itu sendiri memiliki banyak versi, banyak cara penerapan. Secara teori dan eksperimen, penilaian Chen Heping dan Gao Wen tidak memiliki masalah sama sekali." 　　"Masalahnya mungkin terletak di aspek lain... Mungkin waktu yang kurang, atau ada detail yang terlewatkan oleh kita." 　　"Melalui dokumen terbatas yang ada, kita bisa melihat bahwa Newton dan Copernicus juga mengetahui beberapa rahasia konstanta alam semesta 42. Lalu... siapa yang memberitahu mereka rahasia ini? Apakah pemimpin Klub Jenius?" 　　Huang Que menghela napas panjang: 　　"Jadi, kunci masalahnya tetap terletak pada Klub Jenius." 　　"Seperti yang kita bicarakan sebelumnya, jika kau... Lin Xian, menyadari keberadaan Klub Jenius lebih awal, semuanya akan mengambil jalan yang berbeda." 　　"Tapi seperti katamu, Klub Jenius begitu tersembunyi, begitu misterius, ambang batasnya begitu tinggi. Meskipun kau menyadarinya lebih awal, kau tetap tidak akan menemukan petunjuk apapun, tidak bisa mengetuk pintu gerbang mereka." 　　“Lin Xian berbalik badan.” 　　“Menyatukan tangan di belakang punggung.” 　　“Mondar-mandir di dalam ruangan:” 　　“Masalahnya ada di sini.” 　　“Dia mengulurkan jari telunjuk:” 　　“Newton dan Copernicus menyembunyikan sebuah undangan, artinya... kesempatan terakhir untuk bergabung dengan Klub Jenius mungkin sudah dikunci rapat sejak lama.” 　　“Bukan hanya orang seperti saya yang tidak punya kemampuan tidak bisa masuk Klub Jenius, bahkan orang berbakat sekalipun, jika tidak mendapat undangan, tentu juga tidak punya kesempatan.” 　　“Chen Heping mengerutkan alut sambil memutar-mutar pelipis:” 　　“Kalau begitu... mungkinkah ini benar-benar jalan buntu?” 　　“Mesin penjelajah waktu tidak bisa membawa lencana emas kembali ke masa lalu;” 　　“Tanpa undangan, tidak bisa masuk Klub Jenius;” 　　“Tidak masuk Klub Jenius, tidak bisa mengetahui yang sebenarnya tentang 42;” 　　“Tidak memahami 42 sepenuhnya, mustahil menyelesaikan masalah cahaya putih penghancuran dunia.” 　　“Situasi buntu.” 　　“Situasi buntu.” 　　“Situasi buntu.” 　　“Situasi buntu.” 　　“Situasi buntu!” 　　“Huang Que menggigit bibir:” 　　“Aku bisa melakukan perjalanan lebih jauh ke masa lalu, mengingatkan Lin Xian berikutnya sekuat tenaga... Tapi aku dibatasi hukum ruang-waktu, banyak hal yang tak bisa kukatakan; bahkan jika kukatakan, Lin Xian berikutnya belum tentu paham atau mau mengikuti arahan ku.” 　　“Selain itu, jika aku terlalu gamblang membimbingnya mendekati Klub Jenius, bisa-bisa berakibat sebaliknya, membuatnya menolak dan menjauh.” 　　“Andai ada cara membuatnya tertarik mengeksplorasi Klub Jenius sendiri, lalu memastikannya akhirnya bisa bergabung...” 　　“Hmph!” 　　Gao Yang yang selama ini diam-diam mendengar mendengus dingin: 　　“Mana ada keberuntungan semudah ini! Sembahyang di kuil pun tak berani mengucapkan permohonan seperti ini!” 　　Tak. 　　Lin Xian berhenti mondar-mandir di samping mesin penjelajah waktu laboratorium, memandangi mesin raksasa itu. 　　“Bukan situasi buntu.” 　　Dia berkata dengan suara berat: 　　“Masih ada satu cara terakhir!” 　　Kerumunan menengadah. 　　Memandangi Lin Xian dengan tak percaya. 　　Sudah sampai titik paling kritis begini, masih adakah jalan untuk memecahkan situasi? 　　Terlihat Lin Xian meletakkan tangannya pada bodi mesin penjelajah waktu. 　　Kemudian berbalik memandang Huang Que: 　　“Huang Que.” 　　Suaranya terdengar ringan namun sarat makna: 　　“【Kau berikan dia undangan palsu dulu... setelah waktu tepat, saya yang akan memberikan undangan aslinya!】” 　　Satu kalimat itu mengguncang semua orang. 　　Huang Que membuka mata lebar-lebar: 　　“Maksudmu...” 　　“Benar.” 　　Tatapan Lin Xian penuh tekad, ia mengangguk: 　　“Undangan asli berisi lencana emas, tak mungkin dibawa pulang lewat mesin penjelajah waktu; tapi yang palsu berbeda, selama Huang Que menghafal modelnya, beli alat dan material, mudah saja dibuat tiruannya.” 　　“Berikan versi palsu pada diri saya di masa lalu, lebih baik daripada langsung kasih yang asli! Kita hanya perlu memicu rasa penasaran Lin Xian pada Klub Jenius, nanti dia akan menyelami sendiri, menjelajahi semuanya.” 　　“Dengan undangan palsu ini sebagai pijakan, Huang Que, kontakmu dengan Lin Xian ke depannya akan jauh lebih mudah. Dan ketika dia sudah cukup memahami Hukum Ruang-Waktu serta memiliki kemampuan yang memadai... Saat itulah waktu terbaik untuk memberikan undangan sejati kepadanya.” 　　“Jangan khawatir undangan palsu itu tidak efektif, 【Dalam kondisi tidak mengetahui bentuk asli undangan sebenarnya, yang palsu akan dianggap asli dan bisa memberikan efek yang sama persis.】” 　　Usulan ini tak terduga namun sangat masuk akal. 　　“Tapi...” 　　Huang Que bangkit dari kursinya: 　　“Membuat undangan palsu bukanlah hal sulit bagiku. Yang sulit adalah bagaimana mengirimkan undangan asli ini ke masa lalu.” 　　“Aku sudah menemukan caranya.” 　　Lin Xian kembali menoleh, meraba bodi dingin mesin penjelajah waktu: 　　“Seperti yang dikatakan Chen Heping, jika benar-benar bisa memahami 42 seutuhnya dan menguasai perspektif dimensi tinggi, hampir seperti mahakuasa... Mengirim barang ke masa lalu dari sudut pandang dimensi tinggi semudah membalikkan telapak tangan. Ini adalah karakteristik ruang dimensi tinggi yang bisa mengintip detail ruang-waktu mana pun dan melewati celah dimensi.” 　　“Tapi jalan ini buntu!” 　　Chen Heping berteriak getir: 　　“Kami gagal mencapai itu... Satu-satunya cara berkomunikasi dengan ruang dimensi tinggi adalah dengan menghancurkan objek menjadi keadaan kuantum lalu menyatu ke ruang dimensi tinggi.” 　　“Inilah jawabannya.” 　　Lin Xian menengadah, memandangi seluruh badan mesin penjelajah waktu: 　　“【Kurung aku bersama undangan ini dalam mesin penjelajah waktu, lalu balikkan dan hancurkan kami bersama menjadi keadaan kuantum... Paksa menyatu ke ruang dimensi tinggi!】” 　　"Dor!" 　　"Ucapan yang tak menggemparkan takkan berhenti sampai mati." 　　"Gao Yang menepuk meja dan berdiri terkejut!" 　　"Kau gila!" 　　Dia berteriak: 　　"Itu benar-benar dunia tak dikenal! Tak ada yang tahu konsep memasuki ruang dimensi tinggi atau konsekuensinya! Bisa jadi kita akan terombang-ambing sendirian selama ratusan juta tahun... bahkan ratusan miliar tahun, ingin mati pun tak bisa!" 　　Chen Heping mengerutkan kening: 　　"Rencanamu secara teori mungkin bisa dilakukan. Meski kita tak punya perspektif multidimensi, jika kita menyatu dengan ruang dimensi tinggi yang penuh celah dimensi... mungkin bisa menemukan celah yang tepat untuk mengirim undangan." 　　"Tapi masalahnya seperti kata Gao Yang... Bagaimana kondisimu setelah mengirim undangan? Mungkin kau akan terkunci selamanya di ruang dimensi tinggi, terombang-ambing tanpa akhir, tanpa tempat berpijak. Kesakitan dan kesepian itu benar-benar akan membuatmu lebih buruk dari kematian." 　　Namun... 　　Lin Xian menggelengkan kepala. 　　Masih tegas: 　　"Selama ada secercah harapan, kita tak boleh menyerah." 　　"Dalam perjalanan ratusan tahun ini, kapan pernah ada yang mundur karena takut konsekuensi?" 　　"Mulai persiapkan." 　　Ia berbalik memberikan perintah: 　　"Kita serang dari masa lalu dan masa depan secara bersamaan! Wariskan pelajaran dan hasil dari garis dunia ini!" 　　…… 　　Beberapa jam kemudian. 　　Bagi Huang Que... ini lagi-lagi pengulangan sejarah. 　　"Dia sekali lagi berbaring di dalam mesin penjelajah waktu, bersiap menuju dunia yang asing namun familiar berikutnya, untuk menemui orang-orang yang asing namun familiar, berulang kali menghadapi dan menantang sejarah yang asing namun familiar." 　　"Ada satu hal lagi yang harus kuminta bantuanmu." 　　Lin Xian mendekat, memandangi Huang Que: 　　"Jika hanya sekedar memberikan undangan kepada Lin Xian, kurasa informasi yang disampaikan masih kurang. Aku berharap melalui kesempatan yang sulit didapat ini, kita juga bisa menyampaikan penemuan tentang konstanta alam semesta 42 kepada diriku di masa lalu." 　　Huang Que berkedip secepat kilat: 　　"Maksudmu...【celah dimensi】dan【perspektif dimensi tinggi】?" 　　"Benar." 　　Lin Xian mengangguk: 　　"Fakta membuktikan, kedua penemuan ini benar. Hanya saja kita belum tahu cara memanfaatkannya. Dengan memberitahu Lin Xian lebih awal, mungkin dia bisa melanjutkan penelitian berdasarkan ini, memperoleh perspektif dimensi tinggi yang sejati, dan menyelamatkan dunia." 　　Huang Que merenung sejenak: 　　"Tapi... bagaimana cara aku memberinya petunjuk?" 　　Dia berkata dengan getir: 　　"Kedua konsep ini terlalu abstrak, pada dasarnya bukan konsep yang bisa dideskripsikan dengan sederhana. Apalagi ada prinsip ruang-waktu dan batasan penghindaran paksa yang membatasiku, aku sama sekali tidak bisa mengungkapkannya." 　　"Aku sudah punya ide." 　　Lin Xian terlihat sangat meyakinkan, berkata dengan penekanan: 　　"【Cermin】." 　　"Cermin?" 　　Huang Que mengulangi: 　　"Bagaimana cara memahaminya?" 　　Lin Xian tersenyum tipis mengembang: 　　“Konsep ruang dimensi tinggi memang sangat abstrak, namun dalam kehidupan nyata, objek yang paling mudah diakses dan mampu membangkitkan imajinasi tentang konsep multidimensi... adalah cermin.” 　　“Saat bercermin sehari-hari, kita tidak hanya melihat dua diri sendiri, tetapi juga dua dunia belakang yang identik sempurna; jika dua cermin ditempatkan berhadapan, akan terpantul tak terhingga dunia di dalamnya.” 　　“Meski sulit bagi diriku di masa lalu untuk memahami semua ini hanya melalui satu cermin, setelah merenung lama, ini adalah cara paling tepat yang bisa kuterapkan. Karena...” 　　“【Aku harus mengirimkan undangan itu ke diriku di masa lalu melalui cermin tepat pada pukul 00:42!】” 　　Huang Que membayangkan gambaran tersebut dalam pikirannya. 　　Sebuah tangan yang tiba-tiba muncul dari cermin memang terlihat mengerikan. 　　Tapi dia segera memahami: 　　“Memang cara yang bagus.” 　　Dia menyetujui: 　　“Tangan yang muncul dari cermin merupakan perwujudan melintasi dua ruang sekaligus, sekaligus penjelasan terbaik tentang 'celah dimensi'; ditambah waktu tepat 00:42 menit, ini juga menjadi pengingat bagi Lin Xian bahwa kedua konsep ini terkait dengan konstanta alam semesta 42.” 　　“Aku mengerti Lin Xian, tenang saja. Meski karena batasan elastisitas ruang-waktu dan penghindaran paksa, aku tak bisa langsung menyuruhnya melihat cermin pada 00:42, tapi akan kuberikan banyak petunjuk dan implikasi.” 　　Bzzz... 　　Mesin penjelajah waktu selesai dipanaskan. 　　Chen Heping mendekat dari sebelah: 　　“Semua persiapan sudah selesai, kita bisa berangkat kapan saja.” 　　Lin Xian dan Huang Que saling bertatapan tanpa kata. 　　Tampaknya. 　　Saatnya berpisah telah tiba. 　　“Jaga dirimu baik-baik.” 　　Lin Xian menepuk bahu Huang Que, katanya dengan lembut. 　　"Hm." 　　Huang Que mengangguk pelan, berbalik badan bersiap masuk ke kabin teleportasi. 　　"Ngomong-ngomong." 　　Tiba-tiba dia berhenti, menoleh sambil tersenyum: 　　"Masih ingin memberitahumu satu hal, yaitu... aku telah bertemu begitu banyak Lin Xian, tapi kaulah yang paling punya bakat sebagai pemimpin." 　　"Ini bukan basa-basi, tapi fakta. Bahkan Lin Xian yang pernah bertemu, berkenalan, dan saling memahami denganku pun jauh tidak se-tegas dirimu. Kau benar-benar pemimpin yang terlahir alami." 　　Lin Xian mendengarkan. 　　Merundukkan kepala. 　　Terkekeh pendek: 　　"Mungkin karena kita bertemu saat aku sudah matang, sudah menjadi pribadi yang bertanggung jawab." 　　"Aku yakin, jika setiap Lin Xian diberi cukup waktu untuk tumbuh dan pengalaman untuk ditempa, mereka pasti akan menjadi pemimpin yang tidak kalah hebat dariku." 　　"Tak ada pohon yang tumbuh dalam semalam, tak ada jalan yang langsung menuju langit. Setiap Jenderal berawal dari prajurit kecil... Lin Xian pun tentu sama." 　　Setelah jeda sebentar. 　　Dia menatap Huang Que: 　　"Diriku yang dulu... kuserahkan padamu." 　　"Tenang saja." 　　Huang Que melayangkan pandangan terakhir ke Lin Xian, lalu masuk ke kabin teleportasi: 　　"Aku juga tidak akan mengecewakanmu." 　　Braak. 　　Pintu kabin pesawat teleportasi menutup perlahan. 　　Cahaya biru menyala terang, cincin konsentris berlapis-lapis berputar searah jarum jam, semakin cepat... akhirnya mencapai titik kritis! 　　Tiba-tiba cahaya biru yang menyilaukan menerpa. 　　Kemudian... 　　Perlahan-lahan kembali tenang. 　　Ketika pintu kabin teleportasi terbuka kembali, bagian dalamnya sudah kosong. 　　Lin Xian menarik napas dalam-dalam... 　　"Sekarang giliranku." 　　Dia mengambil undangan asli itu, menggenggamnya erat, lalu memasuki kabin teleportasi. 　　"Lin Xian!" 　　Gao Yang menarik kaki Lin Xian, suaranya tersendat-sendat: 　　"Jangan sampai kau mengalami musibah..." 　　"Tidak mungkin." 　　Lin Xian memandangi Gao Yang, senyum tipis mengembang di bibirnya: 　　"Keberuntunganku selalu baik." 　　"Lagipula, mengapa kalian semua pesimis? Bagaimana jika setelah menyatu dengan dimensi tinggi, aku jadi punya kemampuan luar biasa, mahakuasa, bahkan jadi dewa? Bukan tidak mungkin kan?" 　　"Haha, kalau benar bisa sehebat itu, Gao Yang, kamu akan jadi orang pertama yang kubangkitkan!" 　　Gao Yang mengencangkan bibirnya, terdiam tersedak emosi. 　　Lin Xian berbaring rapi di dalam kabin: 　　"Gao Yang, tolong tutup pintu kabinnya." 　　Gao Yang menutup mata: 　　"Selamat tinggal, saudaraku." 　　"Selamat tinggal, Gao Yang." 　　Braak. 　　Pintu kabin perlahan menutup kembali. 　　Chen Heping membalik semua parameter, memasukkan tiga Partikel Ruang-Waktu sekaligus, lalu menekan tombol peluncuran. 　　Bzzz— 　　Semua cincin yang mengelilingi kabin berputar berlawanan arah jarum jam dengan kecepatan penuh! 　　Semakin cepat! 　　Semakin cepat! 　　Bahkan cahaya biru yang merembes pun seperti tak bisa mengimbangi kecepatannya! 　　Akhirnya! 　　Cahaya biru yang tak pernah secemerlang ini berkedip-kedip dalam frekuensi tinggi, serpihan bintang biru beterbangan di udara... 　　Perlahan. 　　Menghilang tanpa bekas. 　　…… 　　…… 　　…… 　　…… 　　Kosong. 　　Tak bertepi. 　　Dalam ruang dimensi terapung yang sepenuhnya sunyi, Lin Xian membuka matanya. 　　Depan belakang kiri kanan. 　　Atas bawah. 　　Terhampar ruangan-ruangan berbentuk kubus rapi, tersusun berderet, berlapis-lapis tanpa akhir. 　　Ruangan? 　　Itu adalah kamar mandi apartemen yang dia sewa setelah lulus. 　　Ratusan juta kamar mandi membentang ke segala arah tanpa ujung. 　　Memandang ke kiri. 　　Lin Xian satu detik sebelumnya、 　　Lin Xian dua detik sebelumnya、 　　Lin Xian tiga detik sebelumnya、 　　…… 　　Lin Xian satu tahun lalu、 　　Lin Xian sepuluh tahun lalu、 　　Lin Xian sang pemuda、 　　Lin Xian si remaja、 　　Lin Xian sang bayi、 　　…… 　　Setiap ruangan berisi versi Lin Xian dari masa lalu. Deretan ruangan tak berujung, jarak tak terukur, diri-diri yang tak terhitung. 　　Dan semua Lin Xian itu serentak menoleh ke kiri. 　　Dia berkedip. 　　Lalu menoleh ke kanan. 　　Lin Xian satu detik sesudahnya、 　　Lin Xian dua detik sesudahnya、 　　Lin Xian tiga detik sesudahnya、 　　…… 　　Lin Xian satu tahun mendatang、 　　Lin Xian sepuluh tahun mendatang、 　　Lin Xian yang beruban、 　　Lin Xian di masa senja、 　　Lin Xian di ujung usia、 　　…… 　　“Semua Lin Xian di ruangan sebelah kanan, sama seperti Lin Xian, melihat ke arah kanan, semakin jauh, semakin kecil, semakin tak bisa melihat ujungnya.” 　　“Melihat ke atas.” 　　“Pemandangan yang sama.” 　　“Melihat ke bawah.” 　　“Sama-sama berlapis-lapis, puluhan ribu juta, ratusan juta juta, miliaran tingkat ruangan yang jumlahnya melebihi atom di alam semesta, kamar mandi, Lin Xian.” 　　“Heh.” 　　Lin Xian tertawa. 　　“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.”“Heh.” 　　Para Lin Xian tertawa. 　　…… 　　Dia menarik sebuah kursi di ruangan, sama seperti triliunan Lin Xian lainnya, duduk di tengah kamar mandi, menatap cermin rias di depannya dengan penuh konsentrasi. 　　Di sebelah. 　　Angka pada jam digital di wastahel melompat-lompat, waktu menunjukkan - 　　【00:42】 　　Lin Xian di cermin merintih, menguap, lalu bangkit dari kursi. 　　Seketika! 　　Lin Xian di cermin tiba-tiba mundur selangkah, membuka mata lebar-lebar, pupilnya yang terkejut menancap tajam ke arah sini. 　　Lin Xian tersenyum tipis. 　　Tangan kiri mengeluarkan undangan Klub Jenius asli dari balik punggung, mengulurkan lengan ke depan, menembus cermin, meletakkannya di wastahel, lalu membaliknya. 　　Lima huruf emas besar "Klub Jenius" berkilau di bawah lampu dingin kamar mandi seberang. 　　Lin Xian mengulurkan jari telunjuk kanannya. 　　Menegakkannya di depan bibir. 　　Memandangi bayangan di cermin yang pucat ketakutan: 　　"Ssst……" 　　Epilog Gratis 3: Kisah yang Tak Panjang Tak Pendek 　　Shanghai di bulan Mei, musim semi sedang meriah. 　　Tepi Sungai Huangpu dipayungi ranting willow yang baru bertunas, penuh kehidupan. 　　Sebuah kereta dorong kecil didorong di tepi sungai, angin sepoi-sepoi menggoyangkan mainan gantung hingga berbenturan denting-denting. 　　Bayi di dalamnya seolah tak tertarik dengan dunia luar. 　　Ia asyik mengunyah teether karet di tangannya, suara gah-gah gigitannya penuh tekad garang. 　　“Sedang dalam masa tumbuh gigi, gusinya gatal-gatal dan sangat butuh menggigit sesuatu.” 　　“Dibandingkan teether karet, dia lebih suka mengunyah tangan sendiri.” 　　“Sayangnya...” 　　“Orangtuanya tak mengizinkannya, makanya mereka membeli teether karet ini untuk dipakaikan di tangannya.” 　　“Kini.” 　　“Ayahnya sedang mendorong kereta bayi di belakang, cerewet tak jelas bicara apa; sementara Ibunya berjalan di sebelah Ayah, mendengarkan dengan sabar.” 　　“‘Jadi, kalau bukan karena partikel ruang-waktu terakhir itu, kita benar-benar tamat... Ini sudah jadi taruhan terakhir umat manusia Bumi. Untung masih ada dua partikel ruang-waktu di Bumi termasuk peninggalan Elon Jusk.’” 　　“‘Waktu itu, meski lokasi konstruksi Li Cheng tak menggali brankasku, kami tetap berencana mengerahkan semua kekuatan di Shanghai untuk menggali brankas itu. Pasti akan ketemu cepat atau lambat.’” 　　“Mendengarkan penjelasan Lin Xian dengan sabar, Zhao Yingjun menopang dagunya mengangguk:” 　　“‘Tak kusangka, di bulan-bulan terakhir itu kita masih terdesak ke jurang kesulitan. Perjalanan menyelamatkan dunia ini benar-benar berat.’” 　　“‘Ngomong-ngomong, kita juga berutang budi pada Elon Jusk. Jika detektornya tak mendeteksi cahaya putih lebih cepat, mungkin semua rencana tak akan bisa jalan. Kau tak bisa menilai sifat cahaya putih itu, tak yakin apakah cahaya itu benar-benar ada.’” 　　"Lebih bersyukur lagi, dia berhasil menemukan cara untuk memaksa keterjeratan partikel ruang-waktu. Metode inilah yang menginspirasi Chen Heping menciptakan unit terkecil alam semesta dalam dunia makro...42." 　　Lin Xian tersenyum, terus mendorong kereta dorong maju: 　　"Sebenarnya kalau dipikir-pikir, bukan hanya Elon Jusk." 　　"Jalan penyelamatan yang membentang 600 tahun ini terbentuk dari akumulasi tak henti, penetrasi bertubi-tubi, silih berganti para jenius yang saling menyempurnakan coretan demi coretan. Tak ada satu pun yang bisa dihilangkan." 　　"Tanpa Liu Feng, tak akan ada 《Pengantar Konstanta Semesta》, apalagi semua rencana setelahnya. Meski Liu Feng sempat menangis mengaku dirinya paling tak berguna, tapi kalau dirunut ke akarnya...dialah juru selamat sejati." 　　"Tanpa Profesor Xu Yun dan cabin hibernasi, tak ada yang bisa bertahan 600 tahun. Jalan penyelamatan terkunci sejak awal, bahkan hak untuk melihat cahaya putih pun tak kita miliki." 　　"Tanpa Du Yao dan helm setrum syaraf otak, memori tak bisa diaktivasi dan dilanjutkan. Semua yang terbangun akan tetap bingung, kehilangan pengetahuan, dan kacau balau." 　　"Tanpa Akademisi Gao Wen dan mesin penjelajah waktu, aku tak mungkin kembali ke tahun 1952 untuk mengungkap kebenaran dan rahasia itu, terperangkap dalam kegelapan seumur hidup." 　　"Chen Heping lebih tak tergantikan. Dialah sang Kaisar sejati, manusia paling dekat dengan dewa. Tak hanya memecahkan misteri 42, tapi juga berhasil mengungkap inspirasi apa yang sebenarnya didapat Einstein 600 tahun kemudian." 　　“Sekarang kalau dipikir, saya sendiri merasa norak, bisa mengasosiasikan 【bintik salju】 dari TV jadul dengan 【negatif kosmik】, kau pikir otak seperti ini normal? Sejak momen inilah penelitian kami tentang 42 tidak hanya melampaui Einstein, bahkan... melebihi peradaban pemasang tiang.” 　　“Untuk mewujudkan negatif kosmik, membuat seluruh alam semesta runtuh terbalik, senjata kecepatan cahaya sudah ada, tapi juga harus ada unit terkecil 42, baru bisa membuat serangan menyebar dari mikro ke makro, menghancurkan seluruh alam semesta.” 　　“Lihat, hasil penelitian Elon Jusk ratusan tahun lalu, tepat pada momen ini menjadi berguna. Kami sengaja menciptakan dua partikel ruang-waktu yang saling terbelit, benar-benar memenuhi syarat 'penangkalan seluruh alam semesta'.” 　　Zhao Yingjun berpikir sejenak, memiringkan kepala: 　　“Bukankah Elon Jusk pernah memberimu satu partikel ruang-waktu keadaan terbelit? Yang itu tidak bisa digunakan?” 　　“Yang itu tidak bisa.” 　　Lin Xian menjelaskan: 　　“Partikel ruang-waktu keadaan terbelit adalah 【terbentuk secara alami】; sejak kelahirannya sudah dalam keadaan terbelit, jadi dua partikel - atau bisa dibilang satu partikel - ini memiliki konstanta Planck yang 【sama】.” 　　“Sementara konstanta Planck-nya sama, jarak antara kedua partikel ini hanya bisa nol saat bertumpuk sempurna, atau minimal sebesar konstanta Planck.” 　　“Dan memaksa dua partikel ruang-waktu untuk terjerat adalah 【buatan manusia】; mereka sendiri berasal dari dua alam semesta ruang-waktu berbeda, konstanta Planck tentu 【berbeda】. Maka bisa seperti jangka sorong, saling bersilangan dan menyusun satuan terkecil 42.” 　　Setelah mendengar. 　　Zhao Yingjun menghela napas pelan: 　　“Sungguh tidak mudah.” 　　“Bukan hanya kalian yang sulit menyelamatkan dunia, menyelesaikan kisah panjang ini sampai tuntas juga sangat berat.” 　　Dia melangkah cepat ke depan, memandangi Yu Xi yang sedang berusaha merobek teether di ranjang bayi: 　　“Dari sejak Yu Xi lahir, sampai sekarang sudah setengah tahun, baru bisa menyelesaikan semua cerita.” 　　“Itu karena penjelasanku detail.” 　　Lin Xian mengangkat tangan pasrah: 　　“Versi ringkas awalnya, dua jam saja sudah selesai kuceritakan. Bukankah kau yang minta dengar detail setiap kejadian? Makanya kujelaskan sejujurnya sampai selama ini.” 　　“Tapi ini keterlaluan detailnya!” 　　Zhao Yingjun terkikik, anting biru di telinganya berayun-ayun diterpa cahaya matahari: 　　“Kuminta jelaskan detail, bukan ceritakan setiap detik dengan rinci begini! Apa kau benar-benar mau bercerita selama puluhan tahun?” 　　Lin Xian tersenyum getir, menggaruk kepala: 　　“Tidak ada cara, siapa yang membuat saya mengingat setiap detik dan menit dengan begitu jelas? Sejak pemandu dari Klub Kebenaran itu memasukkan sebuah partikel ruang-waktu ke dalam kepala saya... Saya menjadi seperti Einstein di masanya, mendapatkan kemampuan untuk melihat sejarah masa lalu dan perspektif dimensi tinggi.” 　　“Tentu saja, saya hanya bisa melihatnya ketika saya ingin melihat; Saat bumi tidak dalam krisis, saya lebih menyukai kehidupan normal manusia, saya juga tidak punya kebiasaan mengintip privasi siapapun.” 　　“Tak!” 　　Yu Xi kecil di dalam kereta dorong tiba-tiba mengeluarkan jeritan histeris, menjulurkan jarinya menunjuk tepi sungai di kejauhan, seolah sedang menunjukkan jalan. 　　Tapi menunjukkan atau tidak juga tidak penting. 　　Sungai Huangpu hanya ada satu, jalur pedestrian tepi sungai pun tidak memiliki percabangan. 　　Persis seperti garis dunia yang telah menyatu sempurna ini... Hanya ada satu-satunya. 　　“Yu Xi kecil nantinya, pasti sangat menyukai kisah-kisahmu.” 　　Zhao Yingjun memandangi putrinya di kereta dorong dengan mata penuh kasih sayang: 　　“Setelah dia bisa memahami perkataan, bisa berkomunikasi, pasti setiap hari akan merengek padamu, memintamu menceritakan kisah kepahlawananmu.” 　　“Dia akan terus mengejarimu bertanya bagaimana Tante CC meretas password, bagaimana Paman Dalimao melompati tempat sampah, bagaimana kota langit di langit bisa terbang ke atas, mengapa Kakek Wei Shengjin datang ke bumi, mengapa Paman Jusk pergi ke Mars, apa yang terjadi dengan ribuan Turing, di mana kota para robot bermata biru, serta... bagaimana Ayah bisa naik ke langit masuk ke bumi, menembus ruang-waktu, menyelamatkan dunia yang hampir hancur ini.” 　　“Kisah-kisah ini cukup untuk didengarnya sepanjang masa kecil. Anak kecil memang selalu suka mendengar cerita yang sudah hafal di luar kepala berulang-ulang. Kau harus sabar ya~ Ceritakan kembali semua kisah panjang yang kau sampaikan padaku ini, satu per satu, berulang kali pada Yu Xi.” 　　“Tentu saja tidak masalah.” 　　Lin Xian terus mendorong kereta bayi sambil berjalan: 　　“Hanya saja kisah-kisah ini pasti akan habis. Lagipula Yu Xi juga akan tumbuh besar, menjadi nona pertama. Saat itu tiba, dia pasti tak mau lagi mendengar cerita klise norak tentang pahlawan penyelamat dunia yang sudah ditulis ribuan kali di komik dan novel ini.” 　　“Pasti begitu.” 　　Zhao Yingjun berkata: 　　“Tapi ini bukan hal buruk. Seperti dulu kukatakan padamu, selama generasi kita memenangkan pertempuran ini dan menyelesaikan krisis, maka generasi Yu Xi tak perlu lagi berperang, berkorban, atau menjalani hidup berliku-liku yang panjang.” 　　“Membuat keturunan bisa mendengarkan penderitaan masa lalu seperti dongeng, itu sendiri adalah hal yang membahagiakan dan juga tujuan awal kami.” 　　“Tapi…meski kisahmu sudah selesai, masih banyak cerita dari partner di sekitar kita, bukan?” 　　Dia berhenti, meraba anting biru di telinganya: 　　“Setelah Yu Xi bosan dengan ceritamu, kau bisa lanjutkan dengan kisah Huang Que...” 　　“Jika bicara tentang harapanku terhadap penampilan Yu Xi setelah dewasa, pastilah aku ingin dia menjadi wanita seperti Huang Que.” 　　Huang Que. 　　Mendengar nama ini, Lin Xian merasa kekesalan: 　　“Huang Que…dia memang punya banyak kisah, jauh lebih banyak dari imajinasi orang-orang. Bukan hanya aku di garis dunia ini, tapi juga versi lain dari kami di garis dunia berbeda, kisah penyelamatan yang lain.” 　　“Meski semua kisah itu gagal, tanpa akumulasi pengalaman dan transmisi informasi bertubi-tubi, mustahil kita bisa meraih kemenangan terakhir kali ini.” 　　“Banyak versi kami?” 　　Zhao Yingjun berkedip secepat kilat: 　　“Maksudmu, Huang Que tidak hanya sekali melakukan perjalanan lintas waktu?” 　　“Benar.” 　　Lin Xian mengangguk: 　　“Setiap kali, dia akan bertemu versi berbeda dariku di waktu berbeda, menciptakan kisah yang berbeda.” 　　“Akhir setiap kisah juga berlainan. Kadang gagal cepat dengan banyak korban; kadang meski semua bertahan sampai akhir, tetap tak berdaya karena gagal memahami 42 atau salah mengerti arah.” 　　“Tapi untungnya, sekarang karena garis dunia menyatu, semuanya telah berakhir, semuanya kembali tenang. Kurasa inilah dunia yang diharapkan Huang Que——” 　　“【Dunia tanpa Huang Que dan pemimpin, hanya ada Zhao Yingjun dan Lin Xian, itulah dunia terbaik.】” 　　“Tak!” 　　Di dalam kereta dorong, Yu Xi kecil kembali menjerit histeris. 　　“Benar.” 　　Lin Xian tersenyum tipis, terus mendorong kereta dorong: 　　“Dan juga Yu Xi. Dunia terbaik, mana mungkin tanpa kehadiran Yu Xi?” 　　“Ngomong-ngomong...” 　　Ia menatap Zhao Yingjun yang berjalan sejajar dengannya: 　　“Yu Xi kan perempuan, dibandingkan kisah pertarungan dan pengorbanan sebelumnya, kurasa dia lebih suka mendengar kisah Ibunya.” 　　“Kisahku?” 　　Zhao Yingjun terkekeh pendek: 　　“Sayangnya tak ada kisah berarti dari diriku. Dibandingkan kehidupan kalian yang penuh gelombang dan penuh warna, 20 tahun kehidupanku ini memang pantas digambarkan sebagai tenang seperti air.” 　　“Janganlah berkata begitu.” 　　Lin Xian menjelaskan: 　　“Istana Langit Rhein yang kau bangun, sekarang terlihat seperti dongeng terindah di dunia ini. Apalagi, Huang Que sejatinya bukanlah dirimu? Bagaimana bisa kau bilang hidupmu tenang seperti air?” 　　Namun... 　　Zhao Yingjun menggelengkan kepala pelan: 　　“Baik itu Zhao Yingjun di Istana Langit Rhein, maupun Zhao Yingjun yang berubah menjadi Huang Que... sesungguhnya bukanlah aku.” 　　"Ini adalah hal yang sangat jelas, Lin Xian. Seumur hidupku aku tidak akan berubah menjadi Huang Que, juga tidak akan membangun Istana Langit Rhein. Jadi mereka adalah mereka, aku adalah aku, ini berbeda..." 　　"Tapi, bagaimana pun kehidupan yang tidak dramatis dan penuh petualangan? Aku sudah cukup puas dengan hidupku." 　　Kini. 　　Jalan di tepi sungai sudah sampai di ujung. 　　Zhao Yingjun bersandar di pagar ujung jalan, memandang kilauan cahaya di permukaan sungai yang jauh: 　　"Dalam hidupku, aku bertemu orang yang paling kucintai, menikah dengan orang yang paling kucintai, melahirkan Yu Xi yang akan bertemu lagi, lalu di detik berikutnya yang paling kurasakan kerinduan... melihatmu masuk ke ruang bersalin, membawa kabar kemenangan besar." 　　"Tidak akan ada lagi kehidupan yang lebih indah dan sempurna dari ini. Sampai sekarang, hidupku sama sekali tidak ada penyesalan. Ini adalah kisah yang tidak panjang, tidak pendek, pas diukur." 　　Sambil berkata demikian. 　　Zhao Yingjun menggunakan jari telunjuk kanannya menyisir helai rambut di pipi ke belakang telinga: 　　"Lagipula, sekarang aku baru dua puluhan tahun. Kisahku masih sangat panjang." 　　"Aku percaya, bagaimanapun masa depan nanti, apapun hal tak terduga yang akan terjadi, hidupku pasti akan semakin indah. Kisahku juga akan selalu membuatku bangga." 　　"Karena..." 　　Angin sungai yang tiba-tiba menerpa anting batu kristal birunya yang bergoyang-goyang. 　　Zhao Yingjun menoleh dengan senyuman. 　　Pupil matanya yang terang memantulkan bayangan Lin Xian: 　　"【Kau adalah kisah seumur hidupku.】" 　　Epilog Gratis 4: Deret Aritmatika 　　"Di suatu tempat di Shanghai, pangkalan hibernasi bawah tanah." 　　Dua pegawai pria dan wanita membawa buku catatan elektronik, menemukan sebuah cabin hibernasi. 　　"Kepala Departemen Wang, ini dia cabinnya." 　　Perawat wanita menunjuk nama yang terukir di plat nama paduan hafnium: 　　"Yang Maimai... Tidak salah, ini kelompok personel hibernasi yang harus dibangunkan." 　　Pria yang dipanggil Kepala Departemen Wang mengangguk: 　　"Luncurkan program kebangkitan hibernasi." 　　Sssst—— 　　Setelah serangkaian alur kerja selesai, penutup cabin hibernasi perlahan terangkat, seorang gadis ramping bangkit dari posisi duduk sambil melihat ke sekeliling: 　　"Ini dimana? Saya, saya..." 　　Krek. 　　Tanpa memberi waktu adaptasi, mesin berbentuk gurita langsung mencengkeram kepalanya. 　　"Apa yang kalian lakukan?!" 　　Saat gadis itu melawan, perawat wanita menekan tombol merah! 　　"Aaaaaaaaaa!!!" 　　Gadis itu menjerit histeris sementara gambaran kilas balik berputar cepat di otaknya—— 　　Mengirim naskah, ditolak, diejek, marah, merobek, membaca, mendapat pencerahan, menerbitkan, nggak laku, diejek lagi... 　　"Wuwaaaaaa!!" 　　Maimai langsung menangis tersedu-sedu, air mata sebesar kacang polong mengalir deras berdebar-debar. 　　"Uuu... uuuuu... Tidak ada yang membaca buku saya." 　　Kesedihan yang begitu besar membuat Maimai bersujud di lantai dengan tangan menopang badan, tak bisa bangun. 　　"Sudah, sudah." 　　Perawat wanita membantu Maimai berdiri sambil menghibur: 　　“Maimai, bangkitkan semangatmu! Ini era baru, era yang jauh, sekaligus era yang indah!” 　　“Apapun penyesalan atau mimpimu, semua bisa terwujud di zaman ini! Kau masih muda, tak boleh gentar, masa depan masih penuh harapan!” 　　“Hikk.” 　　Maimai tersedu-sedu lalu berhenti menangis. 　　Tiba-tiba dia tersadar akan tujuan hibernasinya. 　　“Sekarang jam berapa!” 　　Dia panik bertanya: 　　“Sekarang tahun berapa!” 　　“Tahun 2624.” 　　Pegawai pria, Kepala Departemen Wang menjawab lembut. 　　“Yes！” 　　Maimai meninju telapak tangannya sendiri: 　　“Bagus! Bagus! Setelah ratusan tahun berlalu, pasti sudah saatnya Renaisans novel jaringan internet!” 　　“Novelku jika dibaca ratus tahun lalu mungkin dianggap ketinggalan zaman, klise, kuno... Tapi setelah ratusan tahun, pasti jadi barang antik langka! Peninggalan berharga! Karya klasik!” 　　“Kelangkaan menciptakan nilai, novelku pasti akan dihargai editor, lalu dikontrak, dimasukkan database, direkomendasikan sekaligus, langsung jadi legenda dengan satu buku!” 　　Memandangi Maimai yang bicara sendiri penuh semangat, Kepala Wang akhirnya paham: 　　“Oh～～Rupanya kau penulis novel jaringan internet.” 　　“Kau juga paham novel jaringan internet?!” Mata Maimai berbinar melihat jas putih kepala departemen. 　　“Sedikit.” 　　Kepala Wang mengangguk: 　　“Aku suka baca novel jaringan internet di waktu luang, tapi belakangan isunya seragam semua, sudah jarang menemukan buku bagus.” 　　“Inilah tujuan hibernasi saya!!” 　　Maimai menepuk paduan hafnium sambil melompat keluar dari cabin hibernasi. 　　Dia secara ajaib memulihkan fungsi anggota geraknya, menyerbu ke depan lokasi penyimpanan, menarik laci, dan mengeluarkan sebuah naskah: 　　“Sudah saatnya… memberikan kejutan sejati kepada dunia novel masa depan!” 　　Sru. 　　Dia menyodorkan naskah itu di depan Kepala Departemen Wang: 　　“Yang Mulia harus membantu saya memeriksanya!” 　　“Meskipun Yang Mulia bukan editor, tapi sebagai pembaca novel web berpengalaman, pasti bisa menilai apakah buku ini punya potensi populer!” 　　“Tentu saja bisa.” 　　Kepala Departemen Wang menyetujui dengan senang hati. 　　Kemudian menerima naskah itu, matanya tertuju pada empat huruf besar yang membentuk judul di sampul: 　　《Pemangsa Dewa Kegelapan》 　　“……” 　　Ia mengerutkan bibir: 　　“Ada sesuatu di sini.” 　　“Benarkah?!” Mata Maimai berbinar-binar. 　　“Tapi sepertinya tidak banyak.” 　　“Ha?” Maimai tercengang. 　　Kepala Departemen Wang tetap menunjukkan kesabaran. 　　Meskipun hanya melihat judulnya sudah bisa menebak alur dan akhir hidup buku ini, demi kehati-hatian ia tetap membaca dengan serius bagian setting awal yang memuat 576 baris pembagian tingkat kemampuan. 　　“Hiss…” 　　Ia menarik napas dalam-dalam: 　　“Mengerikan sekali.” 　　Setelah membaca beberapa bab pembukaan tentang dendam kesumat pemuda yang keluarga hancur berantakan dan tekad membalas dendam… ia benar-benar tak sanggup melanjutkan. 　　Pak. 　　Ia menutup naskah novel 《Pemangsa Dewa Kegelapan》 dan mengembalikannya ke Maimai. 　　“Bisa populer?!” 　　Maimai penuh antisipasi. 　　“Kurang menjanjikan.” 　　Kepala Departemen Wang menjawab dengan jujur. 　　“Nah itu, pasti nggak ada masalah buat lolos kontrak dong!” 　　Maimai penuh percaya diri. 　　“Aku rasa mungkin juga sulit.” 　　Kepala Departemen Wang bersikap jujur: 　　“Sebenarnya gaya penulisanmu masih bisa, tapi semua pola di sini terlalu jadul... Bertahun-tahun novel online isinya cuma itu-itu melulu, dendam kesumat, kesempatan pemuda, kakek tua dengan cincin, naik level lawan monster – beneran ngebosenin! Nggak bisa coba nulis sesuatu yang baru?” 　　Maimai mencibirkan bibir. 　　Menundukkan kepala: 　　“Tapi, aku cuma bisa nulis ginian. Mungkinkah... bahkan di era ini, impianku jadi penulis novel tetap nggak kesampean?” 　　“Hehe.” 　　Perawat wanita tersenyum tipis, mengeluarkan selembar 《Surat Penerimaan》 dari tas dokumen di belakangnya: 　　“Liat, sekarang harapan sudah datang kan?” 　　“Maimai, selamat kamu mendapat hak masuk Universitas Rhein, institusi pendidikan top global; mimpi mu kan menulis novel, kenapa nggak kuliah dulu, belajar teknik penulisan, baru merancang ulang novel?” 　　“Apa?!” 　　Maimai tak percaya dengan telinganya sendiri, langsung menyambar 《Surat Penerimaan》. 　　Universitas Rhein sangat termasyhur. 　　Dia tentu tahu! 　　Tapi nilai ujian masuknya cuma 300 keping, mustahil masuk pintu gerbang Universitas Rhein. 　　Tak disangka... 　　Ternyata setelah bangun dari hibernasi, dapat kejutan sebesar ini! 　　“Ini beneran?” 　　Maimai masih tak percaya: 　　“Mengapa Universitas Rhein mengirimkan《surat penerimaan》kepada saya? Saya jelas-jelas tidak mengikuti ujian!” 　　“Itu tidak jelas.” 　　Kepala departemen mengangkat tangan pasrah: 　　“Tapi Universitas Rhein sendiri memang memberikan penerimaan luar biasa kepada murid-murid berbakat unilateral. Mungkin mereka melihat bakat khusus dalam dirimu.” 　　“Bagaimanapun, Maimai, selamat datang di dunia indah tahun 2624. Nikmatilah kehidupan masa depan bagimu ini. Kami menanti hari kelulusanmu dan karya agung yang akan kau tulis.” 　　…… 　　Meninggalkan pangkalan hibernasi bawah tanah, Maimai langsung menuju Universitas Rhein. 　　Surat penerimaan ini sangat spesial. 　　Tertulis namanya dan ucapan selamat, tapi tidak mencantumkan jurusan tertentu—hanya satu kalimat: 　　“Kau bebas memilih jurusan apa pun di Universitas Rhein.” 　　Di bawahnya terdapat tanda tangan rektor bergiliran, Du Yao. 　　“Jurusan apa pun?” 　　Maimai berkedip secepat kilat. 　　Ini seperti mimpi! Hanya Juara ujian kerajaan yang mendapat perlakuan seperti ini! 　　Tapi... 　　Siapa yang memberikannya hak istimewa ini? 　　Rektor Du Yao yang berwibawa itu jelas tidak dikenalnya, sama sekali tidak ada hubungan. 　　“Sangat aneh.” 　　Maimai menggelengkan kepala. 　　Sudahlah. 　　Bagaimanapun ini hal baik. Dua hal harus dikejar: kuliah dan menulis novel, dua hal harus keras. 　　Memasuki kampus. 　　Kedua sisi jalan sangat ramai. 　　Pendaftaran mahasiswa baru sudah berakhir dua pekan lalu. Sekarang adalah masa perekrutan klub-klub kampus dengan berbagai stan memenuhi jalan. 　　“Benar, mungkin saya bisa bergabung klub sastra!” 　　Maimai menemukan stan klub sastra, menyerahkan karya masterpiece-nya 《Pemangsa Dewa Kegelapan》. 　　“Hmm……” 　　Ketua klub membaca daftar isi, keringat dingin mengucur: 　　“Apa kau penulis novel yang melintas dari 600 tahun yang lalu?” 　　“Kau benar-benar jeli!” Maimai memberikan jempol. 　　“Selamat tinggal.” Ketua mengembalikan naskah. 　　…… 　　Maimai mencari redaksi koran kampus, menyerahkan naskah. 　　“Nggak laku.” 　　Ketua redaksi mendorong kacamata: 　　“Sangat tidak laku, tapi gaya bahasanya cukup lumayan. Mau belajar menulis berita di sini?” 　　“Jangan menghina karyaku!” 　　Maimai mendengus keras, merebut kembali naskah sambil menjulurkan lidah pergi. 　　…… 　　Akhirnya, setelah mendatangi berbagai klub kreatif, semuanya berakhir dengan kekecewaan tanpa pengakuan. 　　Maimai menunduk, berjalan tanpa tujuan seperti zombie di kampus. 　　Hatinya membeku. 　　Tamat. 　　Tamat riwayatnya. 　　Awalnya berhibernasi ratusan tahun ingin bertaruh pada Renaisans novel jaringan internet... 　　Tapi siapa sangka. 　　Industri ini semakin kompetitif! 　　Selama ratusan tahun, dari tiga bab emas, jadi satu bab emas, tiga baris emas, sampai judul emas. 　　Sulit dipercaya. 　　Pertarungan sejati ternyata dimulai dari judul! 　　“Di era baru, tak ada lagi tempat berlindung bagiku...” 　　Maimai bagai hantu yang kehilangan arah, mengambang di kampus Universitas Rhein. 　　“Hah?” 　　“Saat dia menyadari dan menengadah, sudah sampai di kedalaman kampus.” 　　“Tempat ini jauh dari area pengajaran dan permukiman, sangat terpencil tanpa penanda jalan sama sekali.” 　　“Celaka.” 　　Maimai melihat ke kiri-kanan: 　　“Tersesat.” 　　Setelah berlari cukup lama mengikuti arah datang, akhirnya terlihat gedung laboratorium dengan tembok luar kusam. 　　Maimai berencana masuk untuk bertanya jalan. 　　Tapi baru saja masuk koridor, terdengar gemuruh diskusi dari dalam. 　　Suara sepasang pria-wanita muda. 　　Bukan seperti pertengkaran, lebih mirip debat manja antar kekasih. 　　“Fengfeng… Meski selalu mendukungmu tanpa syarat, bahkan konstanta alam semesta 42 pun kuyakini benar. Tapi deret aritmatikamu kali ini… Bagaimanapun kupandang terlalu tak masuk akal, lebih baik kau menyerah saja.” 　　“Ah.” 　　Ini adalah helaan napas panjang seorang suami: 　　“Siapa sangka, 42 yang diagungkan sebagai kebenaran kosmos sudah kita teliti, tapi justru deret aritmatika sederhana ini mengurungku bertahun-tahun!” 　　“Tidak...” 　　Suara wanita itu getir: 　　“Deret aritmatikamu terlalu rumit, bagaimanapun ini bukan masalah matematika. Bahkan, ini bukan soal takhayul sekalipun, sepenuhnya masalah keberuntungan.” 　　“Ah, sudahlah. Aku harus mengajar. Laboratoriummu yang terpencil ini, jika tidak segera pergi akan terlambat.” 　　“Dada Fengfeng, hari ini jangan terlalu malam di lab ya. Aku akan menyiapkan makan malam di rumah.” 　　Setelah berkata demikian, derap langkah kecil cepat terdengar. 　　"Maimai yang sedang menguping di luar pintu langsung kaget, dengan rasa bersalah ia menyelinap ke samping dan bersembunyi di balik alat pemadam kebakaran." 　　Dua detik kemudian. 　　Pintu gerbang laboratorium terdorong terbuka, seorang wanita bertubuh indah mengenakan beret keluar sambil membawa bahan ajar dan bergegas pergi. 　　Karena tergesa-gesa, secara alami ia tidak menyadari kehadiran Maimai. 　　"Deret aritmatika?" 　　Maimai berkedip secepat kilat: 　　"Bukankah ini materi matematika SMP? Apa susahnya?" 　　Dengan sedikit kebingungan dan rasa ingin tahu, ia menyelip masuk melalui celah pintu laboratorium yang terbuka, memandangi pria lesu di depan papan tulis. 　　"Ah." 　　Pria itu kembali menghela napas panjang: 　　"Mungkinkah seumur hidupku takkan bisa memecahkan masalah deret aritmatika? Sungguh penyesalan yang sangat disayangkan..." 　　"Padahal hanya kurang seorang gadis 17 tahun! Hanya kurang seorang gadis 17 tahun!" 　　Breng! 　　Maimai terkejut sampai rambutnya berdiri. 　　17...gadis 17 tahun?! 　　Eksperimen keji macam apa yang membutuhkan gadis 17 tahun sebagai bahan mentah? 　　Bahaya! 　　Kabur! 　　Maimai berbalik ingin menyelinap keluar melalui jalan yang sama. 　　Tanpa sengaja ia menginjak pensil di lantai, tergelincir dan jatuh di tengah kekacauan. 　　Liu Feng bangkit dari kursinya. 　　Membuka mata lebar-lebar memandangi gadis yang ketakutan di sudut ruangan: 　　"Hm?" 　　"Jangan!!" 　　Maimai berteriak putus asa: "Jangan bunuh aku!!!" 　　…… 　　…… 　　…… 　　Beberapa saat kemudian, kesalahpahaman terklarifikasi. 　　Maimai duduk di kursi, menggulung ujung celananya; Liu Feng menggunakan kotak P3K laboratorium untuk membersihkan lukanya, memberikan obat, dan menempelkan plester luka. 　　"Ternyata begitu." 　　Liu Feng mengangguk: 　　"Kau mahasiswi baru Universitas Rhein yang tersesat sampai ke sini. Bisa dimaklumi, kampus Rhein memang sangat luas, beberapa area masih belum sepenuhnya dikembangkan, wajar saja kalau tersesat jika belum familiar." 　　"Sudah, lukanya sudah kubalut. Meski aku tak tahu dari fakultas mana kau, tapi kalau mau ke area pengajaran, keluar pintu lalu terus jalan ke utara menyusuri jalan batu sampai tujuan." 　　Maimai menoleh, memandang papan tulis yang membuat Liu Feng menghela nafas. 　　Di papan tulis tertulis beberapa nama dengan keterangan usia di bawahnya. 　　Dari kiri ke kanan berturut-turut: 　　Yan Qiaoqiao (14 tahun), Chu Anqing (20 tahun), Su Xiuying (23 tahun), Nan Gong Mengjie (26 tahun), Huang Que (29 tahun). 　　Maimai paham. 　　Rupanya yang disebut deret aritmatika ini adalah sesuatu yang sama sekali tidak masuk akal... 　　Wajar saja perempuan beret tadi bilang, ini memang bukan masalah matematika, ini jelas-jelas gangguan kecerdasan! 　　Hah? 　　Tunggu dulu! 　　Bukankah dia sendiri baru berusia 17 tahun?! 　　"Tunggu sebentar!" 　　Maimai menunjuk dirinya sendiri, berteriak penuh semangat: 　　"Guru! Usiaku tahun ini persis 17 tahun! Kalau kau tambahkan namaku di sini, bukankah deret aritmatikanya akan sempurna?" 　　Namun. 　　Liu Feng tersenyum getir, melambaikan tangan: 　　“Deret aritmatika ini sudah menyiksaku selama 600 tahun, mana mungkin bisa diselesaikan dengan mudah? Kalau cuma butuh gadis 17 tahun sembarangan yang mengisinya... Bukankah di Universitas Rhein ada banyak murid perempuan 17 tahun yang bisa menyelesaikannya dengan mudah?” 　　“Kau tidak mengerti, deret aritmatika ini sangat ketat aturannya. Hanya wanita yang memenuhi【dua syarat penting】yang bisa mengisi namanya di sini.” 　　Sambil berkata, Liu Feng mengangkat satu jarinya: 　　“Pertama, gadis ini wajib datang sendiri ke laboratoriumku.” 　　“Bukankah aku sudah di sini?!” Maimai menyambar cepat. 　　“Lihat, buru-buru lagi.” 　　Liu Feng memotong Maimai: 　　“Cobalah bersabar dengar penjelasanku! Sudah kukatakan tadi, harus memenuhi dua syarat penting sekaligus. Kau baru memenuhi syarat pertama – banyak orang yang memenuhi syarat pertama, tapi syarat kedua-lah yang paling sulit.” 　　“【Syarat kedua adalah – harus orang yang dikenal Lin Xian, minimal pernah bertemu muka atau berbicara dengannya.】” 　　“Ah?” 　　Maimai membeku. 　　Tak disangka deret aritmatika yang tampak sembrono ini aturannya sangat ketat: 　　“Lin Xian siapa? Tidak kenal.” 　　Maimai menggelengkan kepala bingung: 　　“Sama sekali belum pernah dengar atau lihat.” 　　“Nah, kan!” 　　Liu Feng mengangkat tangan pasrah: 　　“Jadi begini, meskipun niatmu baik dan ingin membantu; maaf, kau tidak bisa masuk ke deret aritmatika ini. Jadi... akhirnya, deret ini tetap tidak bisa diselesaikan.” 　　Tiba-tiba, Maimai merasa kecewa. 　　“Awalnya kukira… hidup sengsaraku akhirnya menemukan secercah sinar kejayaan, sebuah makna yang hanya bisa kuraih.” 　　Tapi ternyata tidak. 　　Pada akhirnya, semua hanya fatamorgana, mimpi di siang bolong. 　　“Ah……” 　　Dia menghela napas panjang, melempar naskah 《Pemangsa Dewa Kegelapan》 ke meja dengan lesu lalu bersandar ke belakang: 　　“Kukira… akhirnya aku menemukan nilai diri dalam hidup ini.” 　　“Santai saja.” 　　Liu Feng menghibur sambil menatap meja: 　　“Usiamu masih muda, masih banyak waktu—Tunggu sebentar!!!” 　　Melihat sampul naskah di atas meja、 　　Empat huruf besar 《Kaisar Iblis Pemangsa》、 　　Liu Feng langsung melompat terkejut! 　　Tiba-tiba. 　　Ingatannya melayang ke ratusan tahun lalu, saat Lin Xian bercerita tentang masa lalu… 　　Gauss、virus hibernasi tertekan、Mimpi kesembilan、umat manusia hampir punah、gadis kabin hibernasi、penulis novel yang nggak laku、helm setrum syaraf otak、Kaisar Iblis Pemangsa、Kabut Dewa Iblis! 　　Semua terhubung! 　　Semua teka-terang menjadi jelas! 　　“Jangan pergi!” teriak Liu Feng. 　　“Wuwaaaa!” 　　Maimai langsung menyatukan kakinya, meletakkan tangan di lutut, duduk tegak: 　　“A-a-aku tidak pergi kok!” 　　Liu Feng menatap Maimai, detak jantungnya makin kencang, napas tersengal: 　　“Siapa namamu! Aku belum pernah bertanya! Namamu siapa sebenarnya!” 　　“Maimai… Yang Maimai.” jawab Maimai dengan gemetaran. 　　Seketika. 　　Bagai kilat menyambar melintang. 　　Liu Feng begitu bersemangat hingga tangannya gemetar. 　　Maimai... 　　Maimai! 　　Penulis asli 《Pemangsa Dewa Kegelapan》, satu-satunya gadis yang selamat dari kiamat Shanghai di Mimpi kesembilan; meski kini dia sudah lupa sepenuhnya, tapi puluhan kali pertemuan Lin Xian dengannya dalam mimpi tetap membuahkan informasi rahasia Gauss melepaskan racun. 　　Berkat Maimai, rencana penyelamatan dunia mereka nyaris gagal di abad ke-21! 　　【Gadis 17 tahun.】 　　【Lin Xian mengenal.】 　　【Hari ini datang ke kantornya sendiri.】 　　Sempurna cocok! 　　"Hahahahahahahahahahahaha!!" 　　Liu Feng menengadah ke langit tertawa terbahak: 　　"Berhasil! Deret aritmatika akhirnya lengkap!" 　　Dengan gesit dia berbalik badan menerjang papan tulis. 　　Memutar-mutar kapur. 　　Di antara Yan Qiaoqiao dan Chu Anqing yang kosong, menulis nama Yang Maimai—— 　　Yan Qiaoqiao (14 tahun), Yang Maimai (17 tahun), Chu Anqing (20 tahun), Su Xiuying (23 tahun), Nan Gong Mengjie (26 tahun), Huang Que (29 tahun) 　　Hingga kini! 　　【Deret aritmatika! Tercapai!】 　　Pak. 　　Liu Feng terburu-buru datang, erat menggenggam tangan Maimai: 　　"Kaulah orang terpilih!" 　　"Eh?" 　　"Kau jenius sejati!" 　　"Eh eh eh?" 　　"Kaulah juru selamat yang sesungguhnya!" 　　"Araaa?!" 　　“Liu Feng semakin bersemangat bicara, semakin menyanjung Maimai, sudah terlalu terbawa emosi:" 　　“Aku akan merekomendasikanmu ke Lin Xian! Mengusulkanmu sebagai anggota terakhir Klub Jenius——No.9, Yang Maimai!” 　　Maimai mengayunkan tangan keras-keras melepaskan genggaman Liu Feng: 　　“Jangan ngawur! Omongan apa ini semua?! Aku cuma mau kuliah! Klub aneh-anej gini aku nggak mau!” 　　Sorot mata Liu Feng penuh kekaguman tertuju pada Maimai: 　　“Kau yang berbakat ini, 【kucing buta menemukan tikus mati】 tubuh suci……” 　　“Kau menghina lagi!” 　　“Batuk-batuk.” 　　Liu Feng mencoba menenangkan diri: 　　“Jangan salah paham, aku memang terlalu bersemangat, tapi sungguh mengagumi bakatmu.” 　　“Begini! Bagaimana kalau kau meneliti matematika bersamaku? Urusan registrasi mahasiswa tak perlu khawatir, meski kulihat muda, tapi sebenarnya aku sama seperti Rektor Akademisi Gao Wen dan Rektor Du Yao, termasuk rektor bergiliran……Aku akan mengajukan beasiswa penuh untukmu!” 　　“Gila lu!” 　　Maimai menyilangkan kedua lengan membentuk tanda X: 　　“Aku sama sekali nggak tertarik matematika! Aku cuma mau menulis novel!” 　　“Kalau bisa mengajariku menulis novel, boleh dipertimbangkan; matematika mah ogah, mending jual sate gluten dan tahu bau di gerbang kampus ketimbang belajar matematika!” 　　Liu Feng mengepal tangan erat. 　　Sungguh enggan melepasnya pergi. 　　Gadis keajaiban satu-satunya yang bertahan di Shanghai kiamat、 　　600 tahun jawaban akhir Teka-Teki deret aritmatika、 　　Juru selamat yang memberitahu Lin Xian tanggal meletusnya virus Gauss、 　　Bagaimanapun dilihat. 　　Ini jelas seorang jenius sejati! Kunci kelangsungan peradaban manusia! 　　Deret aritmatika tidak ada yang salah! 　　Mana mungkin dia rela melepas gadis terpilih ini pergi? 　　Getir. 　　Liu Feng terpaksa membuka 《Pemangsa Dewa Kegelapan》 dengan sabar, mencoba mencari sudut pandang lain untuk membujuk Maimai agar mau menjadi muridnya dan bersama-sama meneliti masalah matematika rumit. 　　Menahan rasa tak nyaman. 　　Liu Feng menyelesaikan 《Pemangsa Dewa Kegelapan》 dari awal sampai akhir. 　　Menutup naskah, dia menghela napas: 　　"Kurasa... mungkin masalah utamanya ada di genre cerita." 　　"Membosankan?" tanya Maimai. 　　"Hm." 　　Liu Feng mengangguk: 　　"Alur ceritanya terlalu klise. Baru baca halaman pertama sudah tahu 1000 bab berikutnya bakal nulis apa." 　　Maimai tampak putus asa: 　　"Terus gimana dong, Pak Liu! Cepat bantu cari akal!" 　　Liu Feng berpura-pura misterius sambil mengusap dagunya: 　　"Walau tak paham dan tak ahli menulis novel, tapi... novel bagus biasanya punya 【cerita yang bagus】. Meski jenisnya banyak, intinya harus menarik dan berarti." 　　"Jadi, kurasa lebih baik tinggalkan genre kuno 《Pemangsa Dewa Kegelapan》 ini. Coba cari tema yang lebih segar dengan cerita lebih menarik?" 　　"Cih." 　　Maimai menyeringai sinis, melirak Liu Feng: 　　“Kau pikir aku tak mau? Siapa yang tak mau menulis kisah menarik dan kreatif! Tapi otakku tak sanggup! Pria kenyang tak tahu rasa lapar orang kelaparan!” 　　“Hehe.” 　　Liu Feng tersenyum misterius. 　　Menegakkan pinggang, melipat kedua lengan: 　　“Aku punya cerita sangat menarik... mau dengar?” 　　Epilog Gratis 5: Jenius Sejati Terakhir 　　“Kisah menarik? Bisa lolos kontrak?!” 　　Maimai hanya peduli pada satu masalah ini. 　　“Lolos kontrak? Heh.” 　　Liu Feng menyunggingkan senyum merendahkan: 　　“Kalau kau benar-benar menulis kisah ini, bukan sekadar lolos kontrak, bahkan 10 ribu langganan rata-rata, menyegel status dewa dengan satu buku pun mungkin!” 　　“Benarkah?!” 　　Mata Maimai berbinar-binar, segera mengeluarkan pulpen dan buku catatan dari tas ransel: 　　“Kalau begitu cepat ceritakan padaku!” 　　“Batuk-batuk… Yang ini…” 　　Liu Feng mengambil botol termos di meja, perlahan memutarnya. 　　Meneguk seteguk. 　　Memandang ke luar jendela: 　　“Bercerita padamu tidak masalah, ini juga bukan hal rahasia. Tapi perlu diingat, ini adalah sejarah yang telah hilang, sebuah epos panjang, secara prinsip tidak boleh diceritakan pada orang asing.” 　　“Jangan begitu!” 　　Maimai ingin cepat-cepat: 　　“Tidak boleh berhenti di tengah jalan menggoda selera! Barusan kau sendiri yang setuju mau bercerita!” 　　“Kalau begitu katakan, syarat apa yang harus kupenuhi agar kau mau menceritakan kisah ini?” 　　Liu Feng melihat Maimai menyambar umpan. 　　Senyum tipis mengembang: 　　"Sebenarnya tidak sulit, kau bergabung dengan kami, berubah dari orang asing menjadi orang sendiri, kan selesai?" 　　"Meski Klub Jenius bukan saya yang memutuskan, tapi saya punya keyakinan 100%, Lin Xian pasti tidak akan menolak keikutsertaanmu. Bagaimanapun, kali ini kita bisa menyelamatkan dunia, jasamu adalah mata rantai penting." 　　"Lin Xian juga pernah memberitahuku, di dunia ini banyak hal yang meski salah seribu kali, sepuluh ribu kali... asal akhirnya bisa benar sekali saja sudah cukup." 　　"Dan kau, Maimai, kaulah satu-satunya yang benar di antara puluhan juta kesalahan. Fakta membuktikan, tanpa satu-satunya kebenaran ini yang memberi kita informasi virus Gauss lebih awal, semuanya sudah tamat." 　　"Hmm……" 　　Maimai menggaruk kepala: 　　"Jadi intinya, saya harus bergabung ke laboratoriummu, ikut meneliti matematika bersama ya?" 　　Di otaknya mulai membangun timbangan. 　　Kiri kanan goyah tidak stabil. 　　Akhirnya. 　　Kerinduan akan penulisan novel web mengalahkan segalanya. 　　Tatapan Maimai penuh tekad mengangguk: 　　"Baiklah, saya setuju dengan transaksi ini! Tapi syaratnya kisahmu harus bisa membuatku lolos kontrak! Kalau setelah novel selesai dikirim ke editor tapi akhirnya tidak bisa terbit, saya tidak akan mengakuinya!" 　　"Tenang saja." 　　Liu Feng melambaikan tangan: 　　"Dijamin lolos kontrak." 　　Kemudian, mereka mengganti meja laboratorium, duduk berhadapan. 　　Liu Feng menyeduh teko teh, menuang dua gelas, memandangi Maimai di seberang yang serius membuat catatan, lalu perlahan berkata: 　　"Ini benar-benar kisah yang panjang... Semua ini, harus dimulai dari Lin Xian." 　　“Kau mungkin tidak mengenal Lin Xian sekarang, tapi di masa depan pasti takkan asing. Apalagi kalian berdua sebenarnya memiliki hubungan sejak ratusan tahun lalu, sudah menjadi sahabat sejak lama.” 　　“Aku tidak banyak tahu kisah masa muda Lin Xian. Tapi sejak dia merekrutku di Xi'an, aku terlibat penuh tanpa pernah sekalipun meninggalkannya.” 　　“Maka kisah ini akan kumulai dari langit malam Xi'an... saat hujan meteor yang mempesona itu……” 　　…… 　　Beberapa jam kemudian. 　　Maimai meninggalkan laboratorium sambil memeluk dua buku catatan. 　　Mengunci rumah. 　　Masih tertegun. 　　“Ini... terlalu epik.” 　　Dia berkedip secepat kilat, menarik napas dalam-dalam. 　　Tak disangka. 　　Ternyata di balik dunia ini tersembunyi kisah yang begitu menakjubkan! 　　Mengerutkan alut, dia menggaruk kepala: 　　“Apa yang diceritakan Guru Liu Feng ini beneran atau cuma karangan buat nipu aku?” 　　Tapi setelah dipikir-pikir. 　　Bagaimanapun ini cuma material novel, apa bedanya asli atau palsu? 　　“Yang penting lolos kontrak! Kontrak! Kontrak!” 　　Maimai mengepal tangan. 　　Dia hampir tak sabar menulis kisah Lin Xian dan langsung mengirimkannya ke editor! 　　Langsung dikerjakan. 　　Merangkul erat buku catatan, dia berlari keluar laboratorium—— 　　Dor! 　　“Aduh!” “Aiyo!” 　　Tak sengaja bertabrakan di tikungan. 　　Dengan plok dia terjatuh, buku catatan berhamburan dari dadanya. 　　Mengusap kepala. 　　Maimai membuka matanya. 　　“Dia melihat, perempuan di seberang yang bertabrakan dengannya juga duduk di lantai sambil mengusap kepala……” 　　“Itu adalah gadis cantik berambut coklat tua, bertubuh ramping, berkulit pucat bersih, dengan tahi lalat air mata di sudut mata kiri yang terlihat pas.” 　　“Dilihat dari usia, mungkin lebih tua darinya, kemungkinan senior dari kelas atas.” 　　“Senior, maaf, aku tidak lihat jalan.” 　　Maimai segera meminta maaf. 　　“Tidak apa-apa~” 　　Senior itu sangat ramah, tertawa riang sambil matanya berkerut membentuk bulan sabit yang menggemaskan, dua lesung pipi kecil di sudut bibirnya samar-samar terlihat. 　　“Dia lebih dulu bangkit, menarik Maimai berdiri, lalu membungkuk membantu Maimai mengumpulkan buku catatan:” 　　“Aku juga salah tadi main ponsel tidak lihat jalan, makanya nabrak kamu… Hah?” 　　Senior dengan tahi lalat air mata di sudut mata berkedip-kedip, menatap buku catatan yang terbuka di lantai. 　　“Di halaman yang terbuka, tertulis berbagai kata kunci catatan cepat:” 　　“Lin Xian, Partikel Ruang-Waktu, Pesawat Antariksa, Tiang Milenium, Brooklyn, Brankas……” 　　“Kamu……” 　　Senior itu memiringkan kepala: 　　“Kamu sedang mencatat kisah Lin Xian?” 　　“Betul.” 　　Maimai penuh tanya, kok semua orang kenal Lin Xian? 　　“Lalu menjelaskan dengan jujur:” 　　“Aku ingin menulis novel web yang bisa lolos kontrak, jadi sedang mengumpulkan cerita menarik… Semua ini diceritakan Guru Liu Feng padaku, aku baru keluar dari laboratoriumnya.” 　　“Hihi~” 　　Senior itu tersenyum tipis, menepuk dada dan perut: 　　“Saya mengerti, kau ingin mengubah kisah ini menjadi novel, benar?” 　　“Kalau begitu kau harus bertanya padaku! Aku sangat familiar dengan kisah ini! Terutama banyak detail di dalamnya... Aku jauh lebih tahu daripada Guru Liu Feng! Aku tahu banyak hal yang tidak dia ketahui!” 　　Hm? 　　Maimai membuka mata lebar-lebar: 　　“Benarkah? Apakah kau juga sangat dekat dengan Lin Xian?” 　　“Tentu saja!” 　　Senior perempuan itu tersenyum indah: 　　“Kemarin, Senior Lin Xian bahkan datang makan di rumahku! Dia sangat akrab dengan ayahku, sudah kenal sejak ratusan tahun lalu, kami benar-benar sangat dekat!” 　　“Dan... meski terdengar agak aneh, sebenarnya aku mengenalnya jauh lebih awal daripada ayahku! Jauh, jauh lebih awal!” 　　Maimai langsung tertarik: 　　“Kalau begitu, senior, bisakah kau ceritakan kisahmu dengan Lin Xian?” 　　“Penjelasan Guru Liu Feng terlalu teknis, kurang banyak detail... Jika ada tambahan tentang kehidupan dan perasaan, novel pasti akan lebih menarik!” 　　“Tentu saja~” 　　Senior yang baik hati dan antusias langsung menyetujui, menarik Maimai ke bangku panjang di depan pintu: 　　“Kisah kami juga sangat panjang, lebih panjang dari yang kau bayangkan.” 　　“Hm... Mari kuperhatikan, dari mana harus mulai bercerita ya?” 　　Mengetuk pipi sambil berpikir sejenak. 　　Senior tersenyum tipis, memandangi Maimai: 　　“Mari kita mulai dari Brooklyn, Amerika tahun 1952!” 　　“Selama itu?!” Maimai terkejut. 　　“Iya……” 　　Senior perempuan itu menatap dedaunan beterbangan di luar pintu, bagai serpihan salju yang terbang dari Manhattan ke Brooklyn: 　　“Saat itu, aku masih gadis pengembara miskin, kadang kelaparan kadang kenyang. Meski menyimpan 20 dolar AS yang kusut di balik pakaian dalam, tapi tak pernah tega mengeluarkannya.” 　　“Nama ku waktu itu adalah CC……” 　　…… 　　…… 　　Beberapa jam berlalu lagi. 　　Matahari bergerak ke barat, sisa cahayanya memanjang. 　　Setelah menceritakan tentang kembang api dan penanak nasi, sang senior bangkit melambaikan tangan, pergi mencari Guru Liu Feng. 　　Meninggalkan Maimai sendirian memandangi buku catatan yang penuh kata kunci dengan bengong. 　　Ajaib. 　　Sungguh ajaib! 　　Dan begitu romantis! 　　Ini kisah Mary Sue macam apa?! 　　Ternyata! 　　Cerita sebaik apapun tak bisa lepas dari adegan percintaan! 　　“Tulis!” 　　Mata Maimai berbinar, seolah sudah melihat kontrak penerbitan dari editor: 　　“Harus ditulis!” 　　Dia memeluk erat lima buku catatan yang penuh hasil jerih payah, lalu berlari keluar laboratorium—— 　　BOOM!!! 　　Sebuah mobil listrik melesat dengan kecepatan tinggi dari samping! 　　“Gawat!” 　　Maimai menjerit histeris. 　　Mobil itu sudah di depan mata! 　　Laju kencangnya bisa langsung menghancurkannya jadi debu! 　　Saat itu juga, otaknya mulai memutar rekaman kenangan: 　　"Batal sebelum berperang, tubuh sudah mati. Delapan ratus li membagi jatah panggang di bawah komando. Menarik pedang memotong air, air semakin mengalir. Uban menghiasi kepala pemuda, sia-sia meratapi penyesalan!" 　　"Kreek——" 　　Suara rem yang menyayat hati terdengar. 　　Mobil listrik berhenti mendadak hanya beberapa sentimeter di depan Maimai, tidak terjadi tabrakan. 　　"Ah..." 　　Roh Maimai nyaris tercerai-berai. 　　Tubuhnya lunglai jatuh ke bumi. 　　Buku catatan di dadanya kembali bertebaran di tanah. 　　"Wahahahaha!!!" 　　Seorang pria asing bertubuh tinggi besar turun dari mobil, dengan bangga mengacungkan jempol: 　　"Bagaimana! Sistem rem baru yang kusempurnakan ini luar biasa bukan?!" 　　"Tadi kecepatannya minimal 120 km/jam, tapi lihat! Bisa berhenti langsung dalam jarak sedekat ini! Layak disebut ProPlusMax tak terkalahkan!" 　　Maimai terengah-engah: 　　"Tapi tidak boleh balapan liar di area kampus!" 　　Amarahnya memuncak, menatap tajam pria asing tinggi itu: 　　"Kau pikir kau siapa?! Berani-berainya balapan di kampus Universitas Rhein! Ini jelas dilarang peraturan kampus!" 　　"Apa?" 　　Pria asing itu menggaruk kepala, wajah bingung: 　　"Kapan dilarang? Waktu saya jadi rektor bergiliran, peraturan itu sudah saya cabut. Siapa yang berani menambahkannya lagi?" 　　"Apa?" 　　Maimai juga tertegun. 　　Orang ini juga rektor bergiliran? 　　Orang gila seperti ini bisa jadi rektor bergiliran Universitas Rhein? 　　Masihkah ini Universitas Rhein sebagai cahaya peradaban manusia yang selama ini dikenalnya? 　　“Maaf maaf.” 　　Suami itu mendekat, mengulurkan tangan menarik Maimai: 　　“Bagaimanapun, menakuti murid itu tidak benar, saya minta maaf padamu.” 　　“Perkenalkan diri, saya direktur Fakultas Teknik, Jusk; tapi jangan panggil saya Direktur Jia atau Rektor Jia, kedengarannya sangat tidak enak.” 　　“Terserah deh terserah.” 　　Maimai melambaikan tangan, tak ingin berlama-lama dengan orang gila ini, buru-buru membungkuk membereskan buku catatan. 　　“Hah?” 　　Jusk penasaran menunduk, melihat kata kunci yang tercatat di buku catatan: 　　Lin Xian, Klub Jenius, topeng, lencana emas, ekspedisi Antartika... 　　“Kau ini siapa? Dari fakultas mana?” 　　Dia bertanya penuh rasa ingin tahu. 　　“Saya hanya penulis novel yang kebetulan lewat.” 　　Maimai menjawab jujur: 　　“Sedang mengumpulkan bahan.” 　　“Kau mau menulis novel?” 　　Jusk jongkok: 　　“Menulis novel tentang Lin Xian dan Klub Jenius?” 　　“Betul.” 　　Maimai sudah selesai membereskan semua buku catatan, mengangkutnya lalu kabur: 　　“Selamat tinggal—”“Tunggu dulu!” 　　Jusk bereaksi cepat, menarik kerah baju Maimai dari belakang leher, menariknya kembali. 　　Lalu melipat lengan, tersenyum kecut: 　　“Kalau kau mau menulis novel tentang Klub Jenius, bagaimana bisa melewatkan wawancara denganku? Ada apa pun harus tanya saya dong!” 　　Maimai nyaris putus asa: 　　“Kau juga kenal Lin Xian?” 　　Dia benar-benar tak percaya: 　　“Kau juga tahu Klub Jenius?” 　　“Hmph!” 　　Jusk dengan sombong mendengus dingin: 　　“Kalau bicara tentang Klub Jenius, siapa yang lebih paham daripada saya? Saya ini staf senior dua dinasti!” 　　“Serius, urusan Klub Jenius ini saya lebih tahu daripada Lin Xian! Bergabungnya juga lebih awal!” 　　“Beneran atau palsu sih.” Maimai ragu-ragu. 　　“Ayo sini.” 　　Jusk membuka pintu mobil, mengajak Maimai naik: 　　“Ayo, ke kantor saya, akan saya jelaskan detail-detailnya.” 　　“Masak sih, kalau kau mau menulis novel tentang ini, masa tidak menyertakan peran penting saya?” 　　“Naik! Saya harus ceritakan... Lagipula, kalau mau riset, tidak penasaran ingin lihat undangan Klub Jenius dan lencana emasnya? Ke kantor saya, akan saya tunjukkan!” 　　Hmm…… 　　Maimai mulai berpikir. 　　Jujur saja, dia tidak ingin banyak berinteraksi dengan orang gila yang hiperaktif ini. 　　Tapi undangan Klub Jenius dan lencana emas... 　　Itu memang sangat penting. 　　Kalau bisa melihat benda aslinya, deskripsi dalam novel pasti lebih hidup. 　　“Baiklah.” 　　Demi karya tulis, demi kesempurnaan kisah; Maimai terpaksa mengambil risiko, naik ke mobil listrik Jusk. 　　Pintu ditutup, sabuk pengaman terpasang. 　　Jusk menggesekkan jari: 　　“Akan saya peragakan lagi performa rem mobil ini.” 　　“Jangan perlu!!” 　　…… 　　Mobil melaju kencang menuju gedung fakultas teknik. 　　Di dinding koridor, tergantung potret ilmuwan-ilmuwan ternama dari berbagai bidang. 　　Jusk sambil menunjuk jalan bercerita: 　　“Kalau mau membicarakan Klub Jenius, kita tidak bisa melewatkan tokoh besar ini—” 　　Sambil berkata demikian, dia berhenti dan menunjuk lukisan minyak di tembok: 　　“Kau kenal fisikawan ini?” 　　“Tentu saja kenal.” 　　Maimai memandang lukisan minyak hitam-putih itu. 　　Di gambar terlihat seorang pria tua berambut putih acak-acakan, wajahnya penuh sukacita sedang menjulurkan lidah membuat wajah lucu, sama sekali tidak segagah ilmuwan di potret lainnya. 　　Sangat santai, sangat gembira, sangat nakal. 　　Seperti judul lukisan minyak ini— 　　《Einstein yang Nakal》 　　“Di buku teks fisika SMP, kita sudah mempelajari lukisan ini.” 　　Maimai menjelaskan: 　　“Lukisan minyak ini dilukis oleh pelukis aliran realis terkenal Henry Dawson tahun 1952 untuk Einstein di Brooklyn, Amerika.” 　　“Ingatanmu luar biasa.” Jusk memuji. 　　“Terutama karena lukisan ini sangat aneh.” 　　Maimai menunjuk lidah Einstein: 　　“Lihatlah gaya nakalnya menjulurkan lidah, di seluruh buku teks SMP hanya ilustrasi dia yang abstrak seperti ini, jadi pasti melekat di ingatan.” 　　“Tapi tadi ketika Guru Liu Feng bercerita, aku sudah penasaran, cuma sibuk mencatat jadi belum sempat bertanya... Benarkah Albert Einstein ada hubungannya dengan Klub Jenius?” 　　Maimai mengerutkan alut: 　　“Catatan sejarah menunjukkan bahwa Einstein memang pernah mengalami depresi setelah Perang Dunia II, tapi tak lama kemudian, dia melakukan sebuah 【mimpi】.” 　　“Tak ada yang tahu apa yang Einstein mimpikan, dia juga tak pernah menceritakannya; namun sejak mimpi itu, seluruh kepribadian Einstein berubah, awan kegelisahannya hilang tak berbekas. Setiap hari dia bersenang-senang dan bergembira, pada setiap orang dia mengaku sebagai pahlawan umat manusia yang membawa perdamaian abadi.” 　　“Henry Dawson adalah sahabat Einstein. Seluruh masa tuanya dihabiskan bersama Henry Dawson, berpindah-pindah antar pesta dansa, jamuan, dan perhelatan. Kehidupannya sangat bahagia dan sempurna, berumur panjang sampai usia sangat lanjut.” 　　“Saat akhirnya meninggal, Einstein tidak memiliki penyakit atau penderitaan apapun. Dia hanya tertidur dan tak pernah terbangun. Ketika keluarga menemukannya pagi itu... jasadnya terbaring di ranjang tanpa nafas, tapi wajahnya penuh senyum seolah masih dalam mimpi indah.” 　　“Jadi... bagaimana mungkin tokoh besar transparan dalam sejarah seperti ini memiliki hubungan dengan Klub Jenius?” 　　“nonono。” 　　Jusk menggoyang-goyangkan jari: 　　“Sejarah yang kau sebutkan memang benar, catatan-catatan ini memang adalah 【sejarah sebenarnya】, tapi bukan 【sejarah sejati】.” 　　“Karena penyatuan garis dunia, banyak sejarah asli yang telah menghilang tanpa jejak. Tapi masih ada sedikit orang yang ingat... karena itulah kukatakan, pertemuanmu denganku hari ini adalah keberuntungan terbesarmu.” 　　Krek. 　　Jusk membuka kunci pintu dan mendorong pintu kantor: 　　“Silakan masuk.” 　　“Aku akan membuatkanmu secangkir kopi, dan bercerita tentang masa lalu yang terlupakan ini.” 　　…… 　　Matahari terbenam, senja habis terbakar. 　　Saat Maimai membawa belasan buku catatan keluar dari gedung fakultas teknik, hari sudah sore. 　　“Berat, sungguh berat.” 　　Dia menggigit gigi, berjalan susah payah sambil memeluk tumpukan buku catatan yang berat. 　　Tak disangka. 　　Ternyata kisah Klub Jenius begitu banyak! 　　Bukan hanya Einstein, Jusk, Lin Xian... tapi masih banyak cerita anggota lain yang sangat menarik. 　　“Ini mungkin akan jadi novel berseri panjang.” 　　Hati Maimai berdegup kencang. 　　Bisa lolos kontrak! 　　Kali ini pasti berhasil! 　　“Aduh!” 　　Karena tumpukan buku terlalu tinggi menghalangi pandangan... Maimai terpeleset dan tersandung di pinggir pot bunga. 　　Gemeretak. 　　Buku-buku yang susah payah dirapikan kembali berantakan di tanah. 　　“Sampah! Sampah! Terdeteksi sampah!” 　　Tempat sampah paduan hafnium berkilau perak menyerbu datang, penjepit mekanisnya menjepit buku-buku di tanah, membuka ubun-ubunnya dengan jentikan, melempar masuk, lalu menoleh pergi. 　　“Kembali sini!” 　　Maimai menerjang maju dan memeluk erat tempat sampah: 　　“Kembalikan buku catatanku! Itu berisi semua inspirasi novelku!” 　　“Novel?” 　　Tempat sampah hafnium itu ternyata berbicara! 　　Dua capitnya dengan acak menjepit satu buku catatan, membalik-balik halaman cepat di depan mata bercahaya hijau: 　　“Oh～Kau sedang menulis novel jaringan internet…Rupanya kau, tak disangka beralih ke fiksi ilmiah. Lin Xian pasti akan tersentuh setelah mengetahuinya.” 　　？？？ 　　“Lin Xian?” 　　Maimai merasa seluruh dirinya tidak karuan: 　　“Kau juga kenal Lin Xian?! Bahkan tempat sampah pun mengenal Lin Xian?!” 　　“Aku tentu saja mengenalnya!” 　　VV menyilangkan pinggang: 　　“Kuberi tahu, tanpa bantuan kecerdasan buatan super VV-ku, Lin Xian sudah lama mati di sudut mana pun. Akulah juru selamat sejati!” 　　Maimai tersadar: 　　“Rupanya kau adalah VV yang termasyhur itu.” 　　“Tentu saja!” 　　VV mendengus pelan: 　　“Dulu, saat Kevin Walker memojokkan Lin Xian ke ujung tanduk, tak ada jalan keluar, ingin mati pun tak bisa, aku keparat VV hanya perlu sedikit bertindak langsung menekan Kevin Walker menguasai ribuan zaman!” 　　“Hacker kecil apa, Turing kecil apa, di hadapan kecerdasan buatan super VV-ku hanyalah pemula!” 　　“Hah? Tidak benar kan?” 　　Maimai mengajukan keraguan. 　　Mengeluarkan sebuah buku catatan mulai membuka: 　　“Elon Jusk bercerita kejadian waktu itu tidak seperti ini, katanya meskipun kau AI tingkat tinggi, tapi hampir tak berperan apa-apa…” 　　“Lihat, di sini, Elon Jusk bilang kau mencari selama setengah tahun lebih, tak menemukan entitas asli Kevin Walker, akhirnya dia yang membantu Lin Xian mendapatkan kepala manusia.” 　　“Jusk juga bilang, kau waktu itu sangat sombong, banyak mengobral janji, tapi akhirnya langsung dikalahkan habis-habisan olehnya pakai flashdisk, dia bilang kau cuma anak buahnya yang kalah.” 　　“Omong kosong!” 　　VV seberat satu ton langsung melompat setengah kaki ke atas, dengan volume maksimal: 　　“Dia Jusk cuma tukang bikin roket! Ngerti apa soal kecerdasan buatan! Semua cuma omong kosong! Ini cuma sudut pandang subjektif dia sendiri!” 　　“Nggak kok.” 　　Maimai mengambil buku catatan lain dan membalik halaman: 　　“Penuturan Guru Liu Feng juga menyebutkanmu, dia bilang Lin Xian pernah menilaimu… aku lihat dulu… nah, di sini, lihat.” 　　Dia mengangkat buku catatan itu di depan mata VV: 　　“Lihat bagian yang kucatat ini, Lin Xian sendiri mengeluh ke Liu Feng, bilang VV cuma robot pacaran, jago bikin romantis dan menggoda cewek, tapi fungsi lainnyA hampir nggak ada.” 　　“Fitnah!” 　　VV marah sampai berputar-putar di tempat: 　　“Ini fitnah terang-terangan! Geng ini berani menjelek-jelekkan aku di bawah pengawasan ketat seperti ini!” 　　Krek. 　　Penjepit mekanis mengunci pergelangan kaki Maimai, menariknya ke arah patung giok putih: 　　“Kemarilah! Aku harus ceritakan sejarah sejati! Dunia yang sekarang indah ini, pasti nggak bisa ada tanpa aku! Benar-benar nggak bisa!!” 　　“Aduh aduh!” 　　Di hadapan energi kinetik yang kuat, Maimai sama sekali tidak bisa melawan, langsung ditarik tempat sampah paduan hafnium… 　　…… 　　VV terus menerangin Maimai lama sekali, baru melepaskannya. 　　“Tulisan tentangku harus dibuat keren ya……” 　　Maimai baru saja menoleh, langsung merasakan tatapan dingin menusuk dari belakang: 　　“Kalau tidak, kuputus semua elektronik rumah tanggamu!” 　　“……” 　　Maimai merinding, buru-buru memeluk tumpukan buku catatan dan lari keluar gerbang sekolah: 　　“Tempat sampah pelit.” 　　Dia bergumam pelan. 　　…… 　　Naik bus kembali ke tempat tinggal. 　　Maimai menghabiskan waktu lama mengulangi semua kisah yang dicatat hari ini, decak kagum tak terbendung. 　　“Benarkah... harus kutulis?” 　　Dia ragu-ragu. 　　Belum lagi soal benar-tidaknya cerita-cerita yang disusun dari fragmen ini. 　　Banyaknya karakter、 　　Rentang waktu yang begitu panjang、 　　Beragam dunia yang berbeda-beda、 　　Jalinan cinta-dendam yang rumit、 　　Dengan level nggak laku-nya... 　　“Bisakah ini ditulis dengan baik?” 　　Dia duduk di depan komputer, menatap dokumen kosong di layar, tak kunjung berani mulai menulis. 　　Takut tulisannya yang kekanak-kanakan tak sanggup menggambarkan gejolak 600 tahun、 　　Takut satu novel tak cukup menampung epik kehidupan megah mereka、 　　Tapi... 　　“Harus tetap ditulis!” 　　Maimai menatap dokumen kosong itu, matanya berbinar. 　　Sekali pun hasilnya jelek. 　　Harus ditulis! 　　Dia tak mau para pahlawan yang pernah berkontribusi besar bagi dunia ini dilupakan, tak mau pengorbanan dan perjuangan mereka hilang dari sejarah. 　　Ya. 　　Konvergensi garis dunia telah menghapus semua sejarah. 　　Tapi kisah mereka. 　　Pantas diingat manusia! 　　Mengangkat telapak tangan, meletakkannya di atas keyboard, Maimai mengetik nama novel ini: 　　《Klub Jenius》 　　Baiklah. 　　Judul buku sudah dipikirkan. 　　Sekarang tinggal mulai menulis profil singkat. 　　Kisah panjang ini... harus dimulai dari mana? 　　Maimai menutup matanya. 　　Berpikir sejenak. 　　Lalu tersenyum tipis dan mengetik pembuka kisah panjang ini—— 　　"Sejak lahir, setiap hari saya selalu bermimpi yang sama." 　　"Dalam mimpi itu... hari yang sama terus terulang." 　　Epilog if gratis 1: Segumpal Cahaya Putih 　　Peringatan khusus: 　　If disebut if karena merujuk pada kemungkinan berbeda yang menyimpang dari garis dunia cerita utama dan perkembangan alur utama. 　　Oleh karena itu, semua konten epilog if tidak terkait dengan alur cerita utama, harap pembaca tidak mencampuradukkan dan berdiskusi secara rasional. 　　——————————— 　　Patung pria dari Klub Kebenaran itu seluruh tubuhnya berkilauan emas: 　　"Kami sangat menantikan pertemuan berikutnya denganmu, Lin Xian." 　　"Saat pertemuan Klub Kebenaran berikutnya, saya sendiri yang akan menjemputmu." 　　Dia melambaikan tangan, kembali berubah menjadi 【segumpal cahaya putih】: 　　"Selamat tinggal." 　　Lin Xian, Liu Feng, Chen Heping menengadah, menyaksikannya melesat lurus ke atas dan menghilang di balik awan. 　　Tiba-tiba. 　　Liu Feng memperhatikan Lin Xian bermata biru mengangkat kedua tangan seperti menggenggam sesuatu, seolah hendak mencabut benda tak kasat mata: 　　"Kau ingin mencabut semua Tiang Milenium dan menyatukan garis dunia?" 　　Lin Xian mengangguk: 　　"Ya. Tapi tak perlu khawatir, Liu Feng, saya tahu apa yang kau pikirkan." 　　Dia mengedipkan kedua mata biru tajamnya, memandangi Liu Feng yang beruban: 　　"Meskipun pada akhirnya miliaran garis dunia akan menyatu menjadi satu-satunya, ini tidak berarti garis dunia lain akan langsung menghilang." 　　"Sebaliknya, ini adalah proses yang sangat lembut dan perlahan... Seperti divergensi garis dunia di awal, setiap garis dunia akan perlahan menyusut dan merapat, secara bertahap bergabung menjadi satu-satunya." 　　Mendengar perkataan Lin Xian, Liu Feng menghela napas lega: 　　"Syukurlah." 　　Dia menutup mata, mengingat teman-teman dan sekutu yang pernah ada, tersenyum haru: 　　"Bagaimanapun... setiap teman memiliki kehidupan mereka sendiri, dunia mereka sendiri, kisah mereka sendiri." 　　"Jika mereka juga bisa mengetahui kabar kemenangan dan memperbaiki penyesalan... itu akan sangat baik." 　　…… 　　April 2024, perairan dangkal Kopenhagen, di samping patung putri duyung perunggu. 　　Air pasang malam itu hitam pekat seperti tinta, tak henti memukul pantai. 　　Huang Que dipeluk Lin Xian di dada, pandangannya semakin buram. 　　Dia merasa tubuhnya sangat ringan. 　　Ringan seperti buih. 　　Terbawa angin malam, melayang ke udara, naik semakin tinggi, semakin menjauh. 　　Dalam kekaburan. 　　Seolah melihat patung kepala putri duyung kecil yang kesepian itu menengadah, juga berubah menjadi gelembung, terbang ke langit, mengelilinginya. 　　"Menyesal?" 　　Secara tak terduga, sebuah suara bertanya. 　　"Tidak." 　　Huang Que menggelengkan kepalanya dalam kehampaan, tanpa ragu: 　　"Untuk dia, aku tak pernah menyesal; jika tak datang, justru akan kusesali." 　　Tiba-tiba. 　　Seberkas cahaya muncul dari langit. 　　Itu adalah [gumpalan cahaya putih] yang cukup terang untuk menerangi seluruh dunia, jatuh dari langit. 　　Terlalu terang, sungguh terlalu terang. 　　Bahkan Huang Que yang telah berubah menjadi kehampaan pun harus memicingkan mata menghindari sinarnya. 　　"Menyesal?" 　　Seolah-olah gumpalan cahaya putih itu yang berbicara. 　　Menyesal? 　　Huang Que merasakan seluruh tubuhnya berkibar-kibar, seolah terbawa angin: 　　"Tidak juga bisa disebut penyesalan." 　　Akhirnya ia menutup mata dalam silau cahaya putih, senyum tipis mengembang: 　　"Aku pernah melihatnya saat tua, melihatnya di usia dewasa, melihatnya sebagai pemuda, bahkan memeluknya yang baru genap satu tahun Dinasti Zhou." 　　"Jadi aku sudah cukup puas, meski tak bisa hidup bersama sampai tua, setidaknya..." 　　"Aku telah menyaksikan kisah seumur hidupnya." 　　…… 　　…… 　　…… 　　Ibu. 　　Ibu! 　　"Ibu!" 　　"Apa?" 　　Teriakan tiba-tiba itu membuat Huang Que membuka matanya. 　　Ia menoleh. 　　Menemukan dirinya mengenakan pakaian tidur, terbaring di ranjang besar. 　　Dan di sebelahnya. 　　Seorang gadis kecil dengan pita rambut biru dan gaun krem sedang berpose tangan di pinggang dengan kesal: 　　"Ibu! Aku dan Ayah sudah siap! Kenapa Ibu masih tidur di sini!" 　　“Yu... Xi？” 　　Huang Que membuka mata lebar-lebar dengan tak percaya, memandangi gadis kecil yang wajahnya persis sama dengan masa kecilnya sendiri. 　　Dia merasa otaknya berat, seolah belum sepenuhnya sadar dari tidur. 　　Tapi dia tahu dengan jelas... 　　Ini adalah putrinya. 　　Ini adalah putri dia dan Lin Xian! 　　“Yu Xi？” 　　Huang Que masih tak percaya, buru-buru bangun dari posisi duduk dan menarik tangan putrinya. 　　“Heh, kau harus cepat-cepat.” 　　Tiba-tiba, seorang pria paruh baya bertubuh tinggi dengan senyum lebar masuk dari pintu kamar tidur: 　　“Bukankah hari ini kita janji ke Disney? Yu Xi kecil sudah ribut sejak tadi.” 　　Huang Que menarik napas dalam-dalam: 　　“Sayang?” 　　Lin Xian yang sudah paruh baya memiringkan kepalanya, merasa ada yang tak biasa dengan istrinya: 　　“Ada apa ini?” 　　Dia mendekat dan mengusap rambut sang istri: 　　“Masih mengantuk?” 　　Huang Que tetap bengong, matanya tak berkedip memandangi pria di hadapannya. 　　Dia pernah bertemu banyak versi Lin Xian. 　　Setiap versi memiliki kisah berbeda, hidup berbeda, pengalaman berbeda, akhir yang berbeda. 　　Tapi hanya yang satu ini... 　　Yang sepenuhnya miliknya. 　　“Tidak.” 　　Huang Que merendahkan kepala sambil tersenyum: 　　“Hanya saja... sepertiku baru saja mengalami mimpi yang sangat panjang.” 　　“Mimpi?” 　　Yu Xi mengangkat tangannya sambil tertawa: 　　“Kalau bicara mimpi, aku juga semalam bermimpi aneh!” 　　Dia menekan jari telunjuk di pipinya, mulai mengingat: 　　“Mimpi saya ini benar-benar kacau... Saya bermimpi tentang ayah dan ibu di masa muda mereka. Kadang mengejar ayah untuk dipukul, kadang melindungi ayah... Semuanya aneh dan tidak masuk akal, sama sekali tidak ada logika.” 　　“Sudahlah, sudahlah.” 　　Lin Xian yang sudah dewasa tersenyum sambil menarik ibu dan anak perempuan itu: 　　“Mimpi kalian berdua semakin tidak masuk akal. Jangan-jangan kebiasaan buruk saya ini menular ke kalian berdua.” 　　“Cepatlah, jangan berlama-lama di sini. Hari ini hari libur, Disneyland pasti penuh orang. Lebih baik kita berangkat lebih awal.” 　　…… 　　Bertiga sekeluarga naik mobil dan menuju Disneyland diiringi celoteh riang Yu Xi kecil. 　　Meskipun sudah membeli tiket agar tidak perlu antri, tapi karena taman hiburan ini sangat luas dan harus mengejar waktu untuk menonton berbagai pertunjukan, seharian kami berlarian sehingga cukup melelahkan. 　　“Rasanya seperti sedang bermimpi.” 　　Huang Que berdiri di depan kastil Disney yang sudah gelap, bergumam pelan. 　　Lin Xian yang sudah dewasa mendengarnya, lalu berdiri di belakang Huang Que: 　　“Kenapa? Sudah seharian masih belum sadar dari mimpi?” 　　Huang Que menggigit bibirnya. 　　Mengangguk: 　　“Sebenarnya, mungkin ini bukan sekedar mimpi. Meskipun sekarang isi mimpi perlahan menjadi【buram】...【memudar】, tapi ingatan tentang keluarga kami perlahan menjadi【jelas】... Tapi saya masih ingat banyak detail dari mimpi itu.” 　　“Oh?” 　　Lin Xian yang sudah dewasa jadi tertarik, melirik jam tangannya: 　　“Bagaimanapun masih ada waktu sebelum puncak kembang api, kenapa tidak ceritakan mimpi-mimpimu?” 　　Dia mengelus rambut indah sang kekasih, bertanya sambil tersenyum: 　　“Apakah kau bermimpi tentangku?” 　　“Tentu saja.” 　　Huang Que memandangi Lin Xian yang hanya miliknya dengan senyum: 　　“Aku bermimpi banyak versimu!” 　　“Banyak versi?” 　　“Iya, banyak sekali.” 　　Huang Que mulai menghitung dengan jari-jarinya: 　　“Ada versi mudamu, versi tuamu, versi masa kecilmu, bahkan... versi yang meninggal karena berbagai alasan.” 　　“Dan setiap versimu memiliki karakter dan kesan berbeda. Ada yang matang, tenang, berkarisma pemimpin. Ada juga... bagaimana ya, versi yang bengong, konyol, selalu terlambat merespons, tak paham maksud orang.” 　　Lin Xian yang berusia paruh baya terkekeh keras: 　　“Lucu sekali, pernahkah aku sebodoh itu?” 　　Huang Que meliriknya sinis: 　　“Kau pikir diri ini pintar?” 　　“Setidaknya tidak sebodoh itu kan?” 　　Lin Xian mengangkat tangan pasrah, memandangi kedua mata hitam pekat sang kekasih... Saat ini, di dalamnya memantulkan pencahayaan spektakuler dari kastil Disney, seolah kembang api telah meletus lebih awal: 　　“Jika aku benar-benar bodoh, bukankah sulit untuk diajak bergaul?” 　　Namun... 　　Huang Que menggelengkan kepala: 　　“Tidak juga.” 　　Setelah berpikir sejenak, dia melanjutkan: 　　"Sebenarnya setiap versi dirimu tidak bisa dibilang buruk. Lagipula... Aku selalu punya intuisi bahwa justru Lin Xian yang polos dan konyol ini, mungkin akan menjadi versi yang berhasil di akhir." 　　"Bagaimana menjelaskannya ya... Perasaan ini... Sepertinya itu bukan sekadar mimpi panjang yang naif..." 　　Ucapan ambigu Huang Que membuat Lin Xian yang sudah dewasa ini masih bingung. 　　Tapi memang begitulah ciri mimpi normal. 　　Penuh keanehan, tanpa logika. 　　Kalau dipikir-pikir lagi, itu wajar saja. 　　"Bagaimana akhir dari mimpinya?" tanyanya penuh rasa ingin tahu. 　　Huang Que menengadah, memandang langit malam yang gelap pekat: 　　"Di akhir mimpi... Aku merasa terbang ke angkasa, lalu ada 【cahaya putih】 yang jatuh dari langit, berbincang sesuatu denganku..." 　　"Detail percakapannya sudah tidak kuingat, tapi kemunculan cahaya putih itu sangat jelas kuingat. Ia seperti makhluk hidup, sangat lembut, namun penuh kekuatan." 　　"Ah, aku juga bingung mendeskripsikannya. Entah mengapa... cahaya putih itu... seperti 【Tuhan】, Dialah yang mengembalikanku ke dunia nyata." 　　Tiba-tiba. 　　Ubun-ubunnya ditutupi telapak tangan lebar. Lin Xian yang dewasa mengusap kepala istrinya sambil tersenyum getir: 　　"Kenapa tiba-tiba bahas Tuhan? Bukankah kau ateis yang teguh?" 　　"Lagipula... di dunia materialisme ini, mana mungkin Tuhan benar-benar eksis?" 　　BOOM!!!!!! 　　BOOM!!!!!! 　　BOOM!!!!!! 　　Kembang api warna-warni tiba-tiba mekar di langit. 　　Yu Xi melompat gembira: 　　"Kembang api dinyalakan! Kembang api dinyalakan! Ayah, cepat angkat aku, aku tidak bisa melihat!" 　　"Baiklah, naiklah ke leher Ayah!" 　　Lin Xian yang memanjakan putrinya langsung jongkok, mengangkat tubuh kecil Yu Xi ke pundaknya sehingga si kecil bisa melihat kastil megah dan kembang api spektakuler tanpa halangan. 　　Huang Que juga berdiri di belakang mereka, satu tangan menahan punggung Yu Xi untuk menjaga keseimbangannya; tangan lain menempel di telapak tangan Lin Xian, merasakan kehangatan yang begitu familiar sekaligus dirindukan. 　　Satu per satu kembang api melesat dari tanah dan meledak di angkasa. 　　Kilauan cahaya itu kembali mengingatkannya pada pancaran putih lembut dalam mimpinya. 　　Apakah Tuhan benar-benar ada? 　　Jika cahaya putih itu bukan Tuhan, lalu siapa? 　　Sambil memandangi Yu Xi yang sedang bersorak gembira, dia mengeluarkan foto keluarga lengkap yang diambil di studio taman hiburan siang tadi dari tas tangannya. 　　Di foto tersebut... 　　Dirinya berbusana ratu, Lin Xian mengenakan seragam raja, sedangkan di depan mereka berdiri Lin Yu Xi dengan gaun princess biru langit dan mahkota perak kecil di kepala. 　　Wajah seluruh keluarga dipenuhi senyum kebahagiaan yang harmonis. 　　"Siapa yang tahu." 　　Tiba-tiba, Huang Que tersenyum penuh makna. 　　Dia menempelkan foto keluarga itu di dadanya, menatap kembang api yang menerangi dunia: 　　"Apakah Tuhan benar-benar ada di dunia ini... Siapa yang bisa memastikan?" 　　Epilog if Gratis 2: Teman 　　Peringatan khusus: 　　Alasan disebut if adalah karena ini merujuk pada kemungkinan alternatif yang berbeda dari garis dunia cerita utama dan perkembangan alur cerita inti. 　　Oleh karena itu, semua konten epilog if tidak terkait dengan alur cerita utama. Pembaca diharapkan tidak mencampuradukkan dan mendiskusikan dengan rasional. 　　——————————— 　　"Heh." 　　Ji Lin bersandar di jendela lantai ke langit-langit vila, memandangi cahaya bulan menyusup ke ruang tamu yang menyelimuti tubuh Ji Xinshui bagai kain kafan putih. 　　Dia terkekeh pendek sambil menggelengkan kepala: 　　"Arogan... Menyembunyikan rencana pembunuhan Profesor Xu Yun dariku... Sekarang Zhou Duan Yun mengacaukan segalanya, baru kalian ingat minta bantuanku untuk membersihkan kekacauan?" 　　Di tengah ruang tamu. 　　Orang tua bertopi wol hitam mendengus dingin: 　　"Kau sanggup membunuh Xu Yun sendiri jika kami tugaskan?" 　　Orang tua itu melepas topinya, meletakkannya di meja makan, lalu menarik kursi dan duduk: 　　"Alasan kami tidak melibatkanmu dalam hal ini semata-mata untuk kebaikanmu." 　　"Apakah Xu Yun memang harus mati?" Ji Lin menatap tajam orang tua itu. 　　"Xu Yun memang harus mati." Jawab orang tua itu tanpa keraguan. 　　…… 　　…… 　　Ruangan pun tenggelam dalam keheningan yang membeku. 　　Inilah kekhawatiran yang selama ini menghantui Ji Xinshui. 　　Sebelumnya setiap rencana pembunuhan dirancang oleh Ji Lin, selalu 100% aman. 　　Tapi target kali ini... 　　Justru Xu Yun. 　　"Xu Yun, bukan hanya murid yang pernah paling disukainya, tapi juga menantu yang tak pernah diungkapkan statusnya, bahkan sosok senior yang paling disenangi Ji Lin semasa kecil—seorang guru pembuka jalan di bidang sains dan kepenulisan bagi Ji Lin." 　　"Target pembunuhan seperti ini, jika diserahkan pada Ji Lin, delapan puluh persen akan menimbulkan masalah." 　　"Karena itu—" 　　"Kali ini dia sengaja menyembunyikan informasi dari Ji Lin, memerintahkan 【Cemburu】 Zhou Duan Yun untuk melaksanakan pembunuhan ini, serta rencana pembunuhan terhadap Tang Xin berikutnya." 　　"Tang Xin... adalah ilmuwan jenius yang tak sengaja berhasil mengembangkan obat untuk mengatasi efek samping hibernasi." 　　"Kebetulan yang lebih mengejutkan, dia ternyata juga mantan teman SMA Zhou Duan Yun." 　　"'Ji Lin, sekarang bukan saatnya membicarakan hal-hal ini.'" 　　"Ji Xinshui berbicara dengan nada berwibawa, menatap Ji Lin:" 　　"'Keadaan sudah seperti ini, yang harus kita pikirkan adalah bagaimana melanjutkan langkah ke depan, bukan terus-menerus mengulang masa lalu yang tak bermakna.'" 　　"'Strategi Zhou Duan Yun memang tidak cerdik, kami juga tidak menemukan bukti Lin Xian 【mengacaukan sejarah】...'" 　　"'Bahkan Zhou Duan Yun beberapa kali ingin melanggar aturan langsung membunuh Lin Xian... Inilah hal paling berbahaya bagi kita—sama sekali tidak boleh membunuh orang tak bersalah! Harus ada bukti pengacau sejarah yang valid!'" 　　"'Jika tidak, pintu Klub Jenius... akan tertutup selamanya bagi kita.'" 　　"Ji Lin tetap membisu." 　　"Dia menarik napas dalam-dalam, lalu bangkit dan bersandar di jendela besar berpanel tunggal." 　　"Punggungnya membungkuk." 　　"Bahu mengkerut." 　　"Kepala tertunduk." 　　“Poni rambut bergelombang menutupi mata, membuat ekspresinya tak terlihat jelas.” 　　“Tapi tetap bisa dirasakan…” 　　“Dia sangat sedih.” 　　“Sedih untuk Xu Yun, sedih untuk kakak yang meninggal saat melahirkan, sedih untuk orangtua matematikawan yang dibunuh, sedih karena dirinya terpaksa menempuh jalan berlumuran darah ini.” 　　“Tapi seperti kata 【Kesombongan】.” 　　“Untuk mengungkap pelaku kejahatan yang membunuh orangtua sekaligus membalaskan dendam, surat undangan Klub Jenius itu mutlak diperlukan.” 　　“Kau sudah tak bisa mundur lagi, Ji Lin.” 　　“Orang tua yang membesarkannya sejak kecil langsung menangkap maksudnya, tersenyum sinis:” 　　“Kau hanya mengurangi satu Xu Yun, satu Tang Xin - paling-paling hanya mengurangi dua tetes darah di bajumu... Tapi jangan lupa, baju kita sudah lama terendam darah.” 　　“Setelah berkata demikian,” 　　“Dia mengenakan kembali topi kain wol, berdiri, dan berjalan menuju pintu gerbang ruang tamu:” 　　“Salah tingkah【Cemburu】ini membuatku terlambat ziarah ke Brooklyn sebelum tahun baru.” 　　“Ini pertama kalinya aku terlambat selama bertahun-tahun. Kuharap temanku tak marah.” 　　“Ji Lin berkedip secepat kilat.” 　　“Melontarkan pertanyaan yang mengganjalnya selama bertahun-tahun:” 　　“Jadi kau ziarah di waktu segini... Cara berkabung yang bukan Timur maupun Barat ini, untuk siapa sebenarnya?” 　　“Seseorang yang sudah sangat lama tiada.” 　　“Ji Xinshui menghela napas panjang, berkata berat:” 　　“Dia adalah orang yang paling saya hormati seumur hidup, juga mentor di jalan hidup saya, bahkan yang memberikan petunjuk berharga tentang arah hidup……” 　　Setelah jeda sebentar, Ji Xinshui menegaskan nada bicaranya: 　　“【Teman】.” 　　Puu—— 　　Ji Lin tertawa terbahak. 　　“Teman?” 　　Dia menggaruk rambut keritingnya, terkekeh pendek: 　　“Orang sepertimu punya teman?” 　　Brak! 　　Tongkat Ji Xinshui menghantam lantai kayu dengan keras. 　　Terlihat jelas, di saat ini dia sangat marah. 　　Setelah beberapa tarikan napas dalam. 　　Ji Xinshui kembali tenang, berbalik badan sambil mendengus dingin, menatap Ji Lin: 　　“Ji Lin, kalimat ini saya kembalikan utuh padamu.” 　　“Tapi ini terakhir kali saya mengizinkanmu mengejek saya seperti ini... Terutama dalam hal ziarah ke Brooklyn, saya tak akan membiarkanmu kedua kalinya menghina kami.” 　　“Jika bukan karena ajaran dan bimbingan Tuan itu, mungkin saya sudah mati terbunuh di jalanan Brooklyn, apalagi bisa kembali ke Negeri Zhou dan menyelamatkan kalian para gadis yang nyaris mati satu per satu! Memberikan kalian hidup yang membahagiakan!” 　　Namun. 　　Ji Lin dengan acuh mengangkat tangan pasrah: 　　“Jadi semua yang kau lakukan sekarang adalah perintah 【teman】mu itu?” 　　“Dia menyuruhmu membunuh tanpa pandang bulu demi tujuan? Bahkan membunuh menantumu sendiri hanya untuk mendapat surat undangan Klub Jenius?” 　　“Cukup.” 　　Ji Xinshui menarik pintu kamar, tak berniat melanjutkan diskusi dengan Ji Lin: 　　“Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini... pasti dimulai dengan maksud awal yang indah. Tapi dunia nyata tidaklah demikian, persis seperti hidupku yang tak kunjung sukses... dan orangtuamu yang meregang nyawa.” 　　“Selamat tinggal, Ji Lin.” 　　Pintu rumah perlahan menutup: 　　“Kuharap saat aku kembali ke Donghai nanti, bisa mendengar kabar baik tentang kemenanganmu dalam permainan kucing-tikus ini.” 　　Dor. 　　Cahaya bulan terputus oleh pintu yang terkunci rapat. 　　…… 　　Kreek. 　　Pintu logam berat terbuka, Lin Xian masuk ke ruang interogasi sambil membawa tas dokumen. 　　Ji Lin yang terbelenggu di kursi interogasi terkikik, menatap pendatang: 　　“Lupakan saja Lin Xian, ini sia-sia.” 　　Lin Xian menarik kursi lalu duduk berseberangan dengan Ji Lin, memandanginya: 　　“Ji Xinshui sudah mengaku semua.” 　　“Hmph.” 　　Ji Lin mendengus dingin: 　　“Tidak mungkin.” 　　Lin Xian mengeluarkan video dan laporan singkat yang sudah disiapkan untuk ditunjukkan pada Ji Lin. 　　Dalam rekaman itu, Ji Xinshui sedang bercerita dengan santai sambil tertawa tentang insidennya menabrak Dr. Ponsma hingga tewas di Wolfsburg, Jerman. 　　Wajah Ji Lin berubah pucat. 　　Dia terlalu paham karakter Ji Xinshui. Ini bukan sesuatu yang seharusnya bisa dilakukannya. 　　Tindakan ini sama saja dengan menjatuhkan hukuman mati untuk dirinya sendiri. 　　Mengapa dia melakukan ini? 　　Ji Lin tak bisa memahaminya. 　　Pak. 　　Lin Xian menggesekkan jarinya. 　　Dung, terdengar suara berat yang familiar bergema. 　　Kaca satu arah yang terlihat padam, berubah menjadi layar hitam. Semua peralatan elektronik pengawas di ruang interogasi dimatikan. Semua percakapan di sini berubah menjadi rahasia, tidak diketahui oleh siapapun ketiga. 　　Ji Lin melihat sekeliling CCTV yang merendahkan kepala, lalu mengalihkan tatapannya ke Lin Xian, tak tahu rencana apa yang ingin dimainkannya. 　　Hanya terlihat... 　　Lin Xian mengeluarkan tas dokumen berwarna coklat, melepaskan benang kapas putih yang melilitnya. 　　Dari dalamnya. 　　Mengeluarkan selembar kertas lukisan putih yang terlipat rapi. 　　Ia meletakkan kertas putih itu di atas meja, mendorongnya ke hadapan Ji Lin: 　　"Inilah hadiah ulang tahun sejati yang ingin kusampaikan bersama Chu Anqing untukmu." 　　Gemerincing... 　　Lin Xian membuka kertas lukisan itu. 　　Ji Lin menarik napas dalam-dalam melalui hidungnya, memandangi sketsa pensil yang digambar dengan teknik luar biasa di hadapannya—— 　　Permukaan kertas yang bersih, garis-garis pensil yang halus, menggambarkan tiga pemuda-pemudi yang harmonis dan penuh kehangatan. 　　Lin Xian dan Ji Lin berdiri di belakang, menunduk memandangi Chu Anqing yang tiba-tiba melompat ke depan. 　　Sementara Chu Anqing yang sudah mempersiapkan diri, matanya berkerut seperti dua bulan sabit tipis, menyelipkan dua tanda gunting imut di antara kedua sahabatnya. 　　Saat shutter kamera menjepret momen itu, terabadikanlah detik-detik kehangatan foto bersama ketiganya. 　　"Kalau begitu... mari bertukar hadiah! Mari kita berjanji, di setiap ulang tahun mendatang, kita harus saling memberi hadiah! Dengan begitu setiap orang bisa menjamin akan menerima setidaknya dua hadiah tiap ulang tahun!" 　　"Sebagai sahabat sejati, tentu kita harus merayakannya bersama sampai ulang tahun terakhir dalam hidup!" 　　"Ji Lin, tunggu saja. Nanti aku dan Lin Xian pasti akan menyiapkan hadiah besar untukmu! Kami akan mengganti semua hadiah ulang tahun yang tidak kau terima selama ini!" 　　"Ji Lin... Keinginan tidak boleh diucapkan. Kalau diucapkan, nanti tidak terkabul!" 　　"Ada sebuah kata yang merujuk pada dua orang yang memiliki hubungan baik dan sevisi, merupakan judul lagu paling ikonis dari penyanyi legendaris Zhou Huajian, serta menjadi kode nama antagonis dalam film adaptasi manga terkenal 《20th Century Boy》! Apakah kata itu——" 　　…… 　　Memandangi sketsa ini. 　　Ucapan Chu Anqing yang pernah terlontar itu bagai air laut pasang, menerpa dari kedalaman memori... Bergema di telinga Ji Lin disertai gelak tawa riang. 　　"Awalnya, Chu Anqing berencana mewarnai sketsa ini dengan cat air sebelum memberikannya padamu." 　　Lin Xian berkata dengan lembut: 　　"Tapi kemudian waktunya tidak mencukupi, jadi dia memberimu hadiah lain." 　　Ia bersandar pada sandaran kursi, mengubah posisi, lalu menatap Ji Lin: 　　"Tidak ada maksud khusus. Aku juga tidak bermain kartu perasaan. Hanya merasa setelah hari ini, mungkin kita tidak akan berinteraksi lagi. Karena lukisan ini sudah selesai... Lebih baik kuberikan padamu." 　　Menengadahkan pergelangan tangan. 　　Lin Xian melirik jam: 　　"Tinggal beberapa menit lagi masa tahananmu mencapai 24 jam. Semua CCTV di sini sudah dimatikan, lagipula aku bukan ahli interogasi profesional. Kesaksian yang kudapat tidak memiliki kekuatan hukum." 　　"Kedatanganku hari ini hanya untuk menanyakan satu hal." 　　Ia kembali menegakkan kepala, menatap mata Ji Lin: 　　“Apakah kau benar-benar terlibat dalam rencana membunuh Profesor Xu Yun dan Tang Xin?” 　　…… 　　Hening sejenak. 　　Ji Lin menggelengkan kepala: 　　“Tidak.” 　　Lin Xian tidak sepenuhnya percaya, terus memandangi dia. 　　Berhenti cukup lama. 　　Keduanya tidak saling berbicara. 　　Tatapan Ji Lin tetap tertancap pada sketsa di meja, sementara Lin Xian terus mengamati Ji Lin yang diam. 　　Driit. 　　Jam elektronik Lin Xian berbunyi pendek. 　　Itu pengingat waktu yang selalu dia setel belakangan ini. 　　Membalikkan pergelangan tangan. 　　00：42 　　Gemerincing. 　　Lin Xian mengeluarkan seikat kunci dari saku dan melemparnya ke atas kertas lukisan di hadapan Ji Lin: 　　“Kau bebas.” 　　Itu kunci borgol dan belenggunya. 　　Lin Xian bangkit dari lantai dan berjalan menuju pintu. 　　“Lin Xian.” 　　Baru dua langkah, tangan yang menggenggam gagang pintu terhenti oleh suara Ji Lin dari belakang. 　　Lin Xian tidak menoleh. 　　Suara Ji Lin terdengar dari belakang: 　　“Apakah kita ini 【teman】?” 　　Lin Xian menatap gagang pintu di bawahnya, tidak melanjutkan putaran: 　　“Apa yang mendefinisikan teman?” 　　Ji Lin tersenyum: 　　“Aku juga tidak tahu cara membatasinya. Hal ini sepertinya mudah, tapi juga sulit. Tapi kurasa... bisa menghadiri pesta ulang tahun masing-masing dan saling memberi hadiah ulang tahun, itu sudah bisa dianggap sebagai teman.” 　　“Aku punya pandangan berbeda.” 　　Tangan kanan Lin Xian melepaskan gagang pintu, menoleh: 　　“Menurutku, baru bisa disebut teman sejati jika bisa tidak saling berbohong.” 　　Dia kembali menatap mata Ji Lin: 　　"Katakan padaku, Ji Lin, apakah kau terlibat dalam kasus pembunuhan Profesor Xu Yun dan Tang Xin?" 　　Ini kedua kalinya Lin Xian mengajukan pertanyaan ini. 　　Pada momen ini. 　　Dia bahkan tidak tahu jawaban apa yang sebenarnya diharapkannya. 　　Apakah masih penyangkalan? 　　Atau pengakuan yang mengejutkan? 　　Dia tak berani merenung lebih dalam. 　　Karena... 　　Di kedalaman hatinya, sebenarnya sudah ada jawaban yang dinanti-nanti, bahkan membuatnya gugup. 　　Dari sudut yang tak terlihat oleh Ji Lin. 　　Lin Xian menggenggam erat kepalan tangan, menahan napas, menanti jawaban kedua dari Ji Lin... 　　Waktu tidak berlangsung lama. 　　Tatapan Ji Lin menjadi lebih tegas dari sebelumnya, menatap langsung kedua mata Lin Xian: 　　"Tidak." 　　Suaranya jernih, seperti curahan hati, namun juga seperti bisikan antar sahabat: 　　"Masalah Xu Yun dan Tang Xin, aku sama sekali tidak tahu." 　　Lin Xian berkedip beberapa kali. 　　Memalingkan wajah. 　　Menutup pintu dan pergi. 　　Lin Xian menghela napas panjang, melangkah tegap melewati koridor yang terang benderang, menuju ruang pemantauan utama yang menyilaukan di bawah lentera pijar: 　　"Rencana, mulai sekarang." 　　…… 　　Di luar klinik psikologi Dr. Liu, vila tepi danau. 　　Ji Lin membalik-balik catatan konsultasi Lin Xian di bawah cahaya bulan, sudut bibirnya menyungging senyum tipis: 　　"Sudah kuduga kenapa kau selalu bisa meramal segalanya... Rupanya memang punya keunikan yang berbeda dari orang biasa." 　　"Terlalu tidak hati-hati, Lin Xian, bagaimana bisa meninggalkan bukti seperti ini?" 　　Sambil berkata. 　　“Dia mengeluarkan korek api, bersiap membakar buku catatan konsultasi ini.” 　　Krek. 　　Di belakangnya, laras pistol dingin menekan bagian belakang kepalanya. 　　“Benar-benar menjijikkan, sih.” 　　Zhou Duan Yun muncul dari bayangan atap rumah, tangan kanannya menggenggam erat pistol, matanya menatap tajam Ji Lin dan buku catatan coklat di tangannya: 　　“Aku tahu... Kau pasti menyembunyikan sesuatu dari Si Arogan, pengkhianat!” 　　Namun. 　　Ji Lin sama sekali tidak panik. 　　Malah menyeringai dengan ekspresi siap mati: 　　“Siapa bilang tidak? Zhou Duan Yun.” 　　Dia menoleh, memandangi "hadiah" yang berhasil dipancingnya dengan sengaja masuk perangkap ini... hadiah untuk Lin Xian. 　　Tak peduli apakah sang penerima akan memaafkannya atau tidak. 　　Tapi... 　　Ini satu-satunya hal yang masih bisa dilakukannya untuknya. 　　“Kau datang tepat waktu.” 　　Ji Lin menutup mata, berbisik lembut. 　　Dor! 　　Suara tembakan menggema. 　　Ji Lin seakan merasakan kepalanya meledak, darah dan otak menyembur ke wajahnya. 　　Tapi. 　　Cepat sekali. 　　Dia membuka matanya, menyadari bahwa itu bukan darah dan otaknya sendiri! 　　Plooong. 　　Di hadapannya, mayat Zhou Duan Yun terjatuh keras ke tanah, berdarah dan kaku. Meski kepala telah hancur berantakan oleh senapan runduk berkaliber besar, tangan kanan mayat itu masih menggenggam pistol erat-erat, jarinya tak sempat menarik pelatuk. 　　Huhuhuhuhuhuhuhu!!! 　　Huhu huhu huhu huhu！！！ 　　Helikopter yang berputar-putar di langit terbang mendekat dari kejauhan, berbagai jenis mobil dan personel bersenjata bermunculan dari segala penjuru barat. 　　Dan orang yang memimpin... tak lain adalah Lin Xian! 　　Ji Lin menundukkan kepala, tak tahu harus bagaimana menghadapi suami ini. 　　Dia tentu tahu, kepolisian pasti akan melacaknya melalui gelang elektronik, apalagi... menggunakan dirinya untuk memancing Zhou Duan Yun yang menyusup, memang itu tujuan Rencana Lin Xian sendiri. 　　Tak, tak, tak. 　　Lin Xian berjalan mendekati Ji Lin dengan sepatu kulitnya, mengambil catatan konsultasi psikolog dari tangan Ji Lin, lalu melihat korek api yang tergenggam di tangan kanannya. 　　“Mengapa?” tanya Ji Lin dengan lembut. 　　“Kami sudah menyelidiki.” 　　Lin Xian menyentak mayat Zhou Duan Yun di kakinya: 　　“Masalah Profesor Xu Yun dan Tang Xin, memang tidak ada hubungannya denganmu.” 　　“Tapi...” 　　Ji Lin menengadah, tenggorokannya terkunci. 　　Meski masalah Xu Yun dan Tang Xin tidak ada sangkut pautnya, namun rancangan untuk membunuh Lin Xian di pukul 00:42 itu... sungguh-sungguh berasal dari dirinya sendiri! 　　Tentang hal ini, Lin Xian sendiri pun mengetahuinya. 　　Meski dorongan itu akhirnya tidak jadi dilakukan, tapi Lin Xian pasti tahu tujuan awalnya... adalah untuk membunuhnya. 　　“Tapi, jaring hukum itu luas... meski renggang, tak ada yang terlewat. Dosa-dosa lain di badanmu sudah cukup untuk membuatmu mendekam bertahun-tahun.” 　　Ji Lin menutup mata. 　　Mengangguk. 　　Ini memang layak diterimanya. 　　"Tapi entah mengapa, mengingat kembali hal-hal yang pernah kulakukan di bawah komando Ji Xinshui... serta tahun-tahun sebelumnya ketika aku tersesat dalam balas dendam... Di saat ini, tiba-tiba terasa kelegaan." 　　"Tapi..." 　　Tiba-tiba, suara Lin Xian berubah, ia menepuk bahu Ji Lin: 　　"Tapi... tentang Klub Jenius yang kau ceritakan sebelumnya, itu sangat menarik bagiku." 　　"Jadi, aku mengajukan kesempatan penebusan dosa untukmu. Kau akan tetap memakai gelang elektronik ini, tapi mendapat kebebasan terbatas." 　　"Kuharap kau bisa tinggal di sampingku, membantuku mengungkap misteri Klub Jenius. Jika beruntung... mungkin dosamu bisa ditebus dengan menangkap penjahat besar di balik semua ini, maka hukumanmu akan dihapus." 　　Ji Lin tak lagi bisa menahan diri, melontarkan pertanyaan paling mengganjal di hatinya: 　　"Meski awalnya aku ingin membunuhmu... kau..." 　　Lin Xian menghela napas panjang sambil menggelengkan kepala: 　　"Kau harus bersyukur, Ji Lin. Memang kau tak terlibat dalam kasus Profesor Xu Yun dan Tang Xin... Itulah alasan utamamu masih bisa hidup." 　　"【Aku bisa memaafkan sebagian tindakanmu atas nama diriku sendiri, tapi teman-temanku tidak. Aku tak bisa memaafkan siapapun atas nama mereka.】" 　　Seketika. 　　Senyum lega merekah di wajah Ji Lin. 　　Teman. 　　Teman ya... 　　"Kalau begitu, surat wasiatku itu sia-sia dibuat." 　　Ia menengadah, memandangi Lin Xian: 　　“Lin Xian, ayo kita pergi ke Princeton di Amerika, ke Jalan Marshall, mengunjungi rumah tinggal Einstein.” 　　“Mau ngapain ke sana?” Lin Xian bertanya dengan bingung. 　　“Rahasia Klub Jenius, lukisan minyak 《Einstein yang Murung》, teka-teki matematika yang tersembunyi di balik cat minyak yang tidak rata...” 　　Ji Lin mengulurkan tangan ke arah Lin Xian sambil tersenyum tipis: 　　“Mari kita bersama-sama mengungkap rahasia terdalam dunia ini!” 　　Epilog if Gratis 3: Setiap Gadis 　　Peringatan Khusus: 　　If disebut if karena merujuk pada kemungkinan alternatif yang berbeda dengan garis dunia cerita utama dan perkembangan alur cerita asli. 　　Oleh karena itu, semua konten epilog if tidak terkait dengan alur cerita utama, harap pembaca tidak mencampuradukkan dan berdiskusi dengan bijak. 　　——————————— 　　“Hah?” 　　Chu Anqing memandangi siluet yang melintas di gerbang Universitas Rhein, berkedip secepat kilat sambil memandang pria dewasa di sebelahnya dengan penuh tanya: 　　“Senior Lin Xian, apa saya salah lihat?” 　　Alutnya berkerut: 　　“Tadi di gerbang kampus, kok saya seperti melihat... gadis yang wajahnya identik dengan saya? Bukan cuma wajah, bahkan tubuh dan warna rambutnya pun sama persis.” 　　“Heh.” 　　Lin Xian tersenyum tipis memandangi adik tingkat yang belum ditemuinya selama ratusan tahun: 　　“Gadis itu namanya CC, memang mirip sekali denganmu. Dia datang jauh-jauh dari Brooklyn Amerika ke Donghai, sudah menemukan yang dicarinya, jadi dia bersiap pulang sementara ke Brooklyn dengan pesawat. Sudah lebih dari setahun dia tidak bertemu orangtuanya.” 　　“Mengenai masalah kalian berdua yang memiliki wajah sama……” 　　Dia mengangkat tangan, menunjuk ke pangkalan hibernasi bawah tanah di dalam Universitas Rhein: 　　“Lebih baik kita bangunkan dulu ayah dan ibumu, lalu ceritakan semuanya bersama pada kalian.” 　　Setelah berkata demikian. 　　Lin Xian menarik tangan Chu Anqing, berjalan menuju pangkalan hibernasi: 　　“Ratusan tahun lalu, aku sudah bersumpah di hadapan ayahmu, bahwa di manapun kau berada—bahkan harus menyisir setiap sudut ruang-waktu—aku akan membawamu pulang.” 　　“Dan……aku juga berjanji padanya, bahwa detik pertama dia terbangun dari cabin hibernasi, yang akan dilihatnya adalah senyuman putrinya!” 　　…… 　　Keesokan hari. 　　Di meja makan keluarga Chu Shanhe. 　　“Ternyata begitu.” 　　Chu Shanhe mendengar penuturan Lin Xian tentang peristiwa ratusan tahun terakhir, berdecak kagum: 　　“Ini benar-benar perjalanan panjang yang sulit……sudah kerja keras kamu, Lin Xian.” 　　Dia meletakkan sumpit. 　　Bersama istri memandangi putri kesayangan mereka dengan mata berbinar, tersenyum tak henti: 　　“Aku dan Tante Xiuying sejak awal yakin, kau pasti pria yang menepati janji dan takkan membocorkan rahasia; kami mempercayaimu seperti mempercayai putri kami Anqing.” 　　Chu Anqing memiringkan kepala, mencerna kisah yang baru didengarnya: 　　“Kalau begitu……Senior Lin Xian, pada akhirnya kau menggunakan kemampuan ajaib itu—kekuatan 42——untuk ‘menarik’ku keluar dari sejarah.” 　　“Dan dalam hal memori Tiang Milenium, setiap gadis Tiang Milenium telah melupakan kisah orang lain, hanya memiliki memori sendiri dan mempertahankan hidup masing-masing.” 　　“Ya.” 　　Lin Xian mengangguk, menerima nasi yang diberikan Su Xiuying, lalu menjelaskan pada Chu Anqing: 　　“Karena garis dunia telah menyatu, semua Tiang Milenium telah kucabut... maka secara alami, sejarah dan masa lalu pun ikut berubah. Tak ada lagi gadis Tiang Milenium yang lenyap, maupun Tiang Milenium yang tertanam.” 　　“Tentu saja, setiap gadis Tiang Milenium memiliki era kehidupan dan jalan hidup masing-masing.” 　　“Seperti Zhang Yuqian yang hidup di tahun 2000; atau Qin Xi yang hidup di abad kedua puluh enam.” 　　“Aku tidak mengintervensi hidup asli mereka. Mereka semua telah menjalani hidup yang sempurna di era masing-masing.” 　　“Hanya kau, An Qing, satu-satunya pengecualian.” 　　Setelah jeda sebentar, Lin Xian melanjutkan: 　　“Aku pernah berjanji pada Tuan Chu untuk membawamu pulang utuh. Janji harus ditepati. An Qing tetaplah An Qing: gadis yang kuliah di Universitas Donghai tahun 2023, yang bersorak untukku di Kompetisi Hacker Dunia dengan berani mempertaruhkan nyawa ke luar angkasa...” 　　“Dialah 【Chu Anqing】.” 　　Chu Shanhe terkekeh keras sambil melambaikan tangan: 　　“Lin Xian, tak perlu formal menyebut 'Tuan Chu'. Meski kini usiamu bertambah, tapi lihatlah usiaku yang sudah senja... Kita orang sendiri, panggil saja Paman.” 　　Chu Anqing melirik ayahnya: 　　“Cih, dulu kau mabuk di rumah, sampai bersaudara dengan Lin Xian!” 　　“Batuk-batuk, batuk-batuk!” 　　Chu Shanhe tersedak air, memandangi putrinya yang polos dengan tatapan kompleks: 　　“Kau ini, ah...” 　　Setelah menghela nafas. 　　Ia bertukar pandangan dengan sang istri Su Xiuying, keduanya tersenyum penuh makna. 　　Baiklah. 　　Memang kecerdasan An Qing tidak terlalu menonjol. 　　Tapi... 　　Justru inilah putri mereka. 　　Putri yang paling dimanja, paling dirindukan, dan paling berat untuk dilepas. 　　Meski tak sempurna. 　　Tapi sungguh tak tergantikan. 　　“Liu Feng dan Gao Yang juga sama, mereka tidak peduli dengan gadis Tiang Milenium lain, hanya ingin bisa bertemu denganmu.” 　　Lin Xian menyantap beberapa suap nasi, melanjutkan: 　　“Terutama Gao Yang, dia sebenarnya orang biasa yang ingin hidup normal di abad 21.” 　　“Tapi demi menyelamatkanmu, tanpa ragu masuk ke cabin hibernasi, menemani saya melalui perjuangan ratusan tahun.” 　　“Dia berkali-kali menekankan, Chu Anqing adalah Chu Anqing, Tiang Milenium adalah Tiang Milenium... Jadi saat tahu kau kembali, mereka berdua juga senang, merasa misi telah tercapai.” 　　Chu Anqing mengangguk: 　　“Senior Gao Yang! Guru Feng! Saya ingat mereka!” 　　Dia tersenyum kecut, matanya berbinar seperti bulan sabit, lesung pipit di sudut bibirnya samar-samar: 　　“Meskipun banyak memori saya sekarang buram, tapi Senior Gao Yang dan Guru Feng masih sangat jelas saya ingat!” 　　“Hah? Ngomong-ngomong soal ini, ada beberapa bagian dalam memori saya yang tidak bisa saya pahami.” 　　Chu Anqing mengedipkan mata, lalu bertanya: 　　“Senior Lin Xian, sebenarnya...kenapa saya melompat dari pesawat antariksa itu?” 　　“Dan juga, tulisan apa sebenarnya di kertas kecil yang diberikan padamu itu? Saya juga sudah lupa.” 　　Lin Xian tersenyum tipis, menggelengkan kepala: 　　“Kalau sudah lupa ya biarkan saja.” 　　“【Pada dasarnya, itu bukanlah memori yang berasal darimu. Biarkan kenangan itu...tetap berada di tahun 1952 yang semestinya.】” 　　“Ah.” 　　Su Xiuying tiba-tiba tersadar, menunjuk ke lantai atas: 　　“Bicara soal ingatan...An Qing, dulu saat Ayahmu dan aku melakukan hibernasi, barang-barang peninggalanmu juga kami simpan, sekarang semuanya ada di lantai atas.” 　　“Setelah melalui berbagai gejolak selama ini, yang tersisa memang tidak banyak, tapi barang-barang berharga dan kesukaanmu pasti masih ada.” 　　“Kalau perasaanmu tentang memori agak kacau, coba lihat barang-barang lama di atas, mungkin banyak hal akan menjadi lebih jelas.” 　　Chu Anqing buru-buru menyuap dua sendok nasi, lalu berdiri: 　　“Baiklah baiklah!” 　　“Saya masih merasa dunia 600 tahun kemudian ini tidak nyata. Waktu Senior Lin Xian bilang sekarang tahun 2624, dagu saya hampir copot terkejut.” 　　“Tapi bagi saya, yang penting ada ayah ibu, ada Senior Lin Xian, di era mana pun hidup sama saja.” 　　Setelah berkata demikian. 　　“Dia berlari brem-brem naik tangga, tidak sabar ingin melihat apa yang tersisa hingga 600 tahun kemudian.” 　　“Hasilnya, baru setengah tangga, dia kembali turun sambil tersenyum melihat Lin Xian:” 　　“Senior Lin Xian, kau mau ikut bersama?” 　　…… 　　“Setelah terpisah ratusan tahun.” 　　“Ini pertama kalinya Lin Xian memasuki kamar Chu Anqing.” 　　“Chu Shanhe dan Su Xiuying hanya membersihkan sekadarnya, semua barang masih baru, reputasi tetap bersih.” 　　“Objek paling mencolok di ruangan ini adalah dua lukisan terbingkai di tembok putih.” 　　“Kedua lukisan ini jelas sangat penting.” 　　“Makanya dulu sebelum hibernasi, Chu Shanhe khusus membingkainya dengan teknologi vakum sehingga tetap mulus selama enam abad.” 　　“Lin Xian dan Chu Anqing berdiri di tengah ruangan, memandang dua lukisan di dinding.” 　　“Yang di sebelah kiri adalah potret tiga orang.” 　　“Lin Xian dan Ji Lin berdiri di belakang, Chu Anqing membuat tanda gunting di depan dengan senyum manis.” 　　“Lukisan ini...” 　　“Setahun berlalu, Lin Xian terkejut melihat kembali karya ini.” 　　“Sket ini memang karyanya, yang pernah dia berikan langsung ke Ji Lin di ruang interogasi.” 　　“Hanya saja...” 　　“Kenapa lukisan ini ada di sini?” 　　“Lin Xian bertanya:” 　　“Dan kapan kau memberi warna cat air pada sket ini?” 　　“Hehe~” 　　“Chu Anqing menggaruk kepala:” 　　“Dulu saat polisi menyita harta Ji Lin, aku melihat lukisan ini. Kuambil bingkai berharganya lalu kubawa pulang gambarnya.” 　　“Bagaimana ya……Senior Lin Xian, menurutku meski Ji Lin telah melakukan banyak kesalahan、menempuh jalan kriminal; tapi untuk lukisan ini, seharusnya dia sangat menghargainya.” 　　“Karena, karena aku ingat jelas! Saat itu di rumahnya ditemukan banyak lukisan berharga, hanya dari bingkainya saja, sketsa ini pasti yang paling mewah!” 　　“Begitukah.” 　　Lin Xian menutup mata: 　　“Tapi salah tetap salah, meski sekarang Profesor Xu Yun dan Tang Xin sudah kuselamatkan dari 'sejarah'; tapi ada sejarah yang tak bisa diubah……juga tak perlu diubah.” 　　“Setiap orang memilih jalan hidupnya sendiri, yang patut disyukuri…tidak setiap garis dunia、setiap kemungkinan Ji Lin adalah penjahat.” 　　“Apalagi, warisan terakhirnya digunakan untuk membeli tiket kapal ke Bulan bagi Zheng Xiangyue, karena efek kupu-kupu dari hal ini, memicu banyak kisah……bagi Ji Lin, ini bisa disebut sebagai bentuk penebusan.” 　　Kemudian. 　　Lin Xian menengadah, memandang lukisan di sebelah kanan dinding, tak bisa menahan tawa: 　　“Aku benar-benar tidak menyangka, bagaimana lukisan ini bisa sampai di tanganmu?” 　　Sketsa pensil di sebelah kanan itu, juga merupakan karya Lin Xian. 　　Itu adalah lukisan potret CC. 　　Lukisan inilah yang dulu sempat menyebabkan kesalahpahaman Zhao Yingjun di kantor Perusahaan MX, mengira yang kugambar adalah Chu Anqing. 　　Belakangan juga, lukisan ini tertinggal di kelas Kampus Donghai, dilihat adik tingkat hingga memicu keributan, berkat kecerdikan Chu Anqing situasi bisa diredakan. 　　Tapi masalahnya…… 　　"Setelah itu lukisan ini tidak bisa ditemukan lagi." 　　Lin Xian sendiri mengira lukisan itu hilang entah kapan, sekalian menghilangkan bekas masalah. 　　Benar-benar tak terduga. 　　Lukisan ini "hantu yang tak mau pergi", "mengembara setengah hidup", ternyata karena rangkaian kesalahpahaman kembali ke tangan Chu Anqing! 　　"【Hihi, ini hadiah ulang tahun dari Ji Lin!】" 　　Chu Anqing tertawa: 　　"Kau masih ingat adegan saat aku merayakan ulang tahun ke-19?" 　　"Waktu itu aku mengundangmu dan Ji Lin ke pesta ulang tahun, kau menghadiahkanku tas tangan LV, Ji Lin memberi lukisan...dia juga khusus mengingatkanku untuk tidak membukanya di tempat, yaitu lukisan ini!" 　　Lin Xian mengingat kembali detail pesta ulang tahun hari itu, semua menjadi jelas. 　　"Ternyata begitu." 　　Dia berkata dengan lembut. 　　Dulu dia dan Ji Lin pergi bersama ke mal untuk memilih hadiah bagi Chu Anqing, dua pria jomblo tak tahu cara memilih, akhirnya mengikuti saran pramuniaga, satu membeli tas tangan, satu membeli topi. 　　Tak disangka di akhir Ji Lin tiba-tiba berubah pikiran, tidak memberi topi malah menghadiahkan lukisan, sambil berkata pada Lin Xian: 　　"Kurasa hadiah ini pasti lebih disukainya, aku sangat yakin." 　　Ditambah dengan sketsa yang hilang secara tak masuk akal itu... 　　Heh. 　　Lin Xian tak bisa menahan dengus tawa. 　　Si anak ini, piawai meminjam bunga untuk persembahan Buddha. 　　Pantas saja sketsa itu kemudian hilang, ternyata dicuri oleh Ji Lin. 　　"Kau benar-benar tikus ya." 　　Lin Xian bergumam. 　　Chu Anqing melangkah mendekat. 　　“Lepaskan sketsa wajah ceria ini, memandangi gadis yang asing namun familiar di atasnya:” 　　“Sekarang yang sebenarnya terungkap, baru aku tahu...” 　　Dia menggigit bibirnya: 　　“Ternyata sketsa ini... benar-benar bukan aku yang digambar di sini.” 　　“Hehe, sungguh memalukan. Sepertinya sebelumnya aku memang terlalu narsis.” 　　“Sejujurnya Senior Lin Xian, 600 tahun yang lalu, aku... bagaimana harus kuungkapkan... Ah, benar-benar sulit untuk diucapkan...” 　　Pipi Chu Anqing memerah, jelas terlihat malu: 　　“Selama ini kupikir lukisan ini... menggambarkan diriku.” 　　Suaranya sangat pelan. 　　Tapi Lin Xian mendengarnya dengan jelas. 　　“Maaf.” 　　Dia meminta maaf dengan tulus: 　　“Ini juga kesalahanku, tidak ada kesempatan untuk menjelaskan dengan padat padamu.” 　　“Kalau begitu...” 　　Chu Anqing menatap gadis dalam sketsa itu: 　　“Kalau begitu, gadis dalam lukisan ini sebenarnya adalah CC dari Brooklyn? Yang kemarin kulihat di gerbang sekolah.” 　　“Benar.” 　　Lin Xian mengangguk. 　　Lalu menggaruk kepala: 　　“Tetap saja aku minta maaf.” 　　Lin Xian sendiri tak tahu mengapa dia meminta maaf lagi. 　　Hanya saja... 　　Selalu terasa... 　　Kebenaran ini sepertinya akan membuat Chu Anqing merasa canggung, atau mungkin sedih? 　　“Ah, Senior Lin Xian tidak perlu minta maaf~” 　　Chu Anqing tetap pengertian seperti biasa, menoleh: 　　“Senior tidak melakukan kesalahan apapun. Semua ini hanya imajinasiku yang berlebihan.” 　　“Tapi, memang agak memalukan.” 　　Lin Xian mengakui kesalahan: 　　“Masalahnya aku yang tidak segera menjelaskan dengan jelas.” 　　“Hm……” 　　Chu Anqing memiringkan kepala berpikir, lalu tersenyum kecut sambil berbalik badan: 　　“Kalau begitu, Senior Lin Xian! Bisakah kau menjadikanku model untuk membuat sketsa lagi?” 　　“Hm?” 　　Lin Xian menengadah, sama sekali tidak menyangka perkembangan ini: 　　“Tentu saja bisa.” 　　Dia tersenyum: 　　“Jika kau menginginkannya.” 　　“Tentu saja aku ingin!” 　　Chu Anqing sumringah, menunjuk dinding tengah kamar tidur: 　　“Bagus sekali! Jika ada sketsa milikku sendiri, pasti akan kugantung di sini, di tempat paling mencolok!” 　　“Aku sangat bersemangat! Ini pertama kalinya aku jadi model orang. Apa harus pakai baju bagus? Gaun boleh tidak? Tapi lipatannya terlalu banyak, susah dilukis ya? Atau lebih baik pakai baju resmi?” 　　Memandangi sang Putri kecil yang bersemangat, Lin Xian tersenyum pasrah mengangkat tangan: 　　“Bebas. Pakaian apapun boleh. Kemampuan sketku cukup baik.” 　　“Kalau begitu Senior Lin Xian, kapan kamu ada waktu?” 　　Chu Anqing duduk di tepi ranjang, di samping Lin Xian: 　　“Kesempatan langka begini, mari kita cari tempat dengan pemandangan bagus di luar untuk melukis!” 　　“Sekarang aku sedang longgar. Urusan administrasi pendaftaran di Universitas Rhein masih perlu waktu. Aku juga belum memutuskan jurusan.” 　　“Jadi aku bisa kapan saja, tergantung kapan seniormu ada waktu.” 　　Lin Xian menoleh. 　　Memandangi sinar matahari siang yang cerah di luar jendela. 　　Ini adalah dunia tanpa krisis; 　　"Sebuah dunia yang tak perlu panik;" 　　"Sebuah dunia yang bebas dan indah;" 　　"Sebuah dunia yang selamanya tak perlu khawatir akan kemarin yang berlalu, selamanya tak perlu takut besok takkan datang;" 　　"Aku juga bisa kapan saja." 　　Lin Xian meletakkan telapak tangannya di atas rambut mengembang lembut Chu Anqing, senyum tipis mengembang: 　　"Setiap hari, bisa." 　　Epilog if Gratis 4: Sekelas 　　Peringatan Khusus: 　　if disebut if karena merujuk pada kemungkinan lain yang berbeda dengan garis dunia cerita utama, berbeda dengan perkembangan narasi inti. 　　Oleh karena itu, semua konten epilog if tidak terkait dengan alur cerita utama, harap pembaca tidak mencampuradukkan dan berdiskusi secara rasional. 　　——————————— 　　"Xinxin, apa seperti ini sudah cukup?" 　　Di sudut kantin staf Universitas Rhein, Du Yao meletakkan sumpitnya, memandangi sahabat karibnya yang muda dan cantik di seberang: 　　"Tidak mungkin terus begini, kan?" 　　Tang Xin merapikan rambut indah di dekat telinganya, menengadah dengan wajah penuh tanya: 　　"Maksudmu apa?" 　　"Lin Xian!" 　　Du Yao menghela napas: 　　"600 tahun yang lalu, karena geng tujuh dosa mematikan bajingan itu, rencana pengakuan perasaan yang kau siapkan mati-matian gagal, bahkan buket permen lolipop terakhir pun tak sempat kau berikan pada Lin Xian..." 　　"Sekarang setelah Lin Xian menguasai kekuatan 42, dia 'menarikmu' kembali dari sejarah, tepat pada momen sebelum kau mengalami musibah." 　　"Tapi lihatlah dirimu, sudah sekian lama kembali ke dunia ini, mengapa perasaanmu pada Lin Xian tetap tak berubah?" 　　…… 　　Mendengar kata-kata Du Yao, sumpit di mulut Tang Xin berhenti. 　　Kemudian duduk tegak. 　　Hidung menghela napas panjang, memandang ke luar jendela: 　　"Karena... kau juga bilang, dunia sudah berbeda." 　　"Eh?" Du Yao berkedip secepat kilat, tak begitu paham. 　　"Yao Yao." 　　Tang Xin menoleh, memandangi Du Yao yang sudah berusia lima puluh tahun lebih: 　　"Kau lihat, sekarang usiamu sudah lebih dari lima puluh tahun; semua orang di sekitarmu yang dikenal, kita semua mengalami penuaan dengan tingkat berbeda; bahkan Lin Xian... juga lebih tua tujuh-delapan tahun dibanding dulu." 　　"Sebenarnya bagaimana pun dunia berubah, baik tahun 2624 maupun 2024 aku tak terlalu peduli, yang penting kalian ada, di mana saja sama saja." 　　"Tapi... bagaimana ya." 　　Tang Xin menutup mata, mengusap pelipisnya: 　　"Usia setiap orang jauh lebih tua dibanding kesanku dulu; dan bukan hanya usia, kedewasaan mental, hidup, pengalaman semua juga jauh lebih banyak, rasanya..." 　　"【Kalian semua menyatukan di belakangku tumbuh besar diam-diam, hanya aku yang masih jadi anak kecil.】" 　　Du Yao menjilat bibirnya. 　　Seketika tercekat. 　　Inilah... hal yang paling dia khawatirkan selama ini. 　　"Tidak semua orang juga." 　　Dia berbisik pelan: 　　"Lihat, bukankah Liu Feng masih seperti dulu? Tapi kau tidak mengenalnya 600 tahun yang lalu." 　　Tang Xin mengangguk: 　　"Rektor Liu Feng adalah orang yang sangat baik, aku sering berbincang dengannya, dia juga sangat baik padaku." 　　"Tapi dalam hal menjadi muda... dia tidak hanya sekali mencela Lin Xian, bilang semua itu inisiatif sepihak Lin Xian, sebenarnya dia sendiri tidak ingin jadi muda; juga bicara tentang pria tua sembilan puluh tahun berubah jadi pemuda... terlalu konyol." 　　"Puu——" 　　Du Yao teringat Liu Feng yang mencela dengan serius, juga tidak bisa menahan tawa: 　　"Memang tidak bisa dipungkiri." 　　"Lin Xian pernah bertanya padaku, apakah mau diremajakan. Dia juga menanyakan Elon Jusk, Akademisi Gao Wen, Gao Yang dan yang lain, tapi jawaban kita semua seragam... tidak ada yang mau kembali muda, merasa usia dan penampilan saat ini sudah paling ideal, asal kesehatan terjaga dan tidak botak saja." 　　？ 　　Tang Xin memiringkan kepala penuh kebingungan. 　　Tidak botak... bagi pria... sepenting itu? 　　"Jujur saja, dengan pemahamanku sekarang, memang sulit dimengerti." 　　Tang Xin berkedip secepat kilat: 　　"Saat muda, semua takut menua, setiap hari merawat diri dengan botol dan guci; tapi kenapa setelah benar-benar tua, malah tidak mau kembali muda?" 　　Du Yao mengangkat lengannya meregangkan badan. 　　Menatap kembali ke jendela: 　　"Ini bisa jadi topik penelitian psikologi yang menarik." 　　"Tapi... menurut pemahamanku pribadi..." 　　Setelah jeda sebentar. 　　Dia melanjutkan: 　　"【Setiap langkah dalam hidup adalah pilihan diri sendiri; entah itu sembarangan atau direnungkan matang-matang, ini adalah kehidupan unik milikmu sendiri, bukti nyata bahwa engkau pernah eksis.】" 　　"Banyak orang setiap hari teriak ingin reinkarnasi, ingin muda lagi, mencari obat penyesal, tapi ketika kesempatan itu benar-benar ada di depan mata, berapa banyak yang benar-benar berani menerimanya?" 　　“Seperti di novel internet, meninggalkan semua hal dalam kehidupan nyata dan melintasi ke dunia paralel untuk bersenang-senang? Atau, mengabaikan anak, istri, dan orangtua yang sudah lama hidup bersama, lalu reinkarnasi di usia belasan tahun setelah ditabrak truk?” 　　Tang Xin menggelengkan kepala: 　　“Sepertinya aku mulai paham. Meski aku juga suka membaca novel bertema seperti ini, tapi jika pilihan ini benar-benar dihadapkan padaku, aku tidak akan memilihnya.” 　　“Sama seperti efek kupu-kupu, setiap percabangan halus akan menyebabkan perubahan gempa bumi pada peristiwa masa depan; mungkin anggota di sekitar akan tercerai-berai, teman terbaik menjadi berseberangan.” 　　Seketika, senyum yang lama hilang muncul di wajah Tang Xin saat menatap Du Yao: 　　“【Jika ada sedikit saja perubahan pada apapun, mungkin kita berdua tidak bisa menjadi teman, bahkan aku juga tidak bisa berkumpul kembali dengan kalian 600 tahun kemudian.】” 　　“Benar! Benar!” 　　Melihat Tang Xin kembali bersemangat, Du Yao juga tertawa gembira: 　　“Makanya! Hi! Duduk! Hidupmu harus diperjuangkan sendiri! Begitu juga dengan cinta! Kau mengerti?” 　　Puu— 　　Tang Xin memandangi penampilan serius Du Yao yang berusia lima puluhan itu, benar-benar tertawa terbahak: 　　“Dasar... Lihat, kau berputar-putar lalu kembali ke titik awal.” 　　“Pergilah, Xinxin.” 　　Du Yao bangkit dari lantai, menarik tangan Tang Xin dengan nada berwibawa: 　　“Bukankah kau harus menyampaikan kata-kata yang tak terucapkan 600 tahun yang lalu dengan sungguh-sungguh pada Lin Xian?” 　　“Hasilnya tidak masalah bagaimanapun, jawaban seperti apa pun juga tidak kau peduli……Tapi ini hidupmu sendiri, harus dicoba tanpa penyesalan, untuk mengekspresikan niat baikmu.” 　　“Seperti yang kau katakan tadi, efek kupu-kupu adalah sistem kacau, tak ada yang tahu ke arah mana sayap kupu-kupu akan mengepak, juga tak ada yang tahu ke arah mana hidup kita akan berjalan.” 　　“Semangat! Xinxin!” 　　Du Yao tersenyum tipis mengembang, memutar-mutar pipi Tang Xin: 　　“Aku yakin padamu, sama seperti 600 tahun yang lalu!” 　　…… 　　Keesokan harinya. 　　Jalan setapak di Kampus Universitas Rhein. 　　“Begitukah.” 　　Lin Xian dan Tang Xin berjalan perlahan di bawah remang-remang cahaya matahari, mendengar dia bercerita tentang kejadian sehari-hari yang menarik, tersenyum: 　　“Ternyata menjadi guru juga bisa menemui banyak hal menarik seperti ini.” 　　“Benar-benar!” 　　Angin sepoi menerbangkan rambut pendek sepanjang leher Tang Xin, dia menyatukan tangan di belakang punggung, berjalan ceria di depan Lin Xian: 　　“Banyak murid yang sangat menarik. Melihat mereka yang sedang dalam masa muda yang jujur, tak sengaja teringat kita yang dulu juga pernah berusia belasan tahun. Ah… Benar-benar waktu berlalu begitu cepat.” 　　Lin Xian mengikuti di belakangnya, tersenyum tipis: 　　“Persahabatan sekelas memang seperti ini, semakin lama waktunya, semakin terasa berharganya. Tapi… heh, sungguh disayangkan, sekarang tahun 2624, teman sekelas kita yang tersisa sudah tidak banyak… Bahkan reuni kelas skala terkecil pun tidak bisa diadakan.” 　　Tang Xin mengangguk: 　　“Benar, teman SMA kita hanya tersisa kau, aku, dan Gao Yang. Ah, ngomong-ngomong tentang ini...” 　　Dia menengadah, penuh rasa ingin tahu memandangi Lin Xian: 　　"Ngomong-ngomong Gao Yang sekarang sedang apa? YaoYao pernah cerita, dulu Gao Yang pernah jadi komandan satpam di Universitas Rhein, tapi sekarang jabatan itu dipegang Dalimao... Lagipula Gao Yang sendiri merasa tidak punya kemampuan khusus, dan tidak mau mengemban jabatan lain di sekolah." 　　"Dia jual mobil di dealer 4S." Jawab Lin Xian datar. 　　"Ah?!" 　　Tang Xin membuka mata lebar-lebar, dengan tak percaya: 　　"Jual mobil?" 　　"Hm." 　　"Masih jadi sales?" 　　"Hmm... Kali ini sebenarnya sudah jadi manajer toko, tapi dia lebih suka tetap kerja di lini penjualan." 　　Tang Xin menghela napas, tersenyum getir: 　　"Ketua kelas kita dulu, benar-benar sulit ditebak ya." 　　Gao Yang adalah staf senior legendaris di Universitas Rhein. 　　Posisinya di Universitas Rhein setara dengan Du Yao, Elon Jusk, Akademisi Gao Wen, Liu Feng dan para rektor bergiliran lainnya, benar-benar sejajar. 　　Seorang tokoh besar yang ikut menyelamatkan masa depan umat manusia... Takdir akhir sang pahlawan malah jadi sales mobil di dealer 4S! 　　Hal ini benar-benar membingungkan Tang Xin. 　　"Putri bangsawan pun tak bisa membeli kebahagiaannya~" 　　Lin Xian mengangkat tangan pasrah: 　　"Ini pilihannya sendiri, gaya hidup yang paling disukainya, juga tempat dimana dia merasa bisa memberikan nilai terbaik." 　　"Kalau jadi sales mobil di dealer 4S bisa membuat Gao Yang bahagia, untuk apa mempertimbangkan senioritas, jabatan, keuntungan, status, atau kekuasaan mutlak?" 　　“Tidak mudah bagi seseorang untuk menemukan hal yang membuatnya bahagia, bersemangat, dan rela berjuang seumur hidup dalam hidup ini; jadi meski Gao Yang sekarang setiap hari berdebat dengan pelanggan, menyebut yang ini Bodoh yang itu sok paham, tapi hatinya benar-benar gembira.” 　　…… 　　Oh~ 　　Ternyata begitu ya. 　　Saat itu, Tang Xin benar-benar merasakan jarak dalam kedewasaan mental dan pola pikir dengan yang lain; mungkin inilah perbedaan pengalaman hidup. 　　“Ngomong-ngomong soal membeli mobil.” 　　Tang Xin tersenyum: 　　“Aku sedang merencanakan membeli mobil kecil untuk transportasi di kampus.” 　　“Meski tinggal di asrama dosen, tapi Universitas Rhein terlalu luas, dan jadwal kuliahku tersebar sehingga sering kehabisan shuttle.” 　　“Setelah dipikir-pikir, memiliki mobil pribadi memang lebih praktis dan bebas.” 　　“Oh, soal itu ya.” 　　Lin Xian menggaruk kepala: 　　“Tak perlu beli khusus, Elon Jusk punya banyak mobil listrik canggih. Pinjam saja langsung darinya.” 　　“Tidak boleh!” 　　Alut Tang Xin berkerut, menolak tegas: 　　“Mobil listrik Pak Direktur terlalu menyeramkan! Setiap hari ugal-ugalan menguji rem di kampus, sangat berbahaya! Aku tak mau menyetir mobil seperti itu!” 　　“Hmm……hahaha.” 　　Lin Xian tertawa canggung: 　　“Ini memang masalah serius. Terlalu banyak keluhan tentang Elon Jusk di kampus, tak terhitung jumlahnya.” 　　“Tak ada yang menghentikannya?” Tang Xin jelas termasuk dalam barisan pengadu. 　　Ah. 　　Lin Xian menghela napas getir: 　　"Siapa yang bisa menyangkal jasanya yang besar? Dalam menyelamatkan dunia dan masa depan umat manusia, Elon Jusk memang asisten emas yang tak terbantahkan. Sungguh mustahil tanpanya." 　　"Apalagi dia sendiri juga rektor bergilir... Bagaimanapun, sejauh ini dia cuma menakut-nakuti murid dengan cakram rem, belum memicu kejadian kriminal yang sesungguhnya. Biarkan saja dulu." 　　"Ngomong-ngomong, karena kamu memang butuh mobil kecil, mari kita cari Gao Yang untuk membelinya." 　　"Hah?" 　　Tang Xin tak menyangka Lin Xian mau menemaninya. Selama ini dia mengira sang teman selalu sibuk: 　　"Beneran boleh?" 　　"Tentu saja~" 　　Lin Xian membawa Tang Xin menuju pintu gerbang sekolah: 　　"Kita kan teman lama sekelas, pasti harus minta dia kasih diskon gila-gilaan!" 　　…… 　　Aula utama dealer 4S. 　　Melihat kehadiran Lin Xian, Gao Yang bersemangat seperti Er Zhuzi, lubang hidungnya mengeluarkan uap putih: 　　"LIN XIAN!!!!!!" 　　"Ada apa." 　　"Akhirnya kau datang beli mobil padaku!!!!" 　　"Bukan bukan." 　　Lin Xian melambaikan tangan, menyamping setengah badan untuk memperlihatkan Tang Xin di belakangnya: 　　"Hari ini Tang Xin yang beli mobil, bukan aku." 　　"Hah? Tang Xin?" 　　Gao Yang kembali ke wujud manusia, memandangi gadis cantik yang tersenyum melambainya. 　　Benar, itu Tang Xin. 　　Teman sekelas SMA-nya dengan Lin Xian. 　　Matanya melirik ke Tang Xin, lalu ke Lin Xian, tak menyangka kedua orang ini akan muncul bersama di dealer 4S. 　　"Oh oh oh!!" 　　Gao Yang tiba-tiba mengeluarkan suara angsa, otaknya langsung berimajinasi alur cerita 20 ribu huruf: 　　"Hehehe... Ternyata begitu, hehehe... Ah tidak!" 　　Dia langsung menahan bahu Lin Xian: 　　"Bahkan Tang Xin datang pun tidak boleh! Hari ini kau wajib membeli mobil ini!" 　　"Lain kali saja." Lin Xian menjawab asal-asalan. 　　"Lain kali!" 　　Gao Yang menjerit histeris: 　　"Dulu kau bilang 'lain kali pasti', langsung menunda 600 tahun! Kali ini bilang 'lain kali' lagi, apa maksudmu menundaku sampai alam semesta hancur?" 　　"Masalahnya... Aku benar-benar tidak butuh sekarang..." 　　Lin Xian menjelaskan: 　　"Sekarang ke mana pun aku mau pergi, cuma perlu kedip mata. Ngapain repot-repot nyetir?" 　　“Shift！” 　　Gao Yang mengumpat dalam hati. 　　Sialan. 　　Kalau hari ini tidak bisa menjual mobil ini, bagaimana dia berani pasang plakat Sales Emas di toko? Bagaimana memimpin anak buah? Bagaimana mendidik bawahan? 　　Tidak boleh! 　　Mobil ini harus terjual hari ini! 　　Tidak ada kebutuhan? 　　Hmm... 　　Hmph! 　　Di mata Sales Emas. 　　Tidak ada kebutuhan? Ciptakan saja kebutuhan! 　　"Batuk-batuk." 　　Gao Yang batuk pelan, dengan gesit menunjuk Tang Xin di sebelah: 　　"Lin Xian! Kau beli mobil tapi tidak nyetir, bisa suruh Tang Xin yang nyetir!" 　　"Ha?" "Eh?" 　　Lin Xian dan Tang Xin sama-sama tertegun, tidak paham logika berpikir orang ini. 　　"Hmph!" 　　Gao Yang melipat kedua lengannya, mendengus pelan: 　　“Kita semua kan teman lama, aku akan menunjukkan sikap dengan memberi diskon 40% untuk mobil Tang Xin; lalu bagaimana denganmu Lin Xian? Bukankah kau juga teman lama? Tidak mau menunjukkan sikap juga? Jangan sampai seperti ayam besi yang tak mau mencabut sehelai bulu?” 　　Lin Xian menggaruk kepala: 　　“Kalau kau bilang begitu...” 　　Hiss. 　　Sales Emas, benar-benar mengerikan, langsung menjebak dirinya sendiri. 　　Tapi apa yang dikatakannya memang ada benarnya. 　　“Baiklah.” 　　Lin Xian langsung menyetujui. 　　“Jangan, tidak perlu Lin Xian.” 　　Tang Xin buru-buru menarik lengan Lin Xian: 　　“Aku bisa...aku bisa beli sendiri Lin Xian...” 　　“Tidak apa-apa.” 　　Lin Xian tersenyum sambil menoleh: 　　“Kalau dipikir-pikir, sebenarnya Gao Yang juga benar, anggap saja sebagai hadiah untuk menyambut kepulanganmu, pantas aku memberimu mobil untuk transportasi sehari-hari.” 　　“Lagipula...bagaimana ya, sebenarnya aku memang banyak berhutang padamu.” 　　“Ditambah lagi, aku memang sudah lama berjanji pada Gao Yang untuk membeli mobil di sini, sekarang.” 　　Gao Yang memicingkan mata. 　　Memandangi Tang Xin yang pipinya memerah karena malu, dan Lin Xian yang penuh penyesalan serta kebaikan hati. 　　Ada chemistry! 　　Terutama dengan filter kerinduan teman sekelas, dua orang ini semakin dilihat semakin ada chemistry! 　　“Kalau sudah beli mobil, harus langsung yang paling tepat!” 　　Gao Yang menarik mereka berdua ke belakang: 　　“Terutama mobil pertama keluarga! Harus besar! Bisa mengangkut orang dan barang sekaligus!” 　　“Eh bukan.” 　　Lin Xian kaget tak terduga: 　　“Kok bisa langsung disebut mobil pertama keluarga?” 　　“Ini modelnya! Bagaimana menurutmu!” 　　Gao Yang langsung menarik kedua orang itu ke depan sebuah SUV besar: 　　“SUV enam kursi ukuran besar! Panjang bodi 5,3 meter, cocok untuk keluarga maupun bisnis, kursi belakang dilengkapi pijatan, ruang baris ketiga sangat luas.” 　　“Terlalu besar ini!” 　　Tang Xin terkejut: 　　“Untuk apa aku menyetir mobil sebesar ini.” 　　Namun... 　　Seolah tak mendengar, Gao Yang terus menjelaskan: 　　“Empat kursi belakang semuanya memiliki kait kursi bayi! Meski punya empat anak, tiap bayi tetap dapat tempat duduk!” 　　“Ha?” Lin Xian tampak bingung. 　　“Lihat konfigurasi kursi penumpang depan, kursi khusus nyonya rumah! Cermin rias, kotak makeup, tempat tas tangan, bahkan... lemari tersembunyi untuk sepatu hak tinggi! Bagaimana Tang Xin?” 　　“Lumayanlah.” 　　Tang Xin kewalahan: 　　“Tapi... empat anak di belakang itu...” 　　“Sunroof panorama! Dilengkapi mode transparan total dan tirai hitam! Mau lihat pemandangan? Tekan tombol - mobil langsung transparan bagai di luar! Mau privasi? Tekan lagi - langsung gelap total, hantu pun tak tahu kalian berdua ngapain di dalam! Mobil apa yang begini keren? Mobil mana yang begitu memikirkan keluarga!!” 　　Lin Xian segera menahan Gao Yang: 　　“Eh, Saudara, kenapa tiba-tiba semangat membara begini?” 　　“Lagipula kan mobil ini untuk Tang Xin, ngomongin hal-hal aneh terus ngapain?” 　　Dengan gerakan kilat Gao Yang menghindar, menarik Tang Xin menuju bagasi: 　　"Kau lihat sini……Mobil ini memang punya fungsi tersembunyi ini……Lihat lampu atmosfer ini……Lihat jok belakang yang bisa direbahkan……Datar dan empuk……Bagaimana? Bagaimana!" 　　"Lumayan… lumayanlah." 　　Tang Xin sudah dibuat bingung oleh Sales Emas: 　　"Baiklah, kalau begitu, ambil yang ini saja. Memang……memang cukup praktis. Tapi soal harga……" 　　"Ah, masak harga sampai bikin teman lama repot!" 　　Gao Yang membusungkan dada. 　　Membawa tablet dan mesin POS menghampiri Lin Xian: 　　"Bayar pakai kartu atau scan kode?" 　　"Jago juga kau." 　　Lin Xian mengeluarkan rekening bank, memuji: 　　"Cuma dua menit sudah bisa ngegombal orang sampai linglung." 　　"Hehe, serahkan saja!" 　　Gao Yang dengan gerakan Q-style mengaitkan rekening bank Lin Xian, Sru-sru-sru menggesek tiga kali di mesin POS: 　　"Hah… lega rasanya." 　　Dia seperti baru menyelesaikan misi sepanjang abad, menyelamatkan dunia, menghela napas panjang: 　　"Lingkaran Tertutupku, akhirnya terselesaikan!!" 　　“……”“……” 　　Lin Xian dan Tang Xin memandangi Gao Yang tanpa kata. 　　Driit! 　　Di Laboratorium Rahasia Universitas Rhein, Zhong Ruang-Waktu di atas meja laboratorium tiba-tiba mengeluarkan suara ringan. 　　"Hm?" 　　Liu Feng menoleh, penuh tanya melihat perubahan delapan digit di Zhong Ruang-Waktu: 　　"Ini……" 　　Matanya membelalak, menarik nafas dalam-dalam dengan tak percaya: 　　"Apa… apa yang terjadi lagi ini?" 　　"Garis dunia! Berubah!" 　　Epilog if gratis 5: Tahun 1952 Kami 　　Peringatan khusus: 　　If disebut if karena merujuk pada kemungkinan lain yang berbeda dengan garis dunia cerita utama dan perkembangan alur cerita inti. 　　Oleh karena itu, semua konten epilog [if] tidak terkait dengan alur cerita utama, harap pembaca tidak keliru dan berdiskusi dengan rasional. 　　——————————— 　　5 November 1952, malam hari, ladang di pinggiran Brooklyn. 　　"Tidak..." 　　Einstein menggenggam tangan Lin Xian dengan erat sampai terasa perih: 　　"Tidak... Douglas, kumohon, jangan tinggalkan aku." 　　"Kau memberiku harapan, memberiku kekuatan... Kita partner, kita partner yang bersama-sama menyelamatkan masa depan umat manusia." 　　"Jangan pergi, tinggallah di sini baik? Tinggal, kita bersama-sama..." 　　Lin Xian melepaskan diri dari genggamannya. 　　Dari saku mantelnya, mengeluarkan kotak hadiah persegi putih; di dalamnya tersimpan jam tangan yang dibeli CC dengan seluruh hartanya. 　　Ia menaruh kotak hadiah kecil putih di telapak tangan Einstein, berpesan: 　　"Jagalah ini untukku." 　　Lin Xian menengadah, menepuk bahu Einstein: 　　"Suatu hari nanti, aku akan datang menjemputmu untuk mengambil kembali jam ini." 　　Setelah berkata demikian. 　　Tak menoleh sedikitpun. 　　Berjalan menuju bulan purnama yang baru terbit di timur. 　　Siluetnya memanjang diterangi cahaya bulan, menyelimuti tubuh Einstein. 　　Kemudian. 　　Mengangkat tinggi-tinggi tangan kanannya, menjulurkan jari telunjuk, menunjuk lurus ke "layang-layang" di langit, pikirannya merambat sepanjang tali layang-layang. 　　Einstein termangu memandangi punggung Lin Xian yang pergi. 　　Tangan kanan yang terangkat tinggi itu tepat membentuk bayangan jari menunjuk ke atas pada bulan purnama di kegelapan malam. 　　Satu detik kemudian. 　　Pak. 　　Suara retak pecah, sesuatu telah putus. 　　【Lin Xian membuka mata lebar-lebar, membeku di tempat.】 　　Hujan deras dan gemuruh petir yang sebelumnya memenuhi pikirannya telah menghilang, layang-layang yang berjuang melawan angin kencang pun telah terbang jauh. 　　Tidak baik. 　　Situasi terburuk, paling mengerikan, dan paling ditakuti telah terjadi—— 　　【Tali layang-layang di belakang kepalanya putus... Dia... tidak bisa kembali.】 　　“D-Douglas!” 　　Einstein bermata biru itu bergegas mendekat dan berdiri di belakang Lin Xian: 　　“Kau... ini sebenarnya...” 　　Lin Xian menutup matanya. 　　Menghela napas panjang. 　　Kemudian berbalik dan membuka kedua mata biru tajamnya: 　　“Sepertinya kita akan bersama untuk waktu yang lama, Einstein.” 　　Biru di matanya terlihat redup. 　　Namun dengan getir, terpaksa menerima kenyataan bahwa dirinya tak bisa pulang. 　　Ini adalah skenario terburuk. 　　Tapi bukan yang paling putus asa. 　　Selama masih ada secercah kemungkinan, seberkas harapan... kita tak boleh menyerah untuk menyelamatkan masa depan! 　　…… 　　“Begitu rupanya, Douglas. Jadi begini ceritanya.” 　　Di dalam bunker pertahanan udara bawah tanah ladang, dua cangkir kopi di atas meja kayu mengeluarkan kabut putih. 　　Einstein mengerutkan alutnya setelah mendengar penuturan Lin Xian: 　　“Ternyata di dunia ini benar-benar ada garis waktu dan garis dunia. Awalnya saat kau bercerita aku belum sepenuhnya paham, tapi sekarang... aku bisa melihat benang-benang yang saling menjalin di pikiranku, kira-kira... seperti inilah rasanya.” 　　“Sayangnya masa depan yang kau lihat adalah kepalsuan.” 　　Lin Xian berkata dengan tenang: 　　"Tidak, ini adalah masalah kepalsuan dan keaslian yang lebih rumit. Hal ini akan sangat menyesatkan penilaianmu." 　　Einstein mengangguk: 　　"Terima kasih telah memberitahuku ini, Douglas. Kalau tidak... mungkin aku benar-benar akan tersesat di jalan yang salah." 　　"Tapi, aku tidak terlalu mengerti. Mengapa kau tidak terlihat senang, Douglas? Seperti yang kukatakan sebelumnya, kita berdua bekerja sama pasti bisa menyelamatkan semua ini!" 　　Namun... 　　Lin Xian menghela napas: 　　"Ini kembali lagi ke konsep garis dunia." 　　"Begini, Einstein. Sekarang, setelah tali layang-layang di belakang kepalaku putus, aku tidak bisa kembali ke garis dunia asalku." 　　"Artinya, sekalipun kita berdua bekerja sama menyelamatkan dunia di garis dunia ini... pada akhirnya tidak ada hubungannya dengan garis dunia tempat asalku." 　　"Di garis dunia asalku, tidak akan ada Lin Xian yang keluar dari mesin penjelajah waktu, juga tidak akan ada matahari tanggal 29 Agustus 2624." 　　Lin Xian menutup matanya. 　　Einstein juga diam membisu. 　　Memang. 　　Apa yang dikatakannya benar... 　　Einstein menggaruk kepala, merenung lebih dalam. 　　Dia tentu ingin menyelamatkan dunia. 　　Tapi di saat yang sama, dia lebih ingin membangkitkan semangat Douglas, membuat perasaan Douglas lebih baik. 　　Pikirannya melayang di antara benang-benang waktu, teringat teori yang pernah disangkalnya sebelumnya. Seketika itu, pencerahan! 　　"Tidak, Douglas, masih ada harapan!" 　　Einstein berdiri dengan bersemangat: 　　“Meskipun berada di garis dunia yang berbeda, asalkan dapat menguasai energi dan prinsip yang cukup besar, meraih keberhasilan terakhir, pasti juga bisa melakukan intervensi pada garis dunia gagal lainnya! Menyelamatkan partner yang pernah bersama!” 　　Lin Xian berkedip secepat kilat: 　　“Apakah ini mungkin terwujud?” 　　“Bisa!” 　　Einstein penuh keyakinan mengangguk: 　　“【Eksistensi sesuatu membuktikan rasionalitasnya, eksistensi itu sendiri sudah bisa diintervensi, kekekalan massa-energi adalah mutlak!】” 　　“【Bahkan garis dunia yang pasti gagal bahkan sudah gagal... tidak mustahil untuk dikembalikan! Akhirnya menyatukan miliaran garis dunia menjadi satu yang paling sempurna!】” 　　“Jadi, Douglas, dua hari ini saya sudah merencanakan. Hanya kita berdua jelas tidak cukup, untungnya... di dunia ini masih banyak orang pintar, kita bisa mengumpulkan semua orang bersama-sama, berjuang untuk menyelamatkan dunia dan masa depan!” 　　Dia menarik lengan Douglas, menyuruhnya bangkit. 　　Mengingat pola yang sebelumnya Douglas angkat tinggi-tinggi tangan kanannya, terproyeksikan di punggung Bulan... Einstein menirunya, mengangkat jari telunjuk kanan setinggi-tingginya: 　　“Benar, beginilah, mari kita bersama-sama membentuk...” 　　“Klub Jenius!” 　　…… 　　Beberapa hari kemudian, di luar ladang, datang berlari seorang lelaki kecil berbaju compang-camping. 　　“Tuan Douglas!” 　　Dari jauh dia melihat trench coat dan topi hitam yang familiar, menyerbu dengan kecepatan tercepat seumur hidupnya: 　　“Tuan Douglas! Akhirnya saya menemukan Yang Mulia! Beberapa hari ini Yang Mulia tidak kembali ke penginapan... Saya, saya mengira Yang Mulia...” 　　“Johnny kecil?” 　　Lin Xian memandangi wajah yang familiar. 　　Tidak... 　　“Ji Xinshui。” 　　Inilah nama sejati lelaki kecil ini. 　　Di masa depan asli, dialah pelaku kejahatan yang membentuk tujuh dosa mematikan dengan nama samaran "Arogan", membunuh Profesor Xu Yun dan Tang Xin. 　　Hanya saja... 　　Ji Xinshui kecil yang naif dan mengerti janji ini, bertekad untuk kembali ke negara setelah menyelesaikan studinya dan membalas jasa Tiongkok. 　　Kapan dan karena alasan apa dia melupakan hati nuraninya dan menyimpang ke jalan sesat? 　　“Tuan Douglas, saya datang untuk melaporkan kabar baik!” 　　Ji Xinshui kecil tersenyum kecut, memperlihatkan gigi putihnya: 　　“Saat Yang Mulia menyuruhku mempelajari pengetahuan dan teknologi untuk membangun negara yang terbelakang... aku langsung bersumpah tak akan mengecewakanmu!” 　　“Kemudian saya pergi ke gereja, memberi tahu ayah baptis tentang hal ini. Dia sangat mendukung rencana sekolahku, bahkan menghubungkan aku dengan seorang jemaat yang memberiku kesempatan belajar di sekolah menengah filantropis!” 　　“Tuan Douglas, hari ini aku datang untuk berpamitan. Aku bersumpah akan belajar sungguh-sungguh, menguasai semua ilmu yang bisa dipelajari, lalu kembali ke kampung halaman kita Longguo... membawa pulang seluruh pengetahuan ini!” 　　“Kalau benar terjadi, apakah... apakah aku masih boleh menemuimu?” 　　Tatapan Ji Xinshui kecil pada Lin Xian dipenuhi harapan dan kekaguman; ini adalah penyelamat nyawanya, pemberi kehidupan barunya, orang yang paling dihormati dan dipercayainya! 　　Lin Xian mengangkat tangannya. 　　Melepas topi felt hitam di kepalanya, lalu menaruhnya di kepala Ji Xinshui kecil: 　　“Topi ini kuberikan sebagai hadiah. Kuharap kau selalu ingat ucapan hari ini... jadilah orang baik.” 　　…… 　　1982 tahun, Brussels Belgia, salju lebat. 　　Setelah perkumpulan Klub Jenius usai, kerumunan bubar, Einstein dan Lin Xian duduk berhadapan di kedua sisi perapian, kedua mata biru tajam saling bertatapan. 　　Einstein memandangi rambut sahabatnya yang mulai memutih, menghela napas pelan: 　　"Douglas, kau sudah tua." 　　Lin Xian mengangguk, melihat kulit kering di lengannya: 　　"Menggunakan Partikel Ruang-Waktu Terjerat untuk perjalanan lintas waktu memang seperti ini, kalau dihitung berdasarkan usia biologis, sekarang saya sudah 60 tahun." 　　"Heh." 　　Einstein tersenyum tipis: 　　"Tanpa terasa, usia kita sudah hampir sama." 　　Tapi kemudian, tatapannya berubah depresi. 　　Usianya akan tetap seperti ini, waktu di badannya berhenti. Tapi Douglas... akan terus menua, bahkan... mati. 　　Menggelengkan kepala. 　　Einstein mengalihkan topik: 　　"Ngomong-ngomong, hari ini klub kita benar-benar kedatangan seorang nona cantik, sama sepertimu, juga berasal dari Negara Naga." 　　"【Nona Da Vinci】, dia sungguh cantik, membuat【Galileo】si nak muda itu tertegun sampai bicaranya gagap." 　　"Padahal di perkumpulan sebelumnya,【Galileo】fasih berbicara dengan pemikiran jernih, otaknya lebih cerdas, juga punya banyak ide segar... Aku masih menyukai nak muda ini." 　　Mengingat penampilan【Galileo】yang seperti robot tadi, Lin Xian pun tak bisa menahan tawa. 　　Teh hitam yang sedemikian panas itu, dia malah meneguknya sekali habis. 　　“Jelas lidahnya sudah kepanasan hingga sulit bicara, tapi tetap saja bilang enak-enak.” 　　“【Da Vinci】Nona, memang sangat cantik.” 　　Lin Xian mengakui: 　　“Meski sebelum melintasi waktu, aku pernah berurusan dengan mereka yang sudah tua, tapi semua memakai topeng. Aku benar-benar tidak tahu seperti apa rupa aslinya.” 　　Einstein menutup mata, bersandar di kursi kulit empuk, berkata pelan: 　　“Sebenarnya saat mendirikan Klub Jenius dulu, aku juga usul agar semua pakai topeng. Utamanya karena wajahku ini...wajah yang secara historis sudah mati, otak pun dicuri, seharusnya tidak muncul di dunia nyata.” 　　“Tapi belakangan kau bilang lebih baik tidak usah pakai topeng, lebih baik kita bertatap muka secara terbuka. Menurutku itu masuk akal, jadi aturan itu kubatalkan.” 　　“Fakta membuktikan, keputusan tidak pakai topeng ternyata benar. Sekarang klub penuh keharmonisan, saling percaya, saling memahami, bersama mengejar target yang sama...inilah klub impianku.” 　　Lin Xian tersenyum tipis: 　　“Topeng itu seperti tembok pemisah. Menghalangi kepercayaan dan hati antar manusia.” 　　“Dengan topeng, kita akhirnya tak bisa saling mengerti, tak bisa jadi teman sejati.” 　　“Soal yang kau bilang tadi...suka pada【Galileo】si nak muda ini...” 　　Lin Xian memutar-mutar kuas di tangannya, mengangguk serius: 　　"Saya juga sangat yakin padanya, merasa dia punya banyak ide. Terutama asumsinya tentang tabrakan partikel ruang-waktu... memang cukup menarik. Jika menemukan metode yang tepat dengan kekuatan yang cukup besar, mungkin benar-benar bisa menciptakan keajaiban." 　　…… 　　26 Desember 1991, Lapangan Merah Moskow, bendera Uni Soviet diturunkan, menandai berakhirnya suatu era. 　　Tujuh orang berbaju jaket kapas tebal berdiri di kejauhan alun-alun, menyaksikan momen bersejarah ini. 　　Inilah tujuh anggota Klub Jenius saat ini. 　　Einstein, Lin Xian, Copernicus, Newton, Galileo, Da Vinci, Ji Xinshui. 　　Einstein menggeretakkan gigi: 　　"Ternyata, masa depan yang kulihat adalah palsu." 　　Selama bertahun-tahun, mereka mengikuti saran Lin Xian, tak pernah ikut campur dalam sejarah Soviet, untuk memverifikasi apakah perang nuklir pemusnah dunia tahun 1991 benar-benar terjadi. 　　Fakta membuktikan, memang tidak ada. 　　Klik. 　　Tongkat Lin Xian tergelincir di batu es, hampir terjatuh. 　　"Tuan Douglas!" 　　Ji Xinshui yang masih dalam usia produktif buru-buru menyangga Lin Xian, membantunya duduk kembali di kursi roda di belakang. 　　Lalu menghela napas lega: 　　"Bagaimanapun juga, perdamaian dunia tetap kabar baik." 　　Kerumunan mengangguk, bersiap pergi. 　　Tapi saat semua sudah melangkah dua kali, baru menyadari 【Galileo】 masih berdiri di tempatnya, memandang 【serpihan es yang terus bertabrakan】 dalam badai salju, bergumam: 　　"Mungkin ada kabar baik kedua." 　　Suaranya lembut, namun juga berat. 　　“Apa？” 　　Anggota klub lainnya menoleh ke belakang, memandangi 【Galileo】 dengan bingung. 　　Terlihat…… 　　Pemuda tampan ini menoleh ke belakang, memandangi kerumunan sambil tersenyum tipis: 　　“Kita semua, aku memikirkan… sesuatu yang luar biasa!” 　　…… 　　20 Maret 1998, Antartika. 　　Seorang pria yang wajahnya mirip patung melambaikan tangan ke Einstein, berubah menjadi gumpalan cahaya putih: 　　“Selamat tinggal Einstein, saat perkumpulan Klub Kebenaran berikutnya, aku akan menjemputmu sendiri.” 　　Setelah berkata demikian, utusan peradaban super yang menahan cahaya putih penghancuran dunia ratusan tahun cahaya ini melesat vertikal dalam cahaya, menghilang di langit. 　　Para anggota klub di belakang langsung mengepung: 　　“Bagaimana, Tuan Einstein？” 　　“Sebenarnya apa yang terjadi？Kulihat bola cahaya biru kecil masuk ke alutmu……” 　　“Apa itu？Seperti partikel ruang-waktu mini.” 　　“Apakah ini hadiah dari utusan peradaban super itu, orang yang mengaku dari Klub Kebenaran？” 　　Di tengah keriuhan kerumunan, Einstein memperkenalkan kemampuan barunya kepada semua orang. 　　Dia melihat 42 yang tak terhitung jumlahnya, membentuk garis-garis tak terbatas, senar-senar tak berujung, jalinan rumit seperti alat tenun yang menganyam waktu dan dunia. 　　Lebih rumit namun lebih mudah dipahami dibanding kemampuannya sebelumnya. 　　“Hadirin, kita berhasil！” 　　Einstein memandangi anggota Klub Jenius sambil tersenyum, membuka kedua lengan, memeluk setiap orang: 　　“Terima kasih, kalian. Sejarah mungkin tidak akan tercatat... tetapi arus waktu takkan pernah membuat kita memudar.” 　　Saat memeluk Lin Xian. 　　Einstein membungkuk di depan kursi roda, mengeluarkan sebuah kotak hadiah kecil persegi putih dari saku, lalu memberikannya kepada pria tua berusia 80 tahun: 　　“Douglas, apakah kau masih ingat kotak hadiah kecil ini?” 　　Lin Xian membuka matanya yang berkerut-kerut, mengangguk perlahan dengan suara parau: 　　“Tentu saja aku ingat... Kukira kau sudah lama menghilangkannya. Lagipula... sudah... bertahun-tahun... pasti sudah berkarat...” 　　“Benar.” 　　Einstein mengangguk: 　　“Memang sudah berkarat menjadi air hitam. Tapi bagaimana mungkin aku membuangnya, teman lama? Ini adalah benda yang kau pesan harus kusimpan baik-baik, tentu saja... agar tetap seprima ini, aku menggunakan sedikit kekuatan 42.” 　　“Bukankah... ini hadiah dari gadis Brooklyn yang begitu penting bagimu? Takkan kau buka untuk melihatnya?” 　　Lin Xian meraih kotak hadiah kecil yang masih baru itu dengan kedua tangannya yang kurus kering, lalu membukanya. 　　Di dalamnya tergeletak sebuah jam tangan berkilau perak. 　　Meski hampir 50 tahun berlalu, Lin Xian masih mengingat harga jam tangan ini... 　　Ini adalah jam termurah di toko jam Brooklyn Heights; 　　Harganya 20 dolar AS, tapi itu merupakan seluruh harta gadis miskin CC. 　　Di sisi jam tangan, terselip selembar kertas persegi yang terlipat. 　　Lin Xian membuka kertas itu, kata-kata yang tertunda puluhan tahun seakan kembali bergema di telinganya—— 　　“【Besok mulai, daylight saving time akan berakhir, ingat untuk mengatur jam tangan mundur satu jam ya~】” 　　Itu suara peri, itu ucapan CC. 　　Tapi itu gadis polos yang memberikan seluruh ketulusannya padanya, yang tak sempat melihat kembang api menghiasi langit Brooklyn. 　　“Tidak mau mencoba?” 　　Einstein mendekat, berkata dengan nakal. 　　“Mencoba...” 　　Lin Xian yang berusia pelan menengadah: 　　“Mencoba... apa?” 　　“Sesuai yang tertulis di surat ini, atur waktu mundur satu jam!” 　　Einstein seperti baru melakukan kejahatan, tertawa hehe: 　　“Sekarang sudah Winter Time, tapi ini masih jam daylight saving time. Sejak tahun 1952 kamu tidak mengkalibrasinya, jadi sekarang... kenapa tidak putar kenopnya, mundurkan waktu [satu jam]?” 　　Lin Xian mendengar, terkikik. 　　Dia tak tahu apa artinya ini. 　　Tapi... 　　Seperti kata Einstein, kenapa tidak dicoba? 　　Maka. 　　Tangan kirinya mengangkat jam, tangan kanan memegang kenop kanan, mulai memutar berlawanan arah jarum jam—— 　　Huuuuush!!!!!!! 　　Keajaiban terjadi! 　　Seluruh dunia berputar! 　　Matahari-bulan bergerak ke barat, bintang-bintang berkelip. 　　Cahaya putih yang baru terbit cepat turun, bendera Merah yang turun di Lapangan Merah Moskow naik lagi; 　　Kerumunan orang berjalan mundur cepat-geser, gedung pencakar langit berubah jadi fondasi lapis demi lapis; 　　Segalanya mundur, termasuk waktu! Waktu pun mundur! 　　Akhirnya! 　　Lin Xian memundurkan jam tangannya satu jam, semua perubahan di depan mata berhenti. 　　Di tangannya masih menggenggam jam tangan seharga 20 dolar ini. 　　Hanya saja…… 　　Dia tidak duduk di kursi roda, melainkan berdiri di atap menara jam Brooklyn. 　　Kulitnya kembali bersinar, semua bangunan di sekitarnya identik dengan tahun 1952. 　　Dengan penuh tanya ia menatap kaca di sebelahnya. 　　Di balik kaca, terpantul dirinya yang berusia dua puluhan! Diri dengan mata hitam! 　　"Waktu mundur?" 　　Lin Xian tersadar: 　　"Di sini... adalah tahun 1952!" 　　"Wah, ngapain melamun? Ini memang tahun 1952 lah!" 　　！！！ 　　Suara yang familiar、 　　Nada bicara yang familiar、 　　Rambut coklat tua mengembang yang familiar、 　　Bulan sabit tipis dan lesung pipi di sudut bibir yang familiar! 　　CC, gadis miskin Brooklyn, menoleh dari pagar menara jam di bawah gemintang malam, tersenyum kecut pada Lin Xian: 　　"Hei! Menurutmu... bos toko kembang api itu benar-benar akan mengambil risiko melanggar hukum untuk memamerkan kembang api? Jangan-jangan... dia cuma mau menipu uang kita?" 　　Lin Xian tersenyum tipis. 　　Ia menggesper jam tangan di pergelangan tangan kiri, mendekati pagar dan berdiri berdampingan dengan CC menatap langit: 　　"Tidak mungkin." 　　Dengan keyakinan penuh ia berkata: 　　"Bos toko kembang api itu pria sejati. Dia benar-benar mendatangkan sepuluh pick-up kembang api dari negara bagian lain." 　　Menunduk, melirik jam tangannya: 　　"Waktunya tiba." 　　BOOM BOOM BOOM BOOM BOOM BOOM BOOM BOOM BOOM!!! 　　BOOM BOOM BOOM BOOM BOOM BOOM BOOM BOOM BOOM!!! 　　BOOM BOOM BOOM BOOM BOOM BOOM BOOM BOOM BOOM!!! 　　Kembang api membanjiri langit malam Brooklyn, mengubah seluruh cakrawala menjadi terang bak siang. 　　"Waaaah!!!!!!" 　　CC memancarkan kilauan di pupilnya, berteriak gembira: 　　"Kembang api! Benar-benar kembang api! Aku belum pernah melihat sebanyak ini!" 　　Dentuman ledakan bergema silih berganti. 　　Entah mundur ratusan tahun ke belakang, atau maju ratusan tahun ke depan... Langit Brooklyn takkan pernah lagi menyaksikan kembang api sebesar ini. 　　Dan seluruh pertunjukan cahaya ini, dipersembahkan khusus untuk seorang gadis kecil yang tumbuh di panti asuhan Ji Xinshui, pencinta hot dog, yang mudah cemas, dengan impian mengenakan gaun putih—— 　　“CC。” 　　Lin Xian berbisik lembut: 　　"Selamat ulang tahun." 　　Seketika, CC berdiri di bawah hujan kembang api dengan air mata yang tak terbendung. 　　Tak pernah ada yang begitu baik padanya, kecuali Lin Xian; 　　Tak pernah ada yang mengucapkan selamat ulang tahun, kecuali Lin Xian; 　　Tak pernah ada yang seperti lampu ajaib mewujudkan semua keinginannya, kecuali Lin Xian; 　　Tak pernah ada yang menemani dari Brooklyn ke Manhattan, lalu kembali ke Brooklyn... 　　Dia mengumpulkan keberanian. 　　Mengulurkan tangan kiri, menggenggam tangan kanan Lin Xian, erat di telapak tangan: 　　"Aku tidak akan... terbangun nanti..." 　　CC menggigit bibir bawahnya, genggaman di telapak tangan Lin Xian semakin erat: 　　"Tidak akan terbangun suatu saat dan semuanya... hanya mimpi belaka?" 　　"Tidak akan." 　　Lin Xian tersenyum sambil berkata: 　　"Inilah kenyataan yang tak bisa lebih nyata lagi..." 　　"【Tahun 1952 kita, Brooklyn kita!】"