Xun Yuzao yang putri keluarga kaya dan Li Meimei ketua perkumpulan, sama-sama tak bisa melayani orang, hanya terbiasa dilayani. Bagi Chen Da Dangjia, ini kekurangan besar. Untungnya Lu Haozhi paham situasi, dengan sukarela menjadi anak buah yang rajin menjilat, membuat Chen Qi mendapat banyak hiburan.
Setelah makan, keempatnya hendak beristirahat. Tanpa basa-basi Chen Qi mengusir Lu Haozhi keluar, hanya menyisakan Li Meimei dan Xun Yuzao. Meski rumah besar ini sudah diperbaiki, hanya ada satu ranjang besar yang berhasil direbut. Tentu Chen Qi takkan berbagi dengan Lu Haozhi.
Lu Haozhi sudah bersiap-siap sebelumnya, tidak merasa malu. Sebaliknya, Li Meimei agak tersipu. Pernyataan Chen Qi ini setara dengan mengumumkan sang Pemimpin Ketiga yang cantik sebagai "kekasih eksklusif"-nya, secara definitif menetapkan posisi mereka. Meski Li Meimei dikenal genit, ini pengalaman pertamanya berbagi ranjang dengan perempuan lain. Melibatkan "Kepala Chen" yang bermaksud "satu phoenix dengan dua phoenix betina", hatinya gelisah. Sementara Xun Yuzao si rubah kecil ini justru terlihat polos, dengan sikap pasrah seolah siap dipetik, meski pikiran aslinya tak terbaca.
Chen Qi mana peduli? Saat di Markas Gunung Kuda Terbang, ia terbiasa melihat Ketua Besar memeluk kiri-kanan dilayani belasan istri perampok. Kini gilirannya mencoba. Urusan kerelaan Li Meimei dan Xun Yuzao? Bagi perampok, mana ada istri perampok yang datang sukarela? Semua hasil rampasan dan pemaksaan.
Pada Li Meimei, Chen Qi sudah mahir. Xun Yuzao memberi sensasi baru. Berani ia rangkul keduanya. Li Meimei pura-pura meronta sebentar, sementara Xun Yuzao layaknya rumput lemah yang langsung merapat.
Chen Qi merasa lucu, tertawa terbahak-bahak sambil memeluk dua gadis dan merebahkan diri di kasur. Siang harinya ia berlatih terbang, melompat dari puncak gunung, melewati ujung hidup dan mati, membuat fisik dan mentalnya sangat lelah. Setelah memeluk dua gadis di kasur, rasa kantuk pun menyerang dan ia tertidur pulas.
Malam berlalu tanpa kejadian. Saat fajar menyingsing, Chen Qi bangun dan mendapati dua gadis tersebut telah bangun lebih dulu dan tidak ada di dalam rumah.
Ia berjalan keluar dari rumah besar dan melihat Li Meimei sedang melatikan Pedang Burma. Pedang ini telah ditanamkan Fu Pemotong Hantu Xuan Yin oleh Chen Qi, memungkinkan pengendalian jarak jauh. Jika digunakan dengan baik, bahkan lawan yang beberapa tingkat lebih kuat darinya akan tumbang di bawah pedang. Xun Yuzao juga sedang menelan esensi matahari-bulan, berlatih dengan teknik rahasia suku rubah. Lu Haozhi dan ratusan mayat prajurit terkubur dalam tanah, hanya menyisakan kepala di permukaan, menyerap energi bumi.
Chen Qi tidak ingin berlatih bersama mereka. Ia tetap pergi ke tempat sepi di belakang Desa Xun. Semalam ia mempertaruhkan nyawa membuka belasan titik akupuntur, berhasil meramu Meriam Naga Sejati, dan ingin mengulangi latihannya.
Chen Qi mengaktifkan Taisang Hualong Jue. Energi Naga Sejati mengalir di 108 titik akupuntur yang telah terbuka, metode mengumpulkan tenaga Meriam Naga Sejati langsung terpikir. Chen Qi tidak tahu bahwa semua teknik kultivasi tingkat dasar menggunakan prinsip melepaskan energi ke luar. Meski Meriam Naga Sejati adalah yang paling ganas dalam kategori ini, prinsip dasarnya tetap sama.
Chen Qi diam-diam mengalirkan Energi Naga Sejati, mengikuti mantra Meriam Naga Sejati, menyatukan kedua tangan lalu menariknya dengan cepat ke bawah iga, kemudian mendorongnya dengan dahsyat. Seberkas energi berbentuk naga bercahaya keemasan melesat keluar. Meski Chen Qi melancarkan serangan ini tanpa target, seekor kelinci liar yang kebetulan lewat terkena tepat sasaran.
Begitu energi naga itu melesat dan kembali, Chen Qi tak merasa kelelahan, malah Energi Naga Sejatinya bertambah sedikit. Ia sudah tahu kekejaman Taisang Hualong Jue, tapi sifat Meriam Naga Sejati yang seperti ini benar-benar di luar perkiraannya.
"Energi Naga Sejati bisa mengikis habis darah kehidupan makhluk dan spiritualitas benda pusaka. Ternyata Meriam Naga Sejati memperkuat sifat ini! Jika aku menguasai jurus ini, mungkin tak perlu kabur lagi saat bertemu siluman nyamuk darah itu. Cukup kuserahkan dua burung gagak api untuk mengganggunya, lalu hujani dengan sepuluh sampai delapan kali Meriam Naga Sejati, pasti bisa membunuh siluman besar itu."
Setelah beberapa kali mencoba, Chen Qi semakin mahir. Daya penghancur Meriam Naga Sejati sangat kejam: saat menghantam batu gunung, meledak seperti mesiu; saat mengenai pepohonan atau binatang, langsung mengikis energi spiritualnya. Menghantam batu dan tanah menguras energi Zhen, Chen Qi maksimal hanya bisa melancarkan 20 kali serangan. Tapi saat mengenai tumbuhan atau hewan, Energi Naga Sejati justru menyerap esensi mereka, memberikan sedikit tambahan energi.
Chen Qi berlatih sepanjang pagi, hingga mahir menggunakan Meriam Naga Sejati, hatinya dipenuhi sukacita. Sore harinya, ia mulai melatih Formasi Burung Gagak Api dan Taisang Hualong Jue secara terpisah. Menjelang malam, kembali ke Desa Xun untuk beristirahat.
Hari-hari seperti ini terasa sangat menyenangkan bagi Chen Qi, tanpa ia sadari Delapan Siluman Danau Taihu telah mengobrak-abrik Duliangjun. Beberapa kota besar porak-poranda, namun "Xiao Pingnan" tetap tak ditemukan.
Sorot mata Jun Gunung Bermata Kuning yang menancap di Wang Changsheng membuat sesepih tertinggi Heshan Dao ini gemetar ketakutan. Puluhan kali sudah ia disiksa dengan cara-cara mengerikan, ilmu hitamnya tak berdaya menghadapi trik siluman besar ini.
Jun Gunung Bermata Kuning menderu dingin: "Kau bilang Xiao Pingnan mungkin masih di Kota Prefektur Poyang, sudah kami geledah. Kau sebut kota-kota lain sebagai tempat persembunyiannya, juga sudah kami periksa. Mengapa tetap tak ada jejak? Apakah kau berani menipuku?!"
Wang Changsheng dalam hati mengeluh: "Tentu saja aku membohongimu! Tapi jika jujur, kau tak percaya. Terus menyangka aku tahu persembunyian si pencuri Xiao Pingnan. Mana kutahu di mana dia? Andai tahu, takkan kutahan diri di Gunung Zhuyn!"
Meski begitu, mulut tua ini tak berani mengatakannya. Pengalaman puluhan kali disiksa oleh Jun Gunung bermata kuning yang kejam itu telah mengajarinya untuk tetap patuh.
Dengan nada agak menjilat ia berkata: "Kebesaran Dewa Huangjing Shanjun terlalu megah, mungkin Xiao Pingnan langsung kabur begitu melihatnya dari jauh. Tapi kutebak dia tidak akan pergi jauh, karena sudah ketahuan jejaknya. Menurutku lebih mungkin dia bersembunyi di Gunung Tianma. Gunung Tianma dan Zhuyin adalah dua gunung terkenal di wilayah Duliang, tapi area Tianma lebih luas, paling cocok untuk sembunyi..."
Wang Changsheng mengoceh tanpa arah, bahkan dirinya sendiri tidak percaya bahwa "Xiao Pingnan" akan pergi ke tempat seperti itu. Tapi baik Huangjing Shanjun maupun siluman Taihu lainnya, semua berpikir dengan logika siluman: menganggap manusia licik dan punya banyak akal. Mereka tidak menyadari bahwa Wang Changsheng sebenarnya sudah kehabisan akal, sedang memaksakan diri menipu mereka.
Huangjing Shanjun merenung sejenak, lalu berkata pada Nyamuk Darah: "Lao Qi, kau pergilah dulu ke Gunung Tianma untuk memastikan. Jika menemui orang yang kita cari, tandai dulu posisinya. Jangan serakah ingin merebut, tunggu kami dan saudara-saudara lain datang baru bertindak."
Nyamuk Darah mengiyakan, berubah menjadi nyamuk merah tua yang langsung terbang ke langit. Setelah beberapa shichen terbang, saat mendekati Gunung Tianma, hatinya bergumam: "Kali ini si bos mengajak kami merebut Kitab Langit milik Tianhe Laozu. Jika berhasil, aku bisa belajar beberapa mantra darinya. Pasti kekuatanku akan meningkat ratusan kali lipat. Meski sekarang susah, sepadanlah."
Nyamuk Darah terbang cukup jauh, telah melewati puncak pertama Gunung Tianma. Dengan mengandalkan kecepatan terbangnya, ia berhasil melintasi puncak ini dan melanjutkan penerbangan ke kedalaman. Di puncak pertama Gunung Tianma yang baru saja dilewatinya, berdiri seorang gadis berusia 12-13 tahun bertelanjang kaki, matanya yang indah memancarkan kesedihan mistis. Ia menengadah ke langit dan tiba-tiba berkata: "Kenapa Delapan Siluman Danau Taihu juga datang? Nyamuk Darah ini sungguh mengganggu, berani pamer kekuatan seperti ini."
Meski gadis cilik yang kecantikannya seperti bukan manusia ini berkata demikian, ia tak melakukan tindakan apapun terhadap Nyamuk Darah. Ia hanya berdiri diam di puncak pertama Gunung Tianma sambil memandang langit, lalu mendesah: "Ujian kelulusan kali ini, entah aku atau adik seperguruanku yang menang. Xiao Pingnan sudah kuterjang, seharusnya nyawanya tak lama lagi. Yang menyebalkan, aku sama sekali tak bisa melacak keberadaan si bajingan itu, juga tak bisa mengambil kembali Kitab Gunung Padi dan kitab suci Tianhe Laozu..."
Setelah beberapa saat merenung, gadis kecil ini pun turun gunung dengan gerakan anggun nan memesona.
Nyamuk Darah tetap tak menyadari, betapa pentingnya sosok yang baru saja ia lewatkan.
Delapan Siluman Danau Taihu kini memburu Chen Qi dengan gencar, sementara Chen Qi justru tengah asyik berlatih di Perkebunan Xun.
Ia memperoleh Gambar Titik Akupuntur Burung Matahari Emas dan Gambar Titik Akupuntur Naga Sejati, memfokuskan tenaga kultivasinya pada dua mantra ini. Kedua mantra ini sangat aneh, kemajuannya luar biasa cepat. Selama lebih dari sepuluh hari tinggal di Perkebunan Xun, tidak hanya berhasil memadatkan tujuh biji api sejati, tetapi juga menguasai mantra serangan pertama dari Taisang Hualong Jue yaitu Meriam Naga Sejati hingga bisa dilepaskan secara spontan tanpa perlu berkonsentrasi pada titik-titik akupuntur, menghilangkan berbagai pantangan dan persiapan lama yang sebelumnya diperlukan.
Chen Qi juga tahu bahwa Gunung Zhu Yin bukan tempat kultivasi ideal. Setelah diterpa Formasi Pembunuh Binatang Buas Qin Tong dan pembakaran Api Hantu Wang Changsheng, bahkan burung pun sudah lenyap. Sulit baginya mencari burung untuk meramu Burung Gagak Api. Namun untuk saat ini ia belum menemukan tempat lebih baik. Setelah menaklukkan Burung Perintis dan Elang Jiuxiao, seleranya sudah naik - tidak tertarik pada burung biasa, hanya ingin menemukan burung yang sudah menjadi siluman. Tapi di mana bisa menemukan makhluk langka seperti itu?
Dengan berbagai pertimbangan ini, Chen Qi memutuskan untuk tinggal lebih lama di Gunung Zhu Yin. Setidaknya sampai Taisang Hualong Jue dan teknik Formasi Burung Gagak Api mencapai kesempurnaan di semua titik akupuntur tubuhnya, barulah ia akan pergi dengan tenang.
Pada suatu hari saat Chen Qi sedang mengalirkan mantra jantung Formasi Burung Gagak Api, tiba-tiba kewarasannya goyah.
Ia telah mengkonsolidasikan total sembilan benih api sejati, dua di antaranya digunakan untuk menaklukkan Burung Perintis dan Ying Jiuxiao. Begitu energi Huo Ya terkondensasi menjadi benih api sejati, tingkat kultivasinya mengalami perubahan drastis. Mantra Formasi Burung Gagak Api yang diciptakan oleh kultivator kuno ini mengandung misteri tak terduga, terutama dalam hal benih api sejati yang memiliki banyak kegunaan khusus. Kegelisahan Chen Qi bukanlah "firasat ilahi" seperti yang dimiliki praktisi legendaris, melainkan kebuntuan dalam latihan Formasi Burung Gagak Api-nya. Setelah membuka 72 titik api, teknik mantranya mentok dan ia terus merasa ada yang salah dalam praktiknya.
