Awalnya Chen Qi hanya ingin menghibur diri dengan menikmati pemandangan usai tidur nyenyak. Namun saat matanya menyapu lingkungan sekitar, sesuatu yang aneh di kompleks bangunan ini mulai menarik perhatiannya.
Meskipun Chen Qi adalah praktisi yang belajar mandiri dan baru setengah jalan dalam mempelajari ilmu Tao, pengetahuan yang dimilikinya berasal dari teknik kuno yang tak terbayangkan kecanggihannya. Saat ia mengerahkan Energi Naga Sejati ke kedua matanya, terlihatlah bahwa rumah ini berbentuk bagua secara keseluruhan. Menara tempatnya tinggal tepat berada di posisi Xun, yang mewakili atribut angin. Pada siang hari, rumah ini tampak biasa saja, namun di malam hari terdapat belasan aliran energi siluman dan Energi Yin yang menjulang ke langit, jelas menandakan adanya makhluk angker yang menghuni tempat ini.
Chen Qi sama sekali tidak takut pada siluman atau hantu. Kitab Gunung Padi khusus menangkal makhluk-makhluk semacam ini, di mana banyak mantra membutuhkan materi okultis untuk ritualnya. Energi Zhen Burung Gagak Api dari Formasi Burung Gagak Api merupakan kristalisasi Api Sejati Matahari yang mampu memusnahkan segala jenis siluman atau hantu angker hanya dengan sentuhan apinya. Taisang Hualong Jue yang kejam juga memiliki kemampuan menelan hantu, siluman, dan energi jahat. Dengan begitu banyak trik, apa lagi yang perlu ditakuti Chen Qi?
Setelah mengamati cukup lama, Chen Qi hendak kembali ke menara untuk meditasi. Tiba-tiba dari halaman di sebelah tenggara, terdengar nyanyian melankolis disertai bayangan putih yang perlahan melayang. Tak lama kemudian, dari halaman barat laut muncul suara menggeretak gigi yang membuat bulu kuduk merinding.
Chen Qi menjadi penasaran dan menolak melanjutkan latihan. Dia memberikan semua Siluman Tengkorak kepada Xun Yuzao, lalu mengeluarkan Tali Hitam Enam Jalan yang peringkatnya hanya di bawah Tujuh Pembunuhan Shen Yuan dan Siluman Tengkorak. Beberapa Tali Hitam Enam Jalan yang sebelumnya dimilikinya telah diambil oleh Nyamuk Darah. Tali yang ada di tangannya sekarang adalah buatan Wang Changsheng, dengan daya penghancur yang berlipat-lipat kali lebih kuat dibanding yang berasal dari Xiao Pingnan.
Sambil meramu Tali Hitam Enam Jalan dengan Taisang Hualong Jue, Chen Qi mengamati rumah tersebut. Tak lama kemudian, beberapa halaman di rumah itu mulai menyala lampu-lampunya. Bagi orang biasa, cahaya ini tampak seperti rumah biasa. Namun melalui pandangan Taisang Hualong Jue Chen Qi, yang terlihat hanyalah api hantu yang redup dan suasana pengap penuh asap. Setiap titik cahaya memancarkan aura seram yang tak terucapkan.
Tali Hitam Enam Jalan dikumpulkan dari energi kotor bawah tanah selama ribuan tahun. Awalnya hanya berupa gumpalan energi abu-abu berbau busuk, lalu melalui teknik rahasia Heshan Dao yang rumit, dipadatkan hingga menjadi sehalus benang laba-laba berwarna hitam tak berbau. Jika mengenai target, energi Yin jahat akan langsung merasuk ke tulang. Bahkan praktisi kultivasi aliran ortodoks sekalipun, jika lengah atau tak memiliki perlindungan magis, akan kehilangan seluruh tingkat kultivasinya dan harus memulai dari nol bila terjerat oleh alat ritual beracun ini.
Di antara 67 mantra Heshan Dao, Tali Hitam Enam Jalan menempati peringkat ketiga. Sifat beracunnya bahkan melebihi Panji Hutian dan Kantong Lima Yin.
Jika makhluk jahat terlilit Tali Hitam Enam Jalan, rohnya akan langsung tereliminasi di tempat. Daya penghancurnya tidak kalah dari Siluman Tengkorak. Hanya karena benda ini, bagaimanapun diramu, satu set hanya bisa memiliki enam tali hitam, berbeda dengan Siluman Tengkorak yang jumlahnya banyak, maka ditempatkan di bawahnya.
Setelah diramu ulang oleh Chen Qi, Tali Hitam Enam Jalan karya Wang Changsheng berubah menjadi beberapa helai sutra hitam yang melingkar di sekeliling Chen Qi. Wang Changsheng selalu memulai latihan dari mantra terkuat. Dari semua siluman, Siluman Tengkorak memiliki daya terbesar. Usaha yang dicurahkan pada Tali Hitam Enam Jalan ini juga beberapa kali lipat lebih banyak daripada Kantong Lima Yin. Enam tali hitam ini telah mencapai batas perampungan - setiap tali mengandung larangan lengkap, enam tali berarti enam larangan utuh yang dayanya saling bertumpuk, meningkat hingga sepuluh kali lipat kekuatan tunggal.
Setelah mengerahkan Tali Hitam Enam Jalan sebagai perlindungan, Chen Qi semakin tenang. Setelah mengamati beberapa saat, tiba-tiba terdengar lolongan panjang mengerikan dari taman tak jauh. Sesosok benda hitam terbang keluar dari taman itu dan langsung menabrak pagoda tempat Chen Qi tinggal.
Chen Qi mengikat Tali Hitam Enam Jalan, tidak segera menyerang. Benda hitam pekat itu menubruk bagian luar pagoda, seolah ada perisai tak kasat mata. Bunyi "dong-dong" terus bergema, namun tak sanggup menembus radius tiga zhang di sekitar pagoda.
Chen Qi mulai curiga, berpikir dalam hati: "Apakah siluman ini sedang berlatih, atau ada keanehan pada pagoda ini?"
Siluman hitam itu terus menubruk. Sosok putih yang sebelumnya menyanyi mulai melayang dari pekarangan, menampakkan wajah pucat pasi dengan mata merah menyala menatap Chen Qi. Dengan teriakan aneh, ia menerjang lurus ke depan. Meski terhalang di batas tiga zhang, sosok putih ini jauh lebih menakutkan daripada monster hitam tadi, terutama lengkingan menusuk dari mulutnya yang berbelit-belit - entah tangisan, tawa, atau ratapan kematian - yang paling mengguncang jiwa.
Setelah mengamati cukup lama, Chen Qi penasaran. Ia merogoh dinding pagoda dan mencabut sepotong batu bata hijau. Setelah memeriksanya, ia terkejut: "Ini bata mantra? Jangan-jangan pagoda ini sedang menahan sesuatu?"
Batu bata bertulis mantra sebenarnya bukan barang langka di Dinasti Dayun, malah sangat populer. Karena siluman dan hantu merajalela di Dinasti Dayun, banyak keluarga menyiapkan berbagai alat perlindungan seperti bawang putih, kayu persik kering, pedang kayu persik, pedang koin tembaga, patung Buddha yang telah disucikan, senjata yang pernah membunuh dalam pertempuran, kertas jimat... beragam jenisnya. Tapi yang paling ampuh mengusir roh jahat adalah batu bata bertulis mantra. Setiap batu bata hijau ini diukir mantra oleh biksu agung secara langsung, setiap keping memiliki kekuatan anti roh jahat. Rumah yang dibangun dengan batu bata ini sama sekali tidak bisa didekati siluman biasa, sehingga sangat digemari pejabat dan orang kaya.
Tapi batu bata mantra sulit didapat, karena biksu yang memiliki level spiritual tinggi sangat sedikit. Membuat batu bata dalam jumlah cukup untuk membangun rumah juga membutuhkan waktu dan usaha keras. Kebanyakan orang kaya hanya menyelipkan beberapa keping batu bata mantra di antara batu bata biasa, tidak bisa membangun seluruh rumah dengan material ini.
Namun Chen Qi secara tak sengaja menggali satu keping dari dinding pagoda ini, ternyata ada mantra Buddha terukir di atasnya. Hal ini membuat Chen Qi semakin tertarik, lalu menggali beberapa keping lagi - setiap batu bata ternyata memiliki tulisan mantra.
Tiba-tiba di luar rumah besar ini muncul sederet lentera, memanjang dari pintu gerbang hingga lebih dari sepuluh li (±5 km). Di bawah cahaya lentera, terlihat banyak sosok hilir mudak melakukan transaksi jual-beli dengan ramainya. Tapi kedatangan mereka aneh, gerakannya seperti bayangan, semua wajahnya kaku tanpa ekspresi - jelas bukan ciri-ciri orang hidup.
Chen Qi mengembalikan batu bertulis mantra di tangannya ke tempat semula, lalu memandang ke luar rumah. Hatinya berdesir, semakin resah. Hal semacam ini telah ia dengar ribuan kali - sebuah tempat bernama Jalan Hantu. Konon, di suatu tempat yang terlalu banyak mayat terkubur, arwah-arwah ini membentuk pasar sendiri. Saat malam tiba, keramaian pun dimulai dengan transaksi barang-barang yang tak ada di dunia manusia.
Tak jarang orang hidup tersesat ke Jalan Hantu. Hasilnya, ada yang membawa puluhan batu bata dan genteng, kertas kuning serta uang abu. Ada pula yang hilang tak kembali setelah masuk, dibawa pergi hantu jahat. Bahkan ada yang dipaksa menjadi menantu hantu, terombang-ambing antara hidup dan mati, hingga di siang hari pun teriakannya masih terdengar di antara gundukan makam.
Cerita-cerita semacam ini sudah menjadi kabar burung yang akrab di telinga rakyat jelata Dinasti Dayun.
Saat masih menjadi perampok gunung, Chen Qi sering mendengar para perampok senior bercerita tentang hal-hal mistis semacam ini. Ada seorang perampok tua yang pernah membunuh dan melarikan diri, tak sengaja masuk ke Jalan Hantu. Ia menukar pakaian bekasnya dengan sebuah pisau pusaka. Ketika fajar menyingsing, pisau itu ternyata berasal dari dinasti 600-700 tahun silam, bernilai selangit. Si perampok kerap pamer pisau pusaka itu di markas mereka.
Kala itu, Chen Qi hanya menganggapnya sebagai dongeng pengantar tidur. Tak pernah terbayang bahwa dirinya akan mengalami hal seram semacam ini.
"Ia melihat di dalam rumah, berbagai siluman dan hantu aneh terus melayang-layang sambil menghantam menara harta ini. Di luar pagar, jalan hantu ramai dan meriah. Sering terlihat makhluk halus melayang dari ujung satu, menghilang sekejap mata, lalu tiba-tiba muncul lagi dari tanah dan mengulangi prosesnya."
"Tak heran rumah ini begitu angker. Menara delapan belas tingkat ini seluruhnya dibangun dari bata sutra. Berapa harta dibutuhkan untuk membangunnya? Mengapa para hantu ini terus menghantam menara? Apakah ada siluman lebih kuat di bawahnya? Atau ada makna khusus?"
Chen Qi merenung sejenak. Tak peduli fenomena aneh di luar, ia menempelkan tangan ke dinding menara. Mengaktifkan Taisang Hualong Jue, energi Naga Sejati mengalir deras. Energi itu menyusuri lantai 18 dengan mulus, lalu berpindah ke lantai 17 mengikuti pola aneh.
Energi Naga Sejati di dalam tubuh pagoda ini, setiap kali naik satu tingkat, kelincahan dan vitalitasnya bertambah banyak. Seperti yang ditebak Chen Qi, seluruh pagoda ini dibangun dari bata sutra yang sangat mahal. Memiliki kapasitas tinggi untuk menampung energi Zhen apapun. Saat Chen Qi menyalurkan Energi Naga Sejati ke tubuh pagoda, prosesnya seperti meramu pagoda ini. Turun terus hingga ke tingkat pertama, Energi Naga Sejati tetap tak mau berhenti, langsung menembus ke dalam tanah.
Saat Energi Naga Sejati menembus, Chen Qi baru menyadari pagoda ini memiliki total 24 tingkat - 18 di atas tanah dan 6 di bawah tanah. Tanpa basa-basi, Energi Naga Sejati terus menerjang ke bawah. Di lapisan terbawah bawah tanah, terlihat patung Buddha dikelilingi ribuan teratai merah yang naik-turun, seolah Buddha sejati turun ke dunia dengan cahaya suci yang agung. Di belakang kepala patung, 60-70 lingkaran cahaya berwarna-warni berkilauan gemerlap.
Chen Qi terkejut hendak menarik kembali Energi Naga Sejati-nya. Tiba-tiba satu teratai merah terbang dari sekitar patung Buddha, menyedot energi tersebut. Seketika kekuatan magis aneh mencoba masuk ke tubuh Chen Qi melalui saluran energi. Dengan naluri tajam, Chen Qi merasa teratai merah ini membawa tradisi mencurigakan. Jika sampai kekuatan ini menempel di tubuhnya, konsekuensi berbahaya sudah menunggu di depan.
