Mo Qiwen adalah shijie (kakak senior), sehingga semua barang yang diperoleh Enam Gadis Luofu disimpan olehnya. Kali ini memasuki gua dewa kuno secara paksa, boleh dibilang Enam Gadis Luofu mendapatkan cukup banyak. Meski kekuatan magis mereka sangat rendah dan tidak mendapat benda-benda terlalu hebat, tapi alat ritual dengan satu dua lapis kekangan saja terkumpul hampir 20-30 buah. Dibandingkan sebelumnya dimana hanya Wan Fang yang memiliki kantong pusaka tingkat jimat, sekarang mereka jauh lebih makmur.
Melihat Chen Qi menyetujui, Mo Qiwen mengeluarkan benda berbentuk piringan. Chen Qi mengendalikan kekuatan magis untuk mengambilnya ke tangan sendiri, lalu mengerahkan kemampuan mata Buddha untuk mengamati lama-kelamaan. Ia tetap tak bisa mengenali asal-usul benda ini. Hatinya berdesir halus, lalu menggunakan Taisang Hualong Jue untuk menyelidikinya. Teknik ini paling ahli menghancurkan cap energi pada semua alat ritual. Begitu kekuatan Chen Qi masuk ke piringan ini, langsung merasakan gelombang niat yang sangat angker bermunculan.
Chen Qi gemetar halus. Taisang Hualong Jue segera berubah menjadi Ilmu Pengendalian Naga-Harimau, menyuntikkan kekuatan Ular Api Tak Terkalahkan ke dalamnya. Piringan ini langsung mengeluarkan teriakan ribuan hantu yang mengerikan, disertai lapisan-lapisan kabut hitam yang memancarkan energi angker tak terkira. Berkat empat bunga Udumbara yang dilepaskan Chen Qi membentuk Formasi Vajra-Garbha Dua Dunia Sepuluh Arah versi mini, akhirnya benda piringan magis ini berhasil diintimidasi.
Enam Gadwa Luofu terkejut melihat perubahan aneh dan angker pada piringan itu. Mo Qiwen yang wajah cantiknya langsung pucat membatu, dalam hati bergumam: "Untung hari ini kami menunjukkan benda ini kepada Tuan Ketujuh. Jika tidak, saat kekuatannya terbangun, bukankah kami semua saudari akan tewas?"
Tujuh Pahlawan Yangzhou juga gemetar ketakutan. Mereka tak paham mantra, apalagi menghadapi siluman-siluman.
Chen Qi melepaskan mantra Ular Api. 49 ekor ular api mengitari piringan itu, namun api yang diramu dalam mantra ini bukanlah Api Sejati Matahari. Meskipun dahsyat, mantra ini tak bisa mengendalikan energi angker. Setelah meramu selama kurang dari setengah shichen, kabut hitam yang keluar dari piringan itu sama sekali tidak memudar, teriakan dari dalamnya semakin mengerikan.
Chen Qi menghela napas pasrah, berkata pada Mo Qiwen: "Aku tak tahu asal-usul benda ini. Tapi kini perubahannya telah kubicarakan. Tanpa tekanan kekuatan magisku, siluman di dalamnya akan keluar membunuh orang. Biarlah tetap di sini dulu, sampai kutemukan cara untuk menekannya, baru kukembalikan pada Rekan Mo."
Mo Qiwen segera menjawab: "Benda angker seperti ini tak berani kami simpan. Persembahkan saja pada Tuan Ketujuh."
Chen Qi merendahkan diri beberapa kali. Melihat Enam Gadis Luofu benar-benar menolak, ia merenung sejenak lalu tersenyum: "Kalau begitu, anggap saja kalian memberikan benda ini padaku. Aku akan menukarnya dengan alat ritual lain." Chen Qi sengaja ingin mengambil hati Enam Gadis Luofu. Dengan santai ia mengeluarkan sebuah alat ritual hasil ramuan bikinan dua pendeta Qingcheng dan memberikannya pada Mo Qiwen. Alat kecil ini tidak berarti baginya, tapi sangat langka bagi orang biasa. Chen Qi memilih yang terbaik bernama Wu Lei Zhu (Bola Lima Petir). Saat dilempar, benda ini bisa mengeluarkan petir dan menghancurkan target. Bahkan orang biasa pun bisa menggunakannya.
Mo Qiwen gembira melihat benda angker yang tak bisa dipakai itu ditukar dengan alat ritual sakti. Setelah kejadian ini, suasana antar mereka mulai cair. Chen Qi seolah lupa kejadian sebelumnya. Wan Qi yang melihat momen tepat, memberi kode mata pada adiknya.
Wan Fang merasa cemas, tak tahu apakah Chen Qi akan menghargai permintaannya. Tapi demi kakaknya, ia memaksakan diri tersenyum memikat pada Chen Qi: "Tuan Ketujuh yang sakti, Wan Fang pun permohonan tak pantas. Berkenankah Tuan mengabulkannya?"
Chen Qi melihat semua usahanya mulai berbuah. Dalam hati ia tertawa dingin, tapi wajahnya tetap ramah: "Rekan Wan tak perlu sungkan. Jika ada hal yang memerlukan bantuanku, silakan katakan saja."
Wan Fang melirik kakaknya sendiri, ragu sejenak, akhirnya membuka mulut: "Kakakku dan beberapa saudara angkatnya sangat mengagumi ilmu gaib. Bisakah Tuan Ketujuh merekomendasikan seorang guru untuk kakakku?"
Di dalam hati, Chen Qi menyeringai dingin: "Sudah kutunjukkan kemampuan ini, para bangsawan ini masih meremehkan, ingin mencari guru yang lebih hebat. Baiklah, kalian ingin kujadikan murid, aku harus pura-pura menolak. Tapi karena hanya minta rekomendasi, bisa langsung kusetujui." Setelah berpikir begitu, Chen Qi langsung menjawab: "Ini tergantung takdir. Ketika aku bertemu senior garis guru, pasti akan kubantu bicara untuk kalian!"
Begitu juga Wan Qi dan yang lain, sudah terbiasa menyebutku saudara, merasa malu untuk resmi menjadi murid. Mereka tak tahu bahwa Chen Qi sama sekali tak berniat menerima mereka. Pikiran mereka yang seperti ini justru menghemat tenaga si pencuri kecil ini.
Begitu Chen Qi menyetujui, Wan Qi dan kawan-kawan langsung merasa lega. Sun Fangjie, Bai Jili, Xu Gouyang, Wang Fuzhi, Zhang Yu, Sima Zhuoliao, semua memandang Wan Qi dengan takjub. Dalam hati mereka bergumam: "Untung Wan Fang punya adik perempuan baik yang bisa jadi perantara. Tanpa itu, mana mungkin Tuan Tujuh begitu mudah menyetujui?"
Seketika semua orang merasa beban pikiran mereka lenyap, bahkan Chen Qi pun tak lagi melirik piringan itu. Ia hanya menggunakan Formasi Vajra-Garbha Dua Dunia Sepuluh Arah untuk menekannya, lalu memindahkannya ke Pagoda Vajra. Karena benda ini tak bisa meningkatkan daya Formasi Vajra-Garbha, Chen Qi pun enggan menyimpannya dalam cahaya Buddha yang terwujud dari Energi Naga Sejati-nya.
Saat mereka sedang berbincang-bincang, tiba-tiba terdengar suara jeritan aneh dari halaman. Hati Wan Fang berdebar kencang, ia segera berlari keluar dari ruang kerja. Di sana terlihat Xiang Shou, binatang suci peliharaannya. Makhluk kecil itu sedang melompat-lompat di halaman, bertarung sengit dengan seekor kalajengking iblis. Bulu putih di seluruh tubuh Xiang Shou berdiri tegak, tampak sedang mengerahkan kekuatan. Namun karena wajahnya yang sangat menggemaskan, bahkan saat marah pun tetap tampak manis.
Melihat Xiang Shou-nya bertarung mati-matian dengan kalajengking iblis yang ganas, Wan Fang panik. Ia segera melemparkan piringan giok untuk membantu binatang kesayangannya. Tak disangka, dari tubuh kalajengking itu tiba-tiba muncul sinar terang yang langsung menyambar dan menyedot piringan giok tersebut.
Chen Qi yang terlambat menyusul, akhirnya keluar dan melihat kejadian ini. Dengan suara tegas ia berseru, "Xiao Jin, jangan nakal! Kembalikan segera alat ritual Nyonya Wan! Jangan ganggu binatang sucinya!" Katak emas kecil itu melompat keluar dari dalam tubuh kalajengking dengan wajah kesal, "Bukannya semua barang ini milik Tuan? Kok jadi alat ritual orang lain?"
Wan Fang wajahnya agak memerah, sepasang mata indahnya menunjukkan rasa malu. Bagaimana mungkin Chen Qi mempermalukan sang gadis? Ia segera menegakkan kewibawaan sebagai pemilik, membentak: "Jangan banyak bicara! Cepat kembalikan barangnya, sembunyi dalam tanah dan rajinlah berlatih!" Kodok kecil itu memandang Chen Qi beberapa saat, lalu menatap Wan Fang, baru berseru: "Oh jadi ini nyonya istana, pantas saja. Tuan dan nyonya memang tak terpisahkan, Xiao Jin akan segera berlatih, tak berani mengganggu urusan baik sang tuan."
Kodok kecil ini tak peduli ucapan sendiri telah membuat wajah cantik Wan Fang memerah, seluruh tubuhnya terasa panas. Ia mengarahkan kalajengking siluman itu langsung menyelam ke dalam tanah, mengabaikan Xiang Shou.
Chen Qi justru ber-muka tebal, tak berusaha menjelaskan, hanya tersenyum membisu. Di mata Wan Fang, si pencuri kecil ini sengaja ingin mengambil keuntungan darinya, sangat menjengkelkan. Tapi ketika teringat permintaannya yang tak masuk akal pun Chen Qi langsung setuju, Wan Fang menjadi lebih paham. Kakaknya dan Tujuh Pahlawan Yanzhou lainnya memang tak punya bakat dalam latihan spiritual. Kesediaan Chen Qi pasti 90% karena ingin memberi muka padanya. Hal ini membuat Wan Fang tak tegas menolak.
“Chen Qi melihat Wan Fang memanggil Xiang Shou ke tangannya, jari-jari mulusnya mengelus lembut, menghibur dengan penuh perhatian. Ia tak bisa menahan rasa penasaran: "Aku pernah melihat makhluk suci sejenis ini sebelumnya, sangat langka. Bagaimana Rekan Wan bisa membuatnya tunduk?"
Wan Fang terkejut sekaligus gembira mendengar pertanyaan Chen Qi: "Xiao Shou'er-ku mengikutiku tanpa alasan jelas. Jika Kakak Tujuh tahu di mana ada sesamanya, bisakah kau beri tahu agar aku bisa mencarikan teman untuknya?"
Chen Qi menggelengkan kepala sambil tersenyum: "Pemiliknya adalah murid sejati dari sekte besar Tiga Sekte Enam Jalan, berkarakter sangat angkuh. Aku tidak punya pengaruh di hadapannya. Sungguh, aku tak bisa membantu."
Mendengar penjelasan Chen Qi, Wan Fang pun mengubur harapannya. Saat Chen Qi menyebut pemilik Xiang Shou lainnya, tiba-tiba benang perasaan yang tak terduga muncul di alam kesadarannya, melilit erat seperti akar, berhadap-hadapan dengan denyut gunung yang merupakan manifestasi Hati Dao-nya.
"Hei! Kenapa sebelumnya tak kusadari ada benda ini di alam kesadaranku?"
Chen Qi menggerakkan niatnya, menyentuh benang-benang perasaan di alam kesadarannya. Sensasi aneh yang bukan suka, bukan risau, bukan sedih, bukan kaku, bukan pula nyaman tiba-tiba membanjiri hatinya. Perasaan ini muncul tiba-tiba, mengalir tak tentu arah sejauh ribuan li ke seseorang yang tak diketahui.
Seorang gadis yang memeluk erat Pedang Pemutus Cinta, sedang bermeditasi di atas batu besar. Tiba-tiba kesadarannya bergetar, ia menengadah ke arah selatan. Di balik matanya yang indah tersirat sukacita dan kebencian, bibir mungilnya sedikit terangkat mengukir senyum tipis.
"Bajingan kecil itu benar-benar kabur jauh, membuatku kesulitan mencari. Xiao Shou'er, cepat ikut! Ayo kita tebas si brengsek itu. Jangan kira benang perasaanku, Diao Xue, mudah dilepaskan!"
Gadis ini tak lain adalah murid sejati Wangqing Dao, Diao Xue. Binatang suci peliharaannya, Xiang Shou, langsung melompat ke bahunya. Dengan gerakan lembut, Diao Xue mengendalikan Pedang Pemutus Cinta yang berubah menjadi pelangi panjang menembus langit, melesat ke selatan.
Di hati Chen Qi, sesuatu bergerak samar. Seolah ada perubahan, tapi juga seperti tidak. Setelah mencoba beberapa metode, ia tak menemukan bahaya dari benang-benang perasaan ini. Untuk sementara, ia biarkan saja.
Chen Qi mengingat-ingat pertarungannya dengan Diao Xue. Dalam hati ia bergumam: "Rupanya di alam kesadaranku, gadis ini sudah memasang jebakan. Tapi tali-tali halus ini teknik apa? Mengapa bahkan empat teknik Jalan andalanku tak bisa menghilangkannya?"
