Chen Qi sudah memusatkan perhatian pada cara memadatkan energi jahat, mana sempat melatih murid?
Bahkan terhadap Lu Hongying dan Rongrong pun, Chen Qi membiarkan mereka belajar mandiri. Hanya mengajarkan satu dua jurus mantra, lalu membiarkan mereka berlatih sendiri.
Apalagi Lu Hongying bisa dimaklumi, sedangkan Rongrong sebenarnya bakat Tao sejati. Dari kerabat Delapan Pahlawan Yangzhou, hanya Sima Ziyan dan Sima Qingyan yang punya sedikit bakat. Selebihnya orang sembarangan dan pengecut. Chen Qi yang baru saja menggunakan trik kotor untuk membunuh Delapan Pahlawan Yangzhou, mana mungkin mau berurusan dengan orang-orang biasa ini?
Ketiga syarat yang diajukan olehnya sebenarnya tidak terlalu sulit. Pertama, melakukan sepuluh perbuatan baik dalam satu hari dan membuat orang yang dibantu merasa bersyukur tulus. Kedua, melakukan suatu perbuatan yang masih diingat orang bahkan sepuluh tahun kemudian. Ketiga, berjalan tanpa alas kaki dari Prefektur Fuyang ke Gunung Lima Qi. Hanya dengan menyelesaikan tiga hal ini, seseorang bisa masuk ke sektenya dan menerima ilmu Tao.
Chen Qi sebenarnya tidak bermaksud mempersulit. Jika ada yang bisa memenuhi syarat ini, terutama poin terakhir, pastilah orang dengan keteguhan hati yang luar biasa. Ketiga ujian ini sebenarnya merupakan latihan kecil untuk mengasah Hati Dao. Jika berhasil, calon murid tersebut memiliki potensi untuk mencapai pencapaian spiritual di kemudian hari. Tidak ada salahnya baginya untuk menerima murid seperti itu.
Bahkan Chen Qi menyebarkan pengumuman: Siapapun yang bisa memenuhi tiga syarat ini, meski bukan kerabat Delapan Pahlawan Yangzhou atau berasal dari latar belakang apapun, diperbolehkan datang ke Gunung Lima Qi untuk berguru padanya.
Pernyataan Chen Qi ini langsung menggemparkan seluruh Kota Prefektur Fuyang. Setiap hari, tak terhitung orang yang membagi-bagikan harta benda, membantu lansia dan anak-anak, memperbaiki jembatan dan jalan. Banyak juga yang merenung keras, mencari cara untuk melakukan perbuatan yang akan tetap diingat sepuluh tahun mendatang.
Awalnya reputasi Chen Qi di Kota Prefektur Fuyang sudah sangat tinggi. Setelah kejadian ini, warga Fuyang yang mendapat manfaat secara cuma-cuma mulai memuji-muji jasa besar Chen Qi. Bahkan ada yang menyumbang dana untuk merenovasi sebuah kuil yang rusak dan terlantar di sebelah timur Kota Fuyang, mengubahnya menjadi Kuil Qilang. Mereka juga menyuruh pengukir ahli membuat patung Chen Qi yang menginjak Bunga Teratai Hitam, di mana setiap hari dan malam ada orang yang membakar dupa sebagai persembahan.
Tindakan Chen Qi ini awalnya hanya didorong oleh kepentingan pribadi, tanpa niat membantu rakyat. Namun rasa syukur masyarakat berubah menjadi kekuatan doa yang mengalir ke sekeliling Chen Qi. Selain ke tubuh utamanya, sebagian besar energi doa ini mengalir ke Kuil Qilang, terkumpul dan memadat di sana sebelum dikirimkan kembali ke Chen Qi dengan momentum yang puluhan kali lebih kuat.
Kekuatan doa ini bukanlah kekuatan magis, energi Zhen, maupun Yuan Qi langit-bumi. Secara normal tidak ada mantra yang bisa menaklukkannya. Namun sejak terobosan dalam Teknik Taisang Hualong Jue, Chen Qi telah meracik sembilan aliran energi Xuanhuang. Begitu kekuatan doa mendekat, energi Xuanhuang langsung menelannya bulat-bulat. Dengan menyerap kekuatan doa ini, energi Xuanhuang menjadi semakin padat.
Awalnya Chen Qi ingin segera meninggalkan Kota Prefektur Fuyang dan membawa Enam Gadis Luofu kembali ke Gunung Lima Qi untuk berlatih. Namun karena munculnya fenomena baru ini, Chen Qi memutuskan untuk tinggal beberapa hari lagi di Fuyang.
Chen Qi awalnya sama sekali tidak memiliki petunjuk tentang cara memadatkan energi jahat dengan Taisang Hualong Jue, namun perubahan kali ini memberi si pencuri kecil ini sedikit dugaan. Setelah terakhir kali merasakan bintang misterius di luar angkasa dan mencapai terobosan dalam merasakan langit dan bumi, ia mulai membangun persepsi samar yang kadang terputus-putus dengan bintang tersebut. Namun persepsi ini remang-remang dan sulit dipahami, bahkan Chen Qi sendiri tidak tahu bagaimana mendeskripsikannya. Yang pasti, tahap kultivasi "merasakan langit dan bumi" dalam Taisang Hualong Jue sangat berbeda dengan "Transformasi Kera Penelan Matahari", "Formasi Burung Gagak Api", serta "Teknik Penguasaan Binatang Buas Longhu Zongshe". Tidak seperti tiga ilmu Tao ini yang memiliki perhitungan pasti tentang Yuan Qi langit-bumi, terutama "Transformasi Kera Dewa Penelan Matahari" dan "Formasi Burung Gagak Api" yang sama-sama merasakan energi Api Sejati Matahari. Berbekal dua ilmu Tao ini, Chen Qi bisa terus merasakan perubahan matahari agung di langit yang tak pernah berhenti mengeluarkan gelombang panas dahsyat dalam keadaan liar.
Setiap hari meramu kekuatan doa yang datang secara otomatis, Chen Qi perlahan memahami beberapa kunci. Si pencuri kecil ini menyadari di Kuil Qilang, karena lingkungannya khidmat, orang-orang yang datang bersembahyang memiliki pikiran lebih murni, sehingga kekuatan doa yang terkumpul pun lebih jernih. Maka dia melemparkan Ziraat Naga Surgawi Taisang ke atas Kuil Qilang untuk menyerap kekuatan doa warga Kota Prefektur Fuyang. Dari empat alat ritual yang berevolusi melalui Taisang Hualong Jue, hanya Nyanyian Zen Naga Surgawi yang melekat pada Taisang Hualong Jue yang mampu menciptakan fenomena gaib - suara lantunan mantra sering terdengar di Kuil Qilang. Setiap orang yang mendengarnya akan merasakan pembersihan tubuh dan pikiran, efek menghilangkan penyakit dan mencegah bencana. Bahkan belajar di sekitar kuil ini membuat indera lebih tajam dan ingatan lebih kuat. Kuil yang seharusnya sepi pengunjung ini, berkat kekuatan magis Chen Qi, hanya dalam belasan hari setelah selesai dibangun langsung ramai peziarah, semakin hari semakin megah.
Dengan kekuatan doa harian dari warga Prefektur Fuyang, tingkat kultivasi Chen Qi semakin matang. Energi Xuanhuang dalam tubuhnya telah berevolusi menjadi sembilan alat ritual: selain Shen Fan Tianlong Babu, "Kitab Emas Kaisar Langit", Bunga Udumbara, dan Ziraat Naga Surgawi Taisang yang ada sebelumnya, satu alat ritual lagi mulai terbentuk.
Chen Qi merenung selama beberapa hari, perlahan mencapai pencerahan. Ia menyadari bahwa jika berhasil mengubah sembilan aliran energi Xuan Huang menjadi alat ritual, mungkin ia bisa memulai jalan memadatkan energi jahat. Namun energi Xuan Huang ini jauh lebih aneh dibanding Energi Naga Sejati sebelumnya—apapun alat ritual, Yuan Qi, kekuatan magis, atau energi Zhen, bahkan batu biasa, tanah, atau tumbuhan, semua bisa ditelan mentah-mentah. Hanya saja setelah dikonversi menjadi energi Xuan Huang, jumlahnya kadang banyak kadang sedikit. Benda beraura spiritual tinggi bisa dikonversi seketika, sedangkan batu biasa memakan waktu lama dengan hasil yang sangat minim.
Berdasarkan kecepatan latihan saat ini, Chen Qi memperkirakan butuh beberapa tahun untuk menyempurnakan evolusi sembilan alat ritualnya. Terutama karena masih ada satu aliran energi Xuan Huang yang bersarang di Pagoda Vajra—Chen Qi belum tahu apakah aliran ini juga perlu diubah menjadi alat ritual atau cukup menggunakan Pagoda Vajra sebagai pengganti.
Setelah mengirimkan Ziraat Naga Surgawi Taisang ke Kuil Qilang, Chen Qi tak perlu lagi tinggal di Kota Prefektur Fuyang. Setelah mengatur berbagai urusan, di hadapan semua orang ia memanggil ribuan jing kelelawar kecil untuk berpatroli di kota, mencegah kecurangan. Akhirnya ia pun berangkat. Si pencuri kecil ini membawa Enam Gadis Luofu kembali ke Gunung Lima Qi untuk meramu Labu Emas-Perak.
Labu Emas-Perak adalah alat ritual eksklusif aliran Jin Yin Tongzi. Meski memiliki ruang dimensi di dalamnya, bukan untuk menyembunyikan orang melainkan untuk menyimpan Pasir Emas-Perak.
Meskipun kekuatan magis Chen Qi terus meningkat, ia masih berada di tingkat persepsi alam semesta. Kemampuannya untuk meramu Labu Emas-Perak tetap terbatas. Alasan ia membahas hal ini dengan Wan Fang adalah karena sebelumnya telah merebut harta dua mantan murid Sekte Qingcheng, Bai Ranhua dan Li Yuangong. Dari dua kantong pusaka yang didapatnya, satu diberikan kepada Lu Hongying sedangkan satunya lagi disimpan. Kini ia ingin meramu semuanya ke dalam Labu Emas-Perak untuk memperluas dimensi alat ritual ini agar dapat menampung lebih banyak orang.
Setelah membawa Enam Gadis Luofu kembali ke Gunung Lima Qi dan menjalani retret spiritual selama lebih dari setengah bulan, akhirnya muncul orang pertama yang datang dengan kaki telanjang dari Prefektur Fuyang. Bukan Sima Ziyan dan Sima Qingyan yang dianggap paling berbakat, juga bukan kerabat Delapan Pahlawan Yangzhou, melainkan seorang preman dari keluarga yang jatuh miskin.
Dulunya ia adalah tuan muda, namun setelah ayahnya wafat, kemakmuran keluarganya merosot. Ia harus hidup bersama ibu janda yang lemah dan tak mampu mendidik anaknya. Preman ini terus membuat onar hingga membuat tetangga menjauh. Namun masih tersisa sedikit bakti - setiap hari ia selalu membawa pulang makanan untuk ibunya. Menyadari usianya yang semakin senja tanpa prestasi, ditambah kekhawatiran sang ibu yang semakin tua, akhirnya timbul niat dalam hatinya untuk menjadi anak baik.
Hanya saja ia telah menghabiskan setengah hidupnya bermain-main, bahkan jika ingin berbisnis kecil, tak ada yang mau mempercayainya. Saat itulah Chen Qi mengumumkan tiga ujian penerimaan murid. Si preman ini berpikir: "Hal-hal ini pasti mudah! Cuma perlu melakukan beberapa perbuatan baik, satu hal yang diingat orang, dan berjalan ratusan li dalam keadaan telanjang."
Ia segera mendaftar di keluarga Wan, setelah melakukan sepuluh perbuatan baik, pergi ke depan Wanhua Lou, melepas semua pakaian dan pamer di jalanan, dengan tulisan "Preman Dewa" di dadanya. Kemudian langsung keluar gerbang kota, menuju Gunung Lima Qi.
Karena belum pernah keluar dari Kota Prefektur Fuyang, ia sering tersesat di jalan. Ketika muncul dalam radius seratus li dari Gunung Lima Qi, Chen Qi pun terkejut. Meski tak terlihat berbakat untuk latihan spiritual, karena mampu menyelesaikan tiga ujian tercepat, Chen Qi memberinya perhatian khusus. Dari gunung itu terbanglah Cahaya Awan Emas Hitam menjemputnya.
Si preman yang telah berjalan berhari-hari hingga kehabisan tenaga, tiba-tiba dijemput awan berkilau. Ia terjatuh di awan penumpang, menahan letih di sekujur tubuh. Ketika bertemu Chen Qi, bukannya membahas soal jadi murid, malah buru-buru berkata: "Sesepuh, saat pergi aku meninggalkan sedikit makanan untuk ibu tua di rumah. Sudah lama berlalu, khawatir ia kelaparan. Bisakah Sesepuh mengantarku pulang dulu untuk membantu ibu mencari makan?"
Chen Qi melihat meski tubuh pria ini kurus kering dan wajahnya beraura nakal, namun saat mengucapkan kalimat ini terkesan sangat tulus. Tanpa disadari hatinya bergetar, membentak: "Karena kau sudah masuk ke aliranku, harus memutus semua ikatan duniawi. Segera sujud kepada guru, jangan lagi mengingat-ingat rumahmu!"
Si preman itu langsung naik pitam, memaki: "Aku sudah baca banyak buku, adakah dewa yang tidak setia dan durhaka di dunia ini? Aku tidak mau nyembah guru. Cepat antarkan aku pulang! Kalau kau tidak mau mengantar, aku akan pergi sendiri!"
Ia meronta-ronta ingin turun dari tempat tidur. Di hati Chen Qi terasa sedikit perih. Awalnya dia hanya ingin menguji, tapi entah mengapa tiba-tiba teringat pada orangtuanya. Ayahnya dibunuh Delapan Pahlawan Yangzhou. Sebagai anak, dia sudah membantai semua Delapan Pahlawan itu untuk membalas dendam ayahnya. Namun ibunya sudah lama meninggal. Kini teringat kebaikan ibu, dadanya sesak. Dengan menghela napas dalam hati, dia menekan semua emosi ini dan membentak: "Kalau kau sudah punya sikap seperti ini, pergilah sekarang!"
