Di antara |langit dan bumi, hanya ada satu suara. Di relung hati setiap orang, hanya tersisa satu |kilat...
Seketika itu juga, puncak |Gunung Lima Qi seolah direndahkan semua gunung. Hanya |kilat dan |cahaya pedang di dalamnya yang layak disebut |gunung suci.
Chen Qi hanya mendengar tawa panjang Gu Gulling bergema di antara langit dan bumi, tawa itu telah membawa kegilaan. Gu Gulling berseru kata demi kata: "Langit-bumi gemilang, kilat menjadi sarung, pedang mengkristal sepuluh tahun, hari ini keluar dari kepompong! Pedang! Qi! Guntur! Suara... biarkan bergemuruh!"
Sekejap kemudian, seluruh alam dipenuhi gemuruh guntur. Kilat yang melindungi cahaya pedang tiba-tiba diterjang hingga bubar. Kehilangan ikatan kilat, cahaya pedang ini menyala bagai listrik, sekejap menghilang di cakrawala, menusuk lapisan atmosfer Tiangang tak terhitung, terbang melampaui jarak tak terukur.
Lama, sangat lama... kemudian cahaya pedang itu tiba-tiba menyusut, kilat kembali membungkusnya, ditarik kembali oleh Gu Gulling ke tangannya.
Menguasai ilmu pedang legendaris, tapi wajah Gu Gulling tak ada kesombongan, hanya kesedihan dan kepedihan. Orang lain tak tahu, tapi Chen Qi paham: pedang yang bergema guntur mewakili kebangkitan Gu Gulling, juga tekadnya untuk bertarung sampai titik darah penghabisan dengan sang kekasih masa lalu.
Gu Gulling menyimpan cahaya pedang, menengadah ke langit. Tapi saat matanya terpejam, butir air mata mengalir di pipinya tanpa sadar.
Dengan suara hampir tak terdengar, Gu Guling berbisik: "Xin Niang, Xin Niang, tahukah kau, sedalam sakit hatiku, secepat pedangku. Saat cahaya pedang kita bertemu, segala kasih sayang akan menyatu dalam tarian ilmu pedang..."
Sedalam sakit hati, pedang! Secepat itu...
Ini adalah satu-satunya suara hati Gu Guiling pada saat ini. Ucapannya tak terdengar siapa pun, bahkan Chen Qi yang licik dan berpikiran tajam sekalipun tak mendengarnya. Namun suasana hati Gu Guiling terpancar jelas melalui niat pedang, memperlihatkan kesedihan yang tak terbendung.
Meski memiliki ribuan kemampuan supernatural dan ilmu pedang tak terkalahkan, tetap tak mampu menghadapi belitan cinta-benci, dilema antara dendam dan kasih!
Di Gunung Lima Qi, tiba-tiba kilat menyambar, awan hitam menggumpal, hujan deras Brak-brak turun. Ini terjadi karena Chen Qi memanggil terlalu banyak Yuan Qi langit-bumi yang bercampur uap air, kini kerapatannya telah mencapai batas hingga berubah menjadi hujan lebat.
Chen Qi mengibaskan tangannya, membentuk lapisan pelindung Qi yang melindungi dirinya dan empat murid perempuannya. Tapi Gu Guiling yang tingkat kultivasinya lebih tinggi sama sekali tak berniat menggunakan kekuatan magis untuk menahan hujan deras, membiarkan badai menggenangi tubuhnya hingga basah kuyup. Chen Qi memandang lama, akhirnya hanya menghela napas dan berkata pada murid-muridnya: "Kembalilah ke Pagoda Vajra, lanjutkan latihan kalian. Shibomu Gu Guiling masih perlu merasakan perubahan aliran Qi antara langit dan bumi agar ilmu pedangnya naik ke tingkat lebih tinggi."
Lu Hongying, Rongrong, Sima Ziyan, dan saudari Sima Qingyan tidak berani membantah perkataan si pencuri kecil ini. Namun di dalam hati keempat gadis ini, masing-masing berpikir: "Mengapa Shibo Gu Guiling tidak seperti sedang merasakan perubahan Yuan Qi langit-bumi, malah terkesan... terkesan putus asa dan patah hati. Jangan-jangan Shifu sedang membohongi kami..."
Keempat gadis ini semuanya cerdas dan peka. Lu Hongying, Sima Ziyan, dan Sima Qingyan berasal dari keluarga terpandang, telah menyaksikan banyak hal. Dalam hal ini, wawasan mereka bahkan lebih tajam daripada Chen Qi. Bagaimanapun Chen Qi selain pernah merampas beberapa wanita cantik, tak pernah benar-benar melakukan pencurian asmara. Pengetahuannya tentang pikiran gadis dan urusan cinta memang sangat terbatas.
Meski hidupnya cukup berantakan, Chen Qi bukanlah tipe yang terobsesi wanita. Ia tak pernah memfokuskan pikirannya di bidang ini. Bahkan ketika mendapatkan Wan Fang, Xun Yuzao, dan wanita-wanita cantik lainnya, sebagian besar diraih melalui tipu daya, bukan ketulusan hati. Maka dalam hal memahami Gu Guiling, ia memang kalah dari murid-murid perempuannya ini.
Setelah mengirim Lu Hongying, Rongrong, Sima Ziyan, dan Sima Qingyan ke Pagoda Vajra, Chen Qi memandang sosok Gu Guiling yang tegak bagai tombak di tengah badai. Segala perasaannya melebur menjadi desahan panjang. Ia tak lagi memandang murid terkemuka Qingcheng ini, melainkan membentuk mantra dan mulai berlatih meditasi di tengaj hujan deras.
Gu Guiling telah menguasai Guntur Energi Pedang, mana mungkin Enam Gadwa Luofu tidak mengetahuinya? Mengingat keributan sebesar ini, Wan Fang dan Mo Qiwen beserta yang lain telah menyaksikan Gu Guiling menebas ruang kosong di depan Gua Emas-Perak, lalu kembali ke dalam gua setelah hujan deras turun dari langit.
Meski Wan Fang juga terkesima, pandangannya tak bisa lepas dari sosok Chen Qi yang sedang bersila di depan gua. Entah bagaimana, aura Chen Qi kini terlihat lebih tenang, seolah menyaksikan Gu Guiling menguasai seni pedang tertinggi memberinya banyak pencerahan, membuatnya larut dalam perenungan.
Bagi Wan Fang, posisi Chen Qi tak tergantikan. Sekalipun Gu Guiling menunjukkan keperkasaan langit dengan ilmu pedangnya yang tak tertandingi, tetap tak mampu menggeser kilau Chen Qi di hatinya. Namun kelima gadis Luofu lainnya berbisik-bisik, masih terpana oleh kejadian tadi yang membuat hati mereka dipenuhi kekaguman.
Hati Dao Chen Qi yang spiritual itu telah merasakan segala hal dalam radius 100 li. Namun kejadian dimana Gu Guiling mencapai terobosan Guntur Energi Pedang terlalu mengguncang. Si pencuri kecil ini butuh tiga shichen bermeditasi untuk mencerna semuanya. Saat ia membuka matanya kembali setelah menenangkan Hati Dao, langit telah cerah berkilauan.
Meskipun Yuan Qi langit-bumi yang dipanggil Chen Qi sangat pekat, setelah sekian lama akhirnya mulai menghilang, dan langit pun kembali cerah. Pola pikir Chen Qi juga menjadi lebih jernih. Ia melirik Gu Guiling yang masih terbenam dalam dunia batinnya, seolah melupakan segalanya, tak kuasa menahan helaan napas dalam hati: "Setelah menguasai transformasi Burung Gagak Api, kupikir aku bisa pergi ke mana saja di dunia ini. Jika menghadapi orang sakti yang tak terkalahkan, setidaknya bisa kabur. Tapi melihat Gu Guiling yang telah merampungkan Guntur Energi Pedang, kecepatan pedangnya hampir dua kali lipat dari transformasi Burung Gagak Api-ku. Jika tak punya trik khusus, mustahil aku bisa menyaingi orang yang telah merampungkan latihan Qi menjadi Gang Qi. Paling-paling hanya bisa mempermainkan orang-orang rendahan, tak sanggup melawan murid sejati dari pertahanan besar seperti Tiga Sekte Enam Jalan."
Chen Qi melengking panjang, melangkah langsung ke samping Gu Guiling. Ia tak mencoba berbicara, hanya berdiri santai di sebelahnya. Setelah menunggu sejenak, barulah terdengar tawa ringan Gu Guiling: "Adik seperguruan Chen Qi, bagaimana menurutmu ilmu pedangku?"
Chen Qi berpikir sejenak sambil menggelengkan kepala: "Tinggi-rendahnya ilmu pedang tergantung pada lawan yang dihadapi. Jika Kakak seperguruan Gu Guiling berkata demikian, apakah artinya masih belum ada peluang menang?"
Gu Guiling tersenyum kecut dan berkata: "Ilmu Pedang Qingcheng memang memiliki keistimewaan khusus, dalam melatih Guntur Energi Pedang, lebih mudah dibanding aliran lain. Meski Mi Xin Niang dijuluki sebagai pemegang posisi pertama Elixir Emas dalam ilmu pedang Sesat Sepuluh Besar, dia pun tidak menguasai teknik pedang ini. Tapi... Xin Niang telah merampungkan seni Menempa Pedang Menjadi Benang lima belas tahun lalu. Jika berhadapan dengan Pedang Teratai Marah-nya, hasil pertarungan masih belum pasti. Levelku akhirnya masih kalah satu tingkat darinya, kuhitung... peluang kalahku lebih besar."
Chen Qi terdiam tanpa kata, apa lagi yang bisa dia katakan?
Si pencuri kecil itu merenung, sejak bangkit ke dunia, telah bertemu banyak orang sakti. Hatinya pun cukup somong, merasa meski levelnya tidak tinggi, tapi jarang ada yang bisa menandinginya dalam pertarungan. Setelah menyaksikan murid elit Qingcheng saat meluapnya Sungai Yin, barulah dia sadar betapa sombongnya diri ini. Musuh yang akan dihadapi Gu Guiling adalah salah satu Peramu energi terhebat di dunia ini - Mi Xin Niang Sang Teratai Marah dengan Elixir sempurna dan ilmu pedang ilahi, bukan sembarang musuh yang pernah dia temui.
Sejujurnya, Diao Xue dan Luan Xi - murid sejati Wangqing Dao dan Sekte Mieqing - meski berbakat luar biasa, yang ditemui Chen Qi hanyalah dua anak burung yang belum tiba waktunya mengasah pedang dan menguasai dunia. Karena merekalah Chen Qi sempat menganggap Tiga Sekte Enam Jalan tidak istimewa. Tapi kini setelah merenung, dia sadar betapa besar kesalahannya.
Chen Qi terdiam membisu, namun Gu Guiling tersenyum dan berkata, "Meski ilmu pedang Nona Mi Xin hebat, aku Gu Guiling bukanlah pengecut. Dengan roh kutukan Raja Vajra merasuk ke tubuhku, tingkat kultivasiku pasti akan melesat setara seribu li per hari. Dalam sepuluh tahun, bukan tidak mungkin aku mencapai Elixir Emas. Saat itu tiba, siapa yang menang masih belum bisa dipastikan!"
Chen Qi terkejut dan bertanya, "Shixiong Gu tidak berniat mencari Nona Mi Xin untuk balas dendam sekarang juga?"
Gu Guiling tertawa terbahak, "Kalau aku pergi sekarang, peluang kalah terlalu besar. Apakah Shixiongmu ini bodoh sampai mau nekat membalas dendam hanya karena sedikit pencapaian? Aku bukan lagi pemuda hijau yang gegabah!"
Ucapan Gu Guiling terdengar santai, tapi Chen Qi bisa merasakan racun kebencian yang terpendam dalam-dalam di hatinya - rela merusak ilmu Tao seumur hidupnya, menerima Kutukan Raja Vajra dari Chen Qi. Semakin lama kemarahan ini dipendam, ledakannya akan semakin dahsyat. Saat pedangnya benar-benar terhunus kelak, tak ada apapun di dunia ini yang mampu menahan cahaya pedangnya.
Chen Qi menghela napas pelan, tahu tak bisa lagi membujuk. Di hati Gu Guiling, sejak lama telah tertanam keyakinan yang tak tergoyahkan. Ingin mengatakan sesuatu, tapi bingung bagaimana memulai. Gu Guiling justru tersenyum ringan: "Kamu jangan ikut campur urusanku. Dua muridmu itu bagus, tapi jika sebelum mencapai momen merasakan langit dan bumi, orang tahu mereka memegang Bai Hong dan Bi Gang, pasti para sesepih Qingcheng akan menyita kedua pedang terbang itu. Bila kau lebih serius, mungkin dalam beberapa tahun mereka bisa breakthrough. Saat itu tiba, lewat dua murid ini posisimu bisa terangkat."
Chen Qi terdiam lama, akhirnya tersenyum kecut: "Aku Chen Qi bukan tipe yang mengandalkan murid. Meski sekarang belum temukan cara mengkonsolidasi energi jahat, pasti ada akal nantinya."
Gu Guiling tersenyum tipis. Setelah bergaul lama dengan Chen Qi dan menerima mantra Vajra darinya, dia tahu Chen Qi belum mengubah kekuatan magisnya menjadi Hukum Cahaya Hitam Tai Hui. Jadi paham Chen Qi tak mungkin mau menghapus semua kekuatan internalnya. Ucapannya tadi hanya sekadar peringatan. Reaksi Chen Qi pun sesuai prediksinya. Gu Guiling hanya berpikir: "Adik seperguruanku ini masih punya ambisi tinggi, belum mau tunduk pada takdir. Tak sepertiku yang sudah kehilangan harapan..."
Gu Guiling membelai tali pinggangnya, tiba-tiba hati terasa perih lagi, mengenang kejadian tahun lalu.
Hanya ada satu kalimat yang mengalir dalam relung hatinya saat ini.
“Xinniang, Xinniang, tahukah kau, betapa perihnya hatiku saat ini. Saat bertemu denganmu, secepat pedangku melesat, masihkah sempat kau menghindar?”
