Chen Qi tertawa lebar, dengan lancang memanggil "shimei". Ia malah girang bukan main ketika si cewek dingin itu menyahut. Segera ia berbagi rahasia jurus '13 Variasi Kabut dan Awan' yang telah dipelajarinya. Kemampuan Chen Qi dalam mantra sebenarnya setara dengan Mo Jinggai, penyelarasan Hati Dao-nya juga tak kalah dari pemilik Istana Lun Jian. Meski sedikit inferior dalam ilmu pedang, memahami manual dasar seperti ini bukan masalah. Apalagi ilmu pedangnya sebenarnya cukup mumpuni - hanya karena selalu membandingkan diri dengan Gu Guiling dan Mi Xinniang lah ia merasa diri tak berguna.
He Lingbing mendengarkan Chen Qi menjelaskan ilmu pedang ini secara detail, tidak hanya merasa tercerahkan, tapi juga terkejut menyadari betapa besar jarak antara dirinya dengan Chen Qi. Dalam hati ia bergumam tak percaya: "Kami berdua hanya pendekar terhebat di dunia manusia. Meski dia sedikit lebih unggul dariku, seberapa jauh sih? Kenapa saat sama-sama belajar ilmu ini, pemahamannya bisa jauh melampuiku? Seperti terpisah delapan blok lebih..."
He Lingbing tak kunjung menemukan jawaban, akhirnya menyimpulkan bahwa bakat Chen Qi melampaui level yang bisa dibayangkannya. Hal ini membuatnya semakin mengagumi si pencuri kecil. Sepanjang hidupnya, He Lingbing tak pernah bertemu orang yang lebih berbakat dari dirinya. Itulah sebabnya gadis ini cenderung dingin, sesuai pepatah kuno: "Qingfeng datang, debu berterbangan... burung-burung berkumpul, Phoenix terbang..." Memang sejak awal tak sejenis, wajar tak nyambung.
Tapi dari tubuh Chen Qi, He Lingbing menangkap aura "sejenis" yang samar. Ini membuat gadis dingin itu ingin mendekati si pencuri kecil.
Chen Qi memaparkan Jurus Kabut Seribu Rupa Shisan dengan detail, sambil dirinya sendiri semakin memahami. Saat mereka berdua berjalan kembali ke gedung tinggi tempat mereka tinggal, Chen Qi telah mendorong ilmu pedang ini hingga level ketujuh, dengan penguasaan niat pedang kabut yang semakin mumpuni. He Lingbing memperhatikan setiap langkah Chen Qi, di mana aura niat pedang kabut di tubuhnya semakin tajam dan tak terduga, membuat hatinya semakin tak mau kalah. Begitu tiba di gedung tempat tinggal mereka, He Lingbing segera mencari tempat untuk bersila dan mulai mendalami jurus pedang ini.
Chen Qi yang telah sepenuhnya menguasai ilmu pedang ini tak terburu-buru untuk meningkatkan levelnya lebih lanjut. Si pencuri kecil ini mengelilingi gedung sembilan belas lantai itu, namun tak menemukan papan nama. Sebelumnya ia tak sempat merenungkan hal ini, namun kini dengan suasana hati yang lebih santai, ia tak tahan untuk mencari pohon tua berusia seratus tahun di sekitarnya. Dengan niat pedang kabut, ia membelah pohon itu menjadi dua dan membuat papan nama. Setelah merenung sejenak, Chen Qi menulis lima karakter besar "Menara Seribu Bayangan Energi Pedang" di atasnya, lalu menggantung papan nama itu di depan gedung tempat ia dan He Lingbing tinggal.
Kehadiran papan nama ini langsung mengubah kesan gedung tersebut. Papan nama buatan Chen Qi ini memiliki tinggi mencapai 7-8 zhang, membentang melintasi lantai dua, tiga, dan empat. Lima karakter "Menara Seribu Bayangan Energi Pedang" di atasnya seolah ingin terbang keluar, memuat seluruh pemahaman Chen Qi tentang niat pedang kabut.
Setelah Chen Qi memasang papan nama itu, ia akhirnya tersenyum dan berhenti, lalu langsung menuju lapisan kesembilan belas tertinggi. He Lingbing tidak mempermasalahkan lokasi latihan, sehingga memilih lantai pertama yang paling mudah diakses. Sementara Chen Qi yang menyukai ketinggian memilih lapisan kesembilan belas sebagai kediamannya. Perbedaan sifat keduanya semakin jelas terlihat dari sini.
Pada hari kedua, Chen Qi dan He Lingbing tetap berjalan bersama. Namun kali ini, saat mereka tiba di aula utama tempat Mo Jinghai memberikan ceramah, secara tak kasat mata mereka merasakan tekanan yang sangat besar. Chen Qi melirik ke sekeliling, dan melihat empat murid Lun Jian Gong yang pernah dipukulnya hingga pingsan. Mereka sedang mengerumuni seorang pria dengan wajahnya sesak bak terendam air yang memancarkan semangat pembunuhan tak berkesudahan, sambil menunjuk-nunjuk ke arah mereka.
Chen Qi hanya melirik sekilas ke arah sana lalu tak lagi menghiraukan. He Lingbing bahkan hanya bisa memasukkan ilmu pedang ke dalam hati dan pikirannya. Dalam semalam, niat pedang kabut He Lingbing akhirnya mencapai tahap pemula, menembus level pertama pagoda. Energi bela diri di tubuhnya telah bertransformasi sepuluh persen menjadi niat pedang kabut, dengan kabut tipis yang bergumpal samar-samar menyelimuti tubuhnya, membuatnya semakin mirip dewi kayangan.
Murid Lun Jian Gong yang kemarin ingin mendekati He Lingbing, melihat situasi ini semakin kesal. Ia membisikkan sesuatu pada pria bermuka sangar itu. Pria itu tersenyum kecut lalu berjalan perlahan mendekat. Banyak yang melihatnya mencari masalah dengan Chen Qi, namun mereka hanya menunjukkan ekspresi merinding. Tak seorang pun berani menengok, jelas orang ini sangat angkuh.
Pria itu muncul di dekat Chen Qi, bola matanya bahkan tak meliriknya, hanya berucap datar: "Setelah tuannya selesai bicara, kau tunggu di luar aula utama!" Chen Qi tersenyum kecut, juga tanpa mengangkat kelopak mata memaki: "Dari mana datangnya gonggongan anjing ini?" Aura pembunuh yang terpancar dari tubuh pria itu begitu kuat, langkahnya yang perlahan bahkan membuat He Lingbing - perempuan yang tak pernah gentar kecuali pada Jalan Pedang - merasakan tekanan seberat gunung. Mendengar tantangannya pada Chen Qi, kekhawatiran He Lingbing pun bangkit. Saat hendak berdiri bersama Chen Qi melawan momentum pria ini, telinganya menangkap balasan kasar si pencuri kecil yang nonkonformis itu.
Pria itu sepasang matanya menyala bagai kilat, sorot mata seakan ada kilatan petir keemasan melompat-lompat. Kemarahannya tiba-tiba memuncak. Semua murid Lun Jian Gong yang duduk di dekat Chen Qi dan He Lingbing terdesak mundur tanpa sadar oleh aura-nya. Bahkan He Lingbing mengerahkan energi Zhen-nya, namun perlawanannya terlihat sangat melelahkan. Chen Qi justru memandang rendah pria ini, dalam hati memaki: "Cuma murid dalam yang merampungkan latihan Qi menjadi Gang Qi, gaya sok jago apa lagi? Kalau Kakek Tujuh tidak perlu menyembunyikan kemampuan, satu jurus saja sudah menggempurmu. Meski tak bisa menggunakan kekuatan magis, apa aku takut padamu?" Niat pedang kabut di tubuh Chen Qi tiba-tiba menyembur, memberanikan diri memberikan perlawanan keras terhadap aura murni pria itu. Di bawah tekanan dahsyat ini, niat pedang kabut si pencuri kecil justru seperti mengalami transformasi total, berevolusi lapis demi lapis dan dalam sekejap menembus level kedelapan. Beberapa saat kemudian, kembali menembus level kesembilan.
Aura yang dipancarkan pria itu semakin kuat, berusaha menekan Chen Qi dengan paksa. Namun niat pedang kabut di tubuh Chen Qi juga semakin menguat, justru dalam perlawanan terhadap aura ini terus menerobos level. Niat pedang kabut memang unggul dalam perubahan. Di bawah Hati Dao yang telah mencapai tahap penyempurnaan milik Chen Qi, aliran niat pedang ini dalam radius sekitar satu zhang mempertunjukkan tak terhitung metode pedang yang saling menghancurkan. Dengan kekuatan yang lebih lemah namun menahan yang lebih kuat, tetap bertahan tanpa mundur setapak pun.
Orang itu juga terkejut, namun hatinya semakin marah. Ia mendengus dingin dan hendak menyerang. Tapi tepat saat itu, dari tiga orang di barisan paling depan, tiba-tiba seseorang berteriak mantap: "Adik seperguruan Wu Qigong, Guru akan segera memulai ceramah. Jangan cari masalah." Orang itu mendengus dingin, menoleh ke arah si pembicara. Akhirnya tak berani menyinggungnya, hanya berkata datar: "Ingatlah setelah ceramah, tunggu aku di luar aula utama. Jika kau berani kabur..."
Chen Qi tersenyum kecut dan berteriak lantang: "Omong kosong!"
Ucapan orang itu lambat. Setelah dipotong Chen Qi, ia tak lagi marah, hanya bertanya dingin: "Kenapa? Kau penakut? Jika takut, sujudlah dan minta maaf pada mereka. Aku bisa memaafkanmu..."
Chen Qi menyeringai dingin: "Jika kau sekarang baru sampai tingkat persepsi alam semesta dalam latihan Qi, satu jari pun cukup untuk menghancurkanmu. Jika berani, tunggulah sampai aku merampungkan latihan Qi menjadi Gang Qi. Lihat siapa yang penakut. Anjing jalang sepertimu berani bilang aku takut? Jika memang pemberani, rebutlah tempat tiga shixiong di barisan depan itu. Jangan cuma bisa mengomel padaku setelah ditegur mereka. Bajingan 'pemberani' sepertimu, aku muak melihatnya."
Perkataan Chen Qi ini sangat tidak menghormati, wajah Wu Qigong tiba-tiba memerah, kilat di matanya bahkan menyembur keluar membentuk aliran listrik halus yang berdesir. Orang yang berbicara sebelumnya menyeringai dingin dan berkata, "Perkataan adik seperguruan Chen Qi memang masuk akal. Wu Qigong, enyah kau kembali ke tempatmu! Maukah kau tunjukkan seberapa beraninya kau?" Wajah Wu Qigong langsung membiru, tangannya mengibaskan lengan jubah tanpa mengucapkan sepatah kata pun, berbalik lalu pergi kembali ke tempat duduknya. Duduk bersila, ia tak lagi melirik Chen Qi.
Orang yang berbicara sebelumnya menoleh memandang Chen Qi, tersenyum kecut. "Adik Chen Qi, meski lidahmu tajam, tapi pedang di tanganmu juga harus setajam itu baru pantas dengan kata-katamu. Kami menantimu suatu hari nanti duduk di sampingku." Setelah mengucapkan ini, ia menoleh kembali dan tak lagi memandang mereka.
Yang berhak duduk di barisan depan tentu adalah tiga murid sejati di bawah Mo Jinggai. Meski Wu Qigong kejam, ia tak berani menyinggung satu pun dari ketiganya. Chen Qi menyadari orang ini telah membelanya, namun nada bicaranya masih menunjukkan meremehkannya. Meski mengandung motivasi, jelas terlihat perbedaan aturan antara Istana Dewa Illusi dengan Sekte Qingcheng. Status dan hak para murid di sini harus diperoleh melalui kemampuan keras, tidak seperti keharmonisan antar murid Qingcheng.
Chen Qi di hatinya tersenyum kecut, dalam hati berpikir: "Dengan waktu 15 hari, pasti aku bisa meningkatkan niat pedang kabut hingga 27 lapis. Saat itu tiba, kesempatan memadatkan energi jahat akan kurebut. Setelahnya, siapa takut pada siapa, belum tentu. Untuk sementara tak perlu konflik dengannya."
Chen Qi menghadap ke orang yang membelanya, memeluk erat pergelangan tangan sebagai ucapan terima kasih. Meski orang itu tak menoleh, Chen Qi yakin ia bisa merasakan etiketnya. Kemudian Chen Qi memasuki keadaan meditatif: mata mengamati hidung, hidung mengamati mulut, mulut mengamati hati, menunggu kedatangan Zhenren Mo Jinghai untuk memulai kuliah.
Saat semua murid berkumpul, Mo Jinghai berjalan keluar. Kali ini pemilik Istana Debat Pedang tingkat Elixir Emas ini mengajarkan ilmu pedang berbeda - Pedang Zhurong, yang setara dengan 13 Jurus Kabut Seribu Ilusi sebagai salah satu dari tiga teknik pedang dasar Istana Dewa Illusi. Ilmu pedang api murni ini sifatnya bertolak belakang dengan 13 Jurus Kabut, hampir mustahil dipelajari bersamaan. He Lingbing yang tak bisa memadukan kedua ilmu ini hendak berhenti mendengar, tiba-tiba melihat api lemah menyala dari tubuh Chen Qi - ternyata ia telah menangkap sebagian kejujuran Pedang Zhurong hanya dengan sekali dengar.
He Lingbing terkejut sampai tak bisa berpikir. Di benaknya hanya melayang satu kata berulang: "Monster, monster! Shixiong Chen Qi benar-benar monster! Bagaimana mungkin seseorang mempelajari ilmu pedang api dan air sekaligus?"
