Chen Qi mengeraskan hati, hanya fokus menekan para iblis Luocha, sama sekali tidak menoleh untuk memperhatikan para "ikan yang lolos dari jaring" yang memasuki lapisan atmosfer Tiangang. Tak terasa berapa lama pertarungan berlangsung, tiba-tiba Pola Taiji di tangannya terasa ringan. Formasi Magis Iblis Besar akhirnya terlaksana. Sosok iblis setinggi 300 meter dengan tubuh telanjang berotot besi dan sepasang tanduk banteng muncul utuh dari proses pemadatan energi.
Begitu iblis raksasa ini terbentuk, ia langsung mengaum keras. Dalam sekali serangan, puluhan iblis Luocha terkoyak. Sedikit kebanggaan terpancar dari hati Chen Qi. Untuk iblis-iblis Luocha yang berhasil ditekan berikutnya, energi mereka tidak lagi disalurkan ke tubuh iblis pertama, melainkan mulai memadatkan Formasi Magis Iblis Besar kedua.
Iblis raksasa itu mencakar ke kiri dan kanan. Dalam sekejap, segumpal aura iblis berhasil dirajutnya, berbentuk seperti kentang berlubang. Tak lama kemudian, dengan bantuan Pola Taiji, Chen Qi berhasil menekan hampir seribu iblis Luocha ke dalam "kentang" itu. Barulah Formasi Magis Iblis Besar kedua bisa tersambung, menampakkan wujud samar-samar dari sosok iblis baru.
Chen Qi sedang berusaha meramu Dali Manmo kedua secara perlahan. Tiba-tiba dari arah Istana Xi Huang Raya, muncul energi pedang yang megah berkilauan. Dengan sekali sapuan horizontal, energi pedang ini langsung membelah puluhan ribu klan Luocha Tianmo. Makhluk-makhluk Luocha Tianmo yang suka menindas yang lemah ini, melihat keperkasaan energi pedang tersebut, langsung tercerai-berai melarikan diri. Setelah satu tebasan, energi pedang itu terus memanjang tak terputus, menyelimuti ruang kosong sejauh ribuan li. Tak lama kemudian, kelompok Luocha Tianmo ini menyadari mustahilnya kembali memasuki wilayah emas mereka. Sang Raja Siluman pun berteriak-teriak, menggunakan trik tak dikenal untuk menyambungkan sisa pasukan dan melarikan diri ke arah lain.
Energi pedang dari Istana Xi Huang tampaknya tak berminat mengejar. Hanya membasmi ribuan Luocha Tianmo yang tertinggal, lalu dengan tenang menarik kembali energinya ke dalam istana.
Bukan pertama kalinya Chen Qi menyaksikan energi pedang ini. Hatinya tetap dipenuhi kekaguman dan rasa iri yang membuncah.
Si pencuri kecil dalam hati berpikir: "Entah kapan aku bisa mencapai kekuatan magis sehebat ini. Tapi ilmu pedangku memang payah, mungkin Ling Bing punya kesempatan itu. Meski nanti aku berhasil merampungkan semangat, ilmu pedangku tetap takkan sehebat mana." Kemampuan pedang He Lingbing yang semakin mumpuni memang diketahui Chen Qi. Menurutnya, jika He Lingbing bisa lebih diasah lagi, ilmu pedangnya sudah setara dengan Gu Guiling dan Mi Xinniang.
Namun masa depan He Lingbing jelas lebih cerah dibanding Gu Guiling dan Mi Xinniang. Ilmu Tao yang dipelajarinya ditransmisikan langsung oleh Leluhur Tao melintasi alam semesta. Ribuan kali lebih unggul dibanding ilmu Qingcheng atau Istana Dewa Illusi. Gu Guiling hampir mustahil mencapai tingkat Elixir Emas, sedangkan meski Mi Xinniang lebih berpotensi, tetap belum ada tanda-tanda terobosan.
Begitu He Lingbing berhasil menembus level Hati Dao, latihan selanjutnya akan mulus bagai jalan tol. Dibandingkan ilmu Istana Dewa Illusi dan Qingcheng, Kitab Lima Keberuntungan Purba yang dipelajarinya sudah melampaui ribuan tingkat.
Melihat gerombolan iblis Rakshasa telah tercerai-berai oleh energi pedang itu, si Bajingan langsung mengambil kesempatan. Dengan mengendalikan Pola Taiji, ia memburu sisa-sisa iblis yang terpisah sambil menggunakan Pola Taiji untuk menekan mereka. Bersamaan itu, ia melepaskan dua entitas iblis kuat - satu yang telah matang sepenuhnya dan satu lagi yang baru terbentuk kepalanya - untuk melahap habis iblis Rakshasa yang melarikan diri.
Sisa iblis Rakshasa yang kehilangan pemimpin tak mampu melawan ilmu Tao Chen Qi yang begitu mematikan. Setelah membersihkan medan perang, Chen Qi menyelam ke dalam lapisan atmosfer Tiangang untuk membantu Mo Lingbo, Xu Chuyu, Yuan Zhenshui dan lainnya yang telah turun lebih dulu.
Siapapun yang telah terbang keluar dari Dunia Tujuh Phoenix dan mencoba masuk kembali akan merasakan daya tolak dahsyat. Mo Lingbo yang tertekan oleh dunia ini hanya bisa menggunakan kurang dari sepertiga kekuatan magisnya. Meskipun iblis-iblis dari luar wilayah juga tertekan dan kehilangan lebih banyak kekuatan, jumlah mereka yang sangat banyak dan tak mau bertarung langsung - hanya ingin berburu - telah menyebabkan kehancuran di enam provinsi utama daratan tengah, membuat keadaan menjadi sangat mengenaskan.
Chen Qi adalah seorang peramu energi sejati yang telah terbang ke Istana Xi Huang Matahari Agung. Perasaan pengucilan yang ia dapatkan semakin kuat. Begitu penghuni Istana Xi Huang Matahari Agung turun ke Dunia Tujuh Phoenix, tubuh mereka akan berubah menjadi cahaya pelangi berkilauan akibat terpapar aura istana tersebut, membuat orang luar sama sekali tidak bisa melihat wajah maupun mendengar suara mereka dengan jelas.
Si pencuri kecil ini hendak memaksakan diri mengikuti Mo Lingbo dan yang lain untuk menghadapi siluman dari luar wilayah yang memasuki Dunia Tujuh Phoenix. Tiba-tiba terdengar suara merdu namun penuh kesombongan: "Segera kembali! Jangan urusi perubahan Dunia Tujuh Phoenix!" Chen Qi, Mo Lingbo dan kawan-kawan tidak berani membantah, sehingga mereka semua terbang kembali ke Istana Xi Huang Matahari Agung.
Dalam hati Chen Qi berpikir: "Untung para iblis Luocha itu tingkat kultivasinya rendah, dan para peramu energi Dunia Tujuh Phoenix masih bisa menanganinya. Bahaya terakhir sudah tidak terlalu besar. Urusan di sini tak perlu dikhawatirkan lagi, yang belum tahu adalah apakah aku akan terbelit masalah." Chen Qi menarik kembali Pola Taiji dan Arhat Terkutuk Bunga Teratai Merah, lalu bersama delapan dewa pelindung menunggu sejenak di ruang kosong antariksa. Tak lama kemudian Mo Lingbo muncul membawa delapan pemuda lainnya. Setelah melalui tempaan ini, mereka mulai memahami seluk-beluk pertarungan melawan siluman dimensi lain. Sebenarnya meski orang-orang dari Istana Xi Huang Matahari Agung memiliki kekuatan magis lebih tinggi, pengalaman bertarung mereka bisa dibilang masih minim.
Kalau tidak, orang-orang ini sebelum berangkat pasti sudah mengevaluasi kemampuan mereka terlebih dahulu, baru memutuskan apakah akan berangkat atau tidak.
Mo Lingbo melihat Chen Qi, ekspresi wajahnya sudah berubah cukup ramah, bahkan bercakap-cakap santai dengannya. Sikap Mo Lingbo ini justru membuat beberapa dari delapan pemuda itu terlihat tidak nyaman. Posisi Mo Lingbo di Istana Matahari Agung Phoenix sangat tinggi, masih keturunan langsung dari garis pemilik istana ini. Tidak seperti delapan lainnya yang baru bergabung kemudian, asal-usul ilmu Tao yang mereka pelajari sangat kacau. Karena itu beberapa orang pasti punya niat tertentu terhadap Mo Lingbo. Namun seperti He Lingbing, Mo Lingbo juga berperilaku dingin, hanya saja dia lebih angkuh sedangkan He Lingbing sangat polos.
Chen Qi sebenarnya tidak bermaksud mendekati Mo Lingbo, tapi sikap para pemuda ini membuatnya tidak nyaman. Akhirnya dia memanfaatkan situasi, mengundang Mo Lingbo ke pertemuan kecil di lantai pertama istana tempatnya tinggal dua hari kemudian. Setelah berpikir sejenak, Mo Lingbo ternyata menyetujui. Saat cahaya pelarian kelompok ini memasuki Istana Matahari Agung Phoenix, tiba-tiba seorang pria kurus berbaju putih pucat berkata...
