Xun Yuzao mendengarnya dengan perasaan campur aduk antara kaget dan senang, tapi segera menggelengkan kepala. Ekspresinya tampak agak muram.
Ia merenung, sekarang dirinya sudah menjadi bagian Keluarga Chen, mengapa masih harus terlibat urusan dengan Keluarga Xun? Apalagi dulunya Keluarga Xun dibantai Pasukan Raja Binatang yang diutus Kaisar, sementara kakaknya Xun Jinling malah menjadi selir kekaisaran. Meski terpaksa, Xun Yuzao tak tahu harus memperlakukan sang kakak seperti apa.
Chen Qi sekadar melontarkan ucapan itu, sebenarnya tak banyak kerinduan untuk kembali ke Dunia Tujuh Phoenix. Ia awalnya hanyalah seorang perampok kecil yatim piatu, meski telah bergabung dengan sekte Qingcheng, tak merasa sekte itu memberikan banyak kebaikan hingga sulit untuk dilepaskan. Maka kepergian si pencuri kecil ini dari Dunia Tujuh Phoenix justru terasa ringan tanpa beban.
Apalagi semua orang yang punya hubungan dengannya kini telah dibawanya. Meski masih ada beberapa sahabat, namun memang tak selalu bisa bersama. Masing-masing punya jalan hidup, Chen Qi tentu tak akan terbebani oleh hal-hal seperti itu.
Si pencuri kecil ini kini telah merampungkan dasar Jalan, kekuatan magis dan kemampuannya perlahan menyatu menjadi satu momentum. Banyak rencana mulai bermunculan di benaknya.
"Di Dunia Tujuh Phoenix, tingkat Dan Cheng dianggap sebagai puncak. Ilmu Tao yang diwariskan berbagai sekte di sana memang kurang mumpuni. Kini aku telah menembus tingkat tujuh kultivasi energi-dasar Jalan, melangkah ke tingkat kedelapan-melepaskan karma hanyalah masalah waktu. Bukan tak mungkin aku benar-benar bisa membuktikan semangat keabadian. Jika bisa mencapai tingkat kultivasi seperti itu, membangun kekuasaan dan mendirikan sekte sendiri, apakah ada yang tidak baik?"
Chen Qi merenung sejenak, api ambisi mulai berkobar dalam dirinya. Namun ia takkan mengumbar kata-kata kosong, hanya menyimpan tekad itu dalam hati setelah memikirkannya.
Chen Qi hampir tidak pernah mengumpulkan orang sebanyak ini. Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk kultivasi pribadi atau menjelajah ke tempat-tempat tak jelas. Melihat semangat Chen Qi yang tinggi, para hadirin pun berniat meminta bimbingan. Terutama ibu-anak dari sekta Xuanxuan, Xia Yuniang dan Xia Lüzhu yang kemajuannya melesat setelah beralih metode, namun karena belajar mandiri, banyak hal yang belum dipahami. Mereka khawatir menyia-nyiakan kesempatan emas ini dengan salah jalan dalam kultivasi.
Xia Yuniang yang melihat Chen Qi diam setelah membalas beberapa ucapan Xun Yuzao, seolah sedang merenung, tak tahan lagi mengajukan pertanyaan penting seputar kultivasi. Chen Qi dengan murah hati menjawab dengan lembut. Di sisi lain, Nyonya Gu Tian juga ikut nimbrung. Meski mewarisi ilmu Xin Shenzi, praktik kultivasinya terhambat di Dunia Tujuh Phoenix. Sejak dibawa ke Istana Matahari Agung Xi Huang oleh Chen Qi, wanita ini mulai memiliki banyak ambisi. Ditambah tingkat kultivasinya yang lebih tinggi, pertanyaannya bahkan lebih banyak daripada keluarga Xia.
Melihat banyaknya pertanyaan, Chen Qi mengubah jamuan makan menjadi seminar ilmu Tao. Baik murid-muridnya maupun penghuni lain di bawah naungannya, semua mendapat penjelasan menyeluruh. Di antara kerumunan, seorang biksu kecil memperhatikan cara Chen Qi memecahkan berbagai masalah rumit hanya dengan beberapa kata. Dalam hati, rasa kagumnya tak terkira.
"Biksu kecil ini adalah Wu Xin yang dulu direkomendasikan Abbas kepada Chen Qi. Tapi karena dia mengajukan beberapa syarat dan ingin Chen Qi menyetujuinya, si pencuri kecil langsung mengembalikannya ke kelompok para biksu tanpa basa-basi, tak pernah lagi diurus. Keberadaan para biksu di bawah Chen Qi ini cukup unik - kuil mereka sudah lama ditinggalkan, namun karena masih setia pada Buddha, mereka juga tak mau beralih ke ilmu Tao. Satu-satunya keuntungan adalah, Chen Qi telah berhasil memanusiakan banyak orang. Orang-orang yang terpengaruh ajaran Buddha ini lebih mudah dibimbing, dan sekarang jumlah biksu sudah bertambah menjadi sekitar tujuh delapan ratus orang."
"Meski Chen Qi memiliki alat ritual dari kuil kami, dia tak peduli pada kami para biksu, hanya fokus pada latihan. Sayangnya guru saya yang sudah kehabisan umur, telah mencapai Parinirvana dua tiga tahun yang lalu. Sekarang urusan kuil diserahkan diam-diam padaku. Walau memimpin saudara seperguruan ini, aku tetap bingung bagaimana mewariskan dan mengembangkan ajaran kuil kami, bagaimana bersembahyang dengan tulus hingga terlaksana kebijaksanaan sejati Buddha."
Soal karma Buddha Wu Xin sebenarnya cukup dalam. Meski tak setara Fu Zhao - murid kelima Chen Qi si Jing kelelawar kecil yang sudah membuka indra kelima ajaran Buddha - setidaknya Wu Xin telah membuka empat indra, merenungkan banyak kebijaksanaan Buddha, menguasai tujuh kemampuan kecil yang sudah dilatih sampai level cukup tinggi.
Sejak BIKSU TUA penjaga rumah mereka parinirvana karena usia lanjut, dan Chen Qi tidak mengurus mereka, para biksu ini diam-diam menghormati Wu Xin sebagai pemimpin. Untungnya, Chen Qi yang sedang memulihkan kekuatan magisnya telah menarik kembali ratusan ribu manusia dan siluman untuk membacakan sutra, sehingga para biksu ini juga mendapat banyak manfaat. Kini sekitar 70-80 orang telah membuka indera pertama Buddhisme (pengetahuan mata), 5-6 orang membuka indera kedua (kebijaksanaan pendengaran), dan tiga orang telah membuka indera ketiga Buddhisme (Pengetahuan Lisan).
Namun samanera Wu Xin memiliki ambisi besar. Meski jumlah biksu sekarang sudah puluhan kali lipat lebih banyak dari sebelumnya, dan Chen Qi yang telah menetap di Istana Dàrì Xīhuáng tidak menyulitkan mereka—masih mengalokasikan area khusus untuk mereka bertapa—Wu Xin tetap tak puas. Ia ingin melangkah lebih jauh: menguasai ilmu Tao Buddha tingkat tinggi dan mewariskan alirannya turun-temurun, agar tidak mengkhianati wasiat terakhir gurunya.
Setelah Chen Qi berkhotbah beberapa saat, meski Wu Xin tidak memiliki status resmi, karena Chen Qi jarang mengurus urusan administratif, samanera ini tetap bisa hadir meski duduk di barisan belakang. Melihat ekspresi Chen Qi yang mulai menunjukkan tanda ingin mengakhiri ceramah, bocah biksu ini berbisik mantra Buddhis, lalu bangkit berdiri. Ia muncul di tengah ruang utama, membungkukkan badan sembari bersujud delapan kali sambil berseru: "Shifu, setelah melalui banyak pencobaan, pola pikir murid sudah jauh berubah. Hari ini murid berani memohon: Sudikah Guru menerima kembali murid durhaka ini ke dalam perguruan?"
Chen Qi melihat Wu Xin bangkit berdiri, tak berniat menghalangi, hanya diam. Menyaksikan biksu kecil ini tiba-tiba membungkuk menghormat meminta berguru, ia tersenyum tipis berkata: "Karena kamu ingin masuk garis perguruanku, aku akan berikan tiga tantangan. Jika bisa memecahkan, akan kuterima sebagai murid."
Samanera Wu Xin membungkuk hormat, menjawab dengan anggun: "Shifu, silahkan berikan soal?"
Biksu muda ini telah mengalami perubahan besar. Bagi Chen Qi, para biksu telah diurusnya dengan baik. Tapi bagi mereka yang kehilangan perlindungan kuil, tak tahu nasib esok hari, pemimpin yang tewas, serta harus hidup berdampingan dengan penduduk asing dan berbagai siluman - masalah yang dihadapi Wu Xin sebagai pemimpin komunitas biksu ini tak kalah banyak dari Chen Qi. Pengalaman telah membentuk karakternya, sehingga saat berdiri di hadapan Chen Qi, aura yang terpancar cukup kuat.
Melihat hal ini, Chen Qi terkagum-kagum. Dalam hati ia bergumam: "Selain rekomendasi biksu tua, karakter Wu Xin yang telah menghilangkan kekanakannya ini layak jadi bibit calon praktisi Jalan Suci. Tapi masih ada keterikatan duniawi dalam hatinya. Harus kulihat apakah bisa melepaskannya. Jika bisa, pantas mendapat bimbingan. Jika tidak, biarlah tak kupedulikan."
Chen Qi tertawa hehe dan berkata, "Tiga pertanyaanku ini cukup sederhana. Pertama, apa itu Buddha? Kedua, apa itu Dharma Buddha... Lalu pertanyaan ketiga?" Chen Qi sengaja berhenti sejenak, menatap samanera Wu Xin dengan tajam. Seketika gelombang kesadaran Buddha yang dahsyat menerobos masuk ke alam kesadaran samanera kecil itu. Chen Qi mengendalikan kekuatan magis Buddhisnya untuk mengguncang alam kesadaran Wu Xin, sambil membentak, "Pertanyaan ketigaku adalah - apa itu Wu Xin? Bisakah kau menjawab?"
Chen Qi sendiri adalah orang sakti yang telah membuka lima indra Buddha. Ditambah kekuatan magisnya yang dahsyat, semua kemampuan supernatural dasarnya telah dilatih puluhan kali lebih hebat dari Wu Xin. Kali ini dengan sengaja menggunakan kekuatan Buddha untuk mengguncang alam kesadaran Wu Xin, membuat biksu kecil itu terpana dengan mata yang dipenuhi kebingungan, jelas tak tahu harus menjawab apa.
Melihat Wu Xin terdiam oleh pertanyaan mendadaknya, Chen Qi tak buru-buru mendesak. Setelah waktu setengah batang dupa berlalu, Fu Zhao yang duduk tak jauh di sebelah Chen Qi tiba-tiba merasakan getaran di hatinya. Dalam hati ia bergumam, "Tiga pertanyaan ini sepertinya juga ditujukan padaku. Dua pertama tak perlu kujawab, tapi yang terakhir... sebenarnya apa itu Fu Zhao?"
Jing kelelawar kecil ini telah membacakan sutra di Pagoda Vajra selama beberapa tahun. Setelah mengalami pencerahan tiba-tiba, kemampuannya langsung melampaui kepala keluarga Keluarga Kelelawar, Fu Ji, beserta lima anaknya. Kini ia menjadi sosok nomor satu di Keluarga Kelelawar. Padahal status hierarkinya sebenarnya setara dengan kakek buyut anak-anak Fu Ji, awalnya sama sekali bukan figur penting dalam keluarga.
Kemudian bergabung di bawah garis perguruan Chen Qi, bertapa keras, pada dasarnya juga tidak memikirkan hal lain. Sikapnya yang polos membuat kemajuan Dharma Buddha-nya sangat pesat. Namun setelah membuka lima indra Buddha, tingkat kultivasi Fu Zhao hampir sepenuhnya mandek. Ia tidak tahu penyebabnya, hanya mengira bakatnya kurang, tetap melanjutkan asketisme keras dengan fokus tunggal. Tapi hari ini setelah mendengar tiga pertanyaan Chen Qi, bagi Fu Ji ini bagai pukulan gong pencerahan, seketika ia mulai merenung dalam-dalam.
Samanera Wu Xin terpaku selama dua-tiga shichen, tiba-tiba tubuhnya memancarkan lapisan cahaya keemasan, ribuan teratai emas bermekaran dari tubuhnya. Penglihatannya pulih seketika, tubuhnya perlahan mulai melayang. Chen Qi agak terkejut namun juga senang. Samanera kecil ini melangkah tujuh langkah, setiap jejak kaki mengeluarkan teratai emas. Ia bersujud di hadapan Chen Qi, berkata dengan penuh hormat: "Terima kasih bimbingan Shifu, tanpa ini Wu Xin takkan pernah mencapai pencerahan dalam hidup ini."
Chen Qi sedang hendak memanfaatkan situasi untuk menerima murid ini, tiba-tiba mendengar suara-suara merdu seperti kotak musik berasal dari meja Fu Zhao. Murid kelima ini, di saat Chen Qi membimbing samanera Wu Xin, hanya terlambat selangkah dari Wu Xin. Saat Wu Xin mencapai pencerahan indra kelima ajaran Buddha, dia malah merenungkan kemampuan kecil Buddha lainnya. Namun dari kecerahan mata Fu Zhao, Chen Qi tahu manfaat yang diperoleh murid ini lebih dari itu. Hatinya dipenuhi sukacita, ia mengangguk dan berkata: "Wu Xin, karena kau telah berguru, jadilah murid keenamku. Seperti Fu Zhao yang fokus memurnikan Dharma Buddha, kalian bisa saling berdiskini. Mulai sekarang tinggallah bersama."
