Setelah ujian langit keempat, sepertinya ujian nasib juga gentar melihat kesangaran Chen Qi. Ujian langit kelima ternyata tak kunjung datang.
Chen Qi memanfaatkan celah ini untuk melatih kembali mantra Tun Ri Shen Yuan Bian, mengembangkan tiga puluh tiga gumpalan Benih Api Sejati. Tiga puluh tiga gumpalan Benih Api Sejati ini telah menembus batas atas enam puluh tiga lapis Kekangan. Meskipun tingkat api antar gumpalan masih sedikit berbeda, setiap Benih Api Sejati diselimuti bayangan samar Rigong Xuying.
Chen Qi baru saja menelan bayangan Istana Matahari dari tribulasi langit keempat. Melalui penghitungan Diagram Taiji, ia telah menemukan puluhan Istana Matahari dari berbagai konstelasi berbeda. Tiga puluh tiga biji api sejati ini masing-masing merayu kekuatan api dari Istana Matahari yang berbeda, menjadi sumber pasokan tak terputus bagi energi apinya sendiri. Dengan latihan Transformasi Kera Dewa Penelan Matahari mencapai level ini, kekhawatiran akan kehabisan kekuatan magis sama sekali lenyap.
Chen Qi melengking lembut. Tiga puluh tiga kera penelan matahari sekaligus muncul, masing-masing setinggi 300 meter. Sepasang tangan berbulu lebat mereka dihiasi api berkecamuk, sementara bayangan Istana Matahari di punggung terus menerus menyuplai energi api tak terbatas.
Saat tiga puluh tiga kera penelan matahari ini serentak menengadah ke langit, api tribulasi kelima akhirnya terkumpul.
Kali ini tidak ada lautan api tribulasi maupun aura penelan langit yang menggelegar. Hanya kilatan pelangi sesaat di angkasa yang langsung menghilang. Bersamaan dengan itu, Dantian Chen Qi tiba-tiba terasa panas. Sepercik api justru menyala dari dasar hatinya.
Chen Qi sesak ketakutan, dalam hati berteriak: "Bukankah ini artinya api hati terpicu oleh tribulasi langit?"
Dari Tujuh Api Sejati, hanya Api Tiga Dharma yang berasal dari diri Peramu energi sendiri, yaitu api hati. Berasal dari energi vital sebagai sumber inti, roh sebagai kobaran api, daya apinya lembut, biasanya paling baik digunakan untuk meramu pil, juga bisa dipakai untuk memupuk Yuan Qi. Tapi Api Tiga Dharma juga jenis api paling berbahaya karena muncul dari dalam hati, tak tertahankan. Ketakutan terbesar Peramu energi adalah "gangguan energi jahat". "Kebocoran api" dalam hal ini berarti api hati menyimpang, membakar roh esensial. Sekali latihan menyimpang dan api hati lepas, akibatnya adalah roh tercerai-berai, kematian yang lebih mutlak daripada tewas dan ilmunya lenyap.
Meski sebelumnya Chen Qi telah memperoleh beberapa mantra untuk melatih Api Tiga Dharma, tapi dirinya sendiri belum benar-benar mempraktikkannya. Kali ini api hati yang lepas sudah menjadi pertanda Api batin membakar tubuh. Api jenis ini sudah bukan sesuatu yang bisa dilawan dengan ilmu Tao mana pun, baik Pola Taiji maupun Air Cahaya Kosmos yang sudah disiapkan Chen Qi sebelumnya tak bisa memadamkannya, hanya bisa dihadapi dengan Hati Dao sendiri.
Chen Qi juga tak menyangka kalau api tribulasi tingkat lima justru memicu api hati, jauh lebih berbahaya daripada empat tingkat api sebelumnya. Meski kebocoran api hati tampak tak sebesar kekuatannya, tapi sama sekali tak bisa ditahan, hanya bisa dipaksa ditanggung dengan gigitan gigi. Si pencuri kecil yang hatinya gemetar hanya bisa merapal mantra, menekan alam kesadaran. Seketika ia merasa berubah menjadi kera tua di pegunungan, masuk ke hutan belantara. Semua kemampuan dan mantra lenyap, hanya tersisa sedikit kesadaran redup.
Meski Chen Qi tahu ini hanyalah ilusi yang dibangkitkan api hati, setiap sensasi terasa nyata hingga si pencuri kecil itu bingung mencari cara kabur. Untungnya dalam hatinya masih tersimpan banyak mantra. Ia pun mengembara di pegunungan liar yang tak terhitung. Setiap hari, selain bermain dengan kawanan kera, ia menyendiri menyerap esensi matahari-bulan. Dalam kabut waktu, tujuh atau delapan tahun berlalu. Kera tua ini mulai menumbuhkan kekuatan magis dalam tubuhnya, menguasai berbagai kemampuan. Ia merebut posisi raja kawanan kera, memimpin pasukan menyapu bersih siluman dan binatang buas di seberang gunung. Perlahan terbentuklah kekuatan yang dijuluki "Raja Kera".
Entah bagaimana, kemudian muncul seorang biksu tampan di tengah pegunungan. Dengan Dharma Buddha yang agung, ia menaklukkan ribuan siluman dan menangkap wujud kera Chen Qi. Segala mantra yang dikeluarkannya tak bisa membebaskan diri. Akhirnya biksu itu berjanji: "Jika kau mau ikut ke Surgawi Sukhavati di Barat, kulepaskanmu."
Chen Qi mengikuti biksu itu melintasi bintang-bintang tak terhitung. Setelah ratusan tahun penuh perjuangan, mereka tiba di Surgawi Sukhavati. Hatinya telah berubah menjadi pemuja Buddha yang taat, menguasai segala Dharma dan kemampuan supernatural. Saat si kera tua hendak bersujud langkah demi langkah menghadap Patriark Kedua Buddha, tiba-tiba hatinya bergetar. Ia tersadar semua ini hanyalah ilusi. Amukannya meledak. Dengan kejam ia membantai tak terhitung Buddha, Vajra, Bodhisattva, mahasattva, penganut Buddha, dan biksu kecil di Surgawi Sukhavati hingga habis tak bersisa.
Saat Chen Qi sedang melampiaskan kekuasaannya, tiba-tiba muncul pencerahan di hatinya. Dengan cepat ia melompat keluar dari ilusi ini. Di depan matanya muncul kembali tembok kota, pakaiannya telah berganti menjadi gaya sarjana yang sedang belajar. Kali ini merupakan kehidupan yang sama sekali berbeda.
Chen Qi digerakkan oleh api hati yang membangkitkan iblis hatinya, secara berturut-turut mengalami sepuluh kehidupan. Setiap kali ia selalu berhasil melompat keluar di saat-saat genting, terutama di kehidupan terakhir dimana ia kembali ke Markas Besar Gunung Tianma. Namun sejak lahir ia telah menguasai mantra, sehingga dalam tiga hari setelah kelahirannya, ia merebut kekuasaan dari Pemimpin Besar Angin Hitam. Beberapa pemimpin lainnya juga berhasil ditaklukkannya, mengangkat ayahnya sebagai Pemimpin Kehormatan sementara ia sendiri memimpin pasukan menyerbu banyak markas perampok dan merebut beberapa prefektur. Dijuluki Dewa Kuda Langit Penguasa Semesta, ia juga mengajari orangtuanya ilmu gaib. Meski merasa hidupnya sempurna, Chen Qi tetap menyadari di puncak kejayaannya bahwa semua yang dialaminya hanyalah ilusi, akhirnya menghancurkan dunia palsu itu.
Begitu sepuluh ilusi kehidupan hancur, Chen Qi segera merasakan api sejati dalam tubuhnya masih membara, namun sama sekali tidak mampu melukainya lagi.
Si pencuri kecil ini tersenyum kecut, dengan bantuan mantra "Transformasi Kera Dewa Penelan Matahari" dan mengandalkan Api Tiga Dharma sebagai dasar, ia pun meramu sebuah tungku pil. Benih api sejati dimasukkan ke dalamnya. Namun karena Api Tiga Dharma yang terbentuk ini tidak memanifestasikan wujud-wujud binatang suci, melainkan iblis hati Chen Qi sendiri, maka benih api sejarat berevolusi menjadi ribuan sosok Chen Qi dengan sifat-sifat jahat dan wajah mengerikan, bahkan mengesankan aroma ilmu magis tingkat rendah.
Chen Qi tersenyum kecut, melontarkan teriakan panjang penuh kemenangan. Dengan mengendalikan kekuatan magis, ia menghancurkan api hati dalam tubuhnya. Kekuatan Pola Taiji kembali mengalir, langsung menghancurkan bencana api kelima.
Setelah melewati lima lapis bencana api - terutama lapis kelima yang ditempa khusus untuk Hati Dao - Chen Qi yang baru mencapai tingkat "Hati Dao Menyentuh Kutub" ini hampir tak mampu melepaskan diri dari belenggu bencana iblis api hati. Tapi setelah mengalami ujian Api Tiga Dharma, Hati Dao-nya kini telah bersinar laksana matahari agung, seluas langit kosong, tak ternodai debu duniawi atau pikiran liar. Semua emosi negatif telah tertindas dalam Api Tiga Dharma.
Dengan disirami oleh iblis hati, Api Tiga Dharma semakin membara. Hanya ketika iblis hati terpancing, Api Tiga Dharma dapat mencapai daya penghancur maksimal. Namun biasanya kondisi seperti ini akan membuat kekuatan magis mendidih, seluruh tubuh berubah menjadi abu, bahkan roh pun musnah. Hanya Chen Qi yang menggunakan metode Tun Ri Shen Yuan Bian (Transformasi Kera Dewa Penelan Matahari) untuk menyegel Api Tiga Dharma. Namun metode yang dia temukan secara dadakan ini tak serumit Tun Ri Shen Yuan Bian, hanya bisa menekan api hati tanpa memanfaatkan energinya.
