Sekte Qingcheng dianggap sebagai sekte terbesar di dunia karena memiliki banyak ahli dan kemampuan yang luar biasa. Namun jika berbicara tentang jumlah pengikut, Sekte Immortal Lingqiao lah yang nomor satu. Banyak murid mereka menjabat posisi penting di Dinasti Dayun, dengan pengaruh menyebar ke seluruh penjuru, bahkan hampir mampu mengontrol naik-turunnya nasib dunia.
Kakak Xun Yuzao, Xun Jinling, adalah murid Sekte Immortal Lingqiao yang menguasai ilmu pedang tingkat tinggi. Wang Bohu, putra keempat Raja Suanni Api Wang Dang yang ditugaskan menumpas pemberontakan Taishou Zhao Mancha, juga belajar di Sekte Lingqiao. Ia telah meramu 108 pisau terbang bermata tiga, berhasil membunuh empat wakil jenderal dan ratusan pasukan spiritual Zhao Mancha dalam beberapa kali serangan, memaksa Zhao Mancha menutup gerbang kota dan menghindari pertempuran langsung dengan Wang Dang.
Bisa dikatakan lebih dari separuh sistem jenderal Dinasti Dayun memiliki hubungan terselubung dengan Sekte Lingqiao. Inilah yang membuat para jenderal Dinasti Dayun bertindak semaunya, bersikap membangkang, dan tidak menghiraukan Kaisar.
Oleh karena itu, penemuan jejak Istana Immortal Lingqiao oleh Chen Qi di Yunzhou bukanlah hal aneh. Sekte Lingqiao memang terus memantau naik-turunnya nasib Dinasti Dayun, karena tradisi mantra mereka berlandaskan pada nasib kekaisaran ini.
Chen Qi menjelma menjadi seorang biksu muda yang tampan, menyebut dirinya Huang Quan, berkelana di wilayah Yunzhou. Si pencuri kecil ini mulai mencuat namanya berkat kemampuan kecil Buddha yang dimilikinya, telah melakukan beberapa perbuatan baik untuk menimbun pahala, menambah pamor aliran Buddha.
Pada suatu hari, Chen Qi berjalan santai menyusuri jalan gunung sambil mengalirkan Pola Taiji untuk menghitung lokasi Sekte Lingqiao Xian. Tiba-tiba angin gunung membawa bau darah, pertanda ada pembunuhan tak jauh dari situ. Dalam hati si pencuri kecil bergumam: "Jangan-jangan ada perampok di depan yang membunuh makhluk hidup? Meski dulu aku juga bergelut di profesi ini, sekarang aku adalah biksu agung yang bijak, harusnya bisa menolong yang tak bersalah."
Kini Chen Qi telah meramu 108 kemampuan kecil Buddha. Ia segera menggunakan Langkah Teratai Suci, dalam sekejap melintasi puluhan li jalan gunung, tiba di sebuah punggung bukit yang amat sempit. Punggung bukit ini lebarnya tak sampai satu chi, dikelilingi jurang tak berdasar di kedua sisinya, sangat curam, panjangnya ratusan zhang, berkelok-kelok dengan banyak tikungan naik turun.
Di kedua ujung punggung bukit, dua kelompok manusia sedang bertarung sengit. Mereka semua menguasai bela diri, meski di medan sempit tetap bisa melompat-lompat, pertarungan yang sangat sengit. Sesekali ada yang tertusuk beberapa kali pedang, lalu ditendang musuh jatuh dari punggung bukit, terguling ke dasar jurang hingga tulang-belulangnya remuk tak karuan.
Di antara kedua kelompok ini, pihak yang lebih sedikit jumlahnya mengenakan pakaian mewah dan memiliki kemampuan bela diri yang sedikit lebih tinggi, dengan ketat menjaga seorang pemuda yang jelas-jelas berasal dari keluarga terhormat dengan latar belakang tertentu. Sementara pihak yang lebih banyak jumlahnya, yang tampaknya mengumpulkan banyak markas perampok, merekrut banyak orang gagah dengan aura jalanan yang kuat. Setiap serangan mereka kejam dan brutal, menunjukkan bahwa mereka adalah sosok-sosok kejam yang terbiasa membunuh. Jumlah mereka 6-7 kali lebih banyak dari lawan. Andai saja punggung bukit ini tidak terlalu sempit sehingga hanya bisa memuat 1-2 orang bertarung, pasti mereka sudah membantai lawan hingga tak tersisa.
Chen Qi muncul perlahan di ujung jalan setapak, tepat di sisi para perampok gunung. Orang-orang kejam ini langsung menyergap tanpa ragu 2-3 orang sekaligus begitu melihat biksu muda yang tampan ini, masing-masing menghunus pedang baja untuk menebasnya. Seandainya Chen Qi hanyalah biksu biasa, sambaran pedang mereka pasti akan membuat si pencuri kecil ini mengalami nasib seperti ayahnya - tubuhnya tertusuk beberapa pedang dan mati dengan mengenaskan di tempat.
Untungnya si pencuri kecil ini memiliki kemampuan luar biasa. Dengan senyum tipis, ia meraih kosong menggunakan lima jarinya. Seekor naga emas tiba-tiba terbang dari punggungnya. Naga ini, sama seperti tuannya, mengulurkan cakar raksasa dari balik awan-awan dan menekan ke bawah dengan keras, menjungkirbalikkan semua perampok yang hendak membunuh Chen Qi ke tanah. Jurus yang digunakan si pencuri kecil ini adalah Dharma Naga Agung Wéi Tian, salah satu dari 108 jenis kemampuan kecil dalam ajaran Buddha. Kemampuan ini dapat meramu seekor Raja Naga Pelindung Dharma Agung Wéi Tian untuk melindungi murid-murid Buddha, memberikan aura dan tenaga naga pada setiap pukulan dan tendangan mereka, serta membuat tubuh mereka kebal senjata karena dilindungi Naga Surgawi. Meski teknik ini fokus pada pertarungan fisik dengan menanamkan seluruh energi Raja Naga ke dalam raga murid Buddha, menggabungkan kelebihan Tenaga Naga-Gajah dan Tubuh Vajra Sejati, namun sejatinya bukanlah latihan fisik sejati melainkan mengubah kekuatan pikiran menjadi wujud naga. Karena itu kekuatannya masih kalah dibanding dua kemampuan lainnya, meski efek penggunaannya mirip.
Begitu Chen Qi menggunakan kemampuan kecil ini, hanya dengan satu serangan total, semua perampok yang menyerangnya langsung terjungkal. Tapi si pencuri kecil ini bukanlah biksu sejati - tak ada secuil niat suci dalam hatinya. Maka para penjahat itu, setelah terkena tamparan "Gunung Lima Jari" yang mengandung kharisma naga ini, seketika hancur menjadi bubur daging, mengecat tanah menjadi merah seperti karpet darah hidup.
Para pencuri yang sedang mengawasi dan hampir tak tahan untuk ikut berkelahi habis-habisan itu tiba-tiba melihat kedatangan seorang biksu hebat, wajah mereka menunjukkan ekspresi terkejut tapi tak gentar. Mereka pernah melihat ahli silat sungai-danau yang menggunakan mantra, dalam hati masih berpikir: "Kami punya lebih dari seratus orang gagah di sini, meski biksu ini punya kemampuan, belum tentu tak bisa kami bunuh..."
Dengan pikiran seperti ini, mereka pun berhamburan maju seperti lebah, menghunus pedang dan senapan, menendang dan meninju tak karuan. Lokasi tempat Chen Qi berada cukup luas, memudahkan orang-orang ini untuk melampiaskan amukannya.
Si pencuri kecil ini meski tak tahu mengapa mereka saling membunuh, tapi menurut kalkulasi Pola Taiji, hari ini ada kesempatan untuk menyaksikan kemunculan Istana Dewa Lingqiao. Ia pun mengerahkan aura keganasannya, mengaktifkan Hukum Naga Surgawi Agung. Seekor Dharmapala Naga Surgawi menyalurkan seluruh kekuatannya ke tubuh Chen Qi, memberinya tenaga seekor naga raksasa. Tinju dan tendangannya berkelebat, dalam sekejap sudah mematikan dan melumpuhkan belasan orang.
Ini masih karena Chen Qi sengaja tak menggunakan kemampuan sebenarnya. Dengan kekuatan supernatural Hukum Naga Surgawi Agung-nya sekarang, ia bisa memanggil ratusan naga pelindung. Satu pukulan saja bisa menghancurkan sebuah bukit kecil, para perampok ini sama sekali bukan tandingannya.
Alasan Chen Qi menahan diri adalah karena takut Istana Dewa Lingqiao tiba-tiba muncul, sementara dirinya menunjukkan kemampuan sebenarnya yang mungkin menimbulkan kecurigaan dan kewaspadaan pihak lain. Si pencuri kecil yang ingin menyusup ke Istana Dewa Lingqiao untuk mencuri Pisau Terbang Ruyi ini khawatir rencananya akan gagal.
Saat ini, ilmu Tao Chen Qi telah mencapai tingkat kedelapan pelepasan karma dalam kultivasi energi. Langkah selanjutnya adalah pemurnian terakhir energi suci yang sebenarnya bukan hambatan besar baginya. Namun di lubuk hatinya masih ada kekhawatiran: meski kini ia mampu menyapu bersih Dunia Tujuh Phoenix bahkan praktisi dari Istana Xi Huang Matahari Agung, tetap ada banyak kelemahan dalam menghadapi perubahan nasib di masa depan. Hanya meningkatkan kekuatan magis saja tidak cukup baginya untuk membuat kemajuan berarti. Merampas pusaka gaib sekte-sekte besar menjadi jalan pintas yang terbentang di hadapannya.
