Chen Qi tak sungkan-sungkan. Melihat gadis kecil itu berbakat alami dan berpendidikan, ia menceritakan beberapa lelucon dari pengalamannya mengembara di sungai-danau. Gadis itu langsung antusias menariknya minta cerita lagi.
Dengan Pengetahuan Lisan yang mumpuni, Chen Qi tak kehabisan bahan lelucon. Pasangan suami-istri itu mulai mengurangi kewaspadaan melihat sikapnya yang baik pada putri mereka. Sup daging racikan sang Istri terasa nikmat dengan sayuran liar, setelah menghabiskan dua mangkuk, perutnya terasa hangat dan seluruh tubuhnya rileks.
Pada saat itu, gadis kecil itu tiba-tiba bertanya: "Kakak Xiao Daozhang, pasti kamu mengerti mantra kan? Ajarilah aku sedikit, biar tidak ada yang mengancam keluarga kami. Ayah dan ibu selalu khawatir..." Ucapan polos sang gadis langsung membuat sang istri panik. Ia menarik putrinya sambil memarahi: "Bisa-bisanya bicara seperti ini pada Daozhang! Mantra bukanlah hal sembarangan yang diajarkan! Apalagi..." Wanita ini melirik Chen Qi beberapa kali. Meski tak menganggapnya jahat, jelas ia meragukan kemampuan mantra sakti Chen Qi.
Si pencuri kecil tertawa terbahak: "Kau ingin belajar mantra? Aku bisa ajarkan satu dua jurus sederhana. Kebetulan banyak ilmunya bukan dari garis guru, jadi bebas kuajarkan. Sebagai balasan dua mangkuk sup hangatmu, Adik Kecil! Maukah kau kuajari teknik permainan yang menyenangkan?"
Mata gadis kecil itu berbinar-binar. Pria gemuk itu menghela nafas lega, berkata pada istrinya: "Biarkan Daozhang muda menghibur Qi'er. Tak ada salahnya ia belajar permainan."
Chen Qi tertawa hehe. Jarinya menari di udara, mengguratkan serangkaian teknik Jalan. Saat ia mendorongnya, cahaya mantra itu menyatu di dahi gadis kecil. Kepalanya mungil terangkat sedikit, tapi tak ada kekuatan yang dirasakan. Tiba-tiba di hatinya muncul rangkaian aksara misterius.
Chen Qi mengajarkan sebuah teknik Gunting Naga Kuning yang merupakan cabang dari Taisang Hualong Jue. Jika dilatih hingga tingkat tertinggi, tubuh bisa berubah menjadi Gunting Naga Kuning yang mampu memotong bahkan alat ritual biasa menjadi dua bagian. Ini adalah ilmu Tao pembunuh yang sangat mematikan. Mengetahui keluarga tiga orang ini sedang dalam pelarian, dengan sengaja ia memberikan ilmu bela diri mematikan kepada gadis kecil ini untuk membangun takdir baik, sebagai jaminan untuk meminjam berkah nasib mereka di kemudian hari.
Gadis kecil itu sama sekali tidak menyadari rencana Chen Qi. Dengan gembira ia menjalankan mantra Tao yang diajarkan Chen Qi, mengalirkan Energi Zhen tipis dalam tubuhnya. Berasal dari keluarga berpengalaman, dasarnya sudah mencapai tahap gerakan janin Energi Zhen dengan aliran energi lemah di meridian. Kekuatan ini sebenarnya tidak berarti bagi Chen Qi yang pernah menjadi Kepala Divisi Ketujuh Gunung Tianma. Namun setelah mempraktikkan mantra dari Chen Qi, dua sinar listrik tiba-tiba menyembur dari telapak tangannya, menggetarkan udara hingga berbunyi pliak-pliak. Di tanah, rumput-rumput panjang langsung hancur menjadi serpihan halus.
Pria yang agak gemuk itu juga memiliki kemampuan. Melihat situasi ini, bagaimana mungkin dia tidak menyadari bahwa ilmu yang diajarkan Chen Qi bukanlah "permainan" Tao biasa, melainkan seni pertumpahan darah yang sangat mematikan? Hatinya berdebar-debar, tapi segera dia menyadari: dari metode Tao yang diajarkan Chen Qi saja sudah terlihat betapa tingginya ilmu ini. Pasti tidak ada musuhnya yang mempelajarinya, kalau tidak keluarganya sudah lama dibantai dan tidak mungkin bisa melarikan diri selama ini.
Pria gemuk itu merenung dalam hati, tahu bahwa dia bertemu orang luar biasa. Dengan penuh tekad, dia membungkukkan badan memberi hormat kepada Chen Qi dan berkata dengan sikap sangat hormat: "Aku tidak berani menanyakan gelar Dao Zhang, hanya statusku yang tidak bisa kusembunyikan. Aku adalah Pangeran Keempat Dinasti Dayun yang melarikan diri bersama istri dan putri karena difitnah pejabat jahat di istana. Sudah begitu banyak penderitaan yang kami alami dalam pelarian, tak disangka bisa bertemu orang mulia seperti Dao Zhang. Bisakah Dao Zhang menunjukkan jalan hidup untuk hamba?"
Chen Qi tertawa lebar: "Untuk apa kau minta petunjuk? Paling tiga hari lagi nasib baik akan datang, sisa hidupmu akan mulus tanpa hambatan. Justru aku, pendeta miskin ini, ingin meminjam sebagian takdir keberuntunganmu. Apakah Pangeran Keempat berkenan memberikannya?"
Pangeran Keempat ini mendengar penjelasan Chen Qi yang gamblang, dalam hatinya merasa heran dan berpikir: "Sekarang aku sudah berada di jalan buntu, bahkan hidup mati pun tak tahu kapan datangnya. Bagaimana mungkin ada perubahan nasib? Karena pendeta Tao ini sudah berkata demikian, untuk sementara aku akan mendengarkan sarannya. Soal pinjam-meminjam takdir keberuntungan ini juga hal sepele, benda ini kan bukan bisa kumiliki atau kuhilangkan sesuka hati." Dengan wajah serius Pangeran Keempat itu berkata: "Asalkan Paduka bersedia membantu, segala yang hamba miliki akan hamba serahkan pada Paduka."
Chen Qi tertawa lebar, dengan gerakan jari seketika segulung ilmu Tao masuk ke alam kesadaran Pangeran Keempat Dinasti Dayun, berevolusi menjadi sebuah Payung Shanhe. Alat ritual ini awalnya dicuri Chen Qi dari nasib negara Dinasti Dayun untuk diritualkan, kemudian demi melatih Menara Langit-Bumi Misterius, semua peralatannya sudah dialihkannya. Tapi ilmu Tao yang dia bagikan sekarang masih menyimpan keajaiban tak terduga. Chen Qi berkata pada sang pangeran: "Dengan mempelajari ilmu Tao ini, dalam beberapa hari kau bisa mengembangkan sebuah payung pusaka. Teknik ini paling handal untuk pertahanan, kelak bisa membebaskanmu dari beberapa bencana. Soal pinjam takdir keberuntungan, aku hanya ingin setelah kau naik takhta, undang semua lansia berusia 100 tahun se-dunia ke ibukota untuk mengadakan Perjamuan Seratus Lansia sebagai balas budi."
Pangeran Keempat langsung menyetujui permintaan sederhana ini. Chen Qi menepuk-nepuk putri kesayangan sang pangeran—seorang putri kecil dari Dinasti Dayun—sambil mengusap kepala gadis itu beberapa kali. Ia berkata: "Jika kelak kau menemukan cinta sejati, aku takkan ikut campur. Tapi bila kau tak ingin menikah, datanglah ke sembilan langit untuk mencariku. Aku bisa menerimamu sebagai murid."
Setelah mengucapkan kata-kata itu, Chen Qi tertawa terbahak-bahak lalu menghilang seperti busa sabun yang meledak di udara, membuat seluruh keluarga Pangeran Keempat tertegun. Mereka serentak berlutut di lantai dan terus-menerus memanjatkan doa tanpa henti.
Setelah menyelesaikan urusan ini, Chen Qi segera melesat ratusan li untuk mencari permukiman warga lainnya.
Proses mengumpulkan takdir keberuntungan ini sangatlah rumit. Demi membantu istri melewati ujian, Chen Qi tidak mau bermalas-malasan. Apalagi jika He Lingbing berhasil mencapai tingkat semangat, ia pun akan mendapat keuntungan. Bila pasangan suami-istri ini bersekutu, bahkan tujuh dewa sejati pun harus membaca kode mata mereka terlebih dahulu sebelum berani memulai pembicaraan.
Chen Qi kali ini datang ke Dunia Tujuh Phoenix, awalnya tidak ingin menemui orang-orang kuno. Namun saat sedang mengumpulkan takdir keberuntungan, ia tak sengaja terlibat dalam suatu peristiwa yang kebetulan bertemu dengan Xu Li. Kini Xu Li telah menjadi salah satu dari Lima Biksu Suci jalan Buddha. Meskipun penampilannya masih seperti tuan muda berwibawa, hanya mencukur rambut pendek di kepala dan tidak berpenampilan seperti biksu, namun pemahaman Dharma Buddha-nya termasuk yang paling tinggi di Dunia Tujuh Phoenix.
