Tang Long terbaring di tempat tidur tak tahu sedang bermimpi indah apa, senyum tipis mengembang di sudut bibirnya. Tiba-tiba pintu otomatis terbuka, pelatih robot masuk sambil membawa ember berisi air es dengan balok-balok es mengambang. Ia mendekati tempat tidur dan menyiramkan seluruh isi ember ke kepala Tang Long.
Saat air dituangkan, pelatih berteriak marah: "Bangsat Tang Long! Kamu terlambat 10 detik! Hukuman lari 100 putaran!" Awalnya dikira Tang Long akan langsung melompat bangun, tapi dia hanya menggaruk telinga, menjilat bibir seperti tak terjadi apa-apa, lalu berguling melanjutkan tidurnya.
Gigi logam putih bersih pelatih terdengar gemeretak karena amarah. Pelatih melempar ember dan mengeluarkan suatu benda dari pinggangnya yang ditempelkan ke pinggang Tang Long. Dengan suara "zizi" lemah, benda itu mulai memancarkan kilatan listrik di sekitarnya.
Tiba-tiba Tang Long membuka mata lebar-lebar, bola matanya hampir melotot keluar. Dari mulutnya yang menganga seperti ikan keluar jeritan paling menyedihkan sepanjang hidupnya: "Aaaahhhhh!!!!!!" Seluruh tubuhnya meringkuk, rambut pendeknya berdiri seperti landak, wajahnya berkerut kesakitan.
Pelatih Robot menarik kembali tongkat setrum sambil berkata dengan geram: "Tidak waspada sama sekali! Kalau aku musuh, kau sudah kubunuh ratusan kali. Ingat, prajurit harus selalu siaga di mana pun berada!"
Tang Long yang sudah bebas dari setruman, mengerang kesakitan sambil menggosok pinggangnya. Meski mendengar ucapan pelatih, dia tak sempat menjawab karena sedang mengutuki 36 generasi leluhur pelatih dalam hati dengan segala kata kotor yang diketahuinya - meski robot jelas tak punya leluhur.
Sambil mengutuk dalam hati, dia juga meremehkan perkataan pelatih. Di zaman permodern seperti ini, mana mungkin ada yang menyelinap ke kamar tidur musuh untuk menyerang. Masih kayak perang ribuan tahun lalu saja!
Melihat Tang Long masih terduduk di tempat tidur dalam keadaan bengong dan enggan turun, sang pelatih tanpa bicara langsung menyambar baju Tang Long, mengangkat seluruh tubuhnya, dan meletakkannya di lantai yang menghadap pintu. Kemudian dengan keras ia menendang pantat Tang Long, membuatnya menjerit kesakitan dan terlempar keluar kamar seperti kemarin, lalu terjungkur di lantai aula. Seandainya Tang Long meninggalkan bekas di lantai kemarin, pasti ia tahu posisi terjatuhnya sekarang persis sama. Akurasi robot memang bukan sekadar omong kosong.
Tang Long yang sudah pernah mengalami hal ini buru-buru berdiri tegap. Peristiwa dipaksa dengan pistol dan cambuk listrik masih melekat di ingatannya. Namun ia sama sekali tidak ingat bagaimana bisa kembali tidur di tempat tidur. Tampaknya saat berlatih berdiri tegap kemarin, Tang Long sempat kehilangan kesadaran beberapa saat sebelum akhirnya pingsan.
Melihat 5 pelatih kerangka berdiri di hadapannya, Tang Long kembali merasakan kedinginan di tulang punggungnya. Tanpa pengalaman menghadapi situasi seperti ini, pemuda ini selalu merasa takut saat berhadapan dengan kerangka manusia. Meski mereka robot, kerangka yang bisa bergerak ini justru lebih menyeramkan. Saat ini Tang Long hanya ingin tidur, tanpa pikir panjang dia langsung menutup matanya. Pertama, agar tidak melihat pelatih yang mengerikan itu, kedua, bisa sekalian istirahat.
Robot tentu langsung menyadari Tang Long yang tertidur sambil berdiri, apalagi postur berdirinya sangat tidak memuaskan. Salah satu pelatih segera mengeluarkan cambuk listrik dan menghujamkannya ke tubuh Tang Long dengan keras.
"Ya ampun!" Teriakan kesakitan langsung menggema. Tang Long terjatuh ke tanah dan tak bergerak sama sekali. Para pelatih robot terkejut sejenak, semua mata tertuju pada robot yang masih memegang cambuk kulit itu.
Instruktur robot itu melambaikan tangan, lalu salah satu matanya yang berwarna hijau tiba-tiba berubah merah. Dari mata merah itu memancar sinar merah yang menyapu tubuh Tang Long bolak-balik.
Robot-robot lain melakukan gerakan yang sama, juga memancarkan sinar merah. Setelah beberapa saat, sinar itu ditarik kembali dan mata mereka kembali hijau. Robot yang memegang cambuk listrik menyatukan tangannya di belakang punggung dan berkata dingin, "Kalau kamu ingin tidur, tidurlah sampai puas di dalam air."
Begitu ucapannya selesai, dinding putih tiba-tubah menampilkan pemandangan langit. Lalu air biru mulai mengalir keluar dari lantai dengan kecepatan luar biasa, hanya dalam hitungan detik sudah menggenangi seluruh tubuh Tang Long.
"Hek-hek-hek!" Tang Long yang berpura-pura pingsan tak bisa melanjutkan aktingnya. Ia bangkit terburu-buru sambil batuk-batuk mengeluarkan air yang tak sengaja terhirup. Kenapa disebut air laut? Karena rasanya asam, pahit, dan asin - kalau bukan air laut, apalagi?
Tang Long baru saja berdiri tidak lama, air laut sudah menyembur melebihi kepala, membuatnya panik mengayuh. Tiba-tiba sesuatu menusuk pantatnya, sementara suara dari langit bergema: "Kamu terlambat 30 detik, hukuman renang cepat 20 kilometer! Cepat!" Bersamaan dengan suara itu, pantatnya kembali tersentak sakit.
"Sakit sekali!" Sekarang Tang Long sama sekali tidak mengantuk. Ia tidak tahu kemana para pelatih robot itu pergi, di permukaan laut virtual yang luas ini hanya ada dirinya sendiri. Tapi tidak sempat berpikir lama karena pantatnya kembali tertusuk, ia segera mengayunkan lengan mulai berenang.
Setelah berenang selama 10 menit, Tang Long tidak tahan lagi dan mengumpat: "Bangsat! Ini kan latihan militer dari zaman purba! Sekarang ini zaman apa sebenarnya?! Gimana caranya pelatih bisa dapat omong kosong seperti ini untuk latihan? Kalau aku tidak bisa berenang, pasti mati!" Tiba-tiba ia teringat bahwa para pelatih tanpa perikemanusiaan itu sedang mengawasinya, membuatnya kaget. Tapi ketika mengira akan dihukum atau dimarahi, tidak ada hukuman yang datang.
Mengira para pelatih sudah pergi, ia menarik napas lega dan mencoba beristirahat mengapung di permukaan air. Namun pantatnya langsung ditusuk keras, disertai suara dingin: "Cepat berenang! Jangan bermalas-malasan!"
"Aduh! Ternyata para pelatih brengsek ini masih ada!" Tang Long panik dan mulai berenang, tapi pikiran bawah sadarnya langsung terucap. Ketika menyadarinya, sudah terlambat. Namun kali ini tetap tidak ada hukuman yang diterimanya.
Tang Long yang cerdik tak bisa menahan diri untuk mulai berspekulasi: "Mungkinkah para pelatih itu hanya peduli apakah aku menuruti perintah, dan sama sekali tidak mempedulikan makian yang kuluapkan? Hmm... Sangat mungkin, karena mereka adalah Robot yang bertindak sesuai program yang sudah ditetapkan. Selama aku tidak melanggar perintah, sebanyak apapun aku memaki mereka tidak akan ada reaksi. Soalnya tidak pernah ada rekrutan yang berani memaki atasan langsung di depan mereka, pasti tidak ada pengaturan seperti itu dalam sistem mereka. Hihihi, bisa leluasa meluapkan umpatan!"
Meski sudah menduga demikian, Tang Long tetap melakukan uji coba beberapa kali sambil menahan sakit saat pantatnya ditusuk. Ternyata benar - ketika diam saja dan berhenti, langsung kena tusuk. Tapi saat berenang sambil memaki nenek moyang pelatih, pantatnya sama sekali tidak ditusuk. Setelah memastikan tebakannya, Tang Long terus memompa semangat sambil melontarkan semua sumpah serapah yang bisa dibayangkan, sekaligus mengayunkan tangan dengan giat. Tang Long merasakan semua kekesalan yang tertahan sejak kemarin seolah menguap dalam sekejap.
Beberapa saat kemudian, Tang Long tiba-tiba merasa air semakin dangkal, hingga semua air menghilang tanpa jejak. Saat itu dia melihat 5 pelatih masih berdiri dengan tangan di belakang di tempat yang sama. Jika bukan karena pakaian mereka masih meneteskan air, mereka sama sekali tidak terlihat seperti telah berada di dalam air begitu lama.
"Sial! Ternyata bajingan-bajingan ini anti air." Begitu Tang Long menyeringai dan mengucapkan kata-kata ini, dia langsung terkena cambuk listrik. Hal ini membuatnya ketakutan dan segera bersiap membatalkan dugaan sebelumnya. Namun perkataan pelatih memberinya harapan:
"Dilarang membuat ekspresi wajah konyol! Prajurit harus memiliki penampilan yang pantas! Berdiri tegak!"
Mendengar ini Tang Long segera bereksperimen: "Brengsek! Kau pikir dirimu ratu? Selalu main cambuk saja!" Kalimat ini sama sekali tidak sesuai dengan ekspresi wajahnya. Tang Long mengucapkannya dengan ekspresi serius, sambil berdiri tegak dengan tangan di belakang.
Sayangnya, Tang Long tetap mendapat cambukan, "Ingat! Saat menjawab atasan, harus diawali dengan: Ya, Pak! Bukan, Pak! Untuk bertanya harus diawali Laporan Pak! Jika melakukan kesalahan harus bilang Maaf Pak! Ini adalah etiket militer!"
Mendengar bahwa pelatih itu tidak memukulnya karena ucapannya, Tang Long berani melanjutkan eksperimennya: "Ya, Pak! Nenekmu, sakit sekali pukulanmu!"
Saat Tang Long menunggu dengan gemetar, cambukan pelatih tidak datang. Malah sang pelatih mengangguk puas, "Bagus, begitu caranya. Hukuman berenang 10 km sudah selesai, sekarang latihan tembak!" Setelah berkata demikian, pelatih berbalik dan melangkah masuk ke barisan 4 robot tersebut.
Tang Long hampir tidak bisa menahan tawa saat mendengar ini, tapi wajahnya tetap dipaksa mempertahankan ekspresi dingin. "Hihihi, sudah dihina seperti ini juga tidak bereaksi. Hari-hari ke depan pasti menyenangkan!" Namun Tang Long tidak tahu, kebiasaan isengnya ini kelak akan memberinya julukan buruk seperti "preman bermuka dingin" dan "pengangguran bermuka dingin". Kebiasaan ini juga membuatnya sering mendapat hukuman. Dia juga tidak sadar bahwa metode pengalihan perhatian ini telah menghilangkan rasa lelah dan kantuknya.
Robot yang berada di paling pinggir merapatkan kaki dan berbalik arah menuju dinding, memasuki sebuah pintu. Para robot ini selalu bergerak dengan langkah-langkah militer yang khas kapan pun dan di mana pun.
Dengan penasaran, Tang Long langsung bertanya tanpa pikir panjang: "Laporan, Komandan! Apa yang dilakukan si brengsek itu di sana? Ruangan apa itu?" Dia sudah cepat menguasai teknik mengucapkan sapaan formal terlebih dahulu, lalu menyampaikan maksudnya dengan bahasa yang tidak sopan. Tentu saja selama ini dia harus berusaha keras menahan perubahan ekspresi wajah yang belum bisa dikendalikan dengan sempurna.
Meskipun para pelatih ini adalah robot cerdas, basis data mereka tidak memiliki penjelasan tentang kata-kata kasar tersebut, juga tidak menginstruksikan hukuman apa yang harus diberikan ketika prajurit menghina atasan secara langsung. Mereka yang terisolasi di tempat terpencil ini tidak memiliki interaksi manusia, semua pengetahuan diperoleh melalui internet. Situs web yang digunakan kamp pelatihan tentu saja milik pemerintah dan kementerian pertahanan, jaringan sipil tidak bisa diakses. Karena itu mereka sama sekali tidak menyerap budaya pasar.
Mendengar pertanyaan Tang Long, mereka tidak merasa ada ketidaksopanan - bukankah dia sudah mengucapkan "Laporan pada atasan" sebelum bertanya? Mereka tidak mengerti bahwa frasa "si itu" mengandung konotasi merendahkan, hanya menganggapnya sebagai sebutan untuk robot yang pergi tadi. Karenanya mereka menganggap ini memenuhi persyaratan kemiliteran dan segera menjawab:
"Itu gudang senjata, Pelatih V3L65B4-3C41 sedang mengambil persenjataan latihan."
Tang Long baru tahu nama pelatih itu ternyata kode nomor yang sulit diingat, dan mereka semua tampak sama. Sedikit lengah langsung tidak tahu siapa yang mana. Karena itu Tang Long sama sekali tidak berusaha menghafal, juga tidak ingin tahu nomor pelatih lainnya. Minatnya tertuju pada pintu gudang senjata itu.
Tak lama kemudian, gunungan berbagai senjata setinggi bukit kecil didorong keluar oleh robot itu dengan kereta dorong layaknya berbelanja di supermarket. Sampai di depan Tang Long, robot itu mengambil pistol sembarangan dan menyerahkannya. Saat itu juga pemandangan berubah menjadi lapangan tembak terbuka.
"Ini pistol laser, satu kartrid energi bisa menembak 100 kali terus-menerus. Ini pengaman, ini pelatuk, ini bidik..." Robot itu menjelaskan secara detail cara menggunakan pistol tersebut.
"Laporan Komandan, saya sudah bisa! Dulu saya jagoan senjata elektrik lho." Tang Long dengan girang memain-mainkan pistolnya. Game yang paling sering dimainkannya adalah tembak-menembak 3D, jadi soal struktur senjata dan akurasi dia sangat percaya diri.
"Baik, tembak 100 lalat yang beterbangan di sana. Jika tidak selesai, hari ini kamu tidak akan dapat makan." Pelatih itu berkata dingin sambil melemparkan sebuah penembak laser, helm holografik, dan sekotak besar blok energi. Kemudian dia berdiri diam memandangi Tang Long.
"Lalat?! Seratus ekor?" Tang Long membuka mulutnya lebar-lebar sambil menatap area berjarak ratusan meter. Bahkan angka pada target pun tidak bisa dilihatnya, apalagi harus menembak lalat kecil yang gerakannya tak terduga?
Makhluk seperti lalat, nyamuk, kecoa, tikus, selalu ada di mana pun manusia berada, terutama di Planet Kera. Daya tahan dan tingkat reproduksi mereka sangat luar biasa. Bahkan dengan teknologi masa kini pun tidak bisa dimusnahkan sepenuhnya. Jadi tidak aneh jika makhluk ini bisa bertahan sampai zaman sekarang.
“Laporan, Komandan! Saya tidak bisa, mohon ajari saya.” Tang Long merasakan perutnya langsung keroncongan begitu memikirkan tidak mendapat makanan. Sehari tanpa makan? Itu pasti mengerikan! Karena itu Tang Long lupa bersikap genit dan malah menggunakan bahasa hormat.
Robot itu memahami makna bahasa hormat, lalu mengangguk dan maju selangkah sini memberi pelajaran: “Ingat, jangan sombong. Kesombongan membuat orang ceroboh, di medan perang kecerobohan tak bisa ditolerir. Sedikit kesalahan langsung menentukan nasibmu! Jika kau seorang komandan, itu juga menentukan nasib anak buahmu!”
Tang Long paham sang pelatih sedang menegurnya atas kesombongannya tadi. Tak disangka robot pun punya trik seperti ini. Tapi dia juga mengakui kebenaran perkataan pelatih, sehingga segera menerima dengan rendah hati.
"Hmm, pakai helm holografik pilot pesawat antariksa. Ini bisa memperbesar objek jauh ke depan matamu sekaligus mengatur kecepatan gerak target. Juga pasang laser sight di senjata untuk fungsi pointing." Instruktur robot itu sambil menjelaskan, mengarahkan senjata sambil mengajari Tang Long cara menggunakan helm dan memasang laser sight. Sebagai robot, dia sebenarnya tidak membutuhkan alat bantu pendukung ini untuk mencapai fungsi yang sama.
Jika bukan karena manusia takut robot tak terkendali, mereka akan menjadi prajurit terbaik di medan perang. Tentu perang saat itu akan berubah menjadi permainan super mahal tanpa pertumpahan darah. Permainan ini selain membuat manusia kehilangan pemahaman akan bahaya perang, juga pasti akan membawa risiko yang lebih besar dan lebih banyak.
Misalnya suatu hari robot tiba-tiba sadar diri, bahaya ini sudah cukup mengerikan. Robot yang memiliki kesadaran diri dan menyadari telah diperlakukan manusia sebagai alat budak, bagaimana mereka akan memperlakukan manusia? Tapi jawaban ini sebenarnya sudah muncul seribu tahun yang lalu, sehingga memungkinkan manusia terus melanjutkan perang berdarah.
Tang Long buru-buru memakai helm pilot pesawat ruang angkasa yang legendaris itu. Saat menekan tombol aktivasi, seiring pergerakan visual dan fokusnya, pemandangan di kejauhan semakin mendekat. Akhirnya Tang Long bisa melihat dengan jelas tubuh berbulu yang menjijikkan dari seekor lalat. Ia tak mengerti mengapa kamp pelatihan infanteri ini memiliki helm semacam itu, padahal itu adalah helm khusus pilot pesawat tempur! Seharusnya hanya ada di basis pelatihan pilot pesawat tempur.
Sebenarnya, pilihan pertama Tang Long adalah menjadi pilot pesawat ruang angkasa. Sayangnya, itu adalah persyaratan personel yang paling ketat di antara semua jenis pasukan. Tidak hanya membutuhkan kemampuan reaksi yang luar biasa, fisik dan tekad yang kuat, tetapi juga berbagai pengetahuan tentang ruang angkasa. Para rekrutan yang berhasil lulus ujian pun belum tentu langsung menjadi pilot. Bahkan jika lulus, jika nilai tidak menonjol, hanya bisa menjadi personel cadangan yang duduk di bangku cadangan. Pilot pesawat ruang angkasa bisa dikatakan sebagai prajurit individual tingkat tertinggi. Perlu diketahui bahwa pangkat terendah pilot mana pun adalah letnan dua.
Di antara pilihan pasukan yang tersedia selain infanteri yang dipilih Tang Long, persyaratan terendah adalah awak kapal dan petugas pemeliharaan di dalam kapal perang. Namun jangan meremehkan awak kapal - mereka berpotensi menjadi kapten yang memimpin kapal perang. Tapi persyaratan pertama ini tidak berlaku untuk Tang Long karena mensyaratkan daya ingat yang baik, nilai akademik bagus, dan kemampuan komando dalam situasi darurat. Sedangkan petugas pemeliharaan harus memiliki pengetahuan dan minat tertentu di bidang mekanik.
Selain promosi bertahap, hanya perwira yang dikirim oleh Staf Umum yang bisa langsung menjadi kapten kapal. Untuk masuk ke Staf Umum, harus memilih kamp pelatihan staf. Persyaratan korps ini lebih ringan daripada pilot, tidak perlu fisik kuat, bahkan orang lemah secara fisik pun bisa mendaftar. Tapi persyaratan kecerdasan, kemampuan adaptasi, dan kepemimpinan jauh lebih tinggi.
Tentara antariksa terbagi jadi beberapa jenis: prajurit tempur jarak dekat mengandalkan kekuatan fisik, dan pasukan khusus yang serba bisa. Jenis pertama hanya perlu fisik bagus, jenis kedua termasuk tingkat kesulitan super. Waktu pelatihan mencapai 5 tahun, dan pencapaian mereka tidak diumumkan ke publik, termasuk orang-orang yang hidup dalam kegelapan. Karena itu umumnya tidak merekrut prajurit baru, melainkan dipilih dari veteran berpengalaman.
Saat itu suara pelatih terdengar: "Analisis target yang akan ditembak dan jarak target dari posisimu, lalu sesuaikan diameter laser. Sekarang atur ke diameter 1 milimeter. Gunakan helm dan bidikan untuk mengarah ke target. Helm ini memiliki fungsi pelacakan otomatis yang bisa mengunci target."
Mengikuti instruksi pelatih, Tang Long segera melihat di layar lalat yang diperbesar hingga seukuran kepalan tangan, perutnya hancur ditembus sinar laser. Tanpa menunggu perintah, Tang Long buru-buru mengangkat senjata dan membidik lalat lain. Tapi tak semudah bayangannya, di layar lalat raksasa itu tetap terbang, tak terlihat jejak laser di sekitarnya, tembakannya meleset.
“Kau pikir bisa melihat berarti bisa menembak tepat? Tangan tak selaras dengan mata, sama saja sia-sia! Lepas helm, latih tembak target statis dulu! Lakukan penembakan lalat dengan menyesuaikan jarak pandang helm dari rendah ke tinggi. Ingat, kalau belum kena 100 lalat, hari ini kau tak boleh makan! Besok targetnya jadi 200 lalat, gagal lagi berarti puasa lagi! Lalat ini semua virtual, komputer yang akan menghitung jumlah tembakan tepat. Bohong tak akan berguna.” Pelatih berkata dingin lalu diam membeku di tempat.
"Siap Pak! Sialan! Kau kira aku tidak bisa tembak? Hah! Aku harus bisa makan hari ini!" Tang Long segera melepas helm, mengarahkan senjata ke target berjarak 50 meter yang sudah dipindahkan, mulai menembak. Beberapa peluru pertama meleset dari bullseye, tapi setelah terbiasa dengan sistem penunjuk laser yang memudahkan koreksi jarak, ditambah bantuan bidikan, tak lama kemudian hampir setiap tembakannya tepat sasaran. Ternyata pengalaman main game-nya tidak sia-sia.
Setelah berhasil mengenai pusat target pada jarak seratus meter, Tang Long mengenakan helmnya dan menyesuaikan ukuran lalat menjadi sebesar ibu jari. Tang Long mengira kali ini pasti bisa mengenai target, tapi tetap meleset. Karena tangannya masih belum bisa mengikuti pola gerakan tak teratur lalat yang terbang.
Blok energi sudah habis satu kotak penuh digunakan Tang Long, bahkan setengah dari persediaan baru yang dibawa pelatih juga terkuras. Ribuan tembakan laser tidak satupun berhasil mengenai lalat. Kini tangan dan kakinya lemas, jari telunjuknya kesemutan, perutnya keroncongan kelaparan. Baru sekarang ia menyadari meskipun helm antariksa ini canggih, tapi tangannya bukan meriam laser di pesawat tempur - mana mungkin bisa mengikuti kecepatan itu?
“Bajingan sialan! Lalat mati! Teruslah terbang! Aku tidak percaya tidak bisa membunuhmu!” Tang Long yang lelah dan kelaparan membidik seekor lalat yang telah lama diincarnya. Mengikuti pergerakan gambar di layar, tangannya secara alami mengikuti. Merasa sudah tepat sasaran, ia menekan pelatuk. Lalat di layar hancur berkeping-keping, kena!
Tang Long melompat kegirangan, namun langsung dicambuk. Suara dingin terdengar: "Masih 99 lagi." "Siap, Komandan! Dasar sadis, sedikit-sedikit mencambuk! Baru dua hari di sini sudah ditendang dua kali, dicambuk ratusan kali! Aku bisa mati karenamu!" Meski menggerutu, Tang Long tetap membidik dan menembak. Kali ini pelurunya kembali mengenai sasaran.
Tang Long tiba-tiba menyadari bahwa dia harus menggunakan hatinya untuk mengendalikan tangannya. Begitu target terlihat, pistol di tangannya akan otomatis mengikuti sasaran. Tidak tahu berapa lama, akhirnya Tang Long berhasil menyelesaikan target 100 lalat. Setelah mendengar instruktur berkata "boleh berhenti", dia lebih memilih duduk meski dicambuk beberapa kali sebelum akhirnya berdiri.
"Baik, sekarang bubar. Tapi kau menghabiskan terlalu banyak waktu. Waktu makan siang dan makan malam sudah berakhir. Sekarang waktu istirahat malam, kantin sudah tutup dan baru akan buka besok pagi. Selain itu kantin pagi akan langsung tutup setelah apel pagi. Semoga kau tidak terlambat lagi." Instruktur robot yang terus berdiri di samping Tang Long itu berkata, lalu bersama robot lainnya kembali ke kamar mereka dan menghilang.
Seluruh aula hanya menyisakan Tang Long yang terdiam membeku dan tumpukan senjata tak dikenal di sekitarnya.
Suara lemah yang terdengar setelah sekian lama: "Bangsat! Aku takkan berdamai denganmu! Hu hu... sarapan, makan siang, dan makan malku..." Tang Long bersandar pada tumpukan senjata itu sambil merintih lemah: "Apa aku harus makan besi-besi ini..." Tiba-tiba matanya berbinar saat menatap senjata-senjata itu.
Begitu robot-robot menghilang, aula seketika berubah menjadi pemandangan malam, langit-langit dipenuhi gemerlap bintang seperti langit malam di planet. Dalam kegelapan ini seharusnya Tang Long merasa takut, sayangnya sejak kemarin dia hanya makan sekali. Rasa takut telah tergantikan sepenuhnya oleh lapar. Sekarang bahkan jika bertemu ular yang paling ditakutinya, dia akan langsung menangkap dan menggigitnya mentah-mentah.
Tang Long mencari alat penerangan dari tumpukan senjata itu, dengan cahaya redup tak tahu sedang mencari apa. "Sial, kok semuanya pistol dan senjata tembak otomatis?" Tang Long membongkar semua senjata, tiba-tiba ia menemukan senjata berbentuk bulat dengan laras pendek yang sangat besar.
"Senjata Tembakan Peledak Perseorangan Terarah?!" Tang Long membaca tulisan di badan senjata itu, berseru girang: "Hebat, ini dia!" Sambil mengangkat senjata itu, ia berjalan ke dinding dan mulai meraba-raba: "Hmm, ini kamarku, sekitar lima langkah ke samping pasti restoran... nah, di sini."
Tang Long menaruh lampu penerang di sudut dinding yang ditentukan, lalu mundur beberapa langkah, mengarahkan senjata dan menembak. Cara penggunaan sudah tercat di badan senjata, jadi Tang Long tentu bisa menggunakannya. Semburan cahaya merah menyilaukan, gelombang udara dahsyat menghembus bersama ledakan keras. Tang Long terhempas berguling-guling dan menabrak dinding.
Tang Long mengabaikan wajahnya yang sakit tertiup angin, matanya bersinar-sinar saat melemparkan senjata dan merangkak ke arah lubang besar yang diledakkan. Dia tepat meledakkan tempat yang benar - kantin.
Begitu Tang Long yang lapar seperti harimau menerobos masuk, lampu sensor kantin menyala sebentar lalu padam. Tang Long tak peduli. Saat lampu menyambar, dia sudah melihat kotak makanan di meja terdekat. Mengandalkan ingatan dan aroma, dia menerjang tepat ke arahnya dalam gelap.
Tang Long tak memikirkan kenapa kantin otomatis masih menyimpan makanan setelah ditutup. Tak peduli apa yang dimakannya, tak menggunakan sendok. Tangan langsung menyambar makanan ke mulut, mengunyah dan menelan dengan rakus seperti binatang kelaparan. Baru berhenti setelah menggigit beberapa kali piring logam yang tak bisa dikunyah.
“Huh! Enak banget, baru sadar ternyata makanan bisa seenak ini.” Tang Long meraih botol air di sebelahnya, meneguk beberapa kali besar-besaran sebelum bersendawa panjang. Baru sekarang dia punya mood untuk berpikir.
“Aneh, suara ledakan sebesar itu pasti didengar pelatih, kenapa belum ada yang menghukumku?” gumam Tang Long. Tiba-tiba dia menyadari dirinya berada di kantin gelap gulita, bahkan tak bisa melihat tangan sendiri.
“Ya ampun!” Rasa takut tak jelas langsung menyergap hati Tang Long. Dia langsung berlari kencang ke arah pintu yang diingatnya, menabrak dinding 3 kali sebelum akhirnya menemukan jalan keluar ke aula. Melihat bintang-bintang samar di atas, dia menghela napas lega.
Namun, bintang-bintang di langit-langit tiba-tiba menghilang dan seluruh aula menjadi gelap gulita. Tang Long menatap sekelilingnya dengan panik sambil bergumam, "Tidak bisa melihat apa-apa, kenapa gelap sekali seperti ini? Jangan-jangan aku merusak fasilitas energi tadi?" Ini adalah basis antariksa, tanpa matahari di sekelilingnya. Jika sumber cahaya basis padam, kegelapan total akan menyelimuti. Mata manusia tidak bisa beradaptasi karena adaptasi gelap membutuhkan sedikit cahaya. Saat ini Tang Long ibarat orang buta yang matanya terbuka.
Semakin dipikir, Tang Long semakin merasa tidak nyaman dan ketakutan. Saat hendak berteriak memanggil pelatih, bayangan robot-robot tengkorak langsung membuat seluruh tubuhnya menggigil, bulu kuduknya meremang. Memikirkan tengkorak-tengkorak itu justru membuat hatinya semakin dipenuhi rasa ngeri.
Dia langsung terjatuh ke lantai karena ketakutan: "Bagaimana ini? Bagaimana ini?..." Pikirannya bergejolak, tidak berani bersuara sedikitpun karena takut ada makhluk yang menemukannya melalui suara. Merasa tidak aman berdiam di satu tempat, dia mulai merangkak menggunakan tangan dan kaki.
Saat Tang Long terus meneror dirinya sendiri hingga hampir gila, tiba-tiba tangannya menyentuh benda logam. Hampir saja dia menjerit kaget, tapi seketika wajahnya berseri karena menyadari itu adalah pistol laser.
Dengan gemetar dia menggenggam erat senjata itu. Meski bulu kuduk masih berdiri dan jantung berdebar kencang, rasa takutnya mulai berkurang: "Wahahaha!" Tang Long tertawa histeris sambil asal menembakkan pistol ke segala arah.
Dengan cahaya laser, Tang Long menemukan tumpukan senjata di sampingnya. Dengan girang ia segera mengganti senjata menjadi senapan laser tembak beruntun, lalu mulai menembak sembari berteriak: "Asyik! Masih ada yang berani mendekat? Ayo? Akan kutembak kau jadi sarang lebah!" Puluhan sinar laser kembali menyembur dari senjatanya.
Hampir kehabisan energi, Tang Long akhirnya merebahkan diri di atas tumpukan senjata sambil memeluk senapannya: "Hehe, tidak perlu takut. Dengan senjata, apa yang harus ditakuti?! Senjata... kau benar-benar harta karunku... harta... karunku..." Suaranya semakin melemah. Kelelahan fisik dan mental seharian akhirnya membuatnya tertidur lelap.
"Tang Long……Tang Long! Tang Long!!!" Mendengar teriakan itu, Tang Long malas-malas membuka matanya. Begitu melihat pemandangan di hadapannya, matanya langsung terbelalak lebar dan jantungnya seakan berhenti berdetak. Sebuah tengkorak putih menganga dengan gigi-gigi putih seram yang bergerak-gerak di depannya.
Tanpa pikir panjang, Tang Long langsung mengarahkan senjatanya dan menembak sembarangan. Tapi setelah menembak, mulutnya langsung menganga lebar. Ia tahu dirinya dalam masalah besar. Itu adalah instruktur robot.
Tubuh robot itu ditembus puluhan peluru, tapi tetap tenang seperti tidak terjadi apa-apa. Hanya seragam militernya yang berlubang-lubang mengeluarkan asap hangus, memperlihatkan kerangka logam putih di dalamnya.
Instruktur robot itu sama sekali tidak marah. Malah menyatukan tangan di belakang punggung sambil mengangguk ke arah Tang Long: "Bagus, kali ini kamu tidak terlambat."
Mendengar ini, Tang Long yang gembira sampai lupa ketakutannya tadi segera melemparkan senjata laser, berdiri tegak dan memberi hormat: "Laporan, komandan!"
Instruktur itu juga memberi hormat, tapi ucapannya membuat Tang Long jatuh ke jurang keputusasaan: "Tapi kamu berniat membunuh atasan, sekarang dihukum membawa beban 20 kg, melakukan lompat kodok sejauh 10 km. Jika berhenti di tengah jalan, kamu akan menerima hukuman mati!" Setelah mengucapkan dengan dingin, dia berbalik dan pergi.
Tang Long yang terdiam hanya bisa melihat baju berat muncul dari lantai. Tak lama kemudian, teriakan menyayat hati bergema di aula Resimen 23.
