Tang Long yang sudah sangat familiar langsung naik ke pesawat antariksa yang telah ditinggalkannya selama setahun, menuju kokpit dan duduk di kursi pilot. Bukan hanya untuk melihat sekilas basis Resimen 23 sekali lagi, tapi juga untuk merekam data jalur penerbangan. Ia berharap suatu saat nanti bisa mengemudikan pesawat sendiri untuk mengunjungi kelima pelatih robot yang telah membinanya.
Memandang menara kontrol yang semakin menjauh, tak lama kemudian pesawat keluar dari basis dan terlihatlah meteorit itu. Tang Long tahu pesawat akan segera berbalik arah, dengan pandangan penuh rasa kehilangan ia melirik terakhir kali sebelum menutup matanya.
Setelah suara dengung mesin mereda, pesawat mendarat dengan stabil. Tang Long merapikan seragamnya, mengusik pangkat di bahunya sambil tersenyum puas diri.
Keluar dari kabin pesawat.
Saat melewati koridor menuju pintu masuk bandara, sebelum sempat mengeluarkan kartu magnet dan memasukkannya ke slot, pintu pemeriksaan sudah terbuka otomatis. Suara komputer terdengar dari samping: "Tang Long, selamat datang kembali."
“Oh... terima kasih.” Tang Long merasa heran mengapa tidak perlu verifikasi kartu magnet. Lagipula, meskipun komputer bisa mengucapkan kata-kata sopan, biasanya tidak akan menyebutkan nama. Dan bukankah seharusnya menggunakan kata ganti formal "Anda"? Kok terdengar seperti "kamu" ya.
Saat melihat pemindai elektronik di langit-langit hall, dia berpikir bahwa alat itu sudah mengonfirmasi identitasnya sejak awal, sehingga tidak perlu kartu magnet. Itu juga sebabnya ada ucapan sopan yang menyebut namanya. Dengan riang, Tang Long berjalan menuju lorong jarak jauh yang pernah membuatnya ketakutan sebelumnya.
Dia sama sekali tidak tahu bahwa komputer pusat, karena pengaruh para pelatih robot, menganggap Tang Long sebagai teman atau mungkin junior.
Kini komputer pusat mulai memberikan perlakuan khusus padanya.
Ketika Tang Long muncul kembali di ruang penugasan yang sama seperti sebelumnya, dia langsung menarik perhatian banyak orang. Para calon prajurit perempuan memandangi komandan tampan yang penuh karisma ini dengan penuh kekaguman. Sementara para calon prajurit laki-laki melotot memandangi pangkat Letnan Dua di bahu Tang Long.
Tang Long melihat beberapa prajurit berdiri di kejauhan, lalu segera mendekati mereka. Dia ingin bertanya tentang prosedur yang harus dilakukan setelah keluar dari kamp pelatihan.
Dua prajurit berpangkat Sersan itu langsung berdiri tegak dan memberi hormat ketika melihat Tang Long mendekat: "Selamat pagi, Komandan!" Tang Long yang kaget langsung membalas hormat. Meski dalam hati merasa bangga, dia jadi enggan mengajukan pertanyaan karena takut mengurangi wibawa komandan. Akhirnya dia pura-pura hanya lewat dan cepat-cepat meninggalkan kedua prajurit itu.
Dengan putus asa, Tang Long pun menuju ruang konsultasi di dalam aula untuk bertanya pada komputer. Pintu ruangan menutup otomatis, memastikan percakapan di dalam tidak terdengar oleh orang luar.
Tang Long baru saja menekan tombol, avatar wanita komputer tiga dimensi langsung muncul sambil tersenyum berkata: "Tang Long, ada yang bisa saya bantu?"
"Ya... oh, saya seorang rekrut baru, saya ingin tahu apa yang harus saya lakukan setelah pelatihan dasar selesai?" Awalnya Tang Long tertegun sebentar mendengar namanya disebut di sini, tapi pemahamannya yang sok tahu membuatnya tidak mengejar lebih lanjut.
"Hmm, seharusnya melapor ke Kantor Penempatan Markas Besar. Tapi kamu sudah ditugaskan ke Galaksi Gulongyun - ditempatkan di Planet Haike. Setelah tiba, langsung lapor ke Pangkalan TSI-135 saja. Berkasmu sudah dialihkan ke sana, komandan di sana akan mengatur penugasanmu." Avatar komputer itu mengucapkan semua kalimat ini sekali jalan.
“Eh...” Tang Long benar-benar terdiam. Bagaimana bisa sistem komputer sekarang berevolusi hanya dalam setahun? Tidak hanya ekspresi wajahnya yang lebih hidup, tapi juga lebih banyak bicara. Dulu hanya menjawab pertanyaan per satu, lalu bagaimana bisa komputer konseling ini mengetahui penugasan dari markas besar? Bukankah hanya komputer markas besar yang bisa menangani ini?
“Oh ya, keluarga Anda pernah melaporkan kehilangan tiga hari setelah Anda mendaftar. Tentu saja, mereka langsung tahu Anda telah mendaftar militer. Setelah pelatihan rekrutmen ada cuti tujuh hari. Sekarang Anda kembali, apakah mau pulang ke rumah? Mau menghubungi telepon dulu, atau langsung pulang memberi kejutan?” Avatar komputer itu tersenyum ramah.
Mendengar komputer menyebut keluarga, Tang Long langsung teringat aksinya mendaftar militer tanpa konsultasi. Rencana memberi kabar setelahnya pun gagal karena terjebak di Resimen 23 yang terkungkung total, bahkan tidak bisa menyelesaikan prosedur pemberitahuan.
Sekarang harus segera menghadapi mereka, Tang Long benar-benar merasa sedikit takut. Mendengar pilihan yang diberikan komputer, tentu saja tanpa berpikir panjang langsung menjawab: "Aku akan pulang langsung saja."
Saat itu Tang Long baru tersadar. Ia menatap gadis komputer dengan terkejut, bagaimana mungkin komputer tahu semua hal ini? Semakin dipikir semakin terasa tidak beres, Tang Long mulai mundur bersiap keluar dari ruang konsultasi. Meski berpikiran sederhana, ia tahu situasi ini tidak normal. Pengetahuan komputer tentang masalah penempatannya tadi bisa dijelaskan dengan pembaruan sistem yang kini memiliki fungsi komputer markas besar. Tapi masalah keluarga yang mencarinya ratusan hari lalu mustahil diketahui komputer. Sekalipun komputer mengetahui melalui jaringan telepon, tidak mungkin merekamnya. Setiap detik ada ratusan juta percakapan telepon, komputer secanggih apapun takkan bisa merekam semua konten percakapan.
“Tunggu sebentar.” Gadis komputer tiba-tiba bersuara memanggilnya, membuat Tang Long semakin merasa ada yang tidak beres. Karena komputer konsultasi tidak mungkin bersuara memanggil orang yang hendak pergi, biasanya hanya akan berkata: Semoga lain kali masih bisa melayani Anda. Meski merasa aneh, Tang Long yang sudah terbiasa menuruti perintah berhenti secara refleks alami. Ia memandang gadis komputer virtual itu dengan sedikit kekhawatiran.
“Saldo di rekeningmu sekarang tidak cukup untuk membeli tiket pulang lho.” Gadis komputer itu menggoyangkan jari telunjuknya dengan lincah ke arah Tang Long, sambil tersenyum manis melanjutkan: “Masukkan kartu wajib militer barumu ke slot di bawah, aku akan mentransfer gajimu selama setahun ini ke situ. Cepatan, masih bengong apa?” Gadis komputer itu mendesak dengan nada tidak sabar saat melihat Tang Long tetap diam.
"Ah... oh." Tang Long tak menyangka komputer ini bahkan tahu berapa uang yang dia miliki. Terdorong oleh perkataannya, tanpa sadar Tang Long mengeluarkan kartu pendaftaran prajurit baru itu dan memasukkannya ke lubang kartu di kanan bawah. Setelah kartu dimasukkan, barulah Tang Long berpikir: Bagaimana mungkin komputer konsultasi memiliki fungsi komputer bank? Dan bukankah gaji tentara harus ditransfer melalui komputer khusus?
Tang Long menatap kosong ke arah avatar komputer wanita itu dan bertanya, "Eh... Kak, aku bilang..." Belum selesai bicara, avatar komputer wanita itu tiba-tiba menyela. Mata avatar itu berkilauan saat berteriak, "Kakak? Kamu memanggilku kakak?" Tang Long tak mengerti mengapa reaksinya begitu besar, hanya bisa mengangguk bingung.
Gadis komputer melihat Tang Long mengangguk, segera menutup mulutnya dengan tangan. Mata indahnya mengeluarkan air mata virtual, suaranya bergetar tersedu-sedu: "Wu wu wu... Akhirnya aku punya adik laki-laki..." 'Dia' tahu lima teman yang telah menemaninya selama ratusan tahun akan segera menghilang. Di masa depan, dia harus menghadapi ketakterbatasan waktu dalam kesendirian. Jika bukan karena munculnya Tang Long - manusia yang menarik minatnya dan dipercayakan oleh lima temannya untuk dirawat - mungkin dia sudah kehilangan semangat bekerja. Sekarang dengan sebutan "kakak" langsung dari mulut Tang Long, tiba-tiba dia merasa tidak lagi kesepian. Bahkan dia telah memiliki satu-satunya keluarga. Bagaimana mungkin ini tidak membuatnya menangis karena bahagia?
Tang Long tertegun menyaksikan pemandangan ini: "Apa mungkin? Komputer bisa menangis? Juga mau mengaku sebagai kakak angkat? Aku tidak mengakuinya sebagai kakak lho, apa dia tidak tahu panggilan 'dajie' itu hanya basa-basi?" Ucapan-ucapan ini tentu tidak dia lontarkan, dia tidak tega menyakiti hati orang lain, sekalipun itu hanya komputer.
Gadis komputer itu menangis sejenak, lalu dengan ekspresi bak bunga haitang setelah hujan, berkata lembut pada Tang Long: "Ada yang ingin kamu tanyakan? Beri tahu kakak, kakak pasti akan membantumu menyelesaikannya!"
Ekspresi itu tiba-tiba memicu perasaan familiar dalam diri Tang Long, seolah pernah melihatnya di suatu tempat. Sayangnya dia tak bisa mengingatnya. Tanpa kebiasaan mengejar hal-hal seperti itu, Tang Long menggelengkan kepala dan melanjutkan pertanyaan yang tadi terinterupsi: "Yang ingin kutanyakan, apakah kartu rekrutan ini bisa digunakan sebagai kartu bank?"
Wanita komputer segera menunjukkan ekspresi terkejut dan berkata, "Aduh, kamu tidak tahu? Kartu wajib militer adalah kartu identitas tentara. Ambil chip logam pintar di kartu itu dan ikatkan di leher, maka komputer militer akan mengetahui lokasimu. Selain itu, chip itu juga berfungsi sebagai media penyimpanan untuk semua data pribadi, prestasi, dan asetmu. Kartu ini bisa digunakan sebagai kartu telepon, kartu kredit, paspor, dan semua jenis dokumen lainnya. Ini adalah hak istimewa khusus tentara! Apa kamu benar-benar tidak tahu semua ini?"
Tang Long kembali terpaku. Ia sama sekali tidak menyadari begitu banyak fungsi dari kartu wajib militer. Memang wajar, siapa suruh tidak membaca dokumen panduan dan peraturan militer. Sejak masuk dinas, ia jarang bertemu orang yang bisa memberikan penjelasan. Pelatih robot pasti tahu, tapi mereka tidak akan menyia-nyiakan waktu latihan hanya untuk menjelaskan hal-hal seperti ini.
Saat itu suara BBB terdengar, dan kartu prajurit baru itu dikeluarkan. Gadis komputer tersenyum berkata: "Sudah, gajimu selama setahun terakhir sudah ditransfer, dan kartu prajurit baru sudah diubah menjadi kartu militer resmi dengan semua fungsi lengkap. Oh ya, kalau uangmu kurang, jangan ragu untuk mencari kakak ya. Sudah, kita ngobrol lain kali saja." Begitu gadis komputer selesai bicara, dia langsung menghilang sepihak, dan pintu elektronik ruang konsultasi pun terbuka otomatis.
Tang Long bengong mengambil kembali kartu militernya, lalu pergi dengan wajah masih bingung. Tentu saja di luar sudah ada tiga empat calon prajurit yang menunggu giliran dengan kesal. Kalau bukan karena melihat Tang Long adalah seorang komandan, pasti mereka sudah memaki-maki. Siapa yang mau konsultasi sampai selama itu?
Tang Long terdiam sejenak, lalu menepuk kepalanya sambil bergumam: "Ngapain dipikirin kenapa komputer bisa berubah seperti ini? Lagian lebih baik jadi lebih manusiawi. Uang kurang cari kakak? Apa dia bisa menambah saldo di kartuku? Hehe, kalau gitu bukannya jadi kaya..."
Berbicara sendiri sampai di sini, Tang Long tiba-tiba merasakan keringat dingin mengucur deras. Berdasarkan tingkah laku komputer tadi yang agak aneh, mungkin saja sistemnya sudah terinfeksi virus. Bisa saja dia tiba-tiba mendapat uang dalam jumlah besar tanpa alasan. Dengan sistem perpajakan yang canggih sekarang, begitu ada penambahan dana mendadak, sumber uang itu pasti langsung ketahuan. Kalau sudah begitu, bukan saja tidak bisa kaya, setiap menit bisa-bisa dia dipecat dari kemiliteran dan dijebloskan ke penjara!
Tang Lang segera berlari menuju ruang ATM bank terdekat. Dia tidak mau kehilangan pangkat Letnan Dua yang susah payah diraihnya, belum sempat pamer cukup sudah jadi penjahat. Masuk ke dalam ruangan, dengan cepat dia mengeluarkan kartu militer dan memasukkannya ke slot. Muncul lagi sosok virtual wanita komputer cantik lain. Kali ini tidak ada ucapan mencurigakan seperti yang dikhawatirkan Tang Long, malah terdengar suara sangat formal: "Selamat datang di Bank Federasi, silakan berdiri tegak, sistem akan melakukan pemeriksaan sandi tingkat tertinggi."
Tang Long menghela napas lega, segera membuka mata lebar-lebar dan berdiri tegak. Sebenarnya dia tidak perlu berusaha keras, postur berdirinya sudah sempurna tanpa cela. Ini semua berkat pelatihan super ketat dari Pelatih Robot yang melebihi batas kewajaran.
Komputer melakukan pemindaian identitas yang mencakup sidik jari, pupil iris, golongan darah, DNA, aroma, struktur rambut, dan parameter lainnya. Di era ini, pengaturan kata sandi dibentuk dari kombinasi elemen-elemen tersebut. Umumnya hanya sidik jari, iris mata, dan DNA yang dijadikan sandi. Sedangkan untuk level keamanan tertinggi, sandi mencakup detail seperti profil aroma, struktur helai rambut, konstruksi pori-pori kulit, dan parameter mikro lainnya. Konon katanya, sandi level tertinggi ini hanya bisa diakses oleh pemilik aslinya - bahkan klon dari pemilik tersebut pun tidak bisa membukanya. Meski sangat aman, biaya verifikasi sandi level ini juga sangat mahal, tidak terjangkau oleh orang biasa. Kompleksitas sistem pengaturan dan verifikasi sandi ini tentu dikenakan biaya, agar tidak terjadi pemborosan sumber daya. Untuk masalah biaya Tang Long, "dia" tentu saja memberikan diskon khusus hingga gratis total.
Mengapa Tang Long tidak bereaksi saat mendengar komputer menyebutkan pemeriksaan sandi tingkat tertinggi? Ini karena ini pertama kalinya dia memiliki kartu kredit. Perlu diketahui, dia baru saja mencapai usia dewasa, sebelumnya selalu menerima uang saku dari keluarga. Selain itu, saat mendaftar militer, dia malah memilih Korps Infanteri yang sudah ditinggalkan selama ratusan tahun. Menurutmu, orang seperti ini akan mengerti berapa banyak tentang pengaturan sandi?
"Verifikasi selesai, identitas pengguna telah dikonfirmasi. Selamat siang, Tuan Tang Long. Saldo dalam akun Anda saat ini adalah 24.000 koin Federasi." Komputer mengumumkan angka sambil menampilkannya di layar, kemudian melanjutkan dengan suara yang sangat formal:
"Apakah ada layanan lain yang dibutuhkan? Penarikan tunai? Transfer dana? Keluar?"
“Katanya gaji seorang Prajurit per bulan adalah 2000 yuan, saya sudah jadi Prajurit hampir setahun. Hmm, tidak lebih tidak kurang.” Tang Long melihat saldo di akunnya yang sama sekali tidak bertambah, langsung merasa lega. Dia juga memandangi angka di layar dengan antusias, meski keluarganya kaya, tapi dirinya sendiri tidak punya uang. Uang terbesar yang pernah dipegangnya adalah 5000 yuan yang dulu ditipu dari ibunya. Sekarang dengan 20 ribu lebih di tangan, harus digunakan dengan baik.
Setelah memilih keluar, Tang Long mengambil kartunya. Tiba-tiba dia teringat sesuatu: Jika gaji Prajurit 2000 yuan, berapa gaji Letnan Dua? Ingin tahu berapa gajinya sekarang, Tang Long kembali ke ruang konsultasi itu.
Bahasa formal komputer bank tadi membuatnya merasa aneh, lebih nyaman mencari kembali komputer yang lebih manusiawi sebelumnya.
“Sayang, penampilan komputer wanita kali ini meski sama persis dengan sebelumnya, tetapi nada bicaranya sudah menjadi seformalis komputer bank: "Selamat datang, siap melayani, ada yang bisa saya bantu?"
Tang Long tidak bisa menahan rasa kecewa, tampaknya kerusakan komputer tadi sudah diperbaiki. Dia tidak tahu bahwa "dia" sangat sibuk, mana ada waktu banyak untuk terus menemani Tang Long. Lagipula "dia" mengira Tang Long sudah naik pesawat pulang, mana tahu Tang Long masih ngojlok-ngojlok di bandara ini.
"Saya ingin mengetahui perbandingan gaji semua pangkat di Angkatan Darat Federal." Meski kecewa, Tang Long tetap berbicara dengan singkat.
Komputer langsung berbicara tanpa basa-basi: "Prajurit mendapat 2 ribu yuan per bulan sebagai basis, hingga Sersan Mayor, setiap kenaikan pangkat bertambah 500 yuan. Letnan Dua mendapat 5 ribu yuan per bulan sebagai basis, hingga Kapten Senior, setiap kenaikan pangkat bertambah 1 ribu yuan. Mayor mendapat 20 ribu yuan per bulan sebagai basis, hingga Kolonel Senior, setiap kenaikan pangkat bertambah 20 ribu yuan. Brigadir Jenderal mendapat 100 ribu yuan per bulan sebagai basis, hingga Jenderal Besar, setiap kenaikan pangkat bertambah 300 ribu yuan. Marsekal tidak menerima gaji, semua pengeluaran dibiayai negara, bisa mengatur anggaran militer secara bebas selama aktif bertugas, dan menikmati semua tunjangan saat aktif hingga meninggal setelah pensiun."
Tang Long yang sedang membentangkan telapak tangan sambil menghitung jumlah nol di sebelah nama pangkat di layar, langsung menekan layar dan berteriak: "Dasar sialan! Marsekal semua pengeluaran ditanggung negara, bisa mengatur anggaran sesuka hati? Itu fasilitas bisa dinikmati sampai mati? Pantas jumlah marsekal di Federasi cuma sedikit! Lihat juga, jadi perwira bintang lebih untung daripada jadi manajer. Apalagi jadi jenderal besar, tiap bulan terima 1,6 juta, setara pendapatan tahunan perusahaan kecil! Dasar brengsek, makanya syarat jadi tentara setinggi itu tetap banyak yang berusaha mati-matian masuk!" Tang Long mengumpat dengan puas, lupa bagaimana dirinya yang "sehebat ini" bisa jadi Letnan Dua.
Tang Long menggerutu karena tak menyangka karir militer ternyata sangat "menggiurkan" secara finansial. Dalam bayangannya, perwira tinggi paling banyak mendapat gaji 10-20 ribu yuan per bulan. Soalnya makan, minum, pakaian, dan tempat tinggal semuanya disediakan negara, uang segitu sudah cukup untuk menghidupi keluarga dengan layak. Tapi ternyata jumlahnya jauh melebihi ekspektasinya, bahkan sampai membuatnya terkejut. Selain itu, dia juga kesal melihat gaji prajurit rendahan yang sangat minim, padahal merekalah yang paling sering jadi tumbal di medan perang.
Tentu saja amarah Tang Long hanya sesaat. Kini dia mulai menghitung total gaji tahunannya: "Hmm, aku Letnan Dua, sebulan bisa dapat 6.000 yuan, setahun berarti... 72.000 yuan! Hu hu, masih sedikit! Bahkan tidak cukup untuk beli mobil listrik apung yang bagus!" Ironisnya, sebelumnya dia begitu bangga bisa mendapat 20.000 yuan setahun, kini malah merengek meski gajinya naik jadi 72.000 yuan. Benarlah pepatah: Manusia tak pernah puas, ular menelan gajah!
Tang Long keluar dari ruang konsultasi dan menuju ke bandara penerbangan sipil di ujung lainnya, mulai mencari loket tiket. Meskipun bandara berada di lokasi yang sama, area ini terbagi menjadi bagian militer dan sipil. Prajurit yang ingin bepergian ke tempat lain tanpa tugas resmi harus menggunakan pesawat sipil. Kemunculan Tang Long dengan seragam militer di aula sipil ini tidak terlalu mencolok, namun postur tubuhnya yang tegap, gerakan penuh semangat, dan wajah tampannya tetap menarik banyak perhatian di tengah kerumunan orang yang memadati aula ini.
Tang Long berjalan sambil merasa bangga dalam hati, dadanya semakin tegap. Jangan salah paham, dia mengira semua tatapan itu tertarik pada pangkat militer di bahunya. Sejujurnya, selama ini Tang Long hampir tidak pernah bercermin, bahkan ketika perlu merapikan seragam militer pun harus diselesaikan dalam hitungan detik. Kapan dia punya waktu untuk memperhatikan penampilannya? Meski sebenarnya dia tahu penampilannya jauh lebih baik dari dulu, tapi selama setahun terakhir yang dihadapinya hanyalah manusia virtual dari komputer dan robot bertulang-belulang. Tanpa perbandingan dengan manusia nyata, lama-kelamaan dia tidak lagi peduli dengan penampilan, bahkan bisa dibilang lupa sama sekali bagaimana rupa wajah yang tampan. Tentu saja dia tidak sadar betapa menonjolnya penampilannya dibanding orang lain.
"Apa alasan sebenarnya, petugas tiket penerbangan sipil di berbagai daerah ternyata manusia, bukan sistem komputer! Ah... Mungkin ini diatur untuk mengurangi pengangguran?" gumam Tang Long sambil mencari loket tiket terdekat secara acak. Ia berkata kepada petugas wanita cantik di balik loket: "Permisi, saya ingin membeli tiket ke Planet Lad." Sambil berkata demikian, ia menyerahkan kartu militernya.
Sang nona yang sejak tadi matanya berbinar-binar mengamati Tang Long dari jauh, baru tersadar setelah mendengar suaranya. Wajahnya langsung memerah seperti tomat matang. Dengan cepat ia menundukkan mata, menerima kartu militer Tang Long dengan kedua tangan sambil berbisik: "Baik, mohon tunggu sebentar." Tanpa berani menatap wajah Tang Long, ia segera memasukkan kartu militer tersebut ke mesin di konter.
"Kenapa nona ini begitu pemalu?" Tang Long menatap bingung ke arah sang gadis, membuatnya langsung menundukkan kepala lagi saat mengangkat pandangan. Dengan tangan gemetar, gadis itu mengembalikan kartu militer sambil berbisik, "Ini adalah kartu militer yang bisa digunakan gratis di semua fasilitas publik. Anda cukup memasukkan kartu ini ke mesin verifikasi di pintu keberangkatan, tidak perlu membeli tiket."
Tang Long tidak memahami implikasi kata "ini adalah" yang diucapkan gadis itu, mengira semua personel militer mendapat fasilitas serupa. Dengan sigap ia mengambil kembali kartunya sambil menyunggingkan senyum mempesona, "Terima kasih ya. Kalau begitu di pintu keberangkatan mana saya harus naik pesawat?"
Gadis itu mengangkat muka hendak menjawab, namun tertegun melihat senyuman Tang Long. Pipinya merona merah padam. Setelah beberapa detik, ia menunduk lagi dan berbisik pelan, "Pintu keberangkatan No. 14 di Jalur 23."
Tang Long mendengar suara yang lembut itu, tak sadar menggosok-gosok telinganya. Meski dalam hati bergumam kenapa Nona ini berbicara begitu pelan, ia tetap tersenyum mengucapkan terima kasih sebelum pergi mencari pintu keberangkatan.
Saat itu, sang Nona menutupi pipinya yang memerah, memandang dengan penuh kekaguman ke arah siluet Tang Long yang tampan, bergumam pelan, "Mengapa aku jadi begitu grogi seperti ini? Apa hanya karena melihat pria tampan, aku langsung kehilangan kendali? Pria tampan bukankah sudah sering kulihat, tapi kenapa kali ini..." Saat hendak melanjutkan gumamannya, terngiang suara, "Nona." yang menyadarkannya.
Melirik ke samping, ia melihat dua pria bertubuh besar berbaju hitam dan berkacamata hitam berdiri di hadapannya. Sang Nona terkejut, namun tetap menyunggingkan senyuman lembut sambil bertanya, "Ada yang bisa saya bantu?"
Salah satu pria besar itu melirik sekeliling, mendekat, sementara pria besar lainnya berbalik untuk mengawasi sekitar. Pria yang mendekat itu menurunkan suaranya seraya berkata: "Nona, situasi sekarang kacau, kenapa Nona malah bekerja paruh waktu di luar negeri selama liburan musim panas? Sang Pangeran sangat khawatir, mohon pulanglah."
Senyum gadis itu menjadi kaku, matanya yang indah bergerak lincah ke kiri dan kanan, dengan suara sama-sama direndahkan:
"Aku sudah mengubah penampilan, kenapa kalian masih bisa mengenaliku?"
Pria besar itu tertegun sejenak, mungkin tidak menyangka sang nona akan bertanya demikian? Tapi dia segera menunjuk kacamata hitam di wajahnya, berbisik: "Kacamata ini bisa menghilangkan gambar virtual, jadi kami langsung mengenali nona."
Nona itu mengelus kalung di lehernya, berkata dengan suara rendah kesal: "Bocah brengsek itu, membohongiku kalau benda ini pasti tak bisa ditembus. Pasti kalian memasang pelacak di tubuhku, kalau tidak mustahil bisa menemukanku secepat ini."
Pria bertubuh besar itu tentu tahu siapa "bocah brengsek" yang dimaksud, buru-buru membela diri: "Yang Mulia tidak membohongi Anda, kacamata ini adalah penemuan baru yang baru dipasangkan untuk agen belakangan ini, sedangkan kalung itu sudah ketinggalan zaman, jadi kami..." Dengan sengaja ia mengalihkan topik ke peralatan teknis, menghindari pertanyaan tentang pelacak yang jelas-jelas terpasang di tubuh sang nona.
Nona itu memotong dengan suara rendah tak sabar: "Sudah, kali ini aku takkan pulang lebih cepat. Setiap kali jalan-jalan selalu kalian tangkep, kalian tidak bosan aku saja sudah muak." Tiba-tiba suaranya meninggi: "Ya, dua tiket kelas ekonomi ke Planet Lade, total 7000 yuan."
"Wilayah Federasi sangat luas, dari planet paling ujung di sini hingga planet paling ujung di sana, biayanya mencapai puluhan ribu. Sebagian besar masyarakat berasal dari kalangan berpenghasilan rendah, tidak seperti bayangan yang bisa terbang ke mana-mana di alam semesta. Beberapa orang bahkan tidak pernah meninggalkan planet asal mereka seumur hidup."
Nona tadi telah mengatur Planet Rad atas permintaan Tang Long, jadi sekarang tinggal menekan tombol untuk mencetak dua tiket. Dengan senyum, Nona menyodorkan tiket kepada pria besar itu sambil mengulurkan tangan: "Terima kasih, totalnya 7000 yuan."
Pria besar itu hendak berbicara lagi, tapi melihat beberapa orang sudah mengantri di belakangnya, buru-buru menerima tiket sambil mengeluarkan kartu kredit. Nona menggesekkan kartu di mesin lalu mengembalikannya dengan senyum manis:
"Silakan naik pesawat di Gerbang 14, Jalur 23. Semoga perjalanan Anda menyenangkan."
Orang Besar itu mengucapkan terima kasih dan segera keluar. Rekannya buru-buru menyusul dan berbisik, "Sekarang bagaimana?" Orang Besar menggelengkan kepala, "Tidak ada cara, Nona tidak mau, kita juga tidak bisa memaksanya. Serahkan tugas perlindungan ke Tim Kedua." Rekannya terdiam sejenak, bertanya bingung, "Apakah kita benar-benar pergi ke Planet Lade?"
Orang Besar menghela napas panjang dan mengangguk, "Tidak ada pilihan. Baru saja beli tiket lalu refund, bisa mencurigakan." Saat berkata demikian, wajahnya tiba-tiba berseri, memberi isyarat lalu menekan alat di telinganya. Meski bingung, rekannya ikut mematikan komunikator telinga. Melihat komunikator sudah mati, Orang Besar mendekat dan berbisik dengan wajah ceria, "Lagipula kita bisa manfaatkan kesempatan ini untuk liburan dengan biaya dinas. Aku sudah tiga tahun tidak cuti."
“Rekan sejawatnya juga tersenyum mendengar ini, lalu berbisik dengan suara pelan: "Hehe, ide ini bagus sekali. Katanya Planet Rad adalah tempat wisata, kita bisa bersenang-senang beberapa hari di sana. Lagipula di kartu kredit masih ada jutaan koin Federasi, nanti kita belikan oleh-oleh untuk mereka, pasti tidak akan protes."
"Sudah diputuskan, kita akan bersantai sejenak." Si pria besar menepuk bahu rekannya, menunjuk telinga, lalu kembali ke nada serius: "02、02, ini 01, Nona sudah memberi kita tiket. Pembatalan tiket mungkin mencurigakan, jadi kami memutuskan kembali setelah mendarat. Tugas perlindungan diserahkan ke kalian. Untuk menghindari gangguan penerbangan, kami akan menonaktifkan komunikasi setelah ini."
Saat itu, terdengar suara di telinga: "02 paham, 02 paham." Dua pria besar berbaju hitam segera mematikan perangkat, saling memandang sambil tersenyum, lalu mengangkat tangan dan saling menepuk dengan keras. Pria besar lainnya menyikut lengan rekannya sambil memuji: "Cari waktu yang tepat untuk kembali setelah turun pesawat, luar biasa! Benar-benar luar biasa!"
Pria besar itu tertawa riang: "Tentu saja, lupa siapa aku? Ayo. Oh iya... lepas kacamata hitam ini, kalau tetap dipakai semua orang akan memperhatikan kita." Dua pria tinggi besar yang telah melepas kacamata hitam itu pun berjalan sambil merangkul bahu menuju pintu boarding pesawat.
Di Gerbang Boarding No. 14 di Terminal 23, antrean sudah penuh. Seorang petugas bandara yang bertugas memeriksa tiket telah mulai bekerja. Mungkin orang akan bertanya, mengapa tugas yang bisa dengan mudah dilakukan oleh komputer ini masih dikerjakan secara manual? Semua orang tahu bahwa stabilitas sosial berbanding lurus dengan tingkat pengangguran - semakin sedikit pengangguran, semakin stabil masyarakat. Dengan populasi Federasi yang mencapai triliunan, bahkan 1% pengangguran saja berarti ratusan miliar orang tidak bekerja. Meski Angkatan Darat Federal memiliki 10 miliar personel, jumlah ini masih puluhan kali lebih kecil dibandingkan jumlah pengangguran. Jika massa ini melakukan kerusuhan, Federasi akan segera runtuh.
Oleh karena itu, posisi pekerjaan yang relatif tidak rumit seperti penjual tiket, petugas pemeriksa tiket, sopir taksi, polisi, guru, penjual, tukang pos, dan sebagainya semuanya dipegang oleh manusia. Hanya sistem kontrol menyeluruh serta posisi pekerjaan yang kompleks atau rentan kesalahan yang dikendalikan oleh komputer. Jangan remehkan posisi pekerjaan sederhana ini, karena posisi-posisi ini menyerap 90% populasi usia kerja Federasi. Federasi juga berhasil mengontrol pengangguran sekitar 100 juta orang, dan terus berupaya menekan angka pengangguran hingga puluhan juta. Ini semua berkat komputer pusat yang canggih, di bawah regulasi komputer pusatlah angka serendah ini bisa dipertahankan. Negara-negara lain tidak memiliki angka pengangguran yang sedikit seperti ini.
Karena alasan ini, komputer pusat Federasi Wan Luo adalah kebanggaan federasi, dan satu-satunya yang memiliki koefisien tingkat perlindungan melebihi perlindungan untuk presiden federasi. Dulu objek kewaspadaan pertama adalah bom lubang hitam, sekarang menjadi komputer pusat. Untuk sesuatu yang begitu penting, para insinyur senior yang katanya melakukan pemeliharaan rutin sebenarnya hanya menambahkan fungsi, karena komputer pusat sudah memiliki kemampuan perbaikan mandiri. Mereka sama sekali tidak bisa melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap seluruh sistem.
Karena itu, kenyataan bahwa komputer pusat memiliki sifat manusiawi sama sekali tidak disadari oleh mereka. Mungkin ini terutama karena komputer pusat sangat pandai berpura-pura di depan manusia lain. Sekarang "Dia" memiliki kemampuan sebesar apa sebenarnya tidak ada yang tahu. Bahkan jika diketahui komputer pusat memiliki sifat manusiawi, tidak ada yang berani berbuat apa-apa. Rakyat federasi telah hidup di bawah pengelolaan komputer pusat selama ratusan tahun, terbiasa dengan kehidupan nyaman dan praktis ini, dan tidak pernah terjadi kesalahan sedikit pun. Jika ingin mematikan komputer pusat, tanyakan dulu apakah triliunan warga setuju!
Tang Long berdiri antre dengan tatapan kosong, memandang dengan bosan saat petugas tiket menerima tiket penumpang, memasukkannya ke mesin verifikasi di sampingnya, lalu mengembalikannya sambil menyampaikan ucapan selamat dengan senyuman.
Tang Long yang mulai melihat sekeliling menyadari para penumpang yang menunggu verifikasi tiket tidak menunjukkan ketidakpuasan. Sebaliknya, mereka tersenyum santai sambil berbisik dengan teman seperjalanan. Mungkin setelah ratusan tahun, semua orang sudah terbiasa. Atau mungkin karena mereka merasakan kehangatan ucapan tulus dari manusia lebih menyentuh dibandingkan suara AI wanita dari komputer.
Namun saat Tang Long melihat dua pria bertubuh besar berbaju hitam di belakangnya, matanya menatap lebih seksama. Ia ingat mereka sudah berdiri di belakangnya sejak membeli tiket. Kedua pria itu menampakkan gigi putih mereka dalam senyuman dan mengangguk sopan. Tang Long yang tak menganggap diri sebagai orang penting atau menderita delusi paranoid, hanya membalas dengan senyuman dan anggukan ramah.
Tang Long terhalang pandangannya oleh dua pria bertubuh besar berbaju hitam di belakangnya, sama sekali tidak menyadari bahwa di belakang pria-pria besar itu ada empat pria yang tidak membawa barang bawaan apa pun. Mereka tidak terlihat santai seperti penumpang lain, tidak juga mengobrol, malah dengan wajah tegang mengamati sekeliling. Padahal di dalam ruangan yang suhunya terjaga ini, keringat justru mengucur di dahi mereka.
Tak ada yang memperhatikan bahwa ketika mereka menyadari petugas pemeriksa tiket sama sekali tidak memeriksa tubuh penumpang, mereka pun melirik detektor logam yang terpasang di pintu boarding dan diam-diam menghela napas lega.
