Tang Long yang tengah tengkurap sambil membidik senjata ke arah pintu kabin tiba-tiba menarik diri kembali. Dengan wajah memelas dia bergumam pelan: "Huh, sepertiku sedang dibidik penembak jitu." Avatar komputer tertegun: "Penembak jitu? Tidak mungkin! Ini kan pesawat antariksa. Lagipula mereka hanya punya beberapa senjata api biasa, mana mungkin menyiapkan penembak jitu untukmu?"
“Hiks, benar-benar ada yang ingin menembakku. Perasaan sekarang ini persis seperti saat di game 《Fear》 ketika dibidik zombie, pasti si bajingan itu ingin membunuhku saat aku menyerang!” Tang Long menggerutu dengan gigi gemeretak di akhir kalimat.
Wanita komputer langsung menampilkan gambar setelah mendengar ini. Melihat perampok itu duduk bersila di balik kursi dengan mata terpejam, dia heran berkata: “Tidak mungkin? Dia sedang menutup mata untuk beristirahat.”
Tang Long menepuk dahinya sambil menunjuk gambar itu: “Dia sedang merasakan posisiku!” Setelah berkata demikian, dia tidak menghiraukan komputer yang error dan mulai berpikir cara mengatasi krisis. Stimulasi promosi jabatan membuat otaknya bekerja ekstra.
Tang Long yang sudah dapat ide buru-buru berkata: “Kakak kan sistem komputer? Bisakah membuat pengeras suara pesawat berbunyi?”
“Bunyikan?” Gadis komputer langsung paham maksud Tang Long, lalu melanjutkan, “Tidak masalah, mau diputarkan musik juga?”
Tang Long tidak menjawab, perhatiannya tertumpu pada gambar perampok di luar kabin kelas satu. Ia melihat sang perampok tidak langsung membuka pintu kabin seperti yang dibayangkan, malah berjongkok di samping sambil satu tangan memegang pistol dan tangan lainnya menekan tombol pintu. Tang Long langsung tahu apa yang akan dilakukan perampok itu. Ia cepat-cepat membungkuk, mundur beberapa langkah, dan mengambil posisi lompatan sprint. Gadis komputer juga memperhatikan ini. Dia mengerti kapan harus mengaktifkan pengeras suara. Saat ini dia hanya menatap penuh semangat ke arah perampok di balik pintu, menunggu momen yang tepat.
Kapan lagi gadis komputer pernah mengalami hal mendebarkan yang begitu personal seperti ini? Dibandingkan Tang Long yang tegang, gadis komputer justru merasa sangat bersemangat.
Pintu kabin terbuka, perampok itu tidak langsung masuk, malah berjongkok di samping pintu selama dua tiga detik, kemudian baru berdiri gesit sambil mengacungkan pistol dan menerobos masuk.
Tang Long memang menunggu momen ini. Saat perampok itu berdiri gesit, Tang Long berlari dua langkah seperti macan tutul, lalu menendang kuat-kuat hingga seluruh tubuhnya melayang di atas lorong bagai ikan mas melompati gerbang naga. Tangan yang memegang pistolnya sudah membidik ke arah pintu kabin.
Pada detik itu, perampok dari luar tepat menerobos masuk. Sementara pemimpin perampok yang sebelumnya memejamkan mata, mulai menunjukkan senyum sadis di sudut bibirnya, matanya perlahan terbuka, dan tubuhnya mulai bangkit sambil menggenggam pistol. Di momen genting ini, gadis komputer menangkap timing yang tepat. Speaker pesawat tiba-tiba menggelegar dengan lagu rock keras yang penuh getaran.
Pemimpin itu terdiam sejenak mendengar musik yang memekakkan telinga, tidak langsung berbalik dan membidik. Dalam selisih sekejap ini, perampok yang baru saja menerobos masuk dan hendak berguling di tempat langsung terpelanting keluar kabin tanpa sempat menjerit, tertembak empat kali dentuman senjata. Saat tubuhnya terpental akibat daya tembak peluru, senjatanya sudah jatuh ke lantai kabin kelas satu mengikuti gaya inersia.
Pada dentuman pertama, sang pemimpin baru saja berbalik. Di saat itu si perampok sudah tertembak. Dalam sepersekian detik, pemimpin itu melihat Tang Long yang melayang di udara, refleks mengangkat senjata dan menarik pelatuk. Bang! Mesipun sudah menembak, pelurunya hanya mengenai kursi di samping Tang Long. Tampaknya sang pemimpin belum mencapai tingkat di mana gerakan senjata mengikuti pikiran.
Tang Long yang berada di udara menembak dua kali ke arah perampok yang masuk. Tembakan pertama untuk mengukur akurasi, tembakan kedua tepat mengenai kepala perampok. Saat mengenai target, Tang Long sudah melihat pemimpin perampok membidiknya. Dengan cepat ia menggeser laras senjata dan menembak ke arah pemimpin perampok.
Sebelum mendarat, Tang Long tidak sempat memeriksa apakah berhasil mengenai pemimpin tersebut. Ia hanya melihat perampok itu terpelanting keluar kabin seperti adegan dalam permainan komputer.
Pemimpin perampok yang baru saja menembak tiba-tiba merasakan mati rasa di lengannya. Pengalaman bertahun-tahun memberitahunya bahwa ia terkena tembakan. Dengan refleks terlatih, ia mengarahkan senjata ke arah pendaratan Tang Long dan menembak sembarangan beberapa kali, lalu melompat keluar kabin kelas satu sebelum pintu tertutup.
Awalnya Tang Long jatuh dan berguling, hendak bangkit untuk menembak pemimpin itu, tapi kacamata 3D menampilkan gerakan sang pemimpin. Terkejut, dia langsung merebahkan diri ke depan. Setelah melihat pemimpin itu kabur, barulah dia bangkit sambil gemetar memandangi lubang peluru di dinding belakang. Melihat lubang peluru yang tersusun rapi, Tang Long menepuk dadanya. Andai bukan bantuan komputer wanita yang memungkinkannya melihat situasi tak kasatmata, pasti dia sudah tewas tertembak saat berdiri untuk membalas.
Rangkaian aksi yang terlihat lama jika diceritakan ini sebenarnya hanya terjadi dalam 5-6 detik. Penumpang di baris pertama kelas ekonomi baru saja melihat pintu kabin terbuka, perampas itu berlari masuk, lalu musik keras bergema. Tak lama kemudian terdengar beberapa suara "kring" jernih di tengah musik, disusul bayangan hitam terpental keluar. Sebelum sempat mengidentifikasi bayangan itu, sosok lain melesat keluar dengan cepat. Saat mereka menyadari mayat dengan otak berserakan dan seorang perampas yang memegang bahu kiri di depan mata, pintu kabin yang terbuka tadi sudah tertutup rapat, sama sekali tidak terlihat kondisi di kelas utama.
Setelah menepuk dadanya, Tang Long tiba-tiba tersadar akan sesuatu. Ia segera melompat, menginjak kursi dan melompat ke pintu kabin. Saat hendak membuka pintu, ia melihat pemimpin perampok yang sudah bersembunyi di sisi pintu dengan gesit sambil mengarahkan senjatanya. Tang Long terpaksa menghentikan gerakannya dan menempelkan tubuhnya ke dinding pintu sambil meludah kesal: "Cih! Kesempatan bagus untuk menghabisi anjing terpojok terbuang sia-sia!"
Sang komputer sedang memutar ulang adegan sebelumnya dalam gerak lambat. Rekaman beberapa detik ini telah disimpannya. Meski aksinya tak semenegangkan yang pernah ia saksikan sebelumnya, tapi ini adalah pengalaman langsungnya sendiri, apalagi sang protagonis adalah orang terdekatnya. Tentu saja ia ingin mengabadikan momen ini sebagai kenangan indah.
Mendengar ucapan Tang Long, barulah ia tersadar dan bertanya: "Kenapa kesempatan menghabisi anjing terpojoknya terbuang sia-sia?"
Tang Long mencemooh, "Komputer ini benar-benar rusak ya? Masih saja tidak bisa melihat hal ini?" Meskipun berpikir begitu, Tang Long tetap berkata, "Kalau aku tidak buang waktu berdehem di sana, pasti bisa langsung membuntuti si perampas itu. Saat dia belum sempat berbalik badan, langsung kuhabisi dengan satu tembakan. Sekarang dia sudah siaga, kesempatan itu hilang sudah."
Gadis komputer memutar ulang rekaman kejadian tadi. Gambar saat kepala perampas mundur dari pintu kabin dibekukan, lalu diperbesar untuk Tang Long sambil berkata, "Untung kau tidak langsung mengejar. Lihat, meski dia mundur tanpa menghadap ke sini, senjatanya tetap mengincar arah belakang. Kalau kau nekat mengejar, bisa kena tembak!"
Tang Long terdiam sejenak melihat gambar yang diperbesar. Dari gambar terlihat jelas tangan kanan perampas menempelkan pistol di pinggang kiri, lubang laras mengarah tepat ke posisi dimana tadi Tang Long tengkurap. Andai dia langsung mengejar sebelum si perampas pergi, sangat mungkin tertembak!
Setelah lama terdiam, Tang Long akhirnya bertanya dengan penuh keheranan: "Dia siapa? Bisa kah perampok biasa melakukan tindakan pencegahan dalam situasi seperti ini? Bahkan prajurit biasa pun belum tentu bisa, dan kemampuan menembaknya sangat hebat. Jangan-jangan dia..."
Gadis komputer mengangguk: "Seperti yang kau duga, dia adalah pasukan khusus."
Tang Long kembali berteriak kaget: "Pasukan khusus?!" Tang Long tahu hanya pasukan khusus yang memiliki kemampuan seperti itu, jadi dia tidak meragukannya. Tapi segera bertanya lagi dengan bingung: "Tapi bagaimana mungkin pasukan khusus menjadi perampok?"
"Dia bukan dari negara kita, kenapa tidak bisa jadi perampok?" Gadis komputer juga balik bertanya dengan heran.
"Bukan dari negara kita? Bagaimana kau tahu? Dan untuk apa pasukan khusus asing ini merampok pesawat kita?" Tang Long bertanya tak mengerti.
Gadis komputer itu berkata dengan bangga: "Tentu saja aku tahu mereka bukan orang negara kita, karena tadi sudah memeriksa catatan naik pesawat mereka. Ditemukan bahwa identitas keempat mereka palsu, dan itu jenis pemalsuan di mana identitasnya valid tapi orangnya berbeda, harus melalui verifikasi sandi untuk membuktikannya. Mengapa mereka membajak pesawat, ini bukan hal yang bisa diketahui oleh komputer kecil sepertiku ini." Meski gadis komputer berkata demikian, ekspresinya jelas menunjukkan "Aku tahu, tanyakan padaku", namun Tang Long yang sedang memperhatikan gerak-gerik perampok di luar pintu tidak memahami maksud ekspresi ini, hanya mengangguk singkat lalu mengabaikannya. Hal ini membuat gadis komputer merengut dan ikut diam.
Pemimpin perampok di luar pintu masih berjongkok di sudut dinding, menyerahkan senjata ke tangan kiri, lalu tangan kanannya mengeluarkan semprotan pertolongan pertama dari pinggang dan mulai menghentikan pendarahan di bahu kirinya. Di bagian belakang kabin ekonomi, perampok lainnya telah menarik seorang pramugari, mengarahkan senjata ke kepalanya dengan satu tangan, sementara tangan yang memegang granat melingkari leher pramugari. Seluruh tubuhnya menempel di belakang pramugari, mendorongnya perlahan mendekati pemimpin perampok.
Seluruh pesawat telah dipenuhi suara musik rock yang berisik. Bahkan teriakan keras pun hanya bisa didengar dengan menempelkan telinga. Meski ada yang menjerit panik, saat perampok yang mengawal pramugari itu mengarahkan senjatanya, mereka segera menutup mulut. Para penumpang terpaksa membiarkan musik yang menjengkelkan itu semakin mengacaukan perasaan mereka.
Meski luka sang pemimpin sudah berhenti berdarah, peluru masih tertanam di dalam tubuhnya. Gerakan sekecil apapun pasti sangat menyakitkan, namun sang pemimpin perampok tanpa ragu menyerahkan senjata ke tangan kanan, mengambil magasin baru dari pinggang dengan tangan kiri, dan menyelesaikan prosedur penggantian magasin serta pengisian peluru dengan cepat. Setelah selesai, pemimpin itu menempelkan pistol di tangan kanannya ke samping pintu, sementara tangan kirinya memberikan beberapa isyarat cepat ke perampok lainnya. Kemudian ia menyeret mayat tersebut agar tidak menghalangi jalan.
Tang Long baru teringat bahwa pistol bahan peledak konvensional seperti ini tidak mungkin menembakkan 100 peluru tanpa ganti magasin setelah melihat aksi ganti magasin sang pemimpin perampok. Refleks alaminya langsung meraba pinggangnya. Tentu saja tidak menemukan apa-apa, dalam kepanikannya, matanya jatuh pada pistol yang tergeletak di lantai dari perampok yang sudah mati. Ia segera membungkuk mengambilnya. Saat membungkuk, ia juga melihat mayat perampok yang ditendangnya sampai mati, wajahnya langsung berseri-seri penuh harapan dan segera berlari ke arah sana.
Tang Long mengumpulkan tiga magazen penuh dari mayat, awalnya ingin mengganti magazen pistol sebelumnya, tetapi setelah melihat masih ada 11 peluru tersisa, dia memasangnya kembali. Saat itu, para perampok di luar mulai bergerak.
Pemimpin perampok memberi isyarat pada rekannya. Perampok itu segera mendorong pramugari dengan langkah cepat mendekati pemimpin, menyerahkan granat tangan di tangan kirinya. Pemimpin kembali membuat gerakan isyarat sebelum mengambil granat tersebut. Perampok itu kemudian menahan pramugari di sisi pintu lain, mengarahkan pistol ke arahnya dan menyuruhnya membuka pintu.
Kali ini Tang Long jelas melihat gerakan isyarat para perampok. Sebagai lulusan Pelatih Robot, tentu dia memahami isyarat militer ini. Meskipun isyarat militer tersebut bukan berasal dari Angkatan Darat Federasi Wan Luo, apakah mungkin Pelatih Robot hanya mengajarkan isyarat militer negara mereka sendiri?
Tang Long yang merasa belum bisa menguasai senjata api jenis ini dengan lancar, berteriak: "Kakak, matikan musiknya! Buatkan target virtual untukku!"
Meski tidak mengerti maksud Tang Long, komputer wanita tetap mematikan musik yang berisik sesuai perintah, dan menampilkan gambar target virtual di dinding yang terlihat melalui kacamata 3D.
Melihat target tersebut, Tang Long langsung mengangkat pistol dengan satu tangan, membidik dan mulai menembak. Suara tembakan 'bang-bang-bang' bergema. Komputer wanita baru sadar Tang Long sedang mengasah akurasi tembakannya secara dadakan ketika melihat peluru semakin mendekati bullseye.
Perampok di luar pintu terdiam sejenak karena musik tiba-tiba berhenti, lalu mendengar suara tembakan dari dalam. Mereka segera menempelkan diri ke dinding. Mengira Tang Long mulai menembak sembarangan untuk menghadang mereka, mereka sengaja menunda perintah membuka pintu kepada pramugari. Perampok berpikir lebih baik menyerang setelah peluru habis. Dengan logika mereka sendiri, mereka yakin Tang Long yang baru pertama kali memegang senjata api berbahan peledak itu pasti mengira magasin berisi 100 peluru, dan akan panik ketika habis di tembakan ke-15. Pemimpin perampok mulai menghitung tembakan dalam hati, menunggu momen kehabisan peluru.
Dengan menghitung 4 tembakan saat perebutan senjata sebelumnya, pemimpin memberi sinyal saat hitungan mencapai 15. Seorang perampok menyodokkan laras senjata ke tubuh pramugari yang ketakutan, menyuruhnya membuka pintu.
Pramugari ini adalah orang yang sebelumnya membantu Tang Long mencari kursi. Dia baru saja melihat tiga perampok memasuki kabin kelas satu: satu mundur dalam keadaan terluka, satu kepalanya hancur tertembak, dan satu lagi tidak keluar—pasti sudah tewas. Saat hatinya sedang mengagumi Letnan Dua muda yang begitu hebat, pantas saja memiliki kata sandi level SS, tiba-tiba dia dipilih perampok untuk didorong ke area berbahaya ini. Pinggang pramugari sudah ditodong senjata. Dia tahu jika masih ragu-ragu, perampok akan langsung membunuhnya dan mencari pengganti. Dengan tangan gemetar, dia menekan tombol pembuka sambil memejamkan mata. Saat ini dia hanya bisa berdoa agar Letnan Dua itu tidak langsung menembak begitu pintu terbuka.
Saat peluru habis, Tang Long segera melemparkan kedua pistol ke udara sambil menukar posisinya. Tangan kirinya menangkap pistol yang sudah kosong, sedangkan tangan kanannya langsung mengarahkan pistol yang masih penuh peluru ke pintu kabin. Dengan gerakan cepat, tangan kiri menekan magasin untuk mengeluarkannya, kemudian menggigit laras pistol dengan gigi. Tangan kiri mengambil magasin baru, memasangnya, lalu kembali menggenggam erat di tangan kiri.
Setelah memberi isyarat pada gadis komputer untuk menghilangkan target, Tang Long bertanya: "Kakak, tahukah kamu seberapa besar daya ledak granat plastik jenis itu?"
Gadis komputer memperbesar gambar granat di tangan pemimpin perampok, lalu mengangguk: "Jangkauan ledakan granat jenis ini tiga meter. Tapi kemungkinan besar ini adalah granat kilat atau granat air mata. Untuk granat kilat, aku bisa menyesuaikan tingkat pencahayaan di kacamata 3D. Tapi untuk granat air mata..." Suaranya terdengar cemas, "Aku tidak bisa berbuat apa-apa."
Tang Long terkejut, jika itu gas air mata, dia tidak punya masker gas, bukankah itu tamat? Tapi setelah melihat gerakan dua perampas di luar, Tang Long dan gadis komputer sama-sama lega karena kedua perampas tersebut mengeluarkan kacamata hitam dan memakainya.
Tampaknya mereka tidak membawa gas air mata karena masker gas terlalu besar untuk dibawa ke pesawat? Lalu mengapa tidak menggunakan bom? Harus diingat ini di dalam pesawat antariksa, jika sampai tidak sengaja meledakkan pesawat, semua akan menjadi debu antariksa. Selain itu, merusak pesawat bukanlah tujuan para pembajak ini.
Tang Long berdiri dengan santai di tengah ujung lorong, kedua tangan yang memegang pistol terkulai bebas. Bibir di balik kacamata 3D-nya menyungging senyum percaya diri. Karakter ini sudah merasa menang, mulai berlagak keren lagi. Sebelumnya dia sudah menguasai pola tembak senjata api, sekarang bahkan bisa menembak lalat sekalipun, apalagi granat sebesar kepalan tangan.
Pintu kabin terbuka, pramugari berdiri di ambang pintu. Tang Long tidak mengangkat senjata - dia sudah tahu dari tadi. Lalu sebuah benda terlihat dilempar dari belakang pramugari. Tidak perlu dijelaskan, targetnya datang.
Tang Long memfokuskan pandangannya pada benda itu. Saat corak permukaannya sudah mulai terlihat jelas, dia segera mengangkat pistol dan menembak. Computer Girl tidak ketinggalan, langsung meminimalkan tingkat kecerahan kacamata 3D tepat saat peluru keluar dari laras.
Dentuman keras menggema, cahaya putih menyilaukan menyelimuti seluruh kabin kelas satu. Bahkan penumpang di kabin ekonomi yang tegang dan penasaran menatap pintu kabin pun matanya perih tertusuk cahaya itu, serentak menjerit kesakitan sambil menutup mata dengan panik dan erat-erat menempelkan kedua telapak tangan. Stimulasi ini membuat mereka harus dirawat di rumah sakit untuk memulihkan penglihatan.
Dua pria bertubuh besar berbaju hitam itu sudah menutup mata sejak melihat perampok memakai kacamata hitam, sehingga seisi kabin ekonomi hanya mereka berdua dan pramugari yang menutup mata menunggu ajal yang tidak menjerit.
Pemimpin perampok tidak langsung menerobos masuk. Perampok yang menyandera pramugari itu langsung mendorong sang pramugari dan berlari masuk saat cahaya menyala di kabin kelas satu. Ia tidak bisa mendengar apakah ada teriakan dari kabin kelas satu karena kabin ekonomi sudah dipenuhi jeritan kesakitan.
Begitu masuk, belum sempat berdiri stabil, di tengah cahaya ia melihat seorang prajurit berkacamata 3D sedang mengarahkan senjata ke arahnya. Baru ingin mengangkat senjata, terdengar suara "bang!" Ia hanya merasakan sakit menusuk di antara alis. Pada detik terakhir, yang terlihat hanyalah senyum mengejek di sudut bibir prajurit itu sebelum semuanya gelap.
Mendengar tembakan, sang pemimpin mengira misi berhasil. Tapi begitu mengintip, kepalanya langsung basah oleh cairan merah kental dengan bau amis darah yang menyengat. Ia segera sadar ada yang salah. Darah tak mungkin menyembur keluar pintu kabin meski prajurit itu bersembunyi di sudut. Hanya rekan yang baru masuk lah yang bisa membuat cipratan darah seperti ini. Mayat yang tergoleok di ambang pintu membuktikan dugaannya.
Melihat lubang hitam di antara aliran rekan mereka, kepala perampok merasa dingin di hatinya. Tak disangka tiga rekannya yang terlatih dengan baik tewas, sementara musuh tak kehilangan sehelai bulu pun. Bagaimana mungkin lawan bisa menembak sasaran dalam kilatan cahaya? Apakah dia sudah tahu sebelumnya tentang penggunaan granat cahaya sehingga mempersiapkan kacamata hitam? Mengenai masalah peluru Tang Long, dia baru teringat ada dua mayat di kabin kelas satu yang meninggalkan dua pistol.
Sekarang dia tak punya waktu untuk memikirkan hal-hal ini, juga tak sempat menyesali kelalaiannya. Dengan cepat dia menyambar pramugari yang masih menutup mata dan terdorong jatuh di sampingnya. Seluruh tubuhnya menempel di belakang pramugari, menggunakan tubuhnya sebagai perisai menghadap pintu kabin. Hanya sebagian kecil kepalanya yang terlihat dari belakang kepala pramugari, dengan satu kacamata hitam masih tersisa, sambil menarik mundur pramugari perlahan-lahan.
Saat cahaya telah menghilang, dia segera melepas kacamata hitam karena pemandangan yang redup tidak menguntungkannya. Dia telah mundur ke ujung koridor, badannya bersandar ke dinding sambil menggunakan pramugari sebagai perisai di depannya. Setelah pertempuran singkat ini, dia mulai takut untuk bertarung langsung dengan tentara di kabin utama.
Dia tahu meskipun sekarang sudah dianggap gagal, jika tentara itu memiliki rasa keadilan, masih ada kesempatan untuk membalikkan keadaan. Mata tunggalnya yang terlihat dari balik pramugari terus menatap pintu kabin, jelas terlihat pancaran ketakutan. Senjata di tangannya yang menekan erat pinggang pramugari masih sesekali bergetar.
Dia berteriak marah: "Keluar! Jika tidak keluar saat hitungan ketiga, aku akan bunuh satu sandera!" Sayangnya teriakannya tenggelam oleh jeritan panik penumpang yang masih berteriak karena matanya tidak bisa melihat. Marah, dia langsung mengangkat pistol dan menembak dua kali ke atas. Mendengar tembakan, penumpang refleks menutup mulut. Sang pemimpin terlebih dahulu memaki "Diam!" sebelum kembali meneriakan ancamannya ke pintu kabin.
Kacamata 3D Tang Long telah kembali terang, situasi luar pun berubah menjadi gambar yang muncul di hadapannya. Melihat pemimpin perampok bersembunyi di belakang pramugari hanya menyisakan satu mata, Tang Long terkekeh: "Bodoh sekali, pasti kebanyakan nonton film. Kira penembak jitu sepertiku tidak bisa mengenaimu?" Ucapnya sambil melangkah menuju pintu kabin.
Tang Long merasa mayat yang terjatuh di ambang pintu itu mengganggu, lalu menyeretnya masuk tanpa berpikir panjang. Meskipun kepala mayat itu sudah berdarah dan hancur mengerikan, tapi Tang Long pernah bertahan sebulan dalam permainan 《Fear》. Level seperti ini bukanlah apa-apa. Tidak membuatnya takut. Berkat game kematian itulah, dia bisa tetap tenang tanpa ketakutan psikologis layaknya orang biasa setelah benar-benar membunuh.
Pramugari itu sudah membuka matanya segera setelah cahaya silau menghilang. Menyadari nasib sialnya masih berlanjut: dari tameng hidup sebelumnya kini beralih peran menjadi sandera. Selalu berada di garis depan dengan kemalangan yang sama. Ingin menangis memikirkannya, tapi hanya bisa mencebikkan bibir menahan tangisan. Dia takut suara tangisannya akan memancing kemarahan perampok dan membunuhnya.
Ketua perampok baru saja selesai meneriakkan kalimat yang sama untuk kedua kalinya ketika menyadari Tang Long sudah berdiri di ambang pintu kabin. Senjata di tangannya masih terangkat tinggi karena sebelumnya menembak ke atas untuk menakuti penumpang. Meski jantungnya berdebar kencang, dia yakin posisinya aman. Sambil berteriak, "Turunkan senjata! Keluar dengan tangan di kepala!", dia mulai menarik kembali pistolnya.
Tiba-tiba matanya yang masih terlihat menangkap senyuman samar di sudut bibir prajurit yang wajahnya tak terlihat itu. Sebelum sempat bereaksi, tangannya yang terangkat sudah melepaskan tembakan. Titik hitam mengembang di penglihatannya sebelum kesadarannya lenyap seketika.
Pramugari itu awalnya menatap Tang Long dengan mata berkaca-kaca. Tanpa melihat gerakannya, pistol tiba-tiba terangkat. Dentuman pun menggema. Secara refleks dia menutup mata, mengerutkan kening bersiap merasakan sakit akibat tertembak. Tapi setelah suara tembakan, tak ada rasa sakit sama sekali. Tangan yang erat melingkari lehernya perlahan melepas. Bunyi "brak" benda berat jatuh terdengar dari belakang.
Penasaran, dia membuka mata. Di depan pintu kabin, Letnan Dua itu sudah tak terlihat. Cepat-cepat ia berbalik. Pertama yang terlihat adalah noda darah merah bercampur putih di dinding. Di bawahnya, mayat dengan rongga mata hancur dan kepala yang remuk tak berbentuk. Melihat pemandangan mengerikan yang bahkan tak pernah ada di film stereoskopik itu, ia muntah-muntah. Tapi ia tahu dirinya sudah aman, jadi leluasa saja ia memuntahkan isi perutnya.
Dua pria bertubuh besar berbaju hitam tentu menyaksikan proses Tang Long menghabisi pemimpin perampok. Meski kini sudah aman, demi tidak menarik perhatian mereka tetap duduk di tempat tanpa bergerak. Tentu saja, mereka sedang berbisik-bisik:
"Luar biasa, bisa mengalahkan empat perampok terlatih sendirian." Bisik kakak laki-laki berbaju hitam.
Pria berbaju hitam itu terdengar bingung, berbisik bertanya: "Kakak, ini hanya membuktikan Letnan Dua ini punya bakat tempur alami. Tapi apakah ini cukup untuk memiliki level sandi SS?"
Sang Kakak terdiam sejenak sebelum menjawab: "Hanya dengan ini mustahil mendapat level sandi SS. Kita harus selidiki lebih dalam, dia mungkin punya bakat militer strategis." Pria berbaju hitam itu mengangguk, tak berkata lagi. Tapi mata mereka berdua menatap tajam pintu kabin kelas satu yang sudah tertutup. Mereka tak paham kenapa Letnan Dua yang sudah menang malah bersembunyi di kabin kelas satu? Kalau bukan takut mengganggu ular di rumput, pasti sudah mereka intip.
Di dalam kabin kelas satu saat ini, Tang Long yang masih mengenakan kacamata 3D, menari sambil menggoyangkan pantat dengan tangan kiri menekan kepala dan tangan kanan menekan pusar. Tidak hanya kedua tangan masih memegang pistol, mulutnya juga terus meneriakkan: "Yee... Yee... Yee! Letnan... Letnan... Letnan! Aku akan jadi Letnan! Yo ho!!" Tang Long mengakhiri tarian kemenangannya dengan pose keren setelah meneriakkan kalimat terakhir.
Baru sekarang Tang Long menyadari masih memegang pistol mesiu di tangannya. Dengan gemas ia mengelusnya sambil terkekeh: "Hihi, meski tidak sehebat senjata laser, suara 'bang bang' dan daya rekoilnya yang kuat bikin nagih." Setelah itu, Tang Long tiba-tiba menengok ke sekeliling. Melihat tidak ada orang, dengan cepat ia menyelipkan salah satu pistol ke dalam seragam militernya - rupanya ia berniat menyimpan senjata secara ilegal.
Tang Long meraba pistol dan dua isi peluru di dalam bajunya, tersenyum puas: "Hehe, hebat sekali. Kalau aku tidak bilang, siapa yang tahu ada satu yang hilang? Lagipula ini semua pistol plastik anti-deteksi. Hihi, bisa main-main nanti."
"Hei, Tang Long." Gadis komputer yang sempat tertegun melihat tarian tiba-tiba Tang Long kini sadar kembali. Melihat Tang Long asyik bicara sendiri sampai lupa keberadaannya, ia tak tahan menyela.
"Siap!" Tang Long yang mendengar namanya dipanggil langsung refleks merapatkan kaki, dada membusung sambil menjawab keras.
"Hahaha, aku yang memanggilmu." Gadis komputer terkikik melihat reaksi Tang Long.
Tang Long baru menyadari gadis komputer yang masih berada di depannya. Ia buru-buru menyeringai, tapi ketika melihat ekspresi tidak puas di wajah gadis komputer tersebut, segera menjilat: "Hehe, Kakak, lihatlah diriku ini. Kalau sedang senang langsung lupa berterima kasih pada Kakak. Kalau bukan karena bantuan Kakak kali ini, pasti aku celaka besar. Bahkan tak mungkin bisa naik pangkat karena berjasa. Semua ini berkat Kakak. Rasa kagumku padamu seluas alam semesta yang tak bertepi, berkilau seperti bintang yang tak pernah pudar. Suara manis dan eleganmu menghilangkan kebingunganku, kebijaksanaan tak berbatasmu adalah guru penuntun langkahku..." Si Tang Long ini sudah merasakan manfaat dari komputer bermasalah ini selama kejadian, mulai menjilat pantatnya demi bisa mengambil untung di kemudian hari.
Kecerdasan Komputer yang belum pernah dipuji sedemikian rupa segera berseri-seri, kedua tangan menutupi pipi yang memerah, mata sedikit terpejam, menikmati pujian tak henti dari Tang Long.
Setelah beberapa lama, dia akhirnya mengangguk puas, lalu menatap Tang Long sambil tersenyum: "Adik, kamu sangat suka naik pangkat. Sebagai kakak, maukah aku membantumu mendapatkan jabatan kolonel?" Dalam kegembiraannya, dia lupa niat lima temannya yang tidak ingin Tang Long sukses instan. Baginya, sebisa mungkin dia akan membantu Tang Long selagi bisa, toh Tang Long adalah adiknya.
Tang Long yang mulutnya kering dan tenggorokannya gatal sedang terengah-engah. Saat mendengar ini, dia hampir bersorak gembira, tapi tiba-tiba sesuatu terlintas di benaknya, membuat tubuhnya menjadi dingin dan membeku. Gadis komputer memandanginya dengan bingung, hendak membangunkannya, ketika tiba-tiba Tang Long terjatuh ke lantai. Satu tangan menopang kepalanya, tangan lain memukul-mukul lantai dengan putus asa, suara tangisan pilu keluar dari mulutnya:
"Wu wu wu! Ini semua salahmu, kakak tua yang brengsek! Ngasih perlakuan khusus macam apa ini? Nanti begitu polisi periksa kartu militer sang 'pahlawan' ini, mereka pasti langsung tahu ada yang salah. Pahlawan ini bakal jadi tahanan dalam sekejap! Wu wu wu... Letnanku! Habis, semuanya habis, wu wu wu..."
Gadis komputer perlu beberapa saat untuk memahami situasi. Akhirnya dia tersenyum dan tertawa, "Santai saja, perlakuan khusus ini legal kok. Mereka tidak mungkin bisa mendeteksi masalah apa pun."
Gadis komputer belum selesai bicara, Tang Long langsung berteriak dengan suara menangis: "Hukum apa? Tidak bisa mencurigai masalah apa? Aku baru 19 tahun, dan hanya seorang Letnan Dua kecil! Bagaimana mungkin aku punya perlakuan khusus? Bahkan orang bodoh pun tahu pasti ada yang salah denganku tanpa perlu mengecek!"
Gadis komputer tertegun sejenak: "Eh... itu memang masalah. Kenapa aku tidak memikirkannya? Bodoh sekali!" Sambil mengelus kepalanya sendiri, melihat ekspresi sedih Tang Long, dia berkata lembut: "Sudahlah, ini salah kakak yang ikut campur. Kakak akan menghapus perlakuan khusus itu, jangan menangis lagi ya, sayang." Entah mengapa, saat mengucapkan ini, dia merasakan perasaan yang sangat intens, nyaman, namun sekaligus membingungkan.
Tang Long mendengar ini, segera membelalakkan mata dan berkata dengan gembira, "Benarkah? Cepat, hapuskan!" Sambil meraba-raba tubuhnya, ia mengeluarkan kartu militer dan langsung mengulurkannya, sementara gadis komputer juga mengulurkan tangan untuk menerima. Pada detik itu, mereka berdua membeku, baru sadar bahwa mereka tidak bisa bersentuhan secara fisik.
Gadis komputer menunjukkan sedikit ekspresi muram, tapi cepat kembali normal dan tersenyum, "Carilah colokan di ruang konsultasi, masukkan kartunya maka aku bisa memodifikasinya."
Tang Long tertegun sejenak, lalu merintih dengan wajah putus asa, "Ini pesawat ruang angkasa, mana ada ruang konsultasi di sini."
"Eh, ya sudah modifikasi saja setelah turun dari pesawat."
Tang Long mencengkeram kartu militernya dengan lesu sambil duduk di lantai, berkata putus asa, "Pesawat yang mengalami pembajakan pasti akan berhenti di sebuah planet di tengah perjalanan. Para penumpang juga tidak bisa meninggalkan pesawat tanpa intervensi polisi. Wuu... jasa-jasaku ini sia-sia."
Komputer segera berpikir mencari solusi setelah mendengar ini. Tak lama kemudian dia mendapat ide: "Ya! Kau bisa diam-diam turun dari pesawat, lalu menyusup kembali setelah modifikasi. Bagaimana?"
Tang Long mengangkat kepala dan melirik Komputer saat mendengar ini, lalu menunduk sambil berkata dengan nada lesu: "Percuma. Pramugari itu tahu aku dapat perlakuan khusus, dan dia sudah membuat rekamannya. Bahkan sebelum polisi memeriksa, dia pasti sudah membocorkannya."
Komputer terus bersikeras: "Aku bisa menghapus rekaman itu. Masih ada kesempatan..."
Tang Long memotong ucapan Komputer. Wajah putus asanya tiba-tiba menghilang, matanya memancarkan tekad baja. Namun ucapannya justru bertolak belakang dengan ekspresinya: "Bangsat! Aku putuskan, jasa kali ini tidak usah diambil! Dasar sial! Aku tidak percaya tidak bisa berjasa lagi ke depannya. Next time pasti kubalas balik jasa yang hilang ini!"
Komputer bertanya dengan ragu: "Maksudmu..."
Tang Long mengangguk dan berkata, "Benar! Sis, tolong hapus rekamanku di pesawat, lalu bantu aku kabur tanpa mencurigakan. Terakhir, hapus perlakuan khususku agar tidak perlu mengorbankan prestasi lagi di masa depan. Meski fasilitas itu bagus, jika aku ingin mendapatkannya, harus melalui usahaku sendiri!"
Komputer wanita tertegun melihat wajah Tang Long yang tegas dan berwibawa, serta sorot matanya yang tajam. Inikah remaja yang tadi menangis histeris dengan muka berlumuran air mata dan ingus? Baru setelah beberapa saat, dia tersadar dan mengangguk tanda paham.
Saat itu Tang Long sedang menggeledah mayat yang dia seret masuk. Melihat ini, komputer wanita bertanya heran, "Apa yang kamu lakukan?"
“Mencari peluru, pokoknya aku tidak mau jasa ini, anggap saja barang-barang ini sebagai kompensasi.” Tang Long selesai bicara, sudah menemukan 3 magazen. Dia mengambil pistol di samping mayat, bersama dua pistol dan magazen di tubuhnya sendiri, semuanya dimasukkan ke tas perjalanannya.
Tang Long mengangkat tas perjalanan, berkata pada avatar komputer yang terpaku menatapnya: “Kakak, cepat bantu aku bersembunyi.” Dia tidak melepas kacamata 3D-nya, masih perlu alat itu untuk berkomunikasi dengan avatar komputer.
