Tang Long kembali memberi hormat dengan suara lantang: "Terima kasih, Komandan!" Kemudian berdiri siap sempurna dengan pandangan lurus mengarah ke Letnan Shen Ri. Letnan Shen Ri dan dua letnan di belakangnya saling bertukar pandang. Letnan di sisi kiri yang berpipi kurus segera maju dan menepuk bahu Tang Long sambil tersenyum ramah: "Saudara muda benar-benar berbakat! Di usiamu dulu, kakak baru berpangkat Prajurit Kelas Dua. Pasti kariermu akan gemilang, jangan lupa kakak ya."
Letnan berwajah bulat di sebelahnya sambil tertawa mengeluarkan alat pembaca kartu: "Jangan asyik mengobrol sampai lupa urusan laporan. Cepat keluarkan kartu militermu! Setelah lapor, kita rayakan! Kakak yang traktir!"
Ekspresi dingin Tang Long tiba-tiba berubah menjadi wajah penjilat yang merayu, mengangguk-angguk dan menyerahkan kartu militer dengan kedua tangan: "Wah, Kakak jangan repot-repot mengeluarkan uang, tentu saja adik seperti saya yang harus mentraktir." Gerakan ini tentu membuat semua orang tertegun.
Shen Ri yang mengawasi kejadian ini memberikan kode mata ke Sersan Senior. Sersan Senior yang masih bengong menatap Tang Long buru-buru menggelengkan kepala. Letnan berjanggut kurus melihat ke alat pembaca kartu di tangan Letnan berwajah bulat, sambil memanfaatkan momen Letnan berwajah bulat yang sedang bersikap akrab dengan Tang Long, menyelinap mundur beberapa langkah mendekati Shen Ri.
Shen Ri menunjukkan ekspresi bertanya. Letnan itu diam-diam memberi isyarat tangan. Shen Ri dan Sersan Senior yang tegang langsung menghela napas lega. Shen Ri menegakkan dada, lalu bersuara dingin pada Tang Long yang masih tersenyum lebar: "Letnan Dua!"
Tang Long segera menyembunyikan senyumnya, mengganti ekspresinya menjadi dingin. Dengan suara keras, ia berdiri siap sempurna dan menjawab "Siap!" Letnan berwajah bulat yang sebelumnya tersenyum, menoleh melihat Letnan Shen Ri terlebih dahulu. Ketika kembali menghadap, senyumnya telah berubah menjadi ekspresi merendahkan dan angkuh. Ia melempar kartu militer kembali ke Tang Long, mendengus dingin, lalu berjalan mendekati para rekrutan yang terpaku menyaksikan kejadian ini.
Dengan sudut matanya, Tang Long melirik kartu militer yang terjatuh di lantai. Ia tahu dirinya akan mendapat masalah, tapi heran mengapa kedua letnan yang awalnya ramah ini tiba-tiba berubah sikap setelah melihat datanya? Bukankah sejak awal ia sudah menggunakan taktik menjilat atasan yang diajarkan pelatih? Mengapa itu tidak berpengaruh?
Sebenarnya dalam pelatihan militernya, Tang Long sama sekali tidak memiliki mata pelajaran seperti ini. Pelatih Robot tidak mengerti dan tidak akan membuat kurikulum tentang menjilat atasan. Namun Xing Ling yang sedang menganggur, setelah mengetahui program pelatihan Tang Long, menyatakan bahwa hanya mengandalkan kemampuan bertempur saja tidak mungkin mendapatkan promosi di militer yang didominasi oleh dinamika emosi manusia. Dia juga menunjukkan banyak contoh sejarah tentang jenderal-jenderal tak terkalahkan yang justru dikalahkan oleh rekan sendiri. Dalam situasi seperti ini, Tang Long pun mendapatkan mata pelajaran tambahan yang tidak dimiliki rekrutan lain - seni menjilat atasan.
Tang Long menyimak Letnan berwajah bulat yang sedang membentak para rekrutan: "Cepat, keluarkan kartu militer kalian! Lama sekali!" Sambil itu matanya mengamati Letnan Shen Ri yang berwajah dingin dan Sersan Senior yang memancarkan aura "kau dalam masalah besar".
Letnan Kolonel Shen Ri tiba-tiba menunjukkan senyum aneh: "Hehe, Letnan Dua, meskipun kamu seorang bintara, kamu tetap prajurit baru. Di Batalyon 45 kami ada peraturan, setiap prajurit baru harus merasakan 'sambutan hangat' kamp militer. Jadi aku tidak bisa memberimu Perlakuan Khusus." Ia bahkan berpura-pura menunjukkan ekspresi penuh belas kasihan.
Saat Tang Long hendak bertanya, wajah Letnan Kolonel Shen Ri berubah dingin dan berkata dengan suara menggerikan: "Letnan Dua! Sekarang lari keliling lapangan 20 putaran! Setelah itu 200 push-up dan 200 sit-up! Laksanakan segera!"
Tang Long segera memberi hormat dengan keras: "Siap, Komandan!" Melemparkan tasnya, mengambil kartu militer yang terjatuh dan menyimpannya di dada, lalu langsung mulai berlari. Shen Ri tidak menghiraukannya, berpaling ke Sersan Senior itu dan mencaci: "Dasar bodoh! Bagaimana bisa kau kewalahan menghadapi seorang Letnan Dua saja?"
Sersan Senior itu berkata dengan wajah sedih: "Kakak, dia menggunakan pangkatnya untuk menekan saya, apa yang bisa saya lakukan. Kakak, kapan surat perintah promosi saya turun? Saya tidak mau anak bawang itu jadi atasan saya."
Shen Ri menepuk bahu sersan itu: "Tenang saja, beberapa hari lagi akan turun. Kakakmu ini sudah bersusah payah membuatmu naik dua pangkat sekaligus. Kau harus bekerja keras, jangan mempermalukanku!" Melihat sersan itu mengangguk gembira, dia tersenyum: "Sekarang pergilah latih para rekrutan itu. Jangan ganggu Letnan Dua itu, lebih baik jangan bertemu dengannya. Meski aku bisa menyusahkannya, tapi pangkatnya lebih tinggi darimu. Jika kau berbuat kesalahan, hukuman darinya tak bisa kuhalangi. Nanti meski kubuat dia menderita, tapi kau juga akan sia-sia menanggung hukuman."
Sersan Senior itu segera mengangguk, kedua saudara itu pun berbisik-bisik sebentar, lalu sersan senior itu menghadap para rekrutan. Dua sersan itu berdiri dengan angkuh di belakangnya, menyeringai jahat ke arah para rekrutan. Sersan senior itu mendongkol melihat para rekrutan menyaksikan aibnya, matanya menyapu dingin ke kerumunan. Meski postur berdiri para rekrutan sempurna, ia tetap membentak: "Lihat sikap kalian yang berantakan! Kalian pikir ini taman hiburan? Lakukan 100 push-up sekarang! Cepat! Siapa yang tidak selesai, kujebloskan ke sel tahanan!"
Meski dalam hati para rekrutan sudah mengutuk delapan belas generasi leluhur sersan senior itu, mereka tetap langsung menuruti perintah dan mulai melakukan push-up. Mereka tidak cukup bodoh - bahkan Letnan Dua saja dihukum oleh backingan sersan senior itu, apalagi prajurit rendahan seperti mereka mana berani melawan.
Saat itu, Letnan yang baru kembali setelah menyelesaikan tugas pendaftaran melapor dengan suara rendah kepada Shen Ri yang sedang menyedekapkan tangan: "Kakak, tidak ada satupun yang punya koneksi. Semuanya rakyat biasa."
Shen Ri mengangguk: "Hajar habis-habisan mereka, biar tahu siapa yang berkuasa di Kompi 45 ini." Dua letnan itu segera memberi hormat lalu berbalik membantu sersan senior menyiksa para rekrutan.
Sambil mendengar hitungan sersan senior yang sengaja dipanjangkan, para rekrutan terus bertahan. Tiba-tiba teriakan kasar menggema: "Bangsat! Dasar tai kucing jalang!" Semua orang berhenti mendengar makian itu, mencari sumber keberanian menghina atasan. Mereka tertegun melihat Tang Long yang bermuka masam, ekspresi serius, mulut menganga, sambil berlari kencang dan terus memaki.
Sersan senior itu tentu melihatnya. Urat di dahinya berdenyut, tapi ia tahu tak bisa berbuat apa-apa pada Tang Long. Amarahnya dilampiaskan ke para rekrutan. Namun dua letnan tak punya keraguan. Setelah saling pandang, letnan berjanggut runcu itu mulai mendekati Tang Long.
Tang Long telah berlari dua putaran. Tatapan anak buah baru di lapangan yang memandangnya dengan tatapan aneh membuatnya kesal. Seorang letnan dua seperti dirinya, malah dihukum! "Sialan! Hanya karena menghukum Sersan Senior yang tidak sopan itu, berani-beraninya mempermalukanku! Tunggu saja, entah kau seorang Jenderal atau tai sekalipun, aku pasti balas dendam! Hehe, Pelatih pernah bilang, untuk menghancurkan seseorang, jadilah orang kepercayaannya. Saat kau menusuknya, rasa sakit hatinya akan lebih besar daripada lukanya. Saat hatinya sakit, tusuk lagi dua kali! Tapi... aku sudah bermusuhan dengannya. Apa yang harus kulakukan?"
Tang Long berlari sambil memikirkan berbagai taktik licik yang diajarkan oleh Pelatih Robot berdasarkan hasil penyulingan pengetahuan Xing Ling. Saat sedang bersemangat berpikir, ia melihat ekspresi Sersan Senior yang sombong, tanpa sadar mengumpat. Meski jantungnya berdebar setelah melontarkan umpatan, Tang Long tetap menjaga raut wajah dinginnya sambil terus berlari. Ia juga menyadari Letnan yang mendekatinya, tetapi pura-pura tidak melihat.
Letnan itu berteriak dari kejauhan: "Tang Long, kemarilah!" Ia sudah mengetahui nama Tang Long saat mengintip pembaca kartu.
Tang Long segera berlari mendekat lalu berhenti, berdiri tegak dengan napas teratur dan memberikan hormat: "Siap sempurna, Komandan."
Letnan itu bertanya dengan suara dingin: "Tadi kamu menghina siapa?"
"Laporan, Komandan! Hamba sedang menghina semut burung yang menghalangi jalan hamba!" Tang Long langsung menjawab tanpa ragu.
Menyindir secara tidak langsung! Empat kata ini melintas di benak Letnan, sambil menggertakkan gigi ia memarahi dengan keras: "Bangsat! Berani-beraninya kau menghina atasan!"
Tang Long tetap mempertahankan ekspresi dinginnya, memberikan hormat dan menjawab lantang: "Hamba tidak berani! Jika Komandan tidak percaya, hamba akan menyerahkan bukti!" Tanpa menunggu reaksi Letnan, ia berbalik dan berlari beberapa langkah, meraba-raba di tanah sejenak, lalu kembali sambil memberikan hormat dan mengulurkan telapak tangannya: "Laporan, Komandan! Barusan hamba memaki semut buruk rupa tak tahu diri ini yang tidak disayang kakek, tidak dicintai nenek, bagai kuda tak sadar wajahnya panjang, tak mengerti perikemanusiaan, berani-beraninya menghalangi jalan hamba! Andai bukan karena hamba sangat berbelas kasihan dan tak tega menyakiti makhluk lemah yang menyedihkan, semut tak tahu langit dan bumi ini sudah hamba injak sampai hancur lebur!"
Melihat semut yang merayap di telapak tangan Tang Long, sang Letnan nyaris pingsan karena marah. Saat ini ia hanya bisa menunjuk Tang Long dengan jari gemetar tanpa bisa mengucapkan sepatah kata. Rekan seperjuangannya yang bermuka bulat langsung bergegas maju untuk membantunya.
Letnan Bermuka Bulat itu segera menghardik dengan nada seram: "Tang Long! Begitukah caramu berbicara dengan atasan?"
Tang Long mengangkat dagu dan memberikan hormat militer sempurna ke arah Letnan Bermuka Bulat, dengan wajah tetap datar ia berseru lantang: "Laporan Komandan! Pasal 3, Ayat 1 dari Peraturan Tata Krama Angkatan Bersenjata Federasi menyatakan, ketika menghadapi atasan harus bersikap khidmat dan menjawab pertanyaan atasan secara lengkap tanpa terlewat."
Letnan itu tercekik oleh ucapan Tang Long, sementara Tang Long melanjutkan: "Laporan, Komandan! Pasal 34 Peraturan Militer Federal menyatakan bahwa dari beberapa perintah, perintah atasan tertinggi harus diprioritaskan! Hamba saat ini sedang melaksanakan perintah Komandan Jenderal. Apakah dua Komandan Letnan ini mengizinkan hamba untuk pergi?" Tang Long sengaja memberikan tekanan pada kata "Jenderal" dan "Letnan".
Letnan bermuka kurus akhirnya bisa bernapas lega. Ia menahan amarah namun lemah melambaikan tangan: "Lanjutkan tugasmu, tapi Letnan Dua, dilarang mengucapkan kata-kata kotor selama bertugas!"
Tang Long kembali memberikan hormat militer sempurna: "Hamba patuh! Dilarang mengucapkan kata-kata kotor selama bertugas!" Tang Long sengaja menekankan kata "mengucapkan". Letnan bermuka bulat langsung berteriak: "Juga dilarang menyanyikan kata-kata kotor!" Wajahnya tampak puas melihat ekspresi menyesal yang muncul di wajah Tang Long setelah mendengar ini.
Setelah mengira mereka berhasil menjebak Tang Long, saat baru saja berbalik badan, suara mengerikan itu kembali terdengar dari belakang: "Oh oh oh, satu dua tiga empat lima enam tujuh, kita naik gunung berburu harimau, ternyata harimau tak ada di rumah, si tukang kentut adalah dia!" Kedua letnan gemetar sepenuh badan, menggeretakkan gigi sambil berbalik, memandang penuh dendam ke arah punggung Tang Long yang semakin menjauh. Mereka tak menyangka Tang Long yang sudah berhenti memaki malah mulai menyanyi! Lagu itu tak mengandung kata-kata kotor, tak bisa dijadikan alasan untuk menjatuhkan hukuman. Menyuruhnya berhenti, melarangnya menyanyi? Selain peraturan militer tak melarang bernyanyi, mereka juga tak ingin dipermalukan lagi, bukankah para rekrutan dari kompi lain sedang tertawa terbahak-bahak? Lagipula nanti si brengsek itu pasti akan mencari cara lain untuk mengganggu.
Akhirnya mereka yang kesal tapi tak punya saluran pelampiasan terpaksa menghajar para rekrutan malang itu. Meski para rekrutan menderita, hati mereka merasa puas karena bisa menyaksikan para preman berseragam itu dipermalukan. Penderitaan seberapa pun tak berarti dibandingkan itu.
Shen Ri saat ini sedang berbicara dengan seorang tentara bertubuh kekar yang juga mengenakan pangkat Letnan Satu di bahunya. Si pria kekar itu tertawa: "Menurutku, meski orang ini tidak punya latar belakang, tapi di usia muda sudah menjadi Letnan Dua, masa depannya sangat cerah. Tidak takut dia balas dendam kalau kau sakiti dia seperti ini?" Dari nada bicaranya, jelas dia tahu Tang Long berasal dari keluarga biasa. Tampaknya hal pertama yang dilakukan para komandan ketika menerima rekrutan baru adalah memeriksa apakah bawahan mereka memiliki patron yang tidak bisa mereka langgar.
Shen Ri mendengus dingin: "Selama dia berada di bawah komandoku sehari pun, aku akan membuatnya selamanya hanya menjadi Letnan Dua!" Setelah berkata demikian, dia tidak menghiraukan si pria kekar itu dan berbalik menuju perkemahan. Pria kekar itu melirik bayangan Tang Long, terkekeh pelan sambil bergumam: "Bodoh, bahkan saat berlari dia bisa melihat di mana ada semut. Orang seperti ini tidak mungkin dilatih di kamp pelatihan biasa. Meski dia pasukan tempur, siapa bilang dia tidak mungkin pasukan khusus? Kalau sampai berjasa, nanti kamu yang juga berpangkat Ta Wei di pasukan tempur mungkin harus memanggilnya 'Komandan'." Setelah melirik Tang Long sekali lagi, dia pun kembali ke baraknya sendiri.
Tanpa mengetahui bahwa jenis pasukannya telah diubah, Tang Long dengan cepat menyelesaikan tugas hukuman yang diberikan Shen Ri. Hukuman ini terasa seperti permainan anak-anak bagi Tang Long yang telah dilatih selama setahun penuh dengan metode ekstrim oleh Pelatih Robot. Saat menyelesaikan tugasnya, dia hanya sedikit terengah-engah, dan sudah pulih sepenuhnya ketika menuju ke barak Kompi 45. Setelah hukuman selesai, dia menyadari para rekrutan baru telah menghilang. Tanpa tujuan lain, dia membawa bagasi menuju kantor komandan kompi 45.
Sebelum Tang Long sempat mengetuk, pintu kantor sudah terbuka otomatis. Rupanya Komandan Shen Ri sengaja tidak menutup pintu sambil menunggu kedatangannya. Di dalam ruangan, selain komandan kompi berpangkat Tawei, dua Letnan yang pernah dia langgar dan Sersan Senior itu juga hadir. Menyadari harus berhati-hati agar tidak mendapat siksaan tambahan sebelum balas dendam, Tang Long berseru lantang: "Tang Long melapor!" lalu memberikan hormat militer standar kepada ketiga perwira tersebut.
Selain Shen Ri, ketiga orang lainnya membalas hormat sambil melirik Tang Long dengan pandangan penuh kebencian. Shen Ri tersenyum lebar dan melambaikan tangan pada Tang Long: "Masuklah, tak kusangka Letnan Dua Tang Long begitu hebat, menyelesaikan latihan berat namun wajahmu tetap segar. Pantas disebut elite tempur tangan kosong."
Meski bingung mengapa dirinya disebut elite tempur tangan kosong, Tang Long tahu dia tak boleh membantah. Dengan wajah dingin yang tetap hormat dia berkata: "Terima kasih pujian Komandan, hamba tak layak. Bolehkah hamba tahu posisi hamba di kompi ini?"
Shen Ri menekan tombol di atas meja, melihat layar virtual yang muncul sambil tersenyum: "Ah, sebenarnya posisi yang kosong di kompi ini sangat sedikit. Sedangkan kemampuanmu begitu luar biasa, ini membuatku benar-benar sulit menentukan penempatanmu." Pandangannya beralih dari layar, bertanya kepada Tang Long dengan senyuman: "Bagaimana kalau kau sendiri yang menentukan posisinya? Kakak pasti akan memenuhi keinginanmu."
Kopral itu terkejut mendengar ini, buru-buru ingin mencegah kakaknya. Letnan di sampingnya segera menahannya sambil memberikan isyarat mata.
Tang Long tentu melihat kejadian ini, dalam hati tertawa licik: "Hehe, mau menjebakku? Tidak mungkin!" Dia berpura-pura merenung sejenak sebelum akhirnya mengangkat kepala dan berkata: "Komandan, hamba bersedia ditempatkan di posisi apa pun sesuai perintah komandan. Namun hamba berharap dapat memimpin pasukan tempur jarak dekat, hamba pasti akan membuat mereka termasyhur di seluruh Angkatan Darat Federal." Saat itu, aura kepercayaan diri yang kuat memancar dari Tang Long, membuat semua yang melihatnya yakin dia akan menepati janji.
Tiba-tiba wajah Tang Long memerah karena malu. Dengan canggung dia menggaruk-garuk kepalanya, berbicara terbata-bata: "Hamba... hamba juga berharap... jangan ditempatkan di posisi yang berhubungan dengan kapal perang. Karena... karena hamba menderita mabuk... mabuk penerbangan." Usai mengucapkan itu, dia menundukkan kepala dalam keadaan sangat tidak nyaman.
Shen Ri memperhatikan Tang Long sejenak, lalu tersenyum: "Baik, aku akan memenuhi keinginanmu. Letnan, antarkan Letnan Dua ini ke baraknya." Tang Long segera memberi hormat dan mundur bersama salah satu letnan yang enggan.
Setelah pintu kantor tertutup, letnan yang tersisa melangkah maju dan bertanya: "Kakak, ke posisi mana Anda akan menempatkannya? Karena dia punya penyakit mabuk pesawat, bagaimana kalau kita tempatkan di kapal pengintai?"
Sersan Senior itu buru-buru berkata cemas: "Kak, jangan tertipu oleh Letnan Dua brengsek itu! Dia sama sekali tidak punya penyakit mabuk pesawat. Saat turun dari pesawat antariksa tadi, dia terlihat sangat segar bugar!"
Shen Ri mengusap dagunya sambil tersenyum licik: "Kau kira aku tidak tahu? Aku tidak akan mengabulkan kedua permintaannya. Hehe, aku akan menugaskannya mengurus pasukan urusan dalam."
Sersan Senior bertanya bingung: "Mengurus pasukan urusan dalam? Kenapa tidak menyuruhnya membersihkan toilet saja?"
Letnan itu mungkin memahami keputusan Shen Ri, ia tersenyum pada Sersan Senior: "Kamu tidak mengerti, apakah toilet sekarang perlu dibersihkan? Lagipula mengirim Letnan Dua untuk menyapu toilet juga tidak pantas di mata publik. Kakakmu melakukan ini untuk membuatnya tertekan sampai mati."
"Tertekan sampai mati?" Sersan Senior semakin bingung.
Letnan itu menjelaskan secara detail: "Hehe, kau juga tahu pemuda berdarah panas seperti dia paling mendambakan pertempuran dan komando kapal perang, ini terlihat dari dua keinginan yang sengaja diajukannya. Sekarang membuatnya duduk di kantor mengurus pekerjaan administratif, bayangkan betapa tersiksanya dia."
Sersan Senior menepuk tangan dan tertawa licik: "Benar! Biar dia tertekan sampai mati!"
Ketika Shen Ri hendak mengatakan sesuatu, lampu indikator di meja tiba-tiba berbunyi BBB, lalu layar di meja tiba-tiba refresh paksa dan muncul beberapa baris tulisan. Setelah membacanya, Shen Ri menghela nafas: "Ah, sepertinya sekarang belum bisa menjebaknya."
Kedua orang yang bingung itu buru-buru mendekat untuk melihat. Di layar tertulis: "Atas perintah Markas Besar Komando, semua perwira berpangkat Letnan Dua di Distrik Militer Haikexing diperintahkan untuk segera menuju Basis F34J guna mengikuti latihan khusus selama dua bulan. Setelah latihan selesai, kembali ke satuan masing-masing."
Sersan Senior terlihat kaget: "Perintah dari Markas Besar Komando?! Kakak, apa yang terjadi? Bagaimana mungkin Markas Besar Komando mengeluarkan perintah langsung ke distrik militer planet seperti kita?"
Shen Ri menghela napas: "Kita yang di bawah ini mana mungkin mengerti perintah atasan, apalagi ini perintah langsung dari Markas Besar Komando? Andai saja perintah promosimu datang sebelum hari ini, kamu juga akan ikut serta."
Letnan yang melihat Sersan Senior agak kecewa segera mengalihkan topik: "Kalau begitu kita tidak bisa berbuat apa-apa pada si Tang Long ini?"
Shen Ri tersenyum: "Hanya dua bulan saja. Perintahnya juga jelas menyatakan setelah latihan khusus selesai akan kembali ke satuan asal. Mari kita bersabar sebentar."
Letnan itu juga menepuk bahu Sersan Senior untuk menghibur: "Tenang, pelatihan khusus seperti ini biasanya tidak melakukan promosi. Setelah dia kembali, kamu juga akan setara dengannya." Sersan Senior baru merasa sedikit lega setelah mendengar ini.
Tang Long sedang bersandar di tempat tidur kamar tunggal bintara sambil menatap langit-langit dengan bosan. Letnan itu tidak mengucapkan sepatah kata pun sepanjang perjalanan, hanya meninggalkannya di sini sebelum kembali.
"Hmm, tidak tahu apakah keinginanku bisa terwujud? Hehe, untung aku langsung tahu bahwa Letnan Jenderal itu punya niat jahat ketika menanyakan posisi apa yang kuinginkan. Aku langsung memikirkan taktik mundur sementara untuk maju, hmm aku memang pintar... Ya?!" Tang Long tiba-tiba duduk sambil memukul kepalanya sendiri: "Dasar bodoh! Setelah turun dari pesawat antariksa aku masih memukul Sersan Senior sampai mukanya bengkak seperti babi, tapi aku bilang padanya bahwa aku mabuk pesawat? Pasti dia akan melaporkanku!" Tang Long mulai menelungkup di tempat tidur sambil memukul papan tempat tidur dan menangis: "Wu wu, habis sudah, harapanku hancur. Aku pasti akan ditempatkan untuk membersihkan toilet..."
Saat itu pintu diketuk, suara "Laporan!" terdengar dari luar. Tang Long buru-buru turun dari tempat tidur, mengusap air mata dan merapikan seragamnya. Dengan wajah cool dia berkata tegas: "Masuk."
Pintu terbuka, prajurit di depan pintu memberi hormat pada Tang Long: "Kopral Liu Sihao melapor kepada Komandan."
Tang Long begitu melihat orang yang dikenalnya, ekspresionya yang cool menghilang. Dengan wajah putus asa dan suara lemah, dia berkata: "Oh, kamu ya... Apa kamu disuruh menyuruhku membersihkan toilet? Baik, aku segera datang..." Sambil bergoyang-goyang, dia berjalan menuju pintu.
Liu Sihao membelalakkan matanya: "Membersihkan toilet?" Dia cepat menggelengkan kepala: "Bukan Komandan, Komandan Marsekal Muda menyuruh saya memberitahu Anda untuk segera menuju ke Basis F34J sebelum hari ini, mengikuti pelatihan khusus selama dua bulan."
Tang Long tertegun bertanya: "Maksudmu aku tidak perlu membersihkan toilet?" Liu Sihao mengangguk sambil agak pusing: "Tidak perlu, Komandan."
Mendengar ini, Tang Long langsung melompat gembira: "Yey, hebat! Tidak perlu bersihin toilet. Eh... ngomong-ngomong, basis F apa itu? Latihan khusus apaan sih?"
Melihat Tang Long mengangkat kedua tangannya dengan wajah bingung, Liu Sihao kembali merasa pusing. Baru saja komandan kompi telah mengeluarkan perintah bahwa Tang Long bertanggung jawab mengelola urusan internal, menjadikan dirinya sebagai bawahan langsungnya. Menyaksikan atasan langsungnya melompat-lompat kegirangan seperti ini, pasti semua prajurit akan merasa pusing bukan?
Liu Sihao hanya bisa menggelengkan kepala: "Maaf Komandan, bawahan juga tidak tahu fungsi Basis F34J. Konon semua Letnan Dua di Distrik Militer Haike Xing harus ikut, dan perintah ini dikeluarkan langsung dari Markas Besar Komando. Mungkin untuk melatih kader lapisan dasar." Liu Sihao benar-benar tidak mengerti mengapa Markas Besar Komando mengeluarkan perintah seperti ini. Pangkat Letnan Dua di mata markas besar sama nilainya dengan Prajurit, seharusnya tidak mungkin ada perlakuan khusus untuk para letnan dua ini.
Tang Long sama sekali tidak peduli dengan hal-hal ini. Begitu tahu dirinya tidak perlu menyapu toilet, dia langsung berlari keluar kamar dengan gembira sesuai petunjuk Liu Sihao, naik ke angkutan kecil gelombang ketiga yang mengangkut letnan dua dari kamp ini. Baru setelah melihat nomor registrasi di badan pesawat, Tang Long menyadari bahwa Kompi 45-nya bersama Kompi 43 dan 44 termasuk dalam Batalyon 3, Resimen 12, Divisi 15, Angkatan 4 Daerah Militer Planet Haike. Kamp ini adalah Batalyon 3.
Di dalam pesawat angkut itu duduk lebih dari dua puluh letnan dua. Usia mereka semua lebih tua dari Tang Long, dengan ekspresi yang jauh lebih dingin. Mereka duduk diam dengan wajah kaku, bahkan ketika Tang Long yang terakhir naik pun tidak menoleh. Melihat sikap kaku mereka, Tang Long pun meniru dengan memasang ekspresi dingin, menutup matanya segera setelah duduk.
Tidak tahu berapa lama, pesawat antariksa pun berhenti. Para letnan dua lainnya diam-diam menghela napas lega, perlahan menggerakkan anggota badan yang mulai kaku. Sementara Tang Long dengan santai menguap sambil berkumam, "Hmm, tidur nyenyak sekali." Hal ini membuat para letnan dua lain tertegun memandanginya.
Melihat semua mata tertuju padanya, Tang Long tersenyum bangga, "Hehe, teknik tidur sambil duduk ini warisan turun-temurun. Mau belajar? Kalau mau jadi muridku sekarang, gratis aku ajarkan teknik tidur sambil berdiri!"
Tentu saja kemampuan yang dipelajari Tang Long selama pelatihan dasar ini tidak membuat para letnan dua terkesan. Mereka hanya melirik sinis sebelum turun dari pesawat antariksa sesuai urutan. Dengan perasaan kesal, Tang Long pun bergumam menggerutu sambil mengikuti rombongan turun.
Setelah turun, Tang Long dan para letnan dua lainnya sama-sama terdiam. Di depan mereka berdiri tembok logam raksasa yang mengelilingi markas. Bukan markas itu yang membuat mereka terpana, melainkan kerumunan orang yang menyambut di gerbang markas. Pasalnya, yang menyambut mereka adalah belasan prajurit bersenjata lengkap! Melihat pangkat tertinggi di antara prajurit itu hanya Sersan Senior, Tang Long ingin menghukum mereka. Namun saat melihat lencana di lengan seragam mereka, Tang Lang langsung mengkerut dan tak berani bergerak.
Para letnan dua lainnya juga hening. Siapapun yang masih punya mata bisa mengenali lencana itu - para prajurit ini adalah MP (Military Police) yang pangkatnya selalu lebih tinggi satu tingkat dari perwira manapun kecuali jenderal! Meski wewenang MP sangat besar, mereka juga merupakan pasukan dengan disiplin terkeras di seluruh angkatan. Melakukan tindakan di luar perintah bisa berujung pada hukuman mati. Karena itu, meski berkuasa besar, kehadiran MP tidak pernah menimbulkan kekacauan di tubuh militer.
Dalam insiden bandara sebelumnya, Tang Long mengetahui dari Kakak komputer bahwa MP terbagi menjadi dua jenis: MP biasa dan MP khusus. MP biasa adalah tipe yang bersaing dengan polisi dalam hal jasa, berada di antara kepolisian dan militer, dan umumnya berada di bawah komando pasukan polisi militer daerah. Sedangkan MP khusus adalah kelompok seperti yang ada di depan mata ini, langsung berada di bawah komando Markas Besar Komando, tim penegak hukum militer sejati. Bermasalah dengan mereka pasti akan berakhir buruk.
Sersan Senior dengan pangkat tertinggi di antara MP tersebut memberikan hormat kepada semua orang dan berkata, "Mohon para Komandan menunjukkan kartu militer. Hamba perlu melakukan registrasi. Selain itu, jika para Komandan membawa senjata, mohon serahkan kepada hamba untuk disimpan." Setelah mengatakan itu, dia mengeluarkan mesin pembaca kartu.
Para Letnan Dua dengan patuh mengeluarkan kartu militer mereka dan berbaris rapi, melakukan registrasi satu per satu. Mengenai penyerahan senjata, tidak ada satu pun yang melakukannya. Bukan mereka berani melawan MP, tapi semua tahu mereka datang untuk latihan, siapa yang akan membawa pistol? Setelah registrasi selesai, Sersan Senior itu kembali memberi hormat dan berkata: "27 Letnan Dua dari Batalyon 45, Resimen 3, Brigade 12, Divisi 15, Komando Militer 4 Distrik Bintang Haike telah tiba semua. Silakan." Dia kemudian menyingkirkan badan, memperlihatkan pintu kecil menuju bagian dalam.
Tang Long baru sadar para Letnan Dua ini berasal dari kompi yang sama dengannya. Sambil bergumam dalam hati: "Sialan, benar-benar cocok antara komandan dan anak buahnya, semuanya sama brengseknya seperti Komandan itu," dia mengikuti barisan masuk melalui pintu kecil.
Setelah masuk, Tang Long kembali tertegun. Di dalamnya terdapat sebuah aula seluas beberapa kilometer persegi, langit tak terlihat, dinding logam putih membentang di segala arah - atas, bawah, kiri, kanan. Ruang luas nan putih ini dipadati oleh kerumunan manusia. Tak perlu ditebak lagi, seluruh Letnan Dua dari 3,000 lebih kompi di 6 divisi wilayah militer ini, total hampir 100,000 perwira muda, berkumpul di sini.
Perlu dijelaskan sistem militer Federasi: Kompi sebagai unit dasar terdiri dari 3 peleton 9 regu. Komandan peleton berpangkat Letnan, komandan regu berpangkat Letnan Dua atau Letnan Satu. Penomoran kompi di tingkat divisi diurutkan secara berurutan. Komandan kompi umumnya berpangkat Kapten atau Perwira Tinggi, dengan total anggota 200-300 orang, sehingga wajar jika terdapat 27 Letnan Dua per kompi. Tentu ini berlaku untuk kompi reguler. Untuk kompi pesawat tempur yang hanya beranggotakan 50-an orang, pangkat komandannya bisa mencapai Mayor. Bahkan ada kompi khusus dengan 200 anggota dimana pangkat terendah prajuritnya saja adalah Letnan Dua, bisa dikatakan seluruh anggota kompi adalah bintara.
Di atas tingkat kompi adalah batalyon, yang membawahi 3 kompi dengan jumlah personel sekitar seribu orang. Pangkat komandan batalyon adalah Mayor, yang merupakan komandan lapisan dasar yang dapat memimpin kapal perang kelas rendah. Sebuah batalyon umumnya dapat mengoperasikan 2-3 kapal perang tingkat A, atau mungkin 7-8 kapal pengangkut kelas rendah hingga 1-2 kapal pengangkut kelas menengah. Bersamaan dengan itu juga dapat memimpin puluhan kapal pengintai. Sementara satuan batalyon khusus, seperti kompi khusus, memiliki personel lebih sedikit, pangkat lebih tinggi, dan dilengkapi persenjataan mutakhir.
Di atas tingkat batalyon adalah resimen, penomoran satuan resimen disusun sesuai urutan internal kesatuan militer. Biasanya sebuah resimen membawahi 4 batalyon dengan total sekitar 5.000 personel. Pangkat komandan resimen adalah Letnan Kolonel, di mana markas resimen memiliki belasan kapal perang kelas rendah atau beberapa kapal kelas menengah hingga 1-2 kapal kelas tinggi. Peralatan lainnya kurang lebih sama dengan tingkat batalyon, hanya jumlahnya 4 kali lipat lebih banyak.
Di atas resimen adalah divisi, yang nomor serinya diatur berdasarkan urutan internal komando militer. Umumnya divisi membawahi 12 resimen dengan total personel sekitar 60.000-70.000 orang. Pangkat komandan divisi adalah Kolonel atau Kolonel Senior. Tingkat divisi dapat memiliki 100-200 kapal perang kelas rendah, puluhan kapal perang kelas menengah, 5-6 kapal perang kelas tinggi, serta 1-2 kapal induk. Dilengkapi berbagai jenis kapal perang lainnya, divisi ini bisa dianggap sebagai unit operasional terendah dalam pertempuran antariksa.
Sedangkan komando militer (corps) merupakan unit operasional dasar dengan nomor seri yang diatur secara nasional. Komando militer biasanya membawahi 4 divisi dengan total personel 250.000-300.000 tentara. Pangkat komandan korps adalah Brigadir Jenderal atau Mayor Jenderal. Sebuah komando militer dilengkapi 1.000-2.000 kapal perang kelas rendah, 200-300 kapal perang kelas menengah, puluhan kapal perang kelas tinggi, 5-6 kapal induk, serta berbagai kapal pengangkut, kapal pengintai, dan pesawat tempur dalam jumlah besar. Unit militer sebesar ini mampu bertanggung jawab atas pertahanan puluhan planet administratif dalam wilayah negara.
Sedangkan distrik militer umumnya membawahi enam korps, dengan komandan distrik militer berpangkat Letnan Jenderal. Jumlah personel tempur ditambah logistik mencapai jutaan orang, dilengkapi lebih dari 10.000 kapal perang berbagai jenis dan puluhan ribu kapal pendukung lainnya yang secara kolektif disebut armada. Armada merupakan unit dasar dalam analisis keseimbangan kekuatan dalam pertempuran antariksa. Kekuatan militer sebuah galaksi dikonsolidasikan menjadi grup tentara dengan komandan umumnya berpangkat Letnan Jenderal atau Jenderal Besar. Adapun Marsekal merupakan panglima tertinggi angkatan bersenjata nasional yang mengawasi seluruh pasukan.
Tang Long melihat kerumunan manusia yang padat dan bergumam, "Apa ini salah? Begitu banyak Letnan Dua? Setidaknya ada ratusan ribu orang. Bagaimana cara melatih mereka semua?" Hatinya merasa sedikit kecewa. Awalnya ia cukup bangga dengan pangkat militernya, namun melihat hanya satu distrik militer saja sudah memiliki begitu banyak Letnan Dua, dirinya sama sekali tidak punya alasan untuk berbangga diri.
Meskipun tempat ini penuh sesak dengan orang, sama sekali tidak ada suara keramaian yang keluar. Bagaimanapun juga, semua orang adalah tentara yang mengerti disiplin. Apalagi ini adalah pelatihan khusus yang diperintahkan oleh Markas Besar Komando, bagaimana mungkin tidak bersikap kaku?
Saat Tang Long hampir tidak sabar dan ingin mengamuk, tiba-tiba suara perempuan menggema di seluruh aula: "Para Letnan Dua dari Distrik Militer Haike, selamat pagi. Persyaratan peserta pelatihan khusus kali ini adalah 10.000 orang. Mengingat jumlah yang terlalu besar, kami akan mengeliminasi personel berlebih di awal pelatihan."
Mendengar ini, meski kerumunan masih tetap tidak bersuara, aura datar yang sebelumnya menghilang. Suasana tegang langsung menyelimuti seluruh aula.
