Seluruh alun-alun sunyi senyap, sebagian besar orang sedang mendengarkan kelanjutan suara tersebut. Disebut sebagian besar karena ada satu orang yang tidak fokus mendengar, malah bersuara. Seberapa besar efek berbicara dalam keheningan total? Hasilnya, minimal sepuluh ribu orang mendengar perkataan itu karena si pembicara berteriak!
Perkataan orang itu adalah: "Wah! Cuma sepuluh pilih satu, lihat kalian gugup kayak burung! Kurasa metode seleksinya paling banter perkelompok akan ada perkelahian massal, ambil dua tiga orang tiap kelompok. Perlukah segitu gugupnya?" Para letnan dua yang mendengar ini serentak menoleh ke arah sumber suara, bahkan yang tidak melihat pun memutar kepala ke arah tersebut.
Manusia punya kebiasaan buruk: ketika banyak orang memperhatikan satu arah, yang lain akan ikut penasaran. Maka dalam sekejap, seratus ribu pasang mata terkonsentrasi di satu titik yang sama.
Berdiri di area pusat ini adalah seorang pria tampan dan keren - Tang Long. Tang Long berdiri tegak dengan kedua tangan menempel di sisi paha, matanya menatap lurus ke depan. Kalau bukan karena orang di sebelahnya yang membuktikan bahwa ucapan tadi berasal dari Letnan Dua ini, orang lain pasti mengira ini adalah tentara standar yang sangat disiplin.
Tang Long sama sekali tidak merasa malu meski ditatap puluhan ribu pasang mata, malah menyapu kerumunan dengan tatapan tajamnya. Dengan suara dingin yang penuh wibawa, dia berkata: "Perhatikan! Saat ini kita sedang mendengarkan pidato Komandan. Sungguh tidak pantas jika rekan-rekan sekalian tidak menghadapkan wajah ke depan!"
Mendengar ini, orang-orang di sekitar Tang Long, terutama rekan satu kompi, hampir tak sabar ingin memukuli Tang Long habis-habisan. Dialah yang pertama kali lancang bicara seenaknya dan mengganggu ketertiban, sekarang malah berani menegur semua orang! Beberapa letnan dua dari kompi lain yang berwatak keras mulai melangkah mendekati Tang Long. Dari raut wajah garang mereka, tampaknya mereka berniat memberikan pelajaran keras.
Namun ketika sebuah pesawat terbang mini melayang muncul di atas Tang Long, bukan hanya para letnan dua yang hendak menghajarnya - seluruh perwira junior secara serentak berbalik menghadap depan, berdiri siap sempurna dengan tubuh kaku tak bergerak sedikitpun.
Tang Long yang sangat aware dengan situasi sekitar, melirik sekilas pesawat itu dengan sudut matanya. Ia tahu itu adalah alat inspeksi yang digunakan komandan saat apel besar-besaran seperti ini.
Alat terbang itu mengeluarkan suara perempuan: "Letnan Dua ini benar! Saat komandan sedang memberikan pengarahan, kalian malah tidak serius mendengarkan, sungguh tidak pantas!" Mendengar ini, Tang Long hampir tertawa terbahak-bahak, meski wajahnya tetap tegang. Sedangkan para letnan dua lain dalam hati sudah menghujat leluhur Tang Long sampai delapan belas keturunan.
Alat terbang itu mulai bergerak perlahan, suara itu terus bergema di seluruh aula: "Seperti yang diduga oleh letnan dua tidak disiplin tadi, untuk menghemat waktu, pertarungan tangan kosong akan dilakukan berdasarkan unit kompi." Beberapa letnan dua melirik Tang Long diam-diam, menemukannya masih mempertahankan ekspresi dinginnya tanpa sedikitpun rasa malu, dalam hati mereka mengumpat "dasar tebal muka!"
Saat mendengar ini, Tang Long melihat bagian belakang pesawat kecil itu menghadap ke arahnya, artinya dirinya tidak tertangkap kamera pesawat tersebut. Dengan cepat ia menyunggingkan senyum lebar, kedua tangannya membentuk tanda V sambil menggoyangkan pantat dan melambaikan tangan ke orang-orang yang terpana melihatnya. Ekspresi sombongnya jelas menunjukkan ia sedang pamer betapa visionernya dirinya.
Seorang letnan dua di dekat Tang Long yang mungkin tidak menyukainya, mengangkat tangan tinggi-tinggi sambil berteriak: "Laporan, Komandan!" Rupanya ia hendak melaporkan Tang Long ke atasan.
Namun Tang Long yang licik lebih dulu mengacungkan tinju dengan jari tengah ke arah letnan dua itu, lalu segera kembali ke sikap teladan seorang tentara sebelum pesawat itu sempat berbalik. Saat pesawat berputar dan melihat letnan dua yang mengangkat tangan, suara itu bertanya: "Ada masalah apa, Letnan Dua?"
Letnan Dua itu sudah lama menyadari Tang Long berubah menjadi contoh tentara. Dalam situasi Tang Long tidak tertangkap basah, sang letnan bingung apakah letnan lain akan menjadi saksi jika dia melaporkannya. Apakah tindakannya ini akan memberi kesan buruk sebagai pengkhianat di mata komandan? Sekarang dia sangat menyesal, tapi segera menemukan alasan untuk menghindar. Dengan dada membusung dia menjawab, "Komandan, saya dari sistem staf non-tempur. Apakah penggunaan pertarungan fisik sebagai kriteria seleksi tidak adil bagi letnan staf seperti kami?"
Suara itu melanjutkan, "Dalam perang tidak ada keadilan. Di medan perang tidak ada perbedaan antara personel tempur dan non-tempur. Kali ini kami membutuhkan talenta unggul yang serba bisa. Jika tidak lulus, kalian hanya tidak perlu ikut pelatihan khusus. Rekrutmen ini tidak akan dicatat di arsip kalian, jadi tak perlu khawatir lolos atau tidak. Berikan usaha maksimal dalam tes!" Suara itu tiba-tiba menjadi dingin, "Saya peringatkan, sebelum saya umumkan tes dimulai, dilarang keras mengajukan pertanyaan! Pelanggar akan menyebabkan seluruh kompi yang bersangkutan diusir dari pangkalan!"
Mendengar ini, anggota kompi Tang Long gemetar ketakutan sambil melirik ke arahnya. Melihat Tang Long tetap mempertahankan ekspresi dingin, mereka tahu dia juga tidak ingin diusir begitu saja, sehingga akhirnya lega.
Pesawat itu melanjutkan: "Tes pertama akan memilih 15 orang dari setiap kompi. Kompi yang beranggotakan tepat 15 orang dibebaskan dari tes." Begitu kalimatnya selesai, Tang Long melihat beberapa letnan dua tampak lega - rupanya mereka pemimpin kompi beranggota 15 orang.
"Ini adalah arena pertarungan kalian." Begitu suara Komandan berakhir, lantai aula tiba-tiba mengeluarkan ribuan arena persegi berukuran 10 meter persegi. Di udara aula muncul ratusan proyeksi elektronik virtual raksasa yang menampilkan nomor-nomor arena tersebut.
Suara itu akhirnya berkata: "Sesuai dengan nomor resimen kalian, pilih ring pertarungan yang sesuai. Pertarungan yang dilakukan adalah pertarungan campuran, asalkan tersisa 15 orang yang masih berdiri di atas ring, maka dinyatakan lulus. Mikrofon bebas di aula sudah diaktifkan, yang terluka parah bisa memanggil petugas medis. 5 jam kemudian, saya akan kembali untuk memeriksa hasil." Begitu selesai bicara, pesawat itu terbang masuk ke saluran di dinding logam dan menghilang.
Tang Long sambil melihat peta elektronik di udara, mendatangi ring resimennya. Baru sekarang ia menyadari bahwa 26 Letnan Dua dari resimennya sudah berdiri di atas ring. Tidak seperti ring lain yang sudah mulai berkelahi, mereka semua justru tersenyum-senyum memandangi Tang Long.
Tang Long terkekeh: "Para kakak menunggu saya? Maaf ya, adik agak tersesat jadi terlambat." Sambil bicara ia naik ke atas ring. Begitu kakinya menginjak ring, seorang letnan dua bertubuh besar dan garang langsung menerjang sambil tersenyum jahat: "Benar! Kami memang menunggu untuk 'bermesraan' denganmu!"
Para letnan dua lainnya semuanya tersenyum penuh arti. Tanpa perlu bernegosiasi, mereka telah sepakat untuk memberikan pelajaran kepada letnan dua termuda ini. Awalnya mereka mengira Tang Long akan dipatahkan tangan dan kakinya oleh saudara yang berasal dari tempur jarak dekat itu. Namun tak disangka, baru saja letnan dua itu membuka kedua tangannya dan menerjang, Tang Long langsung menendang dadanya hingga terjatuh ke lantai.
Letnan Dua itu tentu tak mengalami luka serius. Namun saat dia berteriak histeris mencoba bangkit, Tang Long melangkah cepat, menduduki dadanya dengan kedua lutut menekan lengan lawan hingga tak bisa bergerak. Kemudian mengayunkan tinju tanpa henti ke wajahnya, yang segera disusul jerit kematian. Pukulan Tang Long memang sangat mematikan – baru beberapa kali pukulan, wajah letnan itu sudah berubah seperti babi, bahkan ibunya sendiri pun tak akan mengenalinya.
Para letnan dua yang terpaku menonton baru tersadar untuk menolong rekan mereka saat itu juga. Mereka berteriak-teriak sambil bergegas menyerbu ke depan. Tentu saja 25 letnan dua tidak mungkin menyerbu sekaligus, yang terdepan adalah tiga letnan dua. Tang Long sepertinya sudah memprediksi kedatangan mereka. Ia segera melompat dan melakukan tendangan angin putar di udara. Seorang letnan dua di sisi paling kena hantaman di kepala, tubuhnya terjatuh tak terkendali ke samping. Gerakannya menyeret dua letnan dua di sebelahnya. Tiga kepala bertabrakan, dentuman terdengar. Tidak pecah sudah termasuk beruntung. Tentu saja dengan pukulan berat seperti itu, ketiga letnan dua itu langsung tumbang.
Tang Long yang jatuh ke bawah, mengambil kesempatan saat para letnan dua di belakangnya masih terpaku dan belum bereaksi, meraih seorang letnan dua yang pingsan lalu melemparkannya seperti bola bowling. Beberapa letnan dua di barisan kedua secara refleks alami membuka tangan untuk menangkap rekan mereka. Namun baru berhasil menangkap satu orang, letnan dua kedua, ketiga, bahkan termasuk yang wajahnya babak belur seperti kepala babi pun ikut dilempar. Empat orang menimpa tiga orang, ketiga letnan dua itu langsung terjungkal.
Sementara 21 letnan dua yang tersisa, saat melihat rekan di depan sedang menangkap orang, dengan licik membagi diri menjadi dua kelompok untuk mengepung dari samping. Di hadapan Tang Long, selain orang-orang yang sudah tergeletak, tak ada lagi penghalang. Tentunya dia tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Dengan menginjak-injak tumpukan tubuh itu, melihat tiga letnan dua masih belum pingsan, dengan liciknya dia melompat-lompat di atas tumpukan manusia sampai ketiga letnan dua di bawahnya hampir kehabisan napas sebelum pergi.
Sekelompok 10 letnan dua di sebelah kiri yang melihat rekan mereka diperlakukan semena-mena oleh Tang Long langsung menyerbu dengan amarah. Kebetulan Tang Long juga berada di sisi kiri. Kali ini dia tidak menghindar, langsung melancarkan tendangan tinggi melayang yang mengenai dagu letnan di barisan terdepan, membuatnya terpelanting dan menabrak tiga orang di belakangnya. Tang Long memanfaatkan kesempatan dengan menginjak tubuh mereka, lalu menghajar 6 letnan di belakangnya dengan pukulan.
Tang Long bukan hanya memiliki pukulan yang keras, tendangannya pun mematikan. Pukulannya menyasar titik vital tubuh bagian atas seperti dagu, rahang kiri-kanan, hidung, dan ujung tulang dada. Sedangkan tendangannya fokus pada area vital di bawah pinggang - ginjal kiri dan kanan. Tentu saja sesekali dia melancarkan tendangan depan ke perut atau dada lawan. Intinya, setiap serangan Tang Long ditujukan ke titik-titik yang bisa membuat lawan pingsan atau kesakitan berkepanjangan.
Tapi Tang Long masih punya hati, tidak menendang titik vital para pria, mungkin khawatir jika membuat mereka mandul lalu nekat menyerangnya. Meski mengabaikan titik serangan paling efektif, Tang Long hanya butuh waktu sebentar untuk melumpuhkan 6 Letnan Dua, sementara 4 Letnan Dua yang diinjak-injaknya di lantai sudah tak berbentuk lagi.
Sebelas Letnan Dua dari sisi kanan yang baru tiba terpaku melihat kebrutalan Tang Long. Seorang Letnan Dua di barisan depan yang melihat senyum sinis Tang Long langsung menggigil ketakutan, "Kami sudah lulus ujian! Tidak perlu bertarung lagi!" serunya sambil mengibaskan tangan panik.
Tang Long tertegun. Matanya menatap para Letnan Dua yang bergelimpangan di sekelilingnya. Dengan wajah memelas dia menggaruk kepala, "Ternyata 15 orang sudah tumbang? Tapi di sini cuma ada 12 orang. Ini nggak melanggar peraturan kan?" Ucapnya sambil melangkah mendekati mereka.
Letnan Dua itu melihat ekspresi Tang Long, diam-diam lega, lalu tersenyum sambil berkata, "Tidak melanggar aturan. Dalam kasus seperti ini, biasanya beberapa orang terakhir yang jatuh akan dihitung untuk memenuhi kuota."
Tang Long mendengar ini, menunjukkan senyum menawan: "Oh begitu ya." Letnan Dua itu baru saja membalas dengan "Ya..." tiba-tiba mendengus dan jatuh. Setelah rebah, terlihat Tang Long sedang berpose dengan sikutan samping, menunjukkan dada letnan itu pasti sangat sakit.
Tang Long menyipitkan mata ke arah 10 Letnan Dua yang membeku dengan tatapan jahat: "Kalau begitu, mengalahkan kalian semua juga tidak melanggar aturan, ya?" Dengan teriakan "A-dah!", ia langsung menerjang sebelum para Letnan Dua yang bingung ini sempat bereaksi.
Di dalam markas besar, di ruang komando yang luas, seorang perwira wanita berambut pirang berdiri di samping sambil memandang layar dengan posisi menyamping. Bentuk tubuh indah perwira wanita ini sempurna terpancar melalui seragam militernya yang ketat. Profil wajahnya sangat mempesona, bagaikan patung indah yang diukir dari giok putih. Secara usia terlihat dia paling berumur awal 20-an, namun melihat pangkat militernya sulit dipercaya bahwa dia masih begitu muda - pangkat itu ternyata Letnan Kolonel dengan dua garis dan dua bintang!
Saat itu layar menampilkan rekaman Tang Long yang sedang mengejar-ngejar para letnan dua tersebut. Ruang komando yang awalnya hanya diisi Letnan Kolonel tiba-tiba bergema suara tawa lelaki yang riang: "Hehe, letnan dua ini benar-benar penuh semangat berapi-api." Tidak ada yang menanggapi pernyataan itu. Suara lelaki tersebut berhenti sejenak, lalu kembali terdengar: "Lenatha, kelihatannya suasana hatimu sedang buruk? Tidak senang? Mengapa? Padahal kamu baru saja dipromosikan menjadi Letnan Kolonel."
Perwira menengah wanita cantik yang diam terus-menerus itu baru berbalik melihat layar lain di seberang setelah mendengar ucapan itu. Di layar tampak seorang pria paruh baya berwajah gagah mengenakan seragam militer. Dari penampilan dan pangkat di bahunya, jelas terlihat siapa dia - dia adalah Marsekal Federasi Wan Luo, Omstead. Sekarang kita tahu mengapa perwira menengah cantik itu tidak berdiri di tengah layar?
Saat ini marsekal gagah itu menunjukkan ekspresi lembut sambil menatap Letnan Kolonel Lenaisha, menunggu dengan sabar sang wanita berbicara. Dengan wajah kaku, Lenaisha berkata dingin: "Hamba tidak berani, mana mungkin hamba berani menunjukkan ketidaksenangan di hadapan Yang Mulia Marsekal!"
Omstead buru-buru menunjukkan wajah memelas sambil memohon: "Aku minta maaf, aku sudah menaikkan pangkatmu tanpa persetujuanmu, Lienusya. Tolong maafkan hamba ini, baiklah, Yang Mulia Lienusya?" Jika para pejabat yang mengenal Omstead melihat sikapnya seperti ini, pasti mereka akan terpana.
Lienusya tiba-tiba terkikik, wajah dinginnya seketika berubah indah seperti bunga yang mekar. Omstead sama sekali kehilangan kesan sebagai marsekal, ia berseru kegirangan seperti anak kecil: "Lienusya tertawa! Lienusya mau memaafkanku sekarang?" Omstead berkata dengan wajah manja.
Lienusya kembali tenang. Ia memandang Omstead dengan tatapan sendu sambil berbisik lirih: "Ah, dengan tindakanmu ini, gosip-gosip yang sudah ada sebelumnya semakin menjadi-jadi. Aku tidak masalah, tapi reputasimu..."
Omstead menatap Lenasha dengan pandangan penuh kelembutan dan cinta, lama-kelamaan baru tersenyum: "Tenang, selama tidak ada yang melihat kita bersama secara langsung, rumor ini akan menghilang dengan sendirinya."
Lenasha memandangi Omstead dengan penuh kekesalan: "Kau begini memperlakukanku..." Saat mengucapkan ini, ia menundukkan kepala dengan perih.
Omstead menghela napas dan menghibur: "Ah, aku juga tahu perbuatanku ini tidak benar. Tapi sebagai marsekal federal, aku tidak boleh muncul dalam berita perceraian. Aku dan wanita kasar itu sudah lama tidak ada perasaan, kau tahu? Hatiku yang lelah hanya bisa tenang saat bersamamu."
Lenasha mengangkat kepala, di matanya yang indah telah muncul tetesan air mata. Ia mengangguk lembut dan berkata dengan suara halus: "Aku tahu... hatimu hanya bisa tenang di sisiku..."
Omstead melihat Linetta hampir menangis, buru-buru mengalihkan topik: "Ngomong-ngomong, dengar-dengar kamu kalah dari seseorang bernama 23TL di game, sudah balas dendam belum akhir-akhir ini?"
Linetta diam-diam menyeka air matanya, tersenyum sambil menggeleng: "Belum. Si jahat itu, sejak menyebarkan Sinar Pemulih Partikel yang bisa menghilangkan ancaman Bom Lubang Hitam, hilang begitu saja tanpa kabar. Entah bersembunyi di mana."
Wajah Omstead berubah serius: "Orang misterius ini pasti menempati urutan teratas di arsip intelijen semua negara. Aku benar-benar tidak mengerti bagaimana dia bisa mempublikasikan program Sinar Pemulih Partikel seperti ini."
Linetta berpikir sejenak lalu berkata: "Ini mungkin bukan salahnya. Setelah kejadian itu, sistem game ‘Perang’ mengumumkan bahwa kapal perang tingkat tinggi dalam game memiliki berbagai rahasia tersembunyi, termasuk Sinar Pemulih Partikel ini. Katanya banyak yang mencoba berbagai metode untuk upgrade, tapi belum ada yang berhasil."
Omstead menghela napas dan berkata, "Game 'Perang' ini sudah lama kami pantau di militer. Data kapal perang di dalamnya jauh lebih unggul dibandingkan kapal perang yang sedang dikembangkan oleh berbagai negara saat ini, bahkan bisa dibilang lebih maju. Tapi meskipun kami memiliki data tersebut, tetap tidak berguna tanpa data inti yang paling penting. Mustahil untuk menirunya. Akan kukatakan sesuatu yang mengejutkanmu - menurut pengujian komputer oleh Akademi Sains, segala sesuatu dalam game 'Perang' sepenuhnya dibuat secara virtual berdasarkan teknologi dunia nyata. Artinya, selama kita menguasai data intinya, kita bisa memproduksi kapal perang fiksi dari game itu! Sungguh tidak tahu bagaimana desainer game ini melakukannya. Dibutuhkan pengetahuan yang sangat luas dan rumit! Bisa dibilang game ini dikembangkan dengan mengumpulkan semua pengetahuan di alam semesta!"
Linetta benar-benar terkejut. Dengan heran dia bertanya, "Sehebat itu? Apakah kalian tidak mencoba memanfaatkan game ini?"
Omstead tersenyum getir: "Bagaimana mungkin tidak? Intelijen menunjukkan, tidak hanya negara kita, semua dinas intelijen negara di alam semesta dan para hacker top pun mengincar permainan ini. Tapi hasilnya, dinas intelijen hanya bisa melacak sampai level manajer perusahaan di berbagai negara - karena para manajer ini tidak pernah bertemu presdir, bahkan tidak pernah mendengar suaranya, apalagi mengetahui namanya. Sedangkan para hacker itu telah menghabiskan sumber daya dan tenaga yang tak terhitung, namun bahkan tidak bisa menembus batas luar game, jangan bicara tentang menyelidiki data intinya. Kini banyak media besar dan situs web yang mengumumkan presdir ini sebagai figur paling misterius, terkaya, dan paling jenius di abad kosmos ini. Kabarnya beberapa lembaga penilai internasional berwibawa bahkan bersiap memberikan level kata sandi 3S yang baru dibuat kepadanya."
Lina Sha tertawa: "Dengan begini, orang ini pasti semakin enggan muncul. Dari tindakannya, sejak awal dia memang tidak ingin diketahui. Bahkan aku curiga, dia merilis permainan itu hanya agar lebih banyak orang menemani dia bermain." Saat mengucapkan ini, ekspresi terkejut muncul bersamaan di wajah Lina Sha dan Omstead yang serentak berteriak: "23TL!"
Lina Sha mengernyitkan alisnya: "Kemungkinan besar ini benar. Di puncak semua klasemen permainan ada 23TL ini. Hingga saat ini, satu-satunya yang memiliki Kapal Perang Kelas Z hanyalah dia. Selain itu, pemain level tinggi dari dua legiun terkuat di game juga menggunakan awalan 23. Mungkin enam orang inilah pengembang utama game ini!"
Omstead sambil mendengarkan bicara ini diam-diam merenung. Setelah beberapa saat, barulah dia tersenyum dan berkata: "Sudahlah, tak perlu repot memikirkan hal-hal ini. Sekalipun kita tahu 23TL adalah presiden perusahaan game, tetap saja kita tidak tahu identitas aslinya. Ngomong-ngomong, apa yang sedang dilakukan si kecil itu?" Omstead menunjuk ke layar sambil bertanya.
Lena menoleh dan melihat sosok besar Tang Long memenuhi seluruh layar. Saat ini dia sedang berdiri di pagar ring, melambaikan tangan sambil berteriak sesuatu. Lena penasaran membuka pengeras suara, terdengar suara sangat arogan: "Tidakkah kalian merasa bosan hanya menunggu? Ayo selenggarakan turnamen bos letnan dua Distrik Militer Haike! Yang tidak berani ikut adalah pengecut! Banci! Ditambah anak anjing!"
Lena tak bisa menahan tawa kecil mendengar ini. Omstead berkata sambil tersenyum: "Anak kecil yang sangat arogan." Lena melotot ke Omstead dan berkata manja: "Kearogannya itu lucu."
"Lucu? Kamu suka meremajakan sapi tua ya?" Omstead berpura-pura terkejut.
"Hmph! Aku memang suka dia, mau apa? Kamu cemburu ya!" Lina Sha mengenduskan hidungnya sambil menyipitkan mata dan tertawa genit.
Omstead juga tertawa: "Ya, aku cemburu, hampir mati asam." Setelah itu, ekspresinya kembali serius: "Anak ini memang cukup arogan, tapi sepertinya punya bakat komandan yang tidak buruk. Namanya siapa?"
Sambil mengetik di komputer, Lina Sha berkata: "Dia punya bakat komandan? Lihat tingkahnya tadi dan sekarang, lebih cocok disebut bakat preman! Oh, ketemu. Tang Long, 19 tahun, Letnan Dua dari Kompi 45 Batalyon 3 Resimen 12 Divisi 4 Markas Militer Haikexing, spesialis tempur jarak dekat."
Omstead tersenyum: "Hehe, 19 tahun, masih sangat muda sudah menjadi letnan dua, cukup menjanjikan. Baiklah, aku harus mulai bekerja." Begitu berkata, ia hendak pergi, tapi melihat ekspresi kecewa Lena, ia buru-buru menambahkan dengan tertawa: "Kalau aku tidak di sini, jangan sampai kamu 'sapi tua makan rumput muda' dan melahap bintang masa depan Angkatan Darat Federal yang baru 19 tahun ini ya." Akhirnya, Omstead berhasil memancing reaksi Lena yang memerah muka sambil memarahinya dengan manja: "Mulut anjing tidak bisa mengeluarkan gading!" sebelum layar ditutup.
Di sisi lain layar, Omstead menatap layar virtual yang perlahan memudar sambil menghela nafas dan bergumam lirih: "Ah... masih dua bulan lagi..."
Setelah menghajar semua perwira muda di kompinya hingga terjatuh, Tang Long menggunakan mikrofon bebas di podium untuk memanggil tim medis yang akan membawa para letnan dua yang harus dirawat selama beberapa hari itu. Kemudian ia pun berkeliaran tanpa tujuan, melirik ke kiri dan kanan dengan bosan.
“Astaga! Masih ada 4 jam lebih, kok waktu berjalan lambat sekali ya?” Tang Long yang terbiasa berbicara sendiri itu berkata sambil memandang pertarungan tanpa teknik di arena sekelilingnya.
Dia berbaring bosan di tepi sebuah arena, menyipitkan mata melihat orang-orang yang bertarung sampai berdarah-darah. Tiba-tiba bayangan besar menghalangi pandangannya, suara bergemuruh masuk ke telinga Tang Long: "Anak muda! Tak kusangka kau cukup tangguh, bisa mengalahkan 26 rekan seperjuangan sendirian!" Orang ini sengaja menekankan kata "rekan seperjuangan" dengan sangat kental.
Tang Long telah menyadari bahwa orang yang menghalanginya adalah seorang pria besar berbadan raksasa. Seragam militernya mempertegas kontur otot-ototnya yang menonjol. Tang Long merasa wajahnya agak familiar, setelah berpikir sejenak ia ingat pria ini adalah salah satu letnan dua dari kompi lain yang beberapa waktu lalu ingin memberinya pelajaran. Tiba-tiba sebuah ide muncul di kepalanya. Dengan ceria ia bangkit sambil tertawa: "Terlalu berlebihan..." Di tengah kalimat, tiba-tiba ia menghantam hidung pria besar itu dengan pukulan keras.
Pria besar yang tidak waspada itu langsung pusing dan merintih kesakitan. Tang Long tidak memberinya ampun, pertama-tama menghantam perutnya dari bawah ke atas dengan satu pukulan, lalu saat pria itu membungkuk, Tang Long menyerang perut dan punggungnya secara bersamaan dengan lutut dan siku. Terakhir, dia menghantam dagu pria itu dengan lututnya ke atas sekuat tenaga. Tentu saja selama menyerang, Tang Long tetap mengumpat seperti kebiasaannya: "Bangsat! Berani-beraninya kau mengejekku, dasar keparat! Akan kuhancurkan kau!" Setelah pria besar itu roboh, Tang Long terus menginjak-injak tubuhnya sambil terus memaki.
Orang-orang di sekitar lupa dengan pertarungan mereka sendiri, semuanya terpana memandangi Tang Long yang berperilaku seperti wanita penggerutu. Setelah puas memukuli, Tang Long meraih mikrofon di tepi ring sambil memanggil tim medis, matanya menyapu orang-orang yang menatapnya dengan pandangan menantang. Dengan teknologi medis saat ini, selama otak belum mati, dokter bisa memulihkanmu sepenuhnya. Luka seperti hidung hancur atau tangan terpotong bisa diperbaiki dengan sempurna menggunakan teknologi kloning. Di bawah kondisi medis seperti ini, perkelahian di militer cenderung dibiarkan asalkan tidak ada korban jiwa. Ilmu bertarung ala preman yang dimiliki Tang Long ini dipelajarinya setelah puluhan kali dihajar oleh Pelatih sampai tangan kaki patah dan tubuh babak belur.
Tang Long melihat pria besar itu yang diangkut dengan tandu mengambang, masih belum puas dan meludahi, bergumam, \"Dasar, kalau tidak memukulmu kau tidak tahu siapa bos...\" Tiba-tiba sebuah ide muncul di benaknya, \"Bos? Bagaimana jika aku menjadi bos markas latihan? Pasti hidupku akan sangat nyaman!\" Bertindak langsung sesuai naluri berpikiran sederhana, itulah sebabnya muncul kalimat yang didengar Lenissa dan Omstead.
Tang Long yang berdiri di pagar ring tinju, memandang penuh kesombongan ke seluruh penjuru yang menatapnya. Untuk memastikan semua orang bisa mendengar, dia sengaja menggunakan mikrofon yang biasa dipakai memanggil tim medis.
Awalnya semua ingin mengabaikan orang gila ini, tapi setelah mendengar syarat tambahan dari Tang Long, siapa yang bisa menolak? Lagipula mengadakan kompetisi gelanggang Letnan Dua bos, terdengar cukup menarik. Apapun pemikiran mereka, kompetisi gelanggang Letnan Dua bos yang diusulkan Tang Long akhirnya akan segera digelar.
Tang Long melihat begitu banyak orang mendukungnya, dia menjadi sangat sombong hingga ekornya (kiasan) nyaris menjulang ke langit. Membersihkan tenggorokannya, dia berteriak ke mikrofon: "Karena jumlah kita sangat banyak, setiap kompi harus memilih satu orang terhebat untuk ikut Turnamen Juragan! Sistem pertandingannya adalah gugur, dua orang bertarung, pemenangnya lanjut ke babak berikut sampai tersisa satu pemenang terakhir. Dialah yang akan menjadi Juragan Letnan Dua di Distrik Militer Haike!"
Semua orang merasa aturan pertandingan ini cukup masuk akal dan menyetujuinya. Sementara mereka yang tahu diri tidak bisa ikut serta bersorak penuh hasutan. Bagaimanapun juga mereka harus memanggil 'juragan', jadi lebih baik fokus menyaksikan pertarungan para calon juragan. Semoga saja mereka saling pukul sampai tangan kaki patah, babak belur, bahkan tidak dikenali oleh ibu kandung sendiri!
Para letnan dua yang sudah lama selesai bertanding dan lolos seleksi, kembali bersaing dengan rekan sejawat yang lolos seleksi untuk menentukan komandan kompi. Maka suara benturan dan sorakan kembali menggema di aula besar ini. Melihat semua ini, Tang Long menutup mulutnya sambil tertawa geli dalam hati: "Sekumpulan idiot! Tadi sudah menghabiskan tenaga untuk lolos seleksi, sekarang setelah bertanding lagi, berapa sisa tenaga mereka? Sementara pertandingan eliminasi berikutnya akan segera dimulai, tenaga mereka pasti semakin terkuras. Tidak seperti aku yang sudah mulai istirahat sejak awal, hehe, posisi komandan pasti milikku!"
Seperti yang diharapkan Tang Long, kejadian selanjutnya berjalan sesuai rencananya. Awalnya, lawan pertama Tang Long masih bisa melawan, namun lawan kedua, ketiga, keempat... dan seterusnya semakin lemah. Ketika Tang Long dengan mudah menjatuhkan lawan terakhir dengan tendangan dan naik ke posisi bos, yang menyambutnya bukanlah sorak-sorai, melainkan cemoohan dan kepalan tangan dengan jari tengah teracung. Teriakan makian terus bergema, dengan kata-kata yang paling sering terdengar adalah: "Licik! Bajingan! Penipu!" Rupanya para letnan dua ini akhirnya menyadari konspirasi Tang Long.
Berdiri di pagar ring, Tang Long tetap tersenyum percaya diri menghadapi kerumunan yang marah sambil berbicara melalui mikrofon: "Terima kasih atas dukungan kalian untuk bos kalian, yaitu saya. Ayo, panggil saya 'bos' biar bos kalian bisa mendengarnya." Ia lalu mengarahkan mikrofon ke kerumunan di bawahnya.
Kerumunan seratus ribu orang seolah memiliki kesepakatan serentak berteriak: "Lao Da... Gue jancok!" Serentak muncul seratus ribu jari tengah terkepal. Tang Long yang semula sombong langsung pusing tujuh keliling diterjang gelombang suara dahsyat ini, hampir terjatuh. Beberapa saat kemudian, Tang Long baru sadar. Sambil menggelengkan kepala yang masih pening, dengan geram ia juga mengepal tangan dan mengacungkan jari tengah, sambil meraup mikrofon membentak: "Bangsat! Berani menghina Lao Da kalian? Gue XXXXX..." Makian mengalir deras seperti air bah dari mulut Tang Long.
Kerumunan di bawah tiba-tiba hening. Mereka terpaku oleh banjir makian yang tak berulang ini. Saat Tang Long kehabisan napas dan terpaksa berhenti memaki untuk mengambil napas, kerumunan di bawah pun tersadar. Gelombang suara yang lebih dahsyat langsung menerjang Tang Long: "Gue bangsat! Hajarrr si Lao Da tolol ini!"
Tang Long sama sekali tidak gentar menghadapi kerumunan yang bergemuruh. Dengan lantang ia meneriakkan "Siapa takut siapa!" ke mikrofon sebelum melemparkannya dan terjun ke kerumunan. Demikianlah perkelahian timpang yang ekstrem dimulai. Namun pertarungan satu lawan sepuluh ribu ini akhirnya berubah menjadi keributan massal melibatkan seluruh peserta.
Penyebabnya tak lain adalah kesalahan pukulan tidak sengaja dari satu orang, yang kemudian dibalas dengan pukulan salah ke orang lain, dan seterusnya berantai. Kerusuhan massal sepuluh ribu orang pun tak terhindarkan.
Pasca kejadian, basis militer memobilisasi seluruh dokter dan fasilitas medis dari distrik militer. Semua peserta pelatihan khusus dirawat di rumah sakit selama lebih dari tiga hari. Salah satunya, dikabarkan sebagai orang yang berani menantang sepuluh ribu orang sendirian, menderita luka parah hingga harus dirawat selama satu minggu penuh.
"Dokter militer yang terlibat dalam perawatan medis kembali dengan perasaan was-was, berterima kasih mereka bukan berpangkat Letnan Dua sehingga tidak perlu mengikuti pelatihan neraka itu." Para calon letnan yang semula kecewa karena tidak memenuhi syarat, melihat hasil hari pertama pelatihan, spontan berterima kasih kepada militer yang belum menaikkan pangkat mereka selama ini.
Namun karena alasan yang tidak diketahui, Basis Pelatihan Khusus bernomor F34J menghentikan sementara latihannya setelah kejadian ini. Baru setelah satu minggu, mereka mengeluarkan perintah pemanggilan para letnan dua terpilih untuk melapor.
