Dua komandan diam-diam memperhatikan para letnan dua yang berdesak-desakan naik ke pesawat angkut. Setelah beberapa saat, ketika semua pesawat angkut telah lepas landas, Kina bertanya hati-hati kepada Linaisha: "Komandan, apakah kapal perang self-propelled ini benar-benar berguna?"
Linaisha menatap pesawat angkut yang menjauh sambil menghela napas: "Aku juga tidak tahu, ini keputusan militer." Setelah mengatakan ini, Linaisha berbalik dan berjalan menuju bagian dalam pangkalan, dengan Kina bergegas mengikuti dari belakang.
Kembali ke dalam ruang komando, Lenasha menerima kopi yang dibuat oleh Qina. Setelah menyesap sedikit, dia berkata: "Para petinggi militer menganggap biaya pengembangan 100 unit kapal perang kelas S terlalu besar, sekaligus tidak memiliki cukup komandan senior. Maka mereka menciptakan konsep kapal artileri berpindah ini." Senyum sinis muncul di sudut bibir Lenasha saat melanjutkan: "Mereka mengklaim artileri berpindah ini memiliki daya tembak setara meriam utama kapal kelas S, dengan biaya produksi 10.000 unit yang hanya setara 2 kapal kelas S - disebut-sebut sebagai harga murah dan kualitas bagus. Hmph! Bahkan berani menyatakan 10.000 kapal artileri ini setara daya tembak 200 kapal kelas S, cukup dipimpin oleh Letnan Dua, dan jika seluruh Letnan Dua Angkatan Darat Federal dilengkapi kapal ini, kekuatan militer kita akan menjadi yang terhebat di alam semesta."
Kina menebak sesuatu dari nada bicara Linaisha, menatapnya dengan terkejut. Melihat ekspresi Kina, Linaisha mengangguk dan berkata: "Seperti yang kau duga, ini adalah penggunaan pertama kapal perang berpenggerak sendiri ini. Singkatnya, misi kita kali ini adalah menguji kemampuan kapal perang ini."
"Apakah ini berarti perang akan segera pecah?" tanya Kina sambil berusaha menahan gejolak dalam hatinya.
"Hmm, menurut intelijen, dua armada misterius Kekaisaran Elang Perak di perbatasan telah bermarkas di sana selama satu dua minggu. Ditambah pasukan yang sudah ada sebelumnya, kekuatan mereka di perbatasan mencapai 120.000. Meski belum ada gerakan melintas batas, siapa yang tahu besok akan terjadi apa?" Setelah berkata demikian, Linaisha tidak menghiraukan Kina yang termenung, fokus menikmati aroma harum kopinya.
Sama seperti perwira muda lainnya, Tang Long langsung membuka kartu komputer dan mempelajarinya segera setelah naik ke pesawat angkut penjemput. Kartu komputer ini berfungsi seperti buku yang bisa dibaca tanpa alat bantu. Setelah membacanya, Tang Long sama sekali tidak memahami isinya. Selain mengetahui syarat minimal perlu navigator dan operator radar komunikasi untuk mengoperasikan kapal, data-data lain dalam kartu itu sama sekali tidak dipahaminya. Tapi Tang Long tidak mempedulikan hal itu, yang penting mengumpulkan 11 orang seperti yang diperintahkan atasan. Dengan penuh semangat, dia menanti pesawat angkut segera mendarat agar bisa memilih personel dari kompinya.
Tak lama kemudian, pesawat angkut itu mendarat tanpa suara di kamp Tang Long. Sebagai orang pertama yang turun, Tang Long langsung berlari menuju kantor Komandan Kompi 45-nya.
"Lapor!" Suara itu belum selesai bergema, Tang Long sudah menerobos masuk tanpa menunggu jawaban dari dalam. Begitu masuk, dia langsung terkejut karena di kantor komandan kompi selain Letnan Shen Ri, ada tiga letnan dua lainnya. Ketiga orang ini pernah dia lihat sebelumnya - merekalah yang wajahnya pernah dia pukuli sampai bengkak seperti kepala babi.
Ketiga letnan dua itu gemetar tak terkendali begitu melihat Tang Long, kaki mereka secara refleks bergeser mundur.
Letnan Shen Ri melihat Tang Long, matinya berkilau dingin yang tak jelas, namun dia segera tertawa dengan riang: "Letnan Dua Tang Long, kudengar kau cukup aktif di pusat pelatihan." Melihat Tang Long hendak berbicara, Shen Ri melambaikan tangan untuk mencegahnya: "Tak perlu berkata apa-apa. Aku tahu kau datang untuk meminta personel kapal perang. Sebagai komandan, aku sangat ingin membantu kalian - toh kalian semua bagian dari kompi ini. Aku sangat bangga kompiku memiliki empat letnan dua yang akan memimpin kapal perang. Tapi..." Dia menyeringai, "Kalian berempat sama-sama datang meminta personel. Aku tidak bisa memihak salah satu. Lebih baik begini: personel kompi ini bebas kalian pilih, asalkan orang yang dipilih bersedia ikut denganmu."
Mungkin sebelum Tang Long masuk, mereka sudah berkomplot. Ketiga letnan dua itu segera memberi hormat dan mengucapkan "Siap!" begitu Shen Ri selesai bicara, lalu bergegas pergi. Tang Long yang masih bengong melihat mereka melewatinya sambil mendengus dingin dari lubang hidung. Meski tak mengerti apa yang terjadi, nalurinya mengatakan dia terjebak dalam perangkap.
Shen Ri melambaikan tangan ke arah Tang Long, "Baiklah, Letnan Dua Tang Long, cepatlah pilih personelmu sebelum kandidat bagus habis diambil orang. Ingat, mereka harus rela bergabung atas kemauan sendiri, kalau tidak aku tidak akan melepasnya."
"Siap, Komandan!" Tang Long memberi hormat dengan tegas lalu berbalik keluar.
Sambil berjalan di koridor, Tang Long mengusap dagunya bergumam, "Aku tidak tahu siapa yang navigator atau operator radar. Gimana caranya mencari mereka?" Tiba-tiba matanya berbinar saat melihat ruangan bertanda "Kantor Urusan Internal".
Tang Long segera berlari seperti angin puyuh masuk ke ruang urusan dalam, bahkan belum melihat siapa yang ada di dalam dia sudah berteriak: "Cepat! Berikan data personal kompi ini kepadaku!"
"Lapor komandan!" Mendengar suara yang agak familiar ini, Tang Long yang sedang mengulurkan tangan meminta dokumen dari prajurit wanita yang terkejut, berbalik badan dan melihat di sampingnya berdiri seorang kopral bertubuh lemah dan berpenampilan kalem, yang sedang memberi hormat tanpa melihat ke arah lain.
Saat Tang Long menarik kembali tangannya sambil menggaruk-garuk kepala dengan bingung, para prajurit di ruang urusan dalam yang semula kaget ini juga buru-buru berdiri untuk memberi hormat padanya.
"Aku ingat! Kamu Kopral Liu Sihao!" Tang Long menepuk dahinya lalu menunjuk Liu Sihao sambil berteriak, setelah berteriak baru sadar semua orang di kantor masih dalam posisi memberi hormat, dia buru-buru membalas hormat sambil berkata: "Halo semuanya."
Tang Long baru menyadari bahwa di ruang urusan dalam ini, selitu Sersan Liu Sihao yang pria, empat anggota lainnya adalah prajurit perempuan berpangkat Prajurit Kelas Dua. Para prajurit perempuan ini cukup cantik, meski penampilan mereka tidak sebanding dengan dua komandan tadi, setidaknya mereka memancarkan aura kemudaan yang lebih segar.
Dengan senyum aneh, Tang Long menyikut lengan Liu Sihao sambil berbisik, "Hei, keberuntunganmu dengan wanita lumayan ya." Liu Sihao langsung merasa pusing lagi mendengar ini. Atasan ini sepertinya lupa siapa yang seharusnya bertugas di sini. Baru saja ia membuka mulut, Tang Long sudah memegangi bahunya dan berbisik, "Untung kamu ada di sini. Aku butuh data personal kompi, tolong ambilkan, ini darurat!"
Liu Sihao membuka mulutnya ingin mengatakan sesuatu, tapi melihat tatapan Tang Long yang menatapnya dengan intens, akhirnya hanya menghela napas. Ia mengangkat kepala ke arah seorang prajurit wanita berambut pendek hitam dengan wajah oval, alis dan mata yang indah, "Prajurit Kelas Dua Chen Yi, tolong serahkan dokumen tersebut kepada komandan."
Prajurit wanita bernama Chen Yi tertegun sejenak sebelum buru-buru menjawab "Ya!", lalu mengambil sebuah kartu komputer dari meja dan menyerahkannya kepada Tang Long dengan kedua tangan.
Tang Long mengucapkan terima kasih sambil menerimanya, lalu berkata dengan senyum lebar kepada Liu Sihao, "Hehe, kamu sudah menyiapkannya sejak pagi? Benar-benar layak disebut saudaraku."
Kapan aku menjadi saudaramu? Liu Sihao menggelengkan kepala dengan senyum getir, "Komandan, ini adalah dokumen yang disiapkan Komandan Kompi pagi-pagi untuk kita. Tapi Komandan Kompi hanya menyiapkan tiga salinan, dan semuanya sudah diambil olehnya sebelum Anda datang. Salinan ini adalah hasil duplikat yang kubuat karena merasa aneh."
Tang Long langsung melompat sambil memaki: “Bajingan! Berani-beraninya main licik denganku! Ah... tidak boleh, mereka pasti sudah pergi memilih orang!” Setelah berkata demikian, dia sama sekali tidak peduli pada orang-orang yang menatapnya dengan bengong, langsung meluncur keluar kantor seperti terbang.
“Kopral Komandan, apakah dia atasan langsung kita? Yang jadi bahan gosip paling ganas di kompi sebagai komandan mesum?” Prajurit wanita bernama Chen Yi bersama tiga rekan perempuannya mengerubungi Liu Sihao sambil bertanya.
Liu Sihao mengangguk pasrah. Tiba-tiba dia melihat sebuah kartu komputer tergeletak di lantai. Setelah dipungut dan dilihat, dia kembali menggeleng sambil bergumam: “Ah, komandan ini, sampai rekaman data kapal perang seperti ini pun dibuang sembarangan.” Baru saja dia ingin memeriksa isinya lebih detail, para prajurit wanita itu kembali mengerumuninya dengan berbagai pertanyaan tentang Tang Long.
“Komandan Kopral, Komandan Letnan Dua itu juga seusia denganmu kan? Mengapa dia Letnan Dua, sementara Anda hanya Kopral?” “Katanya Komandan Letnan Dua itu orang aneh, tapi aku tidak melihatnya. Bisakah kamu ceritakan keanehannya di mana?”
Liu Sihao yang kepalanya sudah pening dibuat bertanya-tanya akhirnya berbicara dengan wajah dingin: "Ini jam kerja, harap semua kembali ke posisi masing-masing." Barulah para prajurit wanita ini meninggalkannya, meski jelas-jelas mereka kesal, tapi lebih baik daripada harus menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.
Akhirnya bisa tenang, Liu Sihao menekan tombol putar di kartu tersebut. Belum lama melihat, dia langsung melonjak sambil menatap kartu itu dengan tak percaya: "Kenapa bisa begini? Apa gunanya hal seperti ini!" Meski penasaran, para prajurit wanita yang masih kesal tadi memilih menahan diri untuk tidak bertanya.
Lama kemudian, Liu Sihao baru mengangkat kepala dan menatap pintu kantor sambil berdesah: "Ternyata Komandan meminta daftar nama untuk memilih orang, hehe, sepertinya Komandan ini pasti akan pulang dengan tangan hampa." Setelah berkata demikian, dia memasukkan kartu itu ke dalam saku, memberikan instruksi kepada para prajurit wanita, lalu pergi dengan senyum tipis. Hanya menyisakan para prajurit wanita administrasi yang bingung tak mengerti apa yang terjadi.
"Hei Bro, gabung ke kapal perangku aja! Fasilitas oke, promosi cepat, cewek cantik banyak. Jangan ragu, buruan daftar!" Tang Long menggenggam lengan seorang sersan senior yang namanya tercantum dalam daftar, berbicara dengan wajah ceria.
Sersan senior itu baru saja melihat kertas di tangan Tang Long. Begitu membaca kalimat pembuka "Dengan ini saya secara sukarela bergabung ke kapal perang yang dikomandoi Komandan Tang Long", dia langsung bereaksi seperti ketakutan melihat hantu. Dengan kasar melepaskan genggaman Tang Long, berteriak keras, lalu lari pontang-panting menghilang dari pandangan.
“Eh, ini sebenarnya bagaimana? Aku baru saja membuka mulut, mereka semua lari seperti melihat hantu. Ada yang sampai muntah berbusa dan pingsan. Apa wajahku benar-benar semenyeramkan itu?” Tang Long menggaruk kepalanya dengan bingung.
Tiba-tiba suara mengejek terdengar dari belakang Tang Long: “Wah, ini bukan Letnan Dua bos kita yang gagah perkasa? Kok belum juga menemukan satu pun awak kapal? Apa tidak ada yang mau jadi bawahanmu?”
Tang Long menoleh dan menemukan tiga letnan dua berdiri di belakangnya, masing-masing diikuti belasan prajurit. Wajahnya langsung berubah dingin: “Apa kalian yang mengatur ulah ini?”
Para letnan dua yang awalnya tersenyum, melihat tatapan dingin Tang Long, jantung mereka berdebar kencang. Seorang letnan dua berkata dengan gagap: "Bukan urusan kami..." Belum selesai bicara, dia ditarik oleh rekannya: "Ngapain jelasin ke dia? Jangan takut, berkelahi di kamp pasti dikenakan hukuman kurungan. Lagipula dua hari lagi kalau dia tidak bisa cari kru, meski diberi kapal perang juga tidak bisa dioperasikan." Sambil tertawa terbahak-bahak, para letnan dua itu meninggalkan Tang Long dikelilingi anak buah mereka.
Begitu mereka pergi, wajah dingin Tang Long langsung menghilang, digantikan ekspresi putus asa. Dengan kepala tertunduk, dia duduk diam di sudut tembok. Liu Sihao yang mengintip dari kejauhan menghela napas, hendak menghampiri ketika tiba-tiba melihat Tang Long melompat sambil berseru dengan mata berkilau: "Aku masih punya bawahan dari Departemen Urusan Internal! Haha, kalau tidak ada orang, bawa saja mereka semua!" Kemudian dia berlari pergi.
Liu Sihau menunjukkan senyum getir, menggelengkan kepala, lalu berbalik pergi.
Dengan memeluk banyak bunga, kue kecil, dan minuman di tangan, Tang Long menyelinap ke ruang urusan dalam. Awalnya ingin mengintip, tetapi begitu sampai di pintu, pintu otomatis langsung terbuka. Terdengar teriakan lantang dari dalam: "Hormat gerak!" Diikuti suara tepukan sepatu dan suara beberapa orang: "Selamat datang, Komandan!"
Tang Long tertegun melihat orang-orang di dalam. Berdiri di barisan depan adalah Liu Sihao. Di sampingnya ada prajurit kelas satu Li Lijun yang bertubuh kekar. Selain empat prajurit wanita, ada juga prajurit kelas dua El Hua yang berambut cokelat, prajurit kelas satu Lan Wen Te, dan 8 orang lainnya - semuanya rekrutan baru yang datang bersama satu truk saat dirinya pertama kali tiba di sini.
"Kalian..." Tang Long bertanya dengan nada terkejut.
Liu Sihao melangkah maju, kembali memberi hormat sambil berkata lantang: "Lapor Komandan! Seluruh 14 awak kapal telah berkumpul. Silakan Komandan memberikan arahan!"
"Eh... Awak kapal... Arahan... Arahan apa ya..." Tang Long begitu terkejut hingga bingung mencari kata-kata.
Prajurit Kelas Satu Li Lijun dengan polos tersenyum: "Komandan, sekarang kami sudah menjadi bawahanmu. Bukankah seharusnya hadiah-hadiah itu kau berikan untuk kami?" sambil mengulurkan tangannya.
"Oh, oh... Silakan, jangan sungkan." Tang Long yang masih bengong buru-buru menyerahkan barang-barang itu kepada Li Lijun. Melihat mereka mulai menyantap makanan mahal yang dibelinya, Tang Long meragukan kejadian ini. Karena hubungannya dengan Komandan Kompi dan reputasi buruk yang disebarkan para Letnan Dua, selama sehari penuh ia tak menemukan satupun prajurit yang mau bergabung. Tapi kenapa justru prajurit-prajurit yang hanya pernah satu kali naik kendaraan bersamanya ini mau sukarela menjadi anak buahnya? Apa yang sebenarnya terjadi di sini?
Liu Sihao melihat Tang Long yang tertegun, menyerahkan sebotol soda sambil tersenyum: "Komandan, sebenarnya sederhana saja. Mereka semua adalah anggota departemen urusan internal." Melihat mata Tang Long membelalak, ia melanjutkan: "Departemen urusan internal kompi kami bisa dibilang yang terbesar di seluruh pasukan. Tahukah komandan berapa personel di departemen ini?"
Tang Long menggelengkan kepala. Meski secara teknis ia penanggung jawab departemen urusan internal, ia memang tidak tahu berapa banyak orang yang berada di bawah kendalinya.
Liu Sihao berkata pelan: "Ada 50 orang. Dua sampai tiga kali lipat dibandingkan kompi lain."
"Bagaimana bisa? Apakah urusan internal Kompi 45 begitu berat?" tanya Tang Long terkejut. Biasanya 20 personel untuk urusan internal suatu kompi sudah dianggap banyak. Bagaimana mungkin di sini ada 50 orang?
"Santai sampai bisa tidur seharian. Mereka yang masuk departemen ini adalah prajurit yang berselisih dengan Komandan Kompi. Sebenarnya kami bisa memilih personel lebih baik untuk bergabung dengan pasukan Komandan, tapi selain kami para rekrutan baru, semangat yang lain sudah terkikis. Mereka hanya menunggu waktu pensiun." Liu Sihao menghela napas sebelum meneguk minumannya.
Tang Long membuka mulutnya ingin bertanya mengapa para rekrutan baru ini langsung bermasalah dengan Komandan Kompi, tapi tiba-tiba tersadar bahwa mereka semua terkena imbas karena dirinya. Ia menundukkan kepala dan berkata: "Maaf..."
Liu Sihao tersenyum: "Komandan tidak perlu minta maaf. Saat Anda menghukum Sersan Senior itu, kami sangat lega. Kami juga tidak suka dengan gaya birokrasi mereka. Dan kami yang bahkan mungkin hanya akan tetap di darat sampai pensiun, akhirnya mendapat kesempatan untuk menjelajahi luar angkasa berkat Anda. Sebenarnya kami yang harus berterima kasih."
Ekspresi serius Tang Long langsung berubah menjadi senyum lebar. Dengan penuh kesombongan ia tertawa: "Wah betul juga! Kalau bukan karena aku yang mati-matian melewati tiga ujian, sekarang kita semua masih akan menyapu toilet di sini, hahaha! Bersyukurlah padaku!"
Liu Sihao melihat Tang Long yang dengan riang bergabung ke kerumunan dan mulai menjalin jaringan, tersenyum kecil. Ia menunduk memandang kaleng minuman di tangannya sambil berpikir: "Memang harus berterima kasih padamu. Meskipun kesempatannya sangat tipis, tapi akhirnya ada peluang untuk mewujudkan impianku."
Ketika Shen Ri menerima dokumen tanda tangan sukarelawan yang diserahkan Tang Long, pelipisnya berdenyut. Namun dia tetap tersenyum ramah: "Hehe, selamat ya saudaraku. Kau bisa mendapatkan begitu banyak bawahan dalam sekejap."
Tang Long membungkuk, menggosokkan kedua tangannya dengan penuh kecurangan sambil tertawa: "Ah mana mungkin, ini semua berkat bimbingan Komandan yang luar biasa. Kalau bukan karena itu, mana mungkin hamba bisa mendapatkan begitu banyak bawahan yang kompeten."
Shen Ri melihat sikap hina Tang Long ini tidak bisa menahan diri menunjukkan ekspresi kebingungan, tetapi segera tersenyum lebar dan mulai berbicara dengan Tang Long. Setelah mengobrol ngalor-ngidul cukup lama, Tang Long yang akhirnya pergi langsung meludahi pintu yang belum ditutup segera setelah keluar, sambil bergumam dalam hati: "Sialan! Jelas-jelas ingin melahapku hidup-hidup, tapi pura-pura baik. Lihat wajahnya saja sudah pengin muntah!" Begitu menggerutu sambil pergi.
Shen Ri yang menyaksikan adegan ini melalui monitor memukul meja dengan keras sambil menggeretakkan gigi: "Tunggu saja, Tang Long! Jangan lupa, meskipun kau sudah punya kapal perang, tetap berada di bawah komandoku!"
Dua hari kemudian, ribuan pesawat angkut militer dari distrik militer membawa 10.000 letnan dua dan lebih dari 100.000 prajurit, membanjiri basis F34J. Sementara puluhan ribu letnan dua berdiri tegak dengan pandangan lurus ke depan, ratusan ribu prajurit tak bisa menahan diri untuk melirik ke segala arah. Tentu saja aula besar yang luas ini kembali dipadati hingga sesak.
Namun hampir semua pandangan tertuju pada sisi Tang Long, karena dari sekian banyak prajurit, hanya di samping Tang Long-lah berdiri 4 "bunga indah". Keberadaan mereka sangat mencolok di antara kerumunan pria, beberapa prajurit yang dekat mulai mengendus-endus aroma harum yang semerbak. Bawahan Tang Long seperti Li Lijun sengaja atau tidak sengaja membentuk lingkaran di sekitar keempat prajurit wanita itu, mencegah orang lain mendekat.
Para letnan dua melihat bunga segar itu, diam-diam menyesal mengapa saat itu mereka mengisi lowongan kosong dengan pasukan tempur. Seandainya diganti dengan petugas medis, pasti lebih baik. Di tengah luasnya alam semesta, berada di dalam kapal perang tertutup pun takkan terasa membosankan dan suram seperti ini.
Tang Long juga menyadari tatapan iri semua orang, merasa sangat bangga karena memiliki anggota wanita di bawahannya. Ia tidak tahu bahwa kebanggaan ini kelak akan membuat pasukannya menjadi unit dengan komandan wanita terbanyak.
Kali ini pesawat itu tidak keluar, yang muncul adalah dua komandan wanita tersebut. Lina Sha melirik kerumunan, mengibaskan tangannya. Gemuruh terdengar dari lantai, meski tak terlihat perubahan, semua merasakan lantai bergerak turun. Rupanya aula ini adalah lift raksasa.
Tidak tahu berapa lama waktu berlalu, kecepatan turun lantai masih belum berhenti. Para letnan dua masih tenang, sementara prajurit mulai gelisah. Empat bunga yang dipimpin Chen Yi mulai berbisik-bisik pelan.
“Chen Yi, lihat Komandan kenapa sejak tiba di sini wajahnya selalu dingin seperti es? Padahal kemarin dia masih teriak-teriak seperti anak kecil.” Yan Jun, prajurit wanita berambut pendek hitam indah dengan kulit pucat bak orang Barat, bertanya dengan suara berbisik.
Sebelum Chen Yi sempat menjawab, Mary, prajurit wanita berambut keriting kuning alami, buru-buru berbisik: "Aku tahu, Komandan sedang berpura-pura cool!" Sementara Gina, prajurit berambut pirang halus mengkilap, menggelengkan kepala dan berkata dengan nada misterius: "Bukan begitu, sifat asli Komandan memang seperti ini. Kalian belum pernah dengar julukan preman bermuka dingin? Itu merujuk pada Komandan!"
"Wah, preman bermuka dingin?! Komandan itu preman? Berarti kita dalam bahaya?" Mary berpura-pura cemas sambil menyilangkan tangan di dada. Segera tawa manis para wanita bergema dari situ.
Liu Sihao yang mengikuti ketat di belakang Tang Long, mendengar suara tawa itu hanya bisa menggelengkan kepala pasrah. Awalnya dia sama sekali tidak memasukkan 4 prajurit wanita ini dalam perhitungan, tapi tak disangka mereka malah mendaftar sendiri setelah tahu dia sedang merekrut orang untuk Tang Long. Bahkan dengan gaya memaksa dan membandel saat mendaftar. Akhirnya setelah mengetahui mereka tidak hanya memiliki kualifikasi sebagai petugas komunikasi dan medis, tapi juga punya kemampuan mengurus urusan internal, ditambah lagi dia tidak bisa menemukan 4 orang lagi yang tersisa, terpaksa dia memasukkan mereka. "Ah, semoga tidak menimbulkan masalah nanti," Liu Sihao menghela napas dalam hati.
Beberapa saat kemudian, suara gemuruh terdengar lagi di sekeliling, lantai bergetar sebentar sebelum akhirnya berhenti total. Semua orang langsung siaga, berdiri dalam posisi siap sempurna.
Lina Sha berbalik badan, dinding logam putih di depannya perlahan terbelah ke kedua sisi, sebuah pintu air raksasa terbuka. Semua orang terpana oleh pemandangan yang terungkap, ini adalah basis bawah tanah yang sangat besar dan tinggi. Kapal perang jenis self-propelled yang tak terlihat ujungnya, tersusun dalam formasi persegi raksasa berbaris rapi di rak-rak parkir. Di bawah setiap kapal perang, puluhan personel logistik berbaris rapi.
Qi Na melihat Lina Sha mengangguk padanya, segera menekan tombol pada remot kontrol di tangannya. Semua orang mendengar suara gemuruh, lalu menyadari lantai di depan personel logistik setiap formasi kapal perang mulai bergerak. Di atas kepala para letnan dua, muncul proyeksi virtual raksasa yang menampilkan nomor seri formasi kapal perang.
Suara Lina Sha bergema di seluruh basis melalui mikrofon: "Kartu data yang kalian terima berisi nomor seri kapal perang masing-masing. Bawa bawahan kalian dan naiklah ke kapal perangmu."
Setelah dia mengatakan ini, para prajurit langsung menjadi kacau. Tang Long berteriak ke Liu Sihao: "Bro, di mana kapal perang kita?"
Liu Sihao yang sudah mengamati layar virtual di atas kepala segera menjawab: "Jalur 32, Kartu 512." Mendengar ini, Tang Long langsung berlari ke kejauhan karena pintu jalur di depannya bertuliskan angka 5. Bawahan di belakangnya sempat bengong sejenak sebelum tersadar dan buru-buru mengejar.
Tang Long tiba di depan kapal perang dengan tulisan Soket 512. Dia tidak memperhatikan apakah bawahannya sudah menyusul, juga tidak menyapa personel logistik, hanya terpaku memandang badan kapal yang bulat seperti tong.
Beberapa saat kemudian, Tang Long akhirnya merintih dengan wajah memelas: "Wu wu, waktu lihat rekaman sudah terlihat kuno, sekarang lihat aslinya ternyata lebih jelek. Wu wu, bentuk bulat seperti torpedo, mana mirip kapal perang... Aduh! Sakit! Siapa yang pukul aku?" Tang Long memegangi kepalanya sambil berteriak.
"Dasar bocah kurang ajar! Berani-beraninya menghina kapal induk yang melindungimu!" Suara parau terdengar di telinga Tang Long. Tang Long menoleh ke belakang, melihat seorang pria tua mengenakan seragam Angkatan Bersenjata Federasi separuh terbuka, tangan satu memegang botol minuman, tangan lain masih mengepal. Rupanya dialah yang memukulnya!
Tang Long hampir melaknat, tapi melihat pria itu beruban putih, mata keriput, mata sipit kecil, hidung merah besar, dan tubuh pendek—jelas seorang kakek tua. Tang Long menelan sumpah serapahnya, mencibir tak puas: "Dia memang jelek!"
Kakek yang sedang meneguk botol minum itu langsung memukul kepala Tang Long lagi, bergumam kasar: "Masih berani ngomong! Kapal perang cantik buat apa? Yang penting bisa tempur!"
Tang Long memegangi kepalanya berteriak: "Gak bener! Mukul lagi! Aku kasih tahu, aku komandan kapal ini!"
Kakek itu melirik Tang Long, merapikan seragam militernya yang terkulai, lalu berkata dengan nada mengejek: "Wah, hebat sekali ya Komandan Kapal Perang."
“Kamu...” Tang Long baru mengucapkan satu kata, tiba-tiba terpaku karena melihat pangkat militer di seragam yang dikenakan pria tua itu adalah Kapten dengan dua garis dan tiga bintang!
Pria tua itu juga menyadari Tang Long melihat pangkatnya. Setelah meneguk anggur, dia berkata: "Letnan Dua, bagaimana sikapmu ketika bertemu atasan?"
Tang Long segera mengubah ekspresinya menjadi serius, merapatkan kedua kaki dan menghentakkannya sambil memberikan Hormat militer yang sempurna. Pria tua itu terkejut melihat perubahan sikap Tang Long yang tiba-tiba. Ia meneguk anggurnya sambil mengamati Tang Long dengan seksama. Karena tidak ada respon atau balasan hormat darinya, Tang Long tetap mempertahankan posisi penghormatan.
Para Letnan Dua yang melewati Tang Long saat itu berteriak-teriak melihat keadaannya: "Bos, kamu sial!" Beberapa bahkan berteriak ke belakang: "Cepat lihat! Bos sedang dipermalukan!" Tentu saja mereka hanya berteriak-teriak saja, tak ada yang berhenti. Sekarang semua sibuk menerima kapal induk masing-masing, mana sempat mengurus hal ini.
Si tua terus mengamati dengan penuh minat. Ia menemukan Tang Long sama sekali tidak menunjukkan ekspresi apapun setelah mendengar perkataan itu, pandangannya tetap lurus ke depan tanpa berkedip. Bahkan setelah mempertahankan postur hormat begitu lama, tubuhnya sama sekali tidak bergerak, seperti patung batu yang terus mempertahankan sikap hormat.
Si tua mengangguk pelan dalam hati, bergumam: "Sudah lama tak melihat tentara dengan kewibawaan seperti ini." Ia meneguk anggur lalu berkata: "Istirahat di tempat!"
Tang Long segera menurunkan tangannya dengan cepat, lalu menggeser kaki kanan selebar satu kaki ke samping, kedua tangan erat-erat di belakang punggung, mengangkat dagu menatap si tua.
Si tua melihat Tang Long, lalu melambaikan tangan dan berkata, "Kau prajurit yang baik, tapi bukan komandan yang unggul." Melihat ekspresi tidak puas di wajah Tang Long, si tua menunjuk ke belakangnya sambil tertawa, "Kau sudah sampai di sini lebih awal, tapi bawahanmu baru tiba sekarang. Ini membuktikan kau terbiasa menyerang sendirian. Seorang komandan tidak akan seperti itu."
Tang Long segera menoleh ke belakang. Pandangan ini membuatnya lupa merenungkan perkataan si tua. Ia melihat 14 bawahannya yang wajahnya penuh amarah, bahkan beberapa seragam militernya robek, dengan memar bekas pukulan di wajah. Empat Bunga Emas yang mereka lindungi terlihat wajahnya memerah, matanya penuh rasa malu dan kemarahan.
Tang Long segera bertanya pada Liu Sihao yang berwajah serius, "Apa yang terjadi?" Liu Sihao memberi hormat lebih dulu sebelum menjawab, "Karena Komandan berlari terlalu cepat, kami tercerai-berai di kerumunan. Chen Yi dan yang lain dikerumuni tentara yang melecehkan mereka."
Tang Long terkejut, segera mengarahkan pandangannya ke keempat prajurit perempuan itu. Chen Yi dan yang lain, melihat tatapan penuh perhatian dan kekhawatiran Tang Long, seolah lupa pada penghinaan yang mereka alami. Mereka menggelengkan kepala sambil wajah memerah, menunjukkan bahwa mereka baik-baik saja.
Pria tua yang selama ini diam mengamati di samping menyela, "Ini hal yang biasa di militer. Di tengah kerumunan yang kacau dan padat seperti ini, pasti ada beberapa orang bermaksud jahat di antara banyak prajurit pria. Melihat prajurit perempuan secantik ini di sekitar mereka, mana mungkin mereka tidak mencari kesempatan mengganggu? Sudah beruntung kalian tidak mengalami kerugian besar."
Tiba-tiba teriakan marah yang keras membuat semua orang terkejut: "Sialan! Berani menyentuh bawahanku! Pasukan mana si brengsek itu?" Tang Long yang menghentak-hentakkan kaki sambil memaki dengan garang menarik kerah baju Liu Sihao, "Kalian pasti tahu siapa mereka! Lihat keadaan kalian yang berantakan ini, pasti sudah berkelahi dengan mereka!"
Chen Yi yang melihat ekspresi sulit di wajah Liu Sihao segera menyadari ini bukan saatnya mencari musuh. Ia mengedipkan mata ke beberapa rekannya, lalu maju selangkah: "Komandan, kami baik-baik saja. Seperti kata kakek tadi, hal seperti ini memang lumrah di militer. Jangan sampai masalah kecil merusak hubungan antar sesama tentara." Para prajurit wanita lainnya juga buru-buru membujuk.
Tang Long mendengar ini, segera menghardik marah: "Apa urusan kecil! Berani menyentuh bawahan ku masih dianggap hal sepele? Prajurit wanita dan pria sama-sama Personel Militer Federasi, mengapa prajurit pria melecehkan prajurit wanita, sementara prajurit wanita harus menahan penghinaan seperti ini? Mungkinkah kalian tidak pernah merasa ini adalah perlakuan yang tidak adil?"
Semua orang yang mendengar ini hanya bisa menatap kosong. Sejak Angkatan Darat Federal mulai merekrut prajurit wanita, hal seperti ini sudah sangat umum terjadi. Bahkan pemerkosaan juga kerap ditemui, dibandingkan dengan pelecehan yang hampir seperti candaan. Selama ratusan tahun tidak ada yang mampu menghapus hal ini dari militer, dan belum pernah ada komandan yang marah besar atas kejadian seperti ini. Bahkan jika komandan tersebut adalah perempuan, mereka tetap menganggap hal ini sebagai sesuatu yang biasa. Lalu mengapa letnan dua ini begitu marah? Apa alasannya sebenarnya?
