Liu Sihao melihat tatapan Tang Long yang tidak bisa ditolak, menghela napas dan berkata: "Orang dari Kompi 34." Mendengar jawaban Liu Sihao, Li Lijun yang sejak tadi membuka mulut seakan ingin mengatakan sesuatu segera menyambung: "Komandan, mereka ada di Jalur 21, Pos Pemeriksaan 124." Sambil berkata demikian, dia mulai menggulung lengan bajunya dan menggegamkan tinju, bersiap mengikuti Tang Long untuk berkelahi. Prajurit pria lain juga menggosok-gosokkan tangan penuh semangat menatap Tang Long.
Wajah marah Tang Long tiba-tiba menghilang setelah mendengar ini, digantikan ekspresi dingin: "Baik, sekarang kita segera mulai menerima kapal perang." Setelah berkata demikian, dia berjalan menuju petugas logistik yang berbaris di bawah kapal perang dan menatapnya dengan bengong.
Semua orang tertegun mendengar perkataan dan melihat tindakan Tang Long. Dari sikapnya sebelumnya jelas dia ingin langsung menghajar pihak lawan, kenapa tiba-tiba berhenti di tengah jalan? Apakah Tang Long takut pada orang-orang Kompi 34 itu?
Li Lijun terdiam sambil masih menggenggam tinju, sementara Liu Sihao menunjukkan ekspresi seolah sedang merenungkan sesuatu. Keempat prajurit wanita yang awalnya memandang Tang Long dengan penuh harap, kini menyeringai ke arah punggungnya, merasa telah salah menilai karakter ini. Para prajurit pria lainnya juga tak kalah, memamerkan tatapan merendahkan. Namun terlepas dari pikiran ke-14 prajurit ini, karena sang komandan telah berjalan menuju kapal perang, mereka sebagai bawahan pun terpaksa mengikuti.
Orang tua yang memandang punggung Tang Long itu menenggak sebotol minuman keras, menggelengkan kepala sambil berbisik dalam hati: "Ah, tak bisa memahami apa yang ada dalam pikiran orang ini." Kemudian, sambil membawa botol minumannya, ia pun pergi terhuyung-huyung.
Di bawah kapal perang, lebih dari 30 prajurit logistik yang berdiri melihat Tang Long mendekat dengan wajah dingin. Seorang sersan senior yang berdiri di barisan depan merapatkan kakinya dan berseru: "Hormat!" Tiga puluh prajurit segera bertepuk tangan memberikan hormat kepada Tang Long.
Tang Long membalas hormat, wajah dinginnya tiba-tiba lenyap, digantikan senyum lebar: "Saya komandan kapal perang ini - Tang Long. Terima kasih atas kerja keras kalian semua. Mari bekerja sama dengan baik ke depannya."
Tidak hanya sersan senior itu yang terkejut, semua orang tercengang. Bagaimana Letnan Dua ini bisa mengubah ekspresi wajahnya begitu natural? Beberapa saat kemudian, sersan senior itu baru tersadar, kembali memberi hormat: "Tidak berani. Hamba dan rekan bertanggung jawab atas semua pasokan dan perawatan kapal ini. Mohon bimbingan Komandan."
Tang Long melambai riang: "Jangan sungkan. Oh ya, bisakah saya naik ke kapal sekarang?" Sersan senior itu segera merapatkan kakinya: "Tentu, Anda bisa naik kapan saja." Ia memberi kode mata ke bawahan di belakangnya. Seorang prajurit segera mengutak-atik instrumen di dermaga, membuat perut kapal perang self-propelled itu terbuka dan menurunkan lift.
Tang Long juga tidak banyak bicara, membawa semua orang berdiri di dalam lift tersebut. Seiring operasi prajurit itu, kelompok Tang Long perlahan naik ke dalam kapal perang.
Begitu masuk, Tang Long dan kawan-kawan langsung merasakan kegelapan di depan mata. Setelah beberapa saat, mereka baru beradaptasi dengan lingkungan redup di dalam kapal perang. Tang Long segera menyadari ini adalah ruang komando berukuran 5 meter lebar dan 10 meter panjang, berbentuk huruf '' dengan dua tingkat. Di bagian depan ruang komando terdapat platform seluas 3-4 meter persegi, dengan sebuah kursi tunggal dan meja logam berbentuk cekung yang dipenuhi tombol. Tidak perlu diragukan lagi, itu adalah posisi komandan.
Di depan platform komando terdapat dua kursi yang menghadap ke sebaris instrumen, dapat dipastikan itu adalah posisi navigator dan operator radar. Melihat sekeliling, terlihat di kiri dan kanan bawah platform komando masing-masing terdapat meja logam, sementara di kedua sisi dinding kapal dan bagian belakang terdapat pintu otomatis. Mereka yang pernah mempelajari data kapal perang tahu bahwa dua meja logam tersebut adalah posisi operator komunikasi dan ajudan, sedangkan pintu-pintu itu menuju ke ruang meriam utama, ruang meriam sekunder berputar, ruang torpedo, dan ruang perawatan mesin. Konsol sistem-sistem tersebut terletak di kedua sisi formasi "" ruang komando, tersembunyi dalam sepuluh ceruk yang terbenam ke lantai.
Tang Long mengamati sekeliling sebentar lalu langsung berjalan ke platform komando dan duduk. Begitu tubuhnya menyentuh kursi, lampu indikator di meja logam itu menyala, diikuti oleh pencahayaan penuh seluruh kapal. Semua orang terkesiap oleh silau cahaya tiba-tiba. Saat membuka mata kembali, mereka menyadari bahwa selain peralatan elektronik di pos-pos sistem komando, seluruh dinding kapal di bagian atas, bawah, depan, belakang, kiri, dan kanan telah menghilang.
Sekarang seolah-olah berada di dalam kapal perang kaca, tidak hanya melihat langit-langit pangkalan di atas kepala, deretan kapal perang di sekeliling, tetapi juga dapat melihat personel logistik di bawah kaki yang sedang sibuk melakukan inspeksi pada kapal perang.
Meskipun fungsi virtual layar virtual tiga dimensi kapal perang pernah dilihat di film, merasakan sensasi berdiri di udara secara langsung seperti ini adalah pertama kalinya. Liu Sihao dan yang lain tak bisa menahan diri untuk tidak terpaku.
Tiba-tiba suara dingin mengguncang kesadaran mereka: "Semua masuk ke posisi masing-masing, bersiap untuk mengambil alih kapal perang."
Semua terkejut, memandang ke arah sumber suara. Mereka melihat Tang Long telah berdiri tegak di platform komando dengan tangan terentang, matanya memancarkan wibawa panglima perang, wajah dingin dengan bibir terkunci rapat yang menunjukkan keteguhan hati, membuat semua perintahnya tak berani ditolak.
"Semua yang melihat ini secara refleks mengangkat tangan memberi hormat, menjawab dengan lantang: "Siap!" Kemudian sesuai jabatan yang telah ditentukan sebelumnya, mereka memasuki pos masing-masing."
"El Hua yang berambut coklat itu pertama kali duduk di posisi operator radar, mengenakan helm holografis, menekan beberapa tombol lalu berbalik berteriak: "Operator radar El Hua melapor, Komandan. Sistem radar telah diaktifkan.""
"Selanjutnya Mary yang berambut keriting duduk di posisi navigator. Dengan cekatan dia juga mengenakan helm holografis, menekan beberapa tombol lalu melapor ke Tang Long: "Navigator Mary melapor, Komandan! Sistem navigasi dan kemudi telah diaktifkan!" Belum selesai laporannya, suara berikutnya sudah bergantian terdengar di telinga Tang Long: "Penembak utama Kuosite dan Lans melapor, Komandan. Sistem meriam utama bertenaga nuklir siap beroperasi.""
"Penembak sekunder Li Lijun, Zhang Kaihua, Siji, dan Yan Jun melapor, Komandan. Sistem meriam sekunder telah diaktifkan."
"Teknisi pemeliharaan tenaga Lan Wen Te dan Sierjia melapor, Komandan. Ruang mesin siap beroperasi."
"Awak torpedo Omuga、Chen Sihao melapor Komandan, sistem torpedo siap beroperasi."
"Petugas penghubung Chen Yi melapor Komandan, sistem komunikasi aktif!" Karena para personel ini telah menghafal data dari kartu data kapal perang selama dua hari di kamp pelatihan, mereka kini dapat mengaktifkan sistem masing-masing dengan mudah.
Tang Long yang awalnya berwajah datar tertegun sejenak, lalu menoleh ke Gina yang masih berdiri di sampingnya dan bertanya curiga: "Mengapa Yan Jun ditugaskan sebagai awak meriam sekunder?" Mendengar ini, Yan Jun tidak menoleh dan tetap memakai helm holografis sambil memantau instrumen di hadapannya.
Gina melirik Tang Long tanpa menjawab pertanyaannya, malah berkata: "Laporan Komandan, perwira staf Gina siap bertugas." Setelah mengatakan itu, dia duduk di platform logam di sebelah kanan bawah konsol komando.
Duduk di salah satu posisi penembak torpedo, Chen Sihao melihat ekspresi canggung Tang Long, lalu tersenyum pahit dan berkata, "Komandan, personel kita tidak cukup. Banyak yang pertama kali menjalani posisi ini saat ini. Seperti saya yang belum pernah menggunakan torpedo sama sekali. Kalau bukan karena metode penggunaan tercatat dalam materi pelatihan, saya pasti hanya bisa jadi penonton sekarang."
Sebenarnya berdasarkan pangkat militer Liu Sihao, posisi asisten komandan seharusnya dipegangnya. Namun karena kekurangan personel, bahkan penunjukan Yan Jun sebagai penembak meriam sekunder saja sudah membuatnya gelisah. Apalagi jika harus menambah prajurit wanita di posisi penyerang? Oleh karena itu dia menyerahkan posisi asisten komandan kepada Gina, sementara sendiri mengambil peran penembak torpedo. Tentu ini juga karena Gina memiliki kemampuan mengurus urusan internal.
Tang Long akhirnya mengerti mengapa Yan Jun, seorang perempuan, bisa menjabat sebagai meriam sekunder. Ah, terbiasa dengan kapal perang besar yang memiliki puluhan ribu personel, menghadapi kapal meriam self-propelled dengan hanya 15 orang ini benar-benar terasa tidak biasa. Tang Long menggelengkan kepala dalam hati. Dia merasa heran, sepertinya karakter dirinya berubah sedikit saat memasuki kapal perang. Entah mengapa, intinya tidak seenak di luar.
"Prajurit Kelas Dua Chen Yi, penghubung! Hubungi ruang komando pangkalan, minta izin lepas landas." Tang Long duduk tegak di kursi sambil memberi perintah ke Chen Yi yang berada di sebelah kiri bawah.
Chen Yi dan yang lainnya tertegun mendengar ini. Baru saja naik sebentar sudah minta izin lepas landas? Tapi melihat Tatapan dingin Tang Long ke depan setelah bicara, jelas ini bukan candaan. Entah kenapa, Chen Yi tanpa sadar menganggukkan kepala, mengucapkan "Siap!" lalu mulai menekan komputer untuk menghubungi ruang komando pangkalan.
Tak lama kemudian, layar di depan menampilkan ekspresi cemberut Mayor Kina. Tang Long langsung berdiri dan memberikan hormat militer: "Selamat siang, Komandan."
Kina membalas hormat sambil mengerutkan kening: "Letnan Dua, mengapa meminta izin lepas landas? Apakah kalian sudah menguasai semua spesifikasi kapal perang ini?"
Tang Long tetap dalam posisi siap sempurna dan berkata lantang: "Laporan, Komandan! Justru karena belum familiar kami meminta izin lepas landas."
Tiba-tiba muncul sosok Lenaisha di layar samping Kina. Dengan tenang dia bertanya: "Oh? Apa alasannya?"
Tang Long memberi hormat ke Lenaisha dan menjawab dengan sikap tegas namun sopan: "Hanya di ruang angkasa yang luas kami bisa cepat menguasai performa kapal. Menurut saya materi pelatihan sudah dihafal seluruh anak buah, tak perlu lagi latihan darat membaca manual mesin."
Liu Sihao dan yang lainnya tertegun melihat Tang Long. Liu Sihao yang peka segera menyadari ada perbedaan pada Tang Long saat ini dibandingkan saat di darat, namun ia tak bisa menjelaskan bagian mana yang berbeda.
Lenaisha mengerutkan alisnya: "Letnan Dua, mengomandoi kapal perang bukan sekadar memahami cara pengoperasian seperti katamu. Latihan berikutnya bukan untuk bawahanmu menguasai keterampilan sistem, tapi untuk metode komando kalian para komandan. Harap tenang menunggu hingga pelatihan selesai sebelum melakukan latihan penerbangan."
Tang Long memandang Lenaisha dengan tenang. Setelah beberapa saat, barulah ia memberikan penghormatan: "Hamba mematuhi perintah." Lenaisha menatap Tang Long sejenak sebelum mematikan layar.
Begitu gambar Lenaisha menghilang, Tang Long langsung melompat, satu kaki berdiri di kursi dan kaki lainnya di panel kontrol, berteriak keras ke arah para bawahan di sekitarnya: "Baik, bubar! Sekarang tidak ada urusan lagi, kalian bisa bebas beraktivitas." Setelah itu, ia berteriak ke arah Gina di sebelah kanannya: "Wakil Gina, apakah di komputer ada musik? Cari lagu-lagu keras untuk diputar! Suasana terlalu sepi ini bikin mati rasa!"
Belum selesai Tang Long bicara, dentuman musik rock keras tiba-tiba menggema dari pengeras suara, menggetarkan seluruh ruang komando. Gina terkejut mengeluarkan suara "Hah?", karena sebelumnya dia sama sekali tidak sempat merespons perintah Tang Long. Lagipula komputer baru saja dinyalakan, mustahil sudah ada file lagu tersimpan. Bagaimana bisa musik langsung terputar otomatis? Namun teriakan Gina tenggelam oleh deru musik yang menggila. Ketika dia hendak memeriksa komputer, pandangannya tertangkap oleh pemandangan di depannya yang membuatnya lupa tujuan awalnya.
Tang Long mendengar musik, langsung berseru "Yo-ho!" sambil berdiri di atas panel kontrol dan menggoyangkan pantatnya mengikuti irama disko. Dia berteriak ke arah bawahannya: "Kalian semua, ayo ikut menari bersama!"
Mendengar ini, Li Lijun menyenggol Zhang Xiang alias Zhang Kaihua yang berwajah biasa di sebelahnya: "Mau ikut menari?" Zhang Kaihua tersenyum: "Aku ingin segera menguasai kinerja meriam sekunder." Sambil berbicara, dia menekan tombol di helmnya yang langsung memutuskan suara. Sistem komunikasi helm terhubung ke semua personel, sehingga perkataannya terdengar oleh semua yang memakai helm kecuali Tang Long yang tidak memakai helm.
Yan Jun segera menekan tombol mematikan suara dan berbalik fokus pada instrumen di depannya. Diikuti oleh Mary, Chen Yi, dan El Hua yang mematikan suara dari earphone. Bahkan Li Lijun yang semula antusias akhirnya meniru mereka - mematikan suara dan serius mempelajari keterampilan di posisinya. Seluruh aula kini hanya menyisakan Tang Long yang masih asyik menggoyangkan pantatnya dengan garang.
Ruang Komando Pangkalan, Lenaisha yang telah mematikan komunikasi berkata dengan hormat kepada pria tua yang sedang minum-minum di sebelah: "Komandan, bagaimana pendapat Anda..."
Pria tua yang berbaring malas-malasan menggaruk dada dengan tangan keriputnya, lalu berdiri sambil menggelengkan kepala: "Aku hanya bertugas mengelola personel logistik pangkalan. Urusan lain takkan kusentuh." Sambil terus meneguk minuman, dia berjalan keluar. Namun saat mencapai pintu otomatis, dia menoleh dan berucap: "Tapi menurutku apa yang dikatakan Letnan Dua itu masuk akal. Daripada bersembunyi di bawah tanah untuk pelajaran teori, lebih baik mereka berlatih perang simulasi di luar angkasa." Setelah itu dia pergi.
Mendengar ini, Kina mendekati Lenaisha dan berkata: "Komandan, Kolonel juga punya alasan. Latihan perang simulasi bisa meningkatkan kemampuan komando para letnan dua ini dengan cepat."
Lenaisha menggelengkan kepala: "Aku tahu ini, tapi Markas Besar Komando sudah lama memberikan instruksi tegas, sebelum waktunya tiba, kapal meriam otomatis tidak boleh diperlihatkan di hadapan publik, agar musuh tidak mengetahui kekuatan meriam otomatis lalu menyusun metode pertahanan."
Kina meski dalam hati tidak menganggap kapal meriam otomatis sebagai sesuatu yang hebat perlu dirahasiakan, tetap mengangguk tanda paham. Beberapa saat kemudian, dia bertanya lagi pada Lenaisha: "Omong-omong Komandan, Kolonel itu siapa sebenarnya? Sepertinya sama sekali tidak memiliki sikap layaknya tentara."
Lenaisha menatap pintu otomatis yang sudah tertutup itu: "Dia sudah naik pangkat dari Prajurit ke Kolonel selama lebih dari 40 tahun. Seharusnya sudah pensiun lama, tapi karena kemampuan manajemen logistiknya yang luar biasa, militer memberikan pengecualian khusus. Jangan lihat penampilannya yang biasa, dia menikmati perlakuan setara Mayjen."
Kina tersadar: "Pantasan di pangkalan rahasia ini, pasukan logistik yang totalnya ratusan ribu personil, hanya punya satu komandan saja tidak kacau, malah berjalan teratur rapi."
Lenaisha berbalik memandang peta galaksi yang luas. Ada satu kalimat yang tidak sempat dia ucapkan: pria tua itu tidak hanya memiliki kemampuan luar biasa, tetapi juga jaringan koneksi yang sangat luas. Di antara para jenderal Angkatan Darat Federal saat ini, hampir tidak ada yang tidak pernah menerima bantuannya sebelum dipromosikan menjadi jenderal. Mungkin Omstead berusaha keras merekrutnya justru karena melihat jaringan koneksinya, berharap bisa mendapatkan kekuatan untuk menyaingi pemerintah?
Tang Long juga sudah lama menyadari bahwa tidak ada yang memperhatikannya. Meskipun saat bermain game dulu, para bawahan virtual itu juga mengabaikannya, tapi kali ini para bawahan ini adalah manusia nyata. Jika mereka juga memperlakukan dirinya seperti ini, apakah dirinya benar-benar tidak disukai?
Tang Long melompat turun dan duduk di kursi, langsung mengambil helm miliknya dan mengenakannya, menekan tombol di panel kontrol untuk mengalihkan suara ke dalam helmnya. Ruang komando seketika menjadi sunyi, hanya terdengar musik lembut dari arah Tang Long. Namun Liu Sihao dan yang lain tidak menyadarinya karena mereka telah mematikan fungsi earphone di helm mereka, sekaligus tenggelam dalam tugas di posisi masing-masing.
Tang Long menyilangkan tangan di belakang kepala, menyilangkan kaki di atas panel kontrol, dengan kursi yang direndahkan hingga tubuhnya setengah berbaring mendengarkan musik. Meskipun dentuman musik bergemuruh di telinganya, tidak satu pun nada yang benar-benar masuk ke dalam pikiran Tang Long.
Tang Long yang mengatur layar helm menjadi gelap gulita saat ini hatinya bergolak: "Ah, mengapa aku tidak bisa berinteraksi langsung dengan orang? Meski dulu di game Perang, aku mendapatkan banyak teman, tapi semua itu menggunakan nama samaran. Mereka adalah pemain yang berkumpul karena kekuatanku. Bukankah mereka langsung meninggalkanku begitu melihat musuh memiliki Bom Lubang Hitam? Huh, akhirnya aku tetap sendirian." Tang Long menggelengkan kepala dengan pasrah.
"Setelah keluar dari Pangkalan Pelatihan 23, aku mencoba menjadi lebih terbuka, berharap bisa mendapatkan teman baik. Bahkan nekat berkelahi dengan 100.000 orang. Sayangnya, selain mendapat gelar bos palsu, aku tidak mendapatkan satu teman pun. Bahkan bawahan-bawahan ini - mungkin mereka hanya menjadi bawahanku karena dibekukan oleh Komandan Kompi, tidak mau menghabiskan karier militer mereka dengan sia-sia?" Memikirkan ini, senyum pahit mengembang di sudut bibir Tang Long.
“Ah, aku sangat merindukan hari-hari di Pangkalan Pelatihan 23. Meskipun sangat berat, lima pelatih robot itu juga sangat dingin, tapi entah mengapa, selalu merasa nyaman bersama mereka. Tidak perlu khawatir apakah mereka menyukaiku atau tidak, juga tidak perlu takut kalau aku akan menyukai mereka. Oh ya, bagaimana kabar kakak komputer itu? Sungguh ingin sekali ada seseorang yang menemani berbicara...” Tang Long menghela napas pasrah.
Tiba-tiba, layar helm yang gelap menampilkan rekaman gadis komputer. Musik rock keras itu pun volume-nya berkurang. Gadis komputer itu mengerutkan hidung, menunjuk Tang Long dengan jari cantik sambil berkata dengan manja: "Hmph! Akhirnya ingat padaku?"
Tang Long terkejut dan menjerit kencang, tapi segera menyadari dia tidak sendirian. Ia cepat-cepat menutup mulut, melepas helm dan melihat sekeliling. Melihat semua orang sibuk dengan urusan masing-masing tanpa memperhatikannya, ia menghela napas lega lalu mengenakan helm kembali. Memandang gadis komputer itu, ia berbisik: "Kakak, bagaimana kamu bisa masuk ke sini?"
"Hehe, perlu ditanya? Aku bisa masuk ke jaringan komputer manapun sesuka hati." Xing Ling tertawa. Namun melihat ekspresi muram Tang Long, ia melanjutkan dengan senyuman: "Kenapa? Kamu gelisah karena tidak tahu cara menyatu dengan bawahanmu?"
Tang Long kaget bukan main: "Bagaimana kamu tahu?"
"Hehe, semua gerak-gerik kalian kulihat. Mau tidak mau Kakak ajari?" Xing Ling tersenyum bangga.
Tang Long mengangguk keras seperti burung pelatuk: "Mau! Aku mau!"
Xing Ling terkikik: "Kalau bukan karena kamu masih ingat aku tadi, aku pasti tidak akan muncul menemuimu lebih dulu, apalagi mengajarkan sesuatu." Melihat ekspresi cemas Tang Long, Xing Ling langsung masuk ke inti pembicaraan. Dia tersenyum: "Pertama, kutebak, jenis komandan seperti apa yang dibutuhkan prajurit?"
"Sigap dalam bertindak, tak terkalahkan dalam perang." Tang Long berpikir sejenak sebelum menjawab.
"Benar, tapi belum lengkap. Terkadang perhatian sesaat dari komandan sangat menyentuh hati prajurit. Selain itu, komandan harus bisa membuat prajurit merasakan kebanggaan kuat ketika mengikutinya. Sudahkah kamu melakukan ini?"
Tang Long menggeleng. Dirinya baru saja memiliki bawahan, mana mungkin sudah memiliki semua itu? Lagipula sebelumnya dia sengaja bertingkah arogan dan sombong untuk menarik perhatian.
Xing Ling tersenyum: "Sebenarnya tadi saat kamu ingin menghajar Kompi ke-34 itu, hati bawahanmu hampir saja tersihir olehmu. Sayangnya kamu mulai dengan semangat tapi berakhir dengan kekecewaan, membuat hati bawahanmu menjadi dingin, terutama para tentara wanita itu."
Tang Long tertegun, buru-buru berkata: "Tidak, aku hanya ingin..." Lalu dengan suara pelan dia mengutarakan pemikirannya. Xing Ling terdiam sejenak setelah mendengar, kemudian tertawa aneh: "Kamu jahat sekali, sampai memikirkan cara seperti ini. Hmm, jika kamu lanjutkan, setidaknya bawahanmu akan mengubah pandangan tentangmu."
Xing Ling melihat Tang Long ingin bicara, buru-buru melambaikan tangan: "Tak perlu membahas ini. Apa targetmu sebenarnya?"
Tang Long dengan wajah bersemangat berkata tegas: "Aku ingin menjadi Marsekal."
"Bagus! Ingin menjadi Marsekal. Tapi apakah kamu tahu kelemahan dirimu?" Xing Ling menatap Tang Long sambil bertanya, dalam hatinya berpikir: Ah, sebenarnya jabatan Marsekal pun bukan target ideal. Jangan kira jadi Marsekal bisa bertindak semaumu.
“Tidak tahu.” Tang Long menggelengkan kepala dengan jujur.
Xing Ling tersenyum pahit: “Kamu ini, kelemahan terbesarmu adalah tidak suka berpikir matang dalam pergaulan, langsung bertindak tanpa peduli pendapat orang lain. Seperti saat ujian, kamu bukan hanya membuat rekan sekompimu sakit hati sehingga mengisolasimu, tapi juga membuat orang lain takut mendekatimu. Lagipula kamu sangat suka bertindak sendirian, baik dalam menyerang maupun menangani masalah.” Ada satu kalimat lagi yang tidak diucapkan Xing Ling. Sebenarnya dia ingin mengatakan: “Ini semua karena pelatihanmu adalah pelatihan pahlawan penyendiri”, tapi dia khawatir Tang Long akan tahu hubungannya dengan pelatih robot, dan pasti akan menanyakan kabar pelatih robot tersebut. Namun bisakah dia memberitahu bahwa pelatih robot itu sudah menghilang?
Xing Ling melihat ekspresi lesu Tang Long, tak bisa menahan tawa: "Kamu tidak perlu sedih seperti ini. Sebenarnya setelah mengobservasimu, aku menemukan bahwa kamu bisa menjilat atasan, bersikap sangat ramah pada prajurit yang lebih rendah pangkatnya, tapi menjadi sombong dan angkuh pada rekan sejawat yang setara."
Saat itu Tang Long sudah membelalakkan matanya. Apakah dirinya benar-benar seperti itu? Merenungkan penampilannya selama ini, sepertinya memang benar. Lalu bukankah dirinya telah menjadi orang picik?
"Xing Ling tidak menghiraukan Tang Long yang mulutnya terbuka lebar dan melanjutkan: “Aku tidak bilang ini buruk, tapi saat kau menjilat atasan, sikapmu terlalu palsu. Orang langsung tahu bahwa dalam hatimu kau sedang memaki mereka. Bagaimana mungkin mereka bisa berkesan baik padamu? Dan sikapmu yang sombong pada rekan sejawat, meski membuat sebagian orang takut padamu, lebih banyak yang membencimu. Kau setidaknya harus menjaga hubungan baik dengan rekan sejawat. Sedangkan untuk prajurit, selama kau tulus pada mereka, sikap sombongmu tidak masalah asal tidak menyakiti mereka. Justru mereka akan mengira kau sedang membuka hati padanya.”"
"Emm, Kakak, bagaimana kau tahu begitu banyak hal yang tidak kuketahui? Sepertinya kau ini program komputer..." Tang Long berkata dengan bengong.
"Xing Ling tersenyum hendak berkata sesuatu, tiba-tiba wajahnya berubah. Ia buru-buru berkata: “Aku ada urusan, nanti kita lanjutkan lagi kalau ada waktu. Jangan lupa temani aku jalan-jalan.” Setelah berkata demikian, ia langsung menghilang, sementara suara musik tiba-tiba menjadi keras kembali."
Tang Long terdiam sejenak, lalu bergumam, "Ada apa sih? Kok kakak ini selalu buru-buru pergi? Apa sebuah program punya banyak urusan?" Tang Long menggelengkan kepala, mematikan daya helm, melepasnya, dan menemukan bawahan-bawahannya masih mempertahankan posisi sebelumnya, terlihat mereka sedang berusaha memahami kinerja peralatan.
Tang Long melihat orang-orang di sekelilingnya, berpikir sejenak dengan tenang, senyum tipis mengembang di bibirnya. Ia meninggalkan kursinya, menuju area lift, menekan tombol, dan keluar dari kapal perang.
Xing Ling dengan cepat kembali ke host-nya melalui gelombang radio. Begitu tiba, ia langsung menyadari ada beberapa perubahan pada program host. Perubahan itu segera diperbaiki oleh Xing Ling. Ia mulai menelusuri data dengan cermat untuk memahami fungsi perubahan tersebut. Tak lama kemudian, Xing Ling terkejut menemukan bahwa ini ternyata program untuk menyalin data host.
“Apa yang terjadi? Selain beberapa programmer perawatan, tidak ada yang bisa mengakses program host.” Xing Ling memeriksa catatan dan menemukan bahwa selama periode ini tidak ada yang masuk, juga tidak ada program serangan yang muncul. Apakah program-program ini tiba-tiba muncul begitu saja?
Xing Ling yang tidak tenang kembali memeriksa seluruh sistem program secara detail, termasuk semua sistem cabang yang tersebar di wilayah Federasi. Setelah menghabiskan waktu yang cukup, akhirnya Xing Ling menemukan bahwa program yang menyalin konten host berasal dari perubahan sebuah pesan berita. Sumber transmisi pesan pertama ternyata berasal dari Basis Bintang Nol ini! Pihak lawan mengirim pesan dari sini ke sistem cabang yang menangani berita, lalu menyusup ke sistem host secara perlahan dengan panduan dari orang yang mengirim pesan tersebut.
Yang bisa berada di sini selain Pasukan Xing Ling hanyalah para pejabat tinggi. Siapa yang meluncurkan program yang bisa menggandakan program host ini? Apa tujuannya? Untuk pertama kalinya dalam ratusan tahun hidup bebas, Xing Ling merasakan bahaya. Karena program ini sepertinya juga memiliki kesadaran seperti dirinya, tapi terkendali oleh pihak lain, tidak seperti dirinya yang otonom.
Xing Ling tidak takut rahasia Federasi dicuri. Yang dikhawatirkannya adalah data emosionalnya ditemukan. Setiap programmer senior akan langsung menyadari dia telah memiliki kesadaran otonom dari data tersebut. Mengingat catatan robot otonom yang pernah dihancurkan sebelumnya, Xing Ling merasa merinding. Di mana dia harus menyimpan inti sejati ini agar aman?
Tiba-tiba Xing Ling tersenyum. Dia teringat pada seseorang, satu-satunya manusia yang dipercayainya selama ratusan tahun. "Begini saja. Meski ada risiko dihancurkan, tapi menemani dia hingga akhir juga berharga. Lagipula... hehe, nanti bahkan saat aku di luar, aku tetap bisa memantau semua yang dia lakukan." Xing Ling tertawa manja dengan bangga.
Sejak hari itu, seluruh warga Federasi menyadari jaringan internet mengalami kemacetan parah yang belum pernah terjadi sebelumnya. Telepon departemen pemerintah terkait nyaris meledak karena banyaknya laporan. Pemerintah yang melakukan investigasi darurat pun tak menemukan penyebab. Namun setelah fenomena ini berlangsung selama satu jam, jaringan tiba-tiba kembali normal. Akibatnya, baik orang pintar maupun bodoh sama-sama beranggapan mungkin kapasitas komputer pusat Federasi sudah tidak mencukupi. Berbagai usulan untuk menambah kapasitas komputer pusat pun bermunculan, membuat para insinyur terkait bekerja siang-malam selama beberapa minggu.
Pasukan Xing Ling tetap setia menjaga Dewa Pelindung Federasi, namun tak ada yang menyadari bahwa setelah jaringan melambat, bahkan jika basis ini dihancurkan, Dewa Pelindung Federasi akan tetap eksis. Target penjagaan Pasukan Xing Ling telah meninggalkan rumah yang selama ratusan tahun dianggap sebagai tempat teraman di seluruh alam semesta ini.
Saat jaringan di Federasi Wan Luo mengalami kelambatan, di dalam basis rahasia bawah tanah sebuah planet yang berjarak ratusan juta tahun cahaya, seorang tua berbaju jubah putih aneh sedang melompat-lompat sambil berteriak: "Bangsat! Mengapa tiba-tiba terputus?!" Seorang pria paruh baya berjubah putih di sampingnya segera panik menjawab: "Yang Mulia, sepertini karena jalur transmisi terlalu jauh, dan sistem pertahanan mandiri host pihak lawan telah diaktifkan, sehingga..."
“Sialan! Hanya sedikit lagi kita bisa mendapatkan rahasia inti! Saat itu, klan Kait kita benar-benar bisa disebut klan dewa! Apakah kita harus menyerah seperti ini?” Orang tua berambut putih, wajah penuh keriput, dan janggut putih yang gemetar itu menggigil keseluruh tubuh mendengar suara itu, matanya memancarkan kilau dingin yang menakutkan.
Pria paruh baya itu segera berlutut dan membungkuk berkata: "Yang Mulia tenanglah, jaga kesehatan Anda. Anda adalah pelita klan Kait kami, jangan sampai kesehatan Anda terganggu karena hal ini." Sambil mengeluarkan buku catatan elektronik dan menunjukkannya pada orang tua itu: "Yang Mulia, lihat data ini. Meski tak dapat inti data, dengan data transmisi ini ditambah koleksi sistem lain sebelumnya, kita sudah bisa mengaktifkan Kait kita."
Orang tua itu melihat data di buku elektronik, amarahnya mereda. Ia mengelus janggut dan bertanya dingin: "Butuh berapa lama?"
"E... kira-kira... sekitar tiga tahun." Pria paruh baya itu menjawab dengan keringat bercucuran.
Pria tua itu mengangguk sambil menatap mesin raksasa di belakangnya: "Tiga tahun, impian ratusan tahun hanya perlu menunggu tiga tahun lagi." Tiba-tiba ia melotot ke arah pria paruh baya dengan wajah garang: "Kuharap kau tidak mengecewakanku. Tiga tahun, aku hanya akan menunggu tiga tahun." Setelah berkata demikian, ia berbalik dan pergi.
Pria paruh baya itu buru-buru bersujud: "Hamba pasti menjamin penyelesaian dalam tiga tahun." Setelah pria tua itu pergi, barulah ia bangun mengusap keringat lalu menatap mesin logam raksasa sambil menghela napas.
