Saat armada Tang Long melesat menuju wilayah Federasi, armada yang dipimpin Kester dan Darren akhirnya tiba di depan formasi kapal perang berpenggerak sendiri yang diam membisu. Meski sudah menyerah, awak kapal perang itu tetap merasakan teror yang tak terbendung menyaksikan armada musuh yang berjumlah ribuan itu.
Mereka sangat ingin segera mengetahui keputusan dua komandan Angkatan Darat Kekaisaran terhadap mereka, agar tidak terus-menerus tegang dalam suasana seperti ini. Namun Angkatan Darat Kekaisaran sama sekali tidak mengirimkan informasi apa pun, karena dua komandan tertinggi sedang melakukan komunikasi rahasia.
"Darren, tak kusangka seorang Letnan kecil di bawah komando Angkatan Darat Federal ini memiliki begitu banyak bawahan yang luar biasa." Kester berkomentar penuh kekaguman pada rekaman holografik Darren yang muncul di hadapannya.
"Oh? Apa keistimewaan mereka?" Darren tersenyum melihat rekaman koleganya.
“Hei, masih belum mengerti? Tidakkah kau melihat kemampuan mengemudi luar biasa yang ditunjukkan kapal perang tadi? Bisa mengemudikan kapal perang segesit pesawat tempur, itu membuktikan awak pesawat itu pasti orang berbakat. Aku benar-benar ingin memiliki awak kapal perang seperti itu. Jika dia menyerah, pasti akan kuserahkan komando kapal induk padanya. Ah, gerakan kapal itu yang lincah seperti jari, itu benar-benar sebuah seni!” Kester merapatkan kedua telapak tangan sambil memicingkan mata dan menghela napas.
Darren tersenyum lalu mengangguk dan berkata: “Itu sudah kuketahui, ada lagi?”
Kester melotot ke arah Darren saat mendengar perkataan ini, dia menggerutu dengan tidak puas: "Sudah jelas kau sendiri tahu semua ini, mengapa masih bertanya padaku? Dan ada operator radar di kapal perang itu! Menurut laporan tawanan, yang pertama kali mendeteksi sinar laser dingin dan menemukan titik lompat pasukan pendahulu kita adalah operator radar di kapal itu. Lihatlah ke belakang, tanpa deteksi sempurna dari operator radar terhadap lingkungan sekitar, mungkinkah awak pesawat yang handal itu menunjukkan skill sehebat itu? Wuuh, lagi-lagi seorang tentara seberlian intan, sungguh ingin memilikinya... Sialan Tang Long! Mengapa kau tak mau menyerah? Andai bukan karena kau, aku sudah memiliki dua bawahan luar biasa!" Saat mengucapkan ini, ekspresi Kester yang awalnya penuh kekaguman berubah menjadi muka melotot dengan gigi gemeretak.
Darren yang melihat ekspresi Kester tak bisa menahan tawa: "Dari raut wajahmu, sepertinya yang paling kau idamkan adalah Letnan Dua Tang Long itu... Oh, maksudku Letnan Tang Long, bukan?"
Kester segera menyembunyikan ekspresi benci sebelumnya, tersenyum menawan: "Memang kau sahabatku, langsung tahu. Benar, orang yang paling kuinginkan adalah Letnan Tang Long itu. Seorang komandan yang mampu mengendalikan bawahan sehebat itu, pasti elite di antara para elite. Asal dia mau bergabung, segera kujadikan dia kolonel untuk memimpin 1000 armada!" Tiba-tiba Kester mengerutkan kening: "Ngomong-ngomong, kenapa kita tidak mengejar Tang Long? Dengan mengirim kapal selam cepat, pasti mudah menangkapnya."
Darren menggeleng sambil tertawa: "Tugas utama kita bukan menangkap Tang Long. Meski dia tahu Pasukan Pengawal Kekaisaran punya misi rahasia di sini, aku yakin dia tak mungkin tahu detailnya. Bahkan kita yang menjalankan misi ini pun tak paham tujuannya. Biarkan saja dia pergi. Lagipula dengan birokrasi Federasi yang lebih parah dari Kekaisaran kita, dia pasti tak akan dianggap pahlawan saat kembali."
Kester tertawa: "Sistem yang lebih birokratis dari Kekaisaran? Hehe, Tang Long dalam masalah. Dia pasti menyesal tidak menyerah saat ini. Ngomong-ngomong, laporan dari pihakmu belum ada? Tadi aku sudah mengumpat, hal kecil saja butuh waktu lama. Ah, andai saja operator radar itu menyerah." Ekspresi Kester kembali menunjukkan kerinduan.
Darren menggelengkan kepala pasrah hendak bicara ketika suara kedua asisten komandan mereka bersamaan terdengar: "Komandan, sudah ditemukan." Mendengar ini, kedua mayjen tersebut mengernyitkan alis. Mereka saling mengangguk dan mematikan gambar hologram.
Darren tiba di menara kontrol dan duduk di kursi komando miliknya. Di layar terpampang gambar ratusan kapal perang berpenggerak sendiri yang menyerah, namun dari hampir 800 unit tersebut, hanya satu yang diperbesar ke layar utama. Asisten komandan Darren segera mendekat dengan langkah cepat saat melihat atasannya tiba, "Komandan, sesuai perintah Anda, kami menemukan hanya kapal perang ini yang memancarkan gelombang sesuai spesifikasi yang Anda minta."
Darren mengangguk, "Hubungi kapal tersebut dan perintahkan untuk mendekati formasi kita. Sekaligus perintahkan semua kapal lain untuk menonaktifkan Perisai Perlindungan dan bersiap menerima tim penerimaan penyerahan diri." Asisten komandan tersebut membalas dengan lantang "Siap!" lalu segera melaksanakan perintah.
Usai memberikan perintah, Darren menekan sebuah tombol di kursi komando yang langsung memunculkan layar virtual berisi rekaman Kester. Begitu melihat Darren, Kester langsung bertanya, "Sudah siap?" Darren mengangguk pendek, "Perintah ada di tanganmu."
“Haha, bagus!” Kester menjawab dengan semangat, lalu dengan cepat menekan beberapa tombol di kursinya untuk mengirimkan perintah yang telah disimpan sebelumnya ke semua kapal Kekaisaran.
Awak Federasi yang menyerah di kapal perang berpenggerak sendiri yang mematikan perisai sesuai perintah, melihat satu kapal mereka sendiri bergerak mendekati armada Kekaisaran. Meski merasa aneh, mereka berpikir mungkin akan dilakukan interogasi. Saat mereka asyik berkhayal, operator radar tiba-tiba berteriak panik: "Apa yang terjadi?!"
Mendengar teriakan operator radar, semua mata langsung tertuju ke layar. Begitu melihat, seluruh awak membeku kaku. Mereka menyaksikan semua lubang meriam utama dan sekunder di kapal-kapal perang Kekaisaran memancarkan cahaya - tanda persiapan tembakan sinar laser, dengan seluruh senjata itu mengarah ke posisi mereka!
Para kapten kapal pertama-tama terkejut, lalu segera berteriak dengan wajah pucat: "Aktifkan perisai perlindungan!" Baru sekarang mereka teringat perkataan Tang Long bahwa pasukan Pengawal Kekaisaran ini tidak akan menerima penyerahan diri mereka. Sayangnya sudah tidak ada waktu untuk menyesal. Awak pesawat yang mendengar perintah komandan langsung buru-buru mengaktifkan perisai perlindungan, namun semuanya sudah terlambat. Berkas sinar laser yang tak terhitung jumlahnya, sesuai perintah Kester, telah lebih dulu menerjang dan dengan mudah menembus lambung kapal perang berpenggerak sendiri.
Darren tidak sempat mengagumi ratusan bunga api spektakuler di hadapannya, hanya memberi perintah: "Seluruh pasukan beristirahat dan reorganisasi." Tanpa menunggu respons asisten komandan yang masih terdiam, ia langsung berbalik meninggalkan menara kontrol. Di kapal induk lain, Kester juga mengeluarkan perintah yang sama dengan Darren, lalu meninggalkan posisinya. Tak lama kemudian, dua pesawat angkut kecil masing-masing lepas dari kapal induk kedua armada, menuju satu-satunya kapal perang berpenggerak sendiri yang tersisa.
"Laporan, Komandan! Jalur telah terhubung dan ruang hampa udara telah dinetralisir." Navigator pesawat angkut melapor kepada Darren yang tetap membisu. Ia merasa aneh - meski sering mengantar komandan bolak-balik antara kapal induk, kapal perang, dan planet, kali ini sangat tidak biasa karena komandan sama sekali tidak membawa pengawal, bahkan memasuki kapal musuh yang baru saja menyerah sendirian.
Dia yakin Komandan pergi ke kapal musuh itu pasti ada rahasia, terutama setelah melihat kapal transport Mayjen Kester juga datang, keyakinannya semakin kuat. Namun setelah mengingatkan keselamatan dengan baik dan hanya mendapat gelengan kepala sebagai respons, dia pun bijak tidak banyak bicara. Karena dia tahu, tidak mencampuri urusan yang tak terkait adalah hukum umur panjang.
Darren bangkit, menuju pintu jalur. Seiring pintu yang membuka dan menutup, tibalah ia di kapal perang berpenggerak sendiri ini. Setibanya di dalam kapal, Darren melihat kabin terkecil yang pernah dilihatnya seumur hidup. Meski sudah memperhatikan belasan awak kapal yang duduk diam tanpa gerakan, dia tetap tak bertanya, hanya menunggu kedatangan rekannya. Karena dia tahu dalam kerjasama dua kekuatan terbesar Kekaisaran ini, perwakilan kedua pihak harus hadir.
Tak lama kemudian, Kester juga tiba di samping Darren melalui pintu jalur. Ekspresi wajahnya yang biasanya tersenyum sudah hilang. Setelah melihat kondisi dalam kabin, dia hanya saling bertatapan dengan Darren sebelum berdiri diam seperti patung bersama.
Saat itu, kursi kapten kapal yang membelakangi mereka mulai berputar perlahan. Seorang pria bermuka biasa dengan tatapan kosong, mengenakan pangkat Letnan Dua, duduk kaku seperti patung di kursinya. Darren dan Kester tetap diam, mengamati pria ini dengan seksama. Pria ini hanya memberi kesan "biasa" - sosok tanpa ciri khas yang bisa ditemui di mana saja.
"Apakah ini Mayjen Kester dan Darren?" Wajah dan tatapan pria itu tetap kaku seperti patung, namun suara yang keluar dari mulutnya yang sedikit terbengar aneh - seperti suara sintetis komputer.
Kester dan Darren saling melirik dengan sudut mata, serentak berdiri dalam sikap siap sempurna sambil memberikan hormat dengan tepukan keras, berseru lantang: "Hidup Kekaisaran Elang Perak!"
Pria itu tidak menunjukkan reaksi atas jawaban mereka yang melenceng, tetap duduk kaku sambil melanjutkan dengan suara datar seperti sintetis komputer: "Bagaimana kabar Roth dan(Is)? Keduanya masih baik-baik saja?"
Kedua mayjen yang telah menurunkan tangan itu kembali memberikan hormat: "Maaf Yang Mulia, kami tidak mengenal mereka!" Setelah menjawab, mereka menatap tegang pria yang wajib mereka hormati sesuai perintah atasan ini. Sandi telah cocok, bukankah sekarang saatnya membahas urusan sebenarnya?
Pria itu terdiam cukup lama sebelum tiba-tiba berdiri dengan suara gesekan keras. Kedua jenderal menahan reflek meraipistol di pinggang—mereka terkejut, bagaimanapun ini adalah kapal musuh.
Pria itu meraih pakaiannya dengan kedua tangan, lalu menariknya keras-keras. Seragam militer yang tahan lama itu ternyata terkoyak. Melihat tubuh pria tersebut, kedua mayjen tak bisa menahan diri membelalakkan mata dan membuka mulut. Sebab pria di hadapan mereka ini, selain kepala dan telapak tangan yang masih memiliki daging manusia, seluruh tubuhnya adalah kerangka logam - sebuah Robot!
Robot ini mengaitkan satu tangan ke tulang dada logamnya, menarik kuat-kuat hingga berbunyi brak! Percikan api menyertai lepasnya bagian tulang dada itu. Robot itu membuang logam tersebut sembarangan hingga menimbulkan suara gemerincing.
Darren memperhatikan para awak kapal yang tetap duduk tanpa reaksi, bahkan tak sekalipun menengok. Tampaknya seluruh personel kapal perang ini adalah Robot.
Robot itu memasukkan tangannya ke dalam dada yang gelap, mengeluarkan sebuah cakram seukuran telapak tangan. Setelah melemparkan cakram tersebut ke Darren, ia kembali duduk di kursi komando. Kursi tersebut mulai berputar perlahan kembali ke posisi semula setelah diduduki.
Darren menyelipkan cakram itu ke dalam seragam militernya, mengangguk ke arah Kester. Keduanya memberi hormat ke arah kursi itu kemudian pergi dengan diam-diam. Di mulut jalur, Darren berkata kepada Kester: "Aku akan naik pesawat angkutmu." Kester paham maksud Darren bahwa dirinya tidak akan kembali ke kapal induk, sebagai upaya menghindari kecurigaan karena cakram berisi informasi tak dikenal yang tersimpan di balik bajunya. Kester pun mengangguk setuju, karena seandainya cakram itu berada padanya, dirinya pun akan melakukan hal serupa dengan pergi ke kapal induk Darren.
Dengan hati-hati, mereka menaruh cakram itu ke dalam brankas berkode di ruang komandan Kester. Keduanya memasukkan kode berbeda pada dua kunci yang terpisah. Setelah terkunci, Kester baru bisa menarik napas lega sambil menatap kotak hitam pekat itu, lalu berjalan ke lemari minum untuk menuangkan anggur.
Setelah bersulang dan menghabiskan anggur bersama Darren, Kester yang telah lama diam akhirnya bertanya: "Bro, siapa sih Rott dan Is itu? Kok dipakai jadi kode rahasia?"
Darren yang sedang bersandar nyaman di sofa besar, tatapannya tertuju pada gelas anggur yang diputarnya perlahan, berkata datar: "Rott adalah nama panggilan Robost, Is nama panggilan Yilantes."
Kester awalnya mengangguk-angguk, tiba-tiba matanya terbelalak: "Nama panggilan Duke dan Yang Mulia?! Ini rahasia kelas A Kekaisaran! Darimana kau tahu?!"
“Bodoh, buat apa kau punya telinga? Aku benar-benar meragukan apakah kau benar-benar orang kepercayaan Duke. Rahasia ini hanya berlaku untuk rakyat jelata dan bawahan. Orang rendahan yang tahu nama panggilan sang tuan hanya akan mempermalukan beliau. Lihat wajah beku mu ini, apa kau tak pernah mendengar bangsawan yang lebih senior memanggil mereka? Lagipula ini cuma rahasia kelas A, cukup pakai sedikit taktik pasti bisa didapat.” Darren menyipitkan mata sambil tersenyum.
Kester menyeringai dan berkata: “Pakai taktik? Hmph, bukankah kau dapat info itu dari mulut putri Yang Mulia. Ngomong-ngomong Darren, sebagai saudara aku ingatkan, para pangeran sedang berusaha menarik hati militer yang diwakili Yang Mulia dengan mendekati satu-satunya putrinya. Jangan kau ikut campur sembarangan.” Saat mengucapkan ini, Kester sudah memandang Darren dengan wajah serius.
Darren tersenyum, menyeruput anggur perlahan sebelum berkata: "Tenang, aku hanya menuruti perintah Tuan Count untuk menemani putri Count seadanya. Justru pihakmu lebih berbahaya."
"Berbahaya?" Kester bertanya sambil mengambil sebotol anggur dan duduk di sebelah Darren, menuangkan anggur hingga penuh di kedua gelas.
Darren menatap Kester sejenak lalu tertawa: "Jangan pura-pura tak tahu, serangan pembunuh di kediaman Duke pada malam hari sudah jadi hal biasa, bukan?"
Kester menggeleng dengan wajah getir: "Duke tidak punya penerus. Jika terjadi sesuatu padanya, wilayah kekuasaan dan pengaruhnya di istana akan dijarah para pangeran."
Darren mengangkat gelasnya ke arah Kester dengan senyum tipis: "Biarkan mereka bermimpi. Suatu hari nanti mereka akan sadar diri hanya wayang yang digerakkan tali di panggung sandiwara."
Kester terkejut sejenak, tapi melihat koper hitam berisi kata sandi itu, tak bisa menahan tawa: "Boneka tali? Menurutku mereka lebih pantas disebut badut! Tentu saja, mereka segera akan menyadari diri mereka hanyalah boneka yang digerakkan tali. Mari, bersulang untuk para badut boneka kita!" Ujarnya sambil bersulang dengan Darren.
Tak lama setelah mereka menghabiskan anggur, siluet wajah virtual asisten komandan Kester muncul di meja kerjanya. Sang asisten berteriak panik: "Komandan! Kapal perang Federasi yang menyerah tiba-tiba meledak total! Tidak ada tanda kehidupan selain bangkai kapal!"
Kester dan Darren saling bertukar pandang penuh keheranan, tapi segera memahami situasi. Kester menghampiri meja kerjanya: "Paham. Mungkin mereka memilih meledakkan diri daripada jadi tawanan Kekaisaran. Segera kumpulkan Armada untuk kembali ke Ibu Kota Kekaisaran."
Asisten komandan yang masih terdiam itu semakin bingung: "Ibu Kota Kekaisaran?"
Kester mengangguk dan berkata: "Ya, Ibu Kota Kekaisaran, misi kita sudah selesai." Asisten komandan yang baru menyadari ini segera memberi hormat dengan gembira sambil mengucapkan "Mematuhi perintah!", Sekarang dia juga lupa untuk merenungkan mengapa orang yang sudah menyerah baru melakukan bunuh diri sekarang?
Kester menoleh ke Darren sambil tersenyum: "Mendengar kabar ini, para prajurit pasti lebih senang daripada memenangkan pertempuran."
Darren mengangguk sambil tersenyum: "Tentu saja, karena kita sudah berbulan-bulan meninggalkan keluarga." Saat mengatakan ini, wajah Darren tiba-tiba menjadi serius: "Menurutku target kesetiaan atasan kita di Federasi pasti orang yang berstatus sangat tinggi, kalau tidak mustahil bisa menempatkan robot yang sangat langka ke kapal perang. Menurutmu apa rencana orang berkuasa ini? Tidakkah kau merasa penggunaan pasukan dan dana besar kita ke sini hanya untuk menghancurkan armada kapal perang berpenggerak sendiri dan mengambil kembali benda ini?" Darren menunjuk koper hitam berkode itu. "Kalau untuk mengirim barang ini, seharusnya lebih cepat dan aman menggunakan agen rahasia, bukan?"
Kester juga menunjukkan ekspresi kontemplatif menatap koper kata sandi hitam itu. Lama kelamaan, ia menggelengkan kepala sambil tersenyum: "Tidak usah dipikirkan terlalu banyak. Sebagai bawahan, kita hanya perlu menjalankan perintah." Ucapnya sambil mengambil botol anggur dan menuangkannya.
Darren menerima gelas anggur, menatap warna merah tua itu sambil menghela nafas pahit. Kester memang benar - sungguh sulit bagi bawahan untuk memahami niat atasan.
Di Markas Besar Komando Angkatan Darat Federal, ruang istirahat sementara Marsekal. Meski kamar ini sebenarnya disediakan untuk pejabat yang lembur, karena sang Marsekal sering menginap di sini, ruangan ini pun menjadi kamar tidur tetapnya. Karena hanya berupa suite sederhana, penjaga selalu berjaga di pintu masuk.
Ruangan yang gelap dan sunyi ini menjadi tempat peristirahatan Marsekal yang telah sibuk memobilisasi kapal perang di seluruh Federasi seharian. Saat ini ia terbaring pulas di tempat tidur, hanya suara dengkuran halusnya yang terdengar di keheningan.
Tiba-tiba, Marsekal Omsted bangkit duduk, matanya memancarkan kilauan yang menakutkan dalam kegelapan, sama sekali tidak memiliki tatapan berkabut seperti orang yang baru saja sadar dari mimpi. Ia tidak menyalakan lampu, malah mengangkat jam tangan bercahaya yang selalu melekat di pergelangan tangannya ke depan wajahnya.
Melihat titik merah redup yang berkedip-kedip di jam tangan, ia bergumam pelan: "Merah, berarti prolog sudah selesai." Senyum tipis mengembang di bibirnya, terlihat sangat mengerikan dalam kegelapan.
Saat itu, telepon di kepala ranjang berbunyi BBB. Omsted seolah sudah mengetahui akan ada panggilan ini: pertama-tama mematikan titik merah di jam tangan, melepaskannya dan meletakkannya di samping, kemudian baru menyalakan lampu dan mengangkat telepon.
Di layar terlihat seorang perwira muda berpangkat Mayor yang langsung memberi hormat saat melihat Omsted: "Maaf, Marsekal, mengganggu waktu istirahat Anda."
Omstead mengangkat tangannya dengan datar berkata: "Tidak apa, apakah ada perubahan situasi musuh."
"Benar, dua armada musuh setelah menghancurkan armada kapal perang berpenggerak sendiri kita, mulai mundur ke arah Kekaisaran!" Mayor menjawab dengan singkat.
"Mundur?" Omstead sengaja menunjukkan ekspresi terkejut di wajahnya, lalu mengangguk: "Aku segera datang." Begitu berkata ia langsung memutuskan sambungan telepon.
Diam-diam ia berganti seragam Marsekal. Saat hendak pergi, tiba-tiba berhenti dan mengambil jam tangan itu untuk dikenakan di pergelangan, sambil berbisik tertawa: "Hampir lupa, jam ini baru kukenakan sebulan, tidak akan rusak secepat ini." Setelah merapikan seragam, ia berseru memanggil pengawal lalu melangkah dengan langkah mantap meninggalkan ruangan.
Di ruang komando luas Markas Besar Komando, ketika Omstead masuk, ruangan itu sudah dipenuhi para jenderal. Seperti Omstead, mereka semua menginap di kamar-kamar di sini. Tidak ada cara lain, ini masa siaga perang dan mereka baru datang dari berbagai daerah. Melihat tidak ada satu pun pegawai sipil di dalam ruangan, Omstead tersenyum puas. Di markas komando tertinggi militer, mustahil ada penampakan pegawai sipil. Perasaan ini membuatnya sangat nyaman.
Omstead menyapu pandangannya ke para jenderal yang telah berdiri memberi hormat saat dirinya masuk. Ia tahu orang-orang ini dulunya adalah bawahannya, rekan sejawatnya, bahkan mantan atasannya. Dalam perjalanan karier puluhan tahunnya, sebagian dari mereka menjadi tangan kanannya, sebagian menjadi musuh bebuyutannya. Tapi bagaimanapun juga, akhirnya ia telah mencapai pangkat militer tertinggi di angkatan bersenjata. Di masa damai, untuk mencapai posisi ini dibutuhkan intrik, penindasan, dan pencitraan yang tak terhitung jumlahnya. Pada detik ini, Omstead tiba-tiba menyadari dirinya benar-benar telah menua.
Setelah Omstead duduk di kursi utama meja rapat, ia melambaikan tangan dan berkata: "Silakan duduk, mari mulai rapat militer." Sambil mengucapkan itu, matanya melirik ke arah jenderal besar berusia paruh baya yang duduk di posisi pertama sebelah kirinya. Omstead sangat memahami Letnan Jenderal Kamuchi ini, karena dialah yang paling awal mengikuti dirinya merintis dari tingkat bawah, dan berkat promosinya sendiri, Kamuchi bisa menjadi salah satu dari empat Jenderal Besar di Federasi.
Kamuchi sudah lama memperhatikan pandangan atasan lamanya ini, namun ia tetap mengikuti protokol dengan duduk bersama semua orang terlebih dahulu sebelum berdiri melapor: "Marsekal, berdasarkan intelijen terbaru, dua Armada yang Diperkuat Kekaisaran telah menghancurkan kapal perang berpenggerak sendiri kami yang sedang berlatih di Zona Kematian, kemudian hanya melakukan persinggahan singkat sebelum mulai bergerak menuju wilayah Kekaisaran. Saat ini mereka telah meninggalkan Zona Kematian." Sambil berkata demikian, ia menekan tombol di mejanya, sebuah peta galaksi virtual segera terproyeksikan di udara.
Awalnya semua orang melihat Armada biru yang mewakili musuh bergerak perlahan. Kelompok kapal perang berpenggerak sendiri yang sebelumnya terkumpul di suatu area di Zona Kematian dan diwakili warna merah tiba-tiba menghilang 90%, menyisakan sedikit titik merah.
Kanmuki melihat banyak yang tampak bingung. Mengingat hanya sedikit yang mengetahui detail kejadian ini, ia buru-buru menjelaskan: "Musuh telah menggunakan sinar laser dingin untuk membuka jalur aman sebelum pertempuran. Kelompok kapal perang berpenggerak sendiri kita ternyata berada dalam jangkauan sinar laser dingin tersebut, sehingga kehilangan 90% kekuatan sebelum sempat bereaksi."
Mendengar ini, semua orang menghela napas. Kapal perang berpenggerak sendiri itu benar-benar sial, bisa tertembak seperti itu. Sepertinya para rekrutan baru itu mati tanpa merasakan sakit. Mereka tentu tahu apa itu kapal perang berpenggerak sendiri, juga tahu ini adalah proyek yang dipaksa Presiden agar Marsekal mengeluarkan anggaran untuk pengembangan dan pembangunannya. Tentu saja mereka juga tahu Presiden telah mengambil banyak manfaat dari situ. Siapa yang tidak bisa menebak hal umum seperti ini? Hanya saja mereka tidak tahu jumlah pasti manfaat yang diraup Presiden.
Saat itu, dua bagian kecil memisahkan diri dari blok biru di layar dan bergerak maju. Kamjuki melanjutkan penjelasan: "Musuh mengerahkan dua ribu kapal perang sebagai pasukan pelopor. Mereka memulai lompatan ruang di jalur aman, sementara kita hanya memiliki sekitar seribu kapal perang berpenggerak sendiri." Melihat blok merah yang menyedihkan itu, semua orang kembali menghela napas. Mereka tahu nasib kapal perang berpenggerak sendiri sudah tamat.
Tapi situasi selanjutnya membuat mereka tertegun, karena blok merah yang awalnya sangat tercerai-berai tiba-tiba mulai berkumpul. Kemudian blok biru yang menjadi pasukan pelopor langsung menghilang begitu muncul. Melihat semua mata tertuju padanya, Kamuchi menghela nafas pahit: "Saya juga tidak tahu bagaimana ini terjadi. Monitor kami di area itu hanya bisa mendeteksi sinyal, tidak bisa merekam visual. Jadi kami hanya tahu setiap kapal perang berpenggerak sendiri ini menembakkan 4 torpedo dan 1 meriam utama, lalu kapal-kapal perang Kekaisaran itu lenyap. Detail sebenarnya tidak jelas."
"Apa mungkin? Seribu kapal umpan meriam kelas rendah ini bisa menghancurkan 2.000 kapal perang reguler Kekaisaran hanya dengan 4.000 torpedo plus 1.000 meriam utama? Yang Mulia Jenderal Besar, apakah pendengaran saya tidak salah?" Yang berbicara adalah pria paruh baya dengan raut wajah penuh kesombongan, di bahunya terpasang 4 bintang emas.
Omstead tidak perlu melihat orangnya, cukup mendengar suaranya sudah tahu bahwa itu adalah musuh bebuyutannya, salah satu dari empat jenderal besar, Jenderal Besar Munen. Omstead membiarkan musuhnya hidup nyaman karena orang ini masih memiliki nilai pemanfaatan, jadi Omstead hanya menatap Kamuchi, mengabaikan tatapan penuh provokasi dari Rayn. Saat melihat Kamuchi tersenyum canggung dan menjelaskan kepada Munen bahwa ini karena kurangnya informasi intelijen, Omstead mengerutkan kening.
Awalnya mengira Kamuchi akan patuh mutlak pada perintahnya, tetapi dari sikap Kamuchi yang terlihat sekarang dan tindakannya tadi saat diberi isyarat untuk memulai musyawarah militer - baru berdiri bicara setelah duduk bersama orang lain - menunjukkan bahwa dia adalah tipe yang suka mengikuti kerumunan dan tidak ingin menyinggung siapa pun. Kapan prajurit kesayangan yang selalu patuh ini berubah? Apakah karena dia sudah menjadi jenderal bintang empat? Tampaknya perlu ada pembicaraan serius dengannya.
Saat Omstead sedang berpikir, demonstrasi di peta galaksi terus berlanjut. Semua orang melihat ratusan titik merah yang mewakili kapal perang berpenggerak sendiri berhenti diam di hadapan pasukan Kekaisaran. Sementara ratusan titik merah lainnya mengejar satu titik merah yang berlarian ke sana kemari. Ekspresi curiga pun kembali muncul di wajah mereka.
Kamucchi menghela nafas dan berkata: "Menurut intel yang diterima dari monitor, kapal-kapal ini telah menghentikan reaktor tenaga dan mematikan sistem persenjataan. Singkatnya, mereka menyerah."
"Menyerah?!"
"Bajingan-bajingan ini! Apakah mereka lupa bahwa mereka adalah Personel Militer Federasi yang mulia?"
"Ekstradisi mereka kembali! Seret mereka ke pengadilan militer!" Teriakan kemarahan ini meski keluar dari mulut banyak orang, tapi semua tahu bahwa dalam situasi seperti itu, pilihan selain menyerah hanyalah mati berperang. Tentu saja, pembelaan semacam ini tak mungkin mereka ucapkan.
“Hehe, kualitas prajurit dari galaksi Guyunlong memang seperti ini. Kita tidak bisa menuntut mereka menjadi personel militer Federasi yang kompeten.” Suara sinis bergema di ruang rapat. Omstead tahu ini lagi-lagi Mun yang mengejeknya. Karena Letnan Jenderal Gu Ao dari galaksi Guyunlong adalah bagian dari faksinya, tentu dia tak akan melewatkan kesempatan untuk memperolok.
Semua orang tahu para letnan dua itu dipilih dari Komando Militer Distrik Bintang Haike. Omstead menyadari bahwa dengan sengaja dia tidak menyebut prajurit Haike, melainkan menyebut prajurit galaksi Guyunlong karena ada kepentingan terselubung. Komandan distrik militer Haike yang notabene termasuk dalam faksinya sendiri, tentu harus menjaga muka kelompoknya. Memikirkan hal ini, Omstead tak bisa menahan senyum dinginnya.
Faksi-faksi di militer Federal sangat kompleks, beberapa jenderal menginjak dua perahu, ada atasan yang berasal dari faksi ini sementara bawahan berasal dari faksi lain. Di seluruh Angkatan Darat Federal, tidak ada satupun Grup Tentara yang seluruh jenderalnya berasal dari faksi yang sama. Penyebabnya adalah di era damai sulit menemukan kesalahan untuk mengusir orang dari faksi berbeda. Selain itu, wewenang Marsekal pada masa damai dibatasi - tidak semudah memindahkan atau mempromosikan siapa saja sesuka hati. Setelah hampir seabad damai, para jenderal mungkin tidak mahir berperang, tapi pasti ahli dalam perpolitikan. Setelah pensiun dan masuk dunia politik, mereka akan menjadi politisi licik nan berpengalaman.
Saat mereka mengumpat, tampilan titik merah di belakang kembali membuat mereka terpaku. Seorang jenderal tak tahan bertanya pada Kamukchi: "Yang Mulia Jenderal Besar, mengapa kapal perang berpenggerak sendiri itu dikejar oleh kapal sejenisnya? Mengapa kapal-kapal pengejarnya semakin berkurang bahkan menghilang semua?"
"Mungkin kapal perang ini menolak menyerah sehingga dikejar-kejar oleh pengkhianat lain. Kapal-kapal yang menghilang mungkin terkait getaran yang terjadi di Zona Kematian baru-baru ini. Ah, berdasarkan fluktuasi sinyal yang terdeteksi oleh monitor selama pertempuran, semua kapal perang berpenggerak sendiri mengirimkan sinyal ke satu-satunya kapal yang tersisa ini. Bahkan dua kapal induk Kekaisaran juga pernah berkomunikasi dengan kapal ini."
Mendengar ini, tidak hanya semua orang, bahkan Omstead yang selama ini tanpa ekspresi pun menunjukkan wajah terkejut. Sedikit saja memiliki pengetahuan umum akan tahu, ini berarti kapal perang tersebut adalah kapal induk dari armada kapal perang berpenggerak sendiri. Kapal inilah yang memimpin kapal-kapal perang berpenggerak sendiri lainnya menghancurkan 2.000 kapal perang reguler Kekaisaran. Menghadapi tawaran menyerah dari pasukan Kekaisaran, dengan tegas menolak sehingga dikejar-kejar oleh pemberontak, bahkan secara tak terduga berhasil memusnahkan para pengkhianat yang mengejarnya. Ini adalah prestasi yang sangat besar! Jika tersebar ke publik, komandan ini akan segera menjadi pahlawan nasional! Di benak semua orang tergambar seorang perwira muda berbaju seragam militer, menerima bunga dan tepuk tangan meriah dari rakyat.
Perwira yang pertama sadar segera bertanya nama komandan kapal perang tersebut. Kam Mucchi buru-buru menekan tombol untuk mencari data. Tak lama kemudian, Kam Muchi berseru gembira: "Ketemu! Nomor kapal 512, komandannya Tang Long, bertugas di Komando Militer Distrik Bintang Haike. Baru berusia 19 tahun. Karena performa luar biasa di kamp pelatihan, dia masuk militer dengan pangkat Letnan Dua. Sebelum perang, berdasarkan perintah Letnan Jenderal Gu Ao yang menaikkan pangkat semua awak kapal perang berpenggerak sendiri satu tingkat, sekarang dia sudah Letnan!"
Letnan usia 19 tahun yang pasti menjadi pahlawan karena prestasi besar ini, bukankah begitu dia kembali pasti langsung dipromosikan jadi Kapten? Semua jenderal mulai merasa iri dengan kapten muda ini. Di usia segitu, mereka bahkan belum jadi perwira.
Mendengar nama Tang Long, sudut mulut Omstead mengembang senyum tipis. Rupanya penilaiannya belum tumpul. Dari dulu sudah merasa si nak sombong itu punya keunikan, tak disangka ternyata luar biasa berbakat.
“Mungkin itu anak Bapak yang menyamar?” Seorang jenderal di samping Moun berbisik, “Yang Mulia, bukankah putra Bapak, Don, tahun ini tepat 19 tahun? Dia juga masuk militer dengan pangkat Letnan Dua dari kamp pelatihan, dan berasal dari Distrik Militer Hark. Mungkinkah dia yang mengganti nama menjadi Tang Long dan bergabung dengan kapal perang berpenggerak sendiri?”
Moun menjawab dengan canggung, “Ah, mana mungkin aku tahu? Tapi kalau si brengsek itu berani ganti nama, pasti kupatahkan kakinya!”
Sang jenderal tersenyum, “Jika putra Bapak benar-benar Tang Long itu, rakyat pasti marah bila Bapak menyakitinya. Bagaimana kalau Bapak hubungi saja? Sangat mungkin dia, siapa lagi yang sepintar itu selain putra Bapak?”
“Eh... Ini... Kita masih dalam rapat militer. Lebih baik fokus ke agenda utama.” Moun buru-buru mengalihkan topik.
Omstead yang terus mendengarkan, dalam hatinya mencemooh. Dia tidak hanya mengenal betul sosok seperti apa Mun, tapi juga sangat memahami kualitas putranya Tang Tè. Sebelum masuk militer tidak perlu dibahas, setelah mendaftar, pria itu sama sekali tidak mengikuti latihan di kamp pelatihan. Mengapa bisa masuk militer dengan pangkat letnan dua? Ini bisa ditebak.
Dalang di balik semua ini sangat dikuasai Omstead. Untuk menambah alat pengendali terhadap Mun, diam-diam dia memerintahkan komandan Distrik Militer Hark yang dianggap sebagai bagian faksinya oleh Mun, untuk mengusulkan pemindahan Tang Tè ke Distrik Militer Hark.
Tidak lama sebelumnya, ketika Mun mendengar invasi pasukan musuh, ia segera meminta komandan tersebut untuk mengirim putranya pergi. Tentu saja, komandan itu meyakinkan dengan alasan menjamin keamanan dan mengatakan bahwa garis depan adalah kesempatan untuk meraih prestasi, membuat Mun akhirnya setuju. Ketika melihat semua kapal perang kelas tinggi di wilayah Federasi berkumpul di Distrik Militer Hark, hatinya pun semakin tenang.
Siapa sangka sekarang ada yang mengira Tang Long adalah Tang Te yang terlalu dilindungi itu? Omstead hampir tertawa membayangkannya, tapi tiba-tiba matanya berkilat sinar mengerikan, senyum dingin mengembang di sudut bibirnya.
Omstead mengetuk meja perlahan, bersuara lantang: "Baik, rapat kita istirahat sementara. Mari kita sarapan dulu sebelum melanjutkan." Ia berbalik pergi tanpa menghiraukan Kamuqi yang masih bengong. Saat pergi, melihat Mun sedang mengeluarkan ponsel antariksa sambil meninggalkan kursinya, senyumnya semakin dalam.
