“Komandan, komandan……” Tang Long yang sedang tidur lelap merasa ada yang memanggil di telinganya, sambil merasakan tubuhnya digoyang perlahan. Ia mengerutkan kening dan membuka matanya sedikit. Hanya melihat siluet kabur seseorang berdiri di depannya, tanpa melihat jelas ia menutup mata kembali, menggerakkan bibir sambil bergumam: “Jangan ganggu, aku lagi enak-enaknya tidur.”
Liu Sihao yang awalnya melihat Tang Long setengah berbaring di kursi dengan mata terbuka, langsung membungkuk hendak mengatakan sesuatu. Mendengar ucapan Tang Long, ia menghela napas panjang sambil menggelengkan kepala perlahan. Ia menengok ke sekeliling, menggigit bibir, lalu mengguncang tubuh Tang Long lebih keras sambil meninggikan suara: “Komandan, kita sudah sampai di pelabuhan.”
Tubuh diguncang dengan keras, Tang Long tak bisa tidur lagi. Ia meregangkan badan dengan nyaman, menguap panjang, lalu menggosok mata sambil berkata pada Liu Sihao: "Aduh, Sersan Liu Sihao, sampai pelabuhan ya sudah. Tidur sebentar lagi sampai mati apa?"
Liu Sihao tidak berkata apa-apa. Setelah Tang Long bangun, ia mengambil posisi siap sempurna dan berdiri tenang di sampingnya. Tang Long yang sudah berdiri memperhatikan kelakuan aneh Liu Sihao, lalu melihat sekeliling. Ia mendapati belasan bawahannya semua berdiri siap sempurna di sekitarnya dengan ekspresi ingin bicara tapi ragu.
Tang Long menggaruk kepala heran, membuka mulut hendak bertanya. Namun saat melihat rekaman proyeksi komputer di dinding kabin yang menampilkan barisan MP di dermaga pelabuhan, ia mengatupkan mulutnya. Setelah melirik anak buahnya, ia tersenyum, merapikan seragam militer, lalu melangkah menuju pintu keluar.
Saat Tang Long mengulurkan jari ke tombol lift, Liu Sihao mengangkat tangan seolah ingin menghentikannya sambil berkata: "Komandan..."
Tangan Tang Long berhenti sejenak, tapi dia segera berbalik dengan senyum cemerlang sambil melambaikan tangan: "Tenang, paling-paling cuma masuk penjara beberapa tahun. Tidak apa, aku pergi dulu." Setelah berkata demikian, dia menekan tombol dan platform lift mulai menurunkan tubuhnya perlahan.
Liu Sihao membuka mulutnya tapi tak bersuara, lalu menurunkan tangan lesu. Tiba-tiba seseorang menepuk bahunya - Li Lijun si pria besar. Li Lijun mengangguk ke arah platform lift yang sudah naik kembali. Di sana terlihat Mary, Chen Yi, El Hua, dan semua anggota lain berdiri membisu. Mereka hanya mengangguk pada Liu Sihao.
Melihat pemandangan ini, Liu Sihao menatap Li Lijun di sampingnya. Setelah menangkap sorot mata rekan itu, dia mengangguk mantap dan berjalan bersama Li Lijun menuju platform lift.
Tang Long berdiri di dermaga, menggeleng-gelengkan kepala sambil memandang pelabuhan antariksa yang dibangun di tepi pantai ini. Di permukaan laut yang tak terlihat ujungnya, berlabuh tak terhitung pesawat angkut kecil, sementara kapal perang hanya ada satu miliknya sendiri. "Dari kejauhan, kapal perangku ini juga mirip pesawat angkut, ya? Itupun pesawat angkut yang rusak parah." Tang Long menatap tubuh kapal yang penuh bekas luka, tak bisa tidak mengejek diri sendiri dalam hati.
“Apakah Komandan Tang Long?” Tiba-tiba suara dingin terdengar di telinga Tang Long. Tang Long menoleh dan menemukan MP yang tadi berdiri di kejauhan telah mengepungnya. Yang mengucapkan kalimat ini sekaligus memberikan hormat padanya adalah seorang Letnan Dua MP dengan pistol terselip di pinggang.
MP lain mendengar perkataan Komandan mereka, semua mengalihkan pandangan ke pangkat satu garis dan satu bintang di bahu Tang Long, mata mereka memperlihatkan ekspresi curiga. Mereka tak mengerti mengapa Komandan yang juga berpangkat Letnan Dua memanggilnya sebagai Komandan?
Tang Long membalas hormat dan mengangguk sambil berkata: "Saya Tang Long, ada keperluan apa?"
Letnan Dua itu mengeluarkan selembar kertas dari saku seragamnya, membentangkannya di depan Tang Long sambil berkata: "Maaf, Anda dan bawahan Anda ditahan." Meski sudah menduga hal ini, Tang Long tetap penasaran mengambil surat penahanan itu untuk membaca isinya.
Tertulis jelas: Seluruh anggota kapal perang berpenggerak sendiri nomor 512, melanggar perintah militer, meninggalkan sekutu tanpa pertimbangan, melarikan diri dari medan perang, disetujui untuk ditahan. Di kiri bawah selain stempel pengadilan militer, terdapat tanda tangan Soth. Nama yang dikenal Tang Long ini adalah komandan tertinggi Distrik Militer Hark - Mayor Jenderal Soth.
Sambil mengembalikan surat penahanan ke Letnan Dua, Tang Long bernegosiasi: "Ehm... bawahan saya hanya menjalankan perintahku yang melanggar aturan. Bisakah hanya aku yang ditahan, mereka dibebaskan saja?"
Letnan Dua hanya berkata dingin, "Maaf." Lalu melambaikan tangannya memberi perintah: "Bawa mereka pergi!"
Tang Long tertegun mendengar ini, bawa mereka pergi? Bukankah hanya aku di sini? Penasaran, dia menoleh ke belakang dan melihat Liu Sihao dan yang lain sudah turun, masing-masing dijepret pistol oleh MP.
Liu Sihao yang melihat tatapan Tang Long hanya tersenyum pahit, "Komandan, meski kami tidak turun, tetap akan ditangkap." Li Lijun berteriak keras, "Komandan, saat di kapal kita sudah berbagi kesulitan, sekarang biarkan kita tanggung bersama!"
Tang Long mendengar ini, tidak berkata apa-apa, hanya menoleh ke belakang dan menundukkan kepala. Meski tak ingin mereka juga ditangkap, tapi melihat surat perintah penangkapan itu, sudah jelas mereka akan ikut celaka bersamanya. Tentu saja dirinya sudah memutuskan untuk memberi keterangan di pengadilan militer bahwa mereka terpaksa melanggar perintah militer di bawah tekanan dirinya. Dengan memikul semua tanggung jawab sendiri, dia berharap hukuman mereka tidak terlalu berat, atau bahkan dibebaskan dari hukuman. Untuk sekarang, penangkapan mereka bisa dianggap sebagai teman seperjalanan mengunjungi pengadilan militer.
Tang Long membiarkan MP memborgol tangannya, melihat MP lainnya yang tegang memegang pistol untuk mengawasi, dia tak bisa menahan tawa. Kalau benar-benar ingin melawan, tentu dia takkan kembali, tapi mencari tempat persembunyian saja.
Tiba-tiba Tang Long melihat beberapa MP membawa borgol mendekati keempat prajurit wanita itu. Wajah keempat prajurit wanita itu menunjukkan ekspresi sedih. Dengan panik dia berteriak ke arah Letnan Dua MP itu: "Saudara, mereka berempat hanya prajurit administratif, termasuk golongan perempuan lemah. Tolong jangan dikenakan borgol. Mereka tidak akan kabur."
Letnan Dua MP itu melihat para MP yang bertanggung jawab atas keempat prajurit wanita berhenti bergerak dan menatapnya setelah mendengar perkataan Tang Long. Dia tahu mereka mulai bersimpati. Melihat keempat prajurit wanita yang terlihat lemah dan memprihatinkan itu, ekspresinya melunak. Setelah berpikir sejenak dia berkata: "Untuk sementara borgol tidak perlu dipakai. Tapi setelah sampai di tujuan, tetap harus dipasang."
Tang Long segera mengangguk: "Saudara ini mengerti. Kami tidak akan menyusahkan posisimu. Terima kasih, Saudara."
Letnan Dua MP melihat empat prajurit wanita cantik bak bunga itu menunjukkan ekspresi berterima kasih padanya, wajahnya langsung memerah. Ia buru-buru batuk kecil dan melambaikan tangan sambil berkata, "Kita pergi." Kemudian ia berjalan di depan sebagai pemimpin rombongan.
Liu Sihao memperhatikan para MP yang mengawal mereka dengan sopan, dadanya berdebar aneh. Diam-diam dia heran, kenapa MP bisa bersikap manusiawi? Bukankah MP selama ini identik dengan kekejaman? Diam-diam ia melirik lencana di lengan MP di sebelahnya. Begitu melihat pola berbeda dari lencana MP biasa yang pernah dilihatnya, detak jantungnya semakin kencang.
Liu Sihao yang familiar dengan desain lencana berbagai korps Angkatan Darat Federal telah menyadari bahwa MP ini bukan MP biasa, melainkan MP yang berada di bawah komando langsung Markas Besar Komando! Liu Sihao merasa heran, kesalahan mereka hanya melarikan diri dari medan perang yang seharusnya bisa diadili oleh pengadilan militer Distrik Militer asal mereka. Mengapa harus melibatkan MP dari Markas Besar Komando? Apakah pelanggaran disiplin militer yang mereka lakukan benar-benar seberat itu? Namun, MP-nya MP ini ternyata masih punya sisi humanis? Liu Sihao mulai merasa pusing.
Liu Sihao melihat Tang Long yang terus berbicara panjang lebar sambil berjalan, berusaha mencari keakraban dengan MP yang mengawalnya. Meski para MP itu tidak menanggapi, Tang Long tetap saja terus berbicara seolah tak merasa. Ia menggelengkan kepala sambil tersenyum getir. Atasannya ini benar-benar tak bisa ditebak, apakah dia tidak sadar bahwa kesalahannya bisa berujung pada hukuman tembak jika dinilai berat?
Tang Long tiba-tiba merasa lega karena teringat bahwa dirinya telah menghancurkan 2.000 kapal musuh, sebuah prestasi gemilang. Menurut Peraturan Penghargaan & Hukuman Perang Federasi, prestasi ini setidaknya bisa mengantarnya menjadi jenderal. Meski melanggar perintah militer, dengan prestasi melebihi kesalahan, mungkin masih bisa meraih pangkat Letnan Kolonel. Paling buruk, kesalahan dan prestasi saling menghapus sehingga ia bebas. Bahkan jika dihukum, maksimal hanya masuk penjara keras beberapa waktu - tidak perlu khawatir. Untuk bawahan? Dengan semua tanggung jawab dipikulnya, sesuai prestasi mereka pun layak naik pangkat.
Semakin dipikir, Tang Long semakin girang. Kekhawatiran sebelumnya lenyap. Akhirnya ia berjalan paling depan dengan kepala tegak dan dada membusung, meski gerakannya agak aneh karena tangannya terborgol sehingga tak bisa melenggang bebas.
Liu Sihao melihat alat transportasi yang digunakan untuk mengangkut mereka ternyata mobil apung, dia tertegun sejenak dan berpikir dalam hati: "Mengapa bukan pesawat angkut? Penggunaan mobil apung bukankah mengisyaratkan interogasi akan dilakukan di Planet Haike? Lalu mengapa tidak mengirim MP biasa, tapi malah mengerahkan MPMarkas Besar Komando?"
Liu Sihao yang terus menerawang dan rekan seperjuangan lain yang diam seribu bahasa dimasukkan ke kendaraan pengangkut tertutup, sementara Tang Long yang matanya jelalatan dibawa masuk ke mobil apung sedan.
Tang Long yang duduk nyaman di sofa bertanya kepada letnan dua di hadapannya: "Bro, kenapa pelabuhan ini sepi banget? Apa kalian memberlakukan keadaan darurat? Apa orang kayak gue yang melanggar perintah militer sampe segitunya pentingnya?"
Letnan dua MP menggelengkan kepala: "Maaf, saya tidak tahu apakah pelabuhan ini dalam keadaan darurat. Saya hanya mendapat perintah untuk menangkap dan mengantar kalian ke penjara militer."
Tang Long yang semula masih duduk bersila dengan santai langsung membelalakkan mata dan berteriak, "Penjara? Bukankah harus melalui interogasi dulu, dinyatakan bersalah baru masuk penjara? Aku belum diadili di pengadilan militer!"
Letnan Dua itu juga tertegun sejenak. Setelah berpikir beberapa saat, ia berkata, "Ini perintah langsung dari komandan tertinggi Distrik Militer Hark, Mayor Jenderal Soth. Mungkin karena sedang dalam masa siaga perang, hakim pengadilan militer sibuk memindahkan pasukan sehingga tidak sempat menangani kasus ini. Karena itu Anda perlu tinggal sementara di penjara."
Para hakim pengadilan militer di berbagai distrik militer Federasi umumnya merangkap jabatan militer sehari-hari. Saat ada misi penting, persidangan sering ditunda. Meskipun hakim non-profesional ini kerap menjatuhkan putusan emosional untuk kasus-kasus kecil yang tidak penting, itulah hak prerogatif pengadilan militer.
“Peringatan pra-perang?” Tang Long bergumam. Masih disebut peringatan pra-perang? Padahal dia sendiri sudah bertempur dengan musuh. Setidaknya seharusnya sudah masuk kategori peringatan tempur. Dia menghela nafas. Ya sudahlah, masuk penjara juga tidak apa. Dari awal dia sudah memperkirakan ini. Hanya sayang anak buahnya yang harus ikut sengsara, harus meringkuk beberapa hari di penjara militer sebelum bisa bebas.
Tak lama kemudian, mobil berhenti. Tang Long keluar dan melihat kendaraan berhenti di depan pintu logam besar berwarna hitam legam. Di kedua sisi pintu logam tersebut terbentang tembok tinggi nan panjang. Di puncak tembok, setiap beberapa puluh meter terdapat lubang senapan laser otomatis. Tang Long melirik sekeliling. Ternyata hanya mobilnya yang ada di sini. Kendaraan pengangkut yang membawa anak buahnya sama sekali tidak ikut datang.
"Ini adalah penjara militer untuk perwira berpangkat Letnan. Anak buah Anda berada di penjara bintara. Silakan ikut, kepala penjara sudah datang." MP Letnan Dua itu menunjuk beberapa orang yang berdiri di depan gerbang penjara. Karena area yang luas dengan populasi jarang serta dana yang mencukupi, dibuatlah penjara militer terpisah untuk tahanan berbeda pangkat.
Tang Long mengikuti MP Letnan Dua itu. Dari kejauhan terlihat seorang pria paruh baya dengan perut buncit berbaju seragam Mayor, berdiri di antara dua sipir berpangkat Kapten.
"Komandan, ini Letnan Tang Long. Mohon konfirmasi serah terima." MP Letnan Dua itu memberi hormat ke Mayor gemuk tersebut, lalu mengeluarkan sebuah alat berbentuk piringan sebesar telapak tangan. Setelah menekan tombol di pinggir piringan, terdengar suara "B". Pada bagian kaca di tengah piringan muncul siluet wajah Tang Long disertai deretan teks mengambang di sekitarnya.
Mayor gendut itu awalnya memandang curiga pada pangkat Letnan Dua di bahu Tang Long, lalu melihat ke arah Letnan Dua MP, baru kemudian mengangguk dan menerima mesin itu. Ia memeriksa siluet wajah Tang Long dan teks-teks tersebut dengan seksama, kemudian mengarahkan sisi mesin ke Tang Long sambil menunjuk sebuah tombol di atasnya sambil tersenyum berkata: "Silakan Letnan Tang Long konfirmasi identitas, cukup tekan dengan jari telunjuk."
Tang Long tahu ini adalah prosedur pencegahan kesalahan penjemputan, maka tanpa bicara ia melakukan sesuai petunjuk. Hanya saja para MP yang menyaksikan adegan ini mengerutkan kening.
Mayor gendut itu melihat data yang sesuai muncul di mesin, buru-buru tersenyum pada Letnan Dua MP: "Bukan tidak percaya pada kalian, tapi ini kan program tetap, harap dimaklumi." Sambil berkata demikian, ia menekan tombol di piringan untuk menyimpan identitasnya ke dalam sistem.
Letnan Dua MP tidak berkata apa-apa, hanya menerima piringan yang telah menyelesaikan konfirmasi serah terima, memberi hormat kepada semua orang lalu naik mobil dan pergi. Mayor perut buncit yang tersenyum melihat mobil mulai bergerak, setelah mobil menjauh, meludah keras ke arah bayangan mobil sambil menggeram: "Sialan, pakai seragam anjing aja sok jadi manusia. Masukkan dia ke sel tahanan individu." Mayor perut buncit itu langsung masuk ke penjara tanpa sekalipun memandang Tang Long.
Kedua Kapten itu menjawab "Ya", lalu mendorong Tang Long dengan kasar menuju penjara. Meski Tang Long sangat tidak puas, namun karena pertama-tama dirinya adalah tahanan, kedua keduanya berpangkat lebih tinggi, terpaksa dia menelan amarahnya.
Setelah melewati pintu penjara, Tang Long belum sempat melihat kondisi penjara dengan jelas, langsung dibawa ke sebuah ruangan sempit yang di dindingnya terdapat panel kontrol dipenuhi tombol. Sebelum sempat bertanya, mereka mengalungkan sebuah kerah leher di lehernya. Melihat benda sebesar jari itu melingkari lehernya, Tang Long berteriak: "Apa ini?"
Dua orang kapten—satu melepas borgol Tang Long, satunya lagi berdiri di depan panel kontrol sambil mengutak-atik tombol. Mendengar pertanyaan Tang Long, kapten yang melepas borgolnya mengedipkan mata sambil tersenyum sinis: "Hehe, selama benda ini belum dilepas, kalau kau kabur dari area penjara, ia akan langsung meledak dan menghancurkan kepalamu!"
"......" Tang Long terdiam membeku mendengar penjelasan itu. Hanya orang gila yang bisa tertawa mengetahui ada benda mematikan mengalung di lehernya.
Saat itu, perwira yang sedang mengutak-atik panel kontrol mengangkat kepala dan berkata: "Kita sampai, ini selmu." Bersamaan dengan suaranya, dinding di depan Tang Long tiba-tiba terbelah, memperlihatkan ruangan sempit yang hanya berisi tempat tidur, toilet, keran air, dan wastafel. Perwira yang melepas borgol Tang Long mendorongnya dengan kasar, membuat Tang Long yang sedang melamun masuk ke dalam sel yang terlihat seperti artefak kuno ini.
Tang Long yang terdiam di sel terbangun oleh suara mencicit. Ia menoleh dan melihat pintu sel kini tertutup jeruji besi berpuluh batang yang dipenuhi percikan listrik. Melalui jeruji, terlihat kubus tiga dimensi berukuran 4-5 meter kubik melayang di udara - ruang transportasi tahanan tempatnya berada sebelumnya. Setelah menyaksikan ruang transportasi itu menghilang tanpa suara, barulah Tang Long mulai perlahan-lahan melihat sekelilingnya.
Yang terlihat adalah deretan sel penjara di seberang yang sama dengan sisi ini, namun semuanya kosong dan tidak memiliki jeruji besi yang tertutup. Berjalan mendekati jeruji besi dan hati-hati melihat ke bawah, terlihat bahwa ini adalah bangunan berbentuk "" (hui), persis seperti yang pernah dilihat di film. Tang Long sekilas menghitung bahwa di seberang terdapat 10 lantai, setiap lantai memiliki 20 sel. Berdasarkan ini, disimpulkan bahwa dirinya dikurung di sel nomor 12 lantai 5 sisi ini.
Tak lama kemudian, Tang Long merasakan kesunyian yang membuat gelisah, tak tahan ia berteriak: "Halo! Ada orang di sini?" Namun selain gema yang bergema, tak ada suara lain yang terdengar.
Tang Long tak sengaja meraba kalung di lehernya dan bergumam: "Apa hanya aku satu-satunya narapidana di penjara ini? Bagaimana kabar Liu Sihao dan yang lain? Ah, jika penjara perwira saja mendapat perlakuan seperti ini, pasti nasib mereka juga tidak lebih baik." Tang Lung lemas duduk di papan tempat tidur, menatap dinding logam yang mengelilinginya.
Saat itu, dinding yang menghadap ke koridor tiba-tiba retak membentuk bukaan persegi selebar telapak tangan dan panjang setengah meter. Dengan suara berderit, muncul sebuah pelat besi yang di atasnya tertata rapi perlengkapan sehari-hari seperti seprai tipis, cangkir, handuk, sikat gigi, serta beberapa pakaian ganti. Ketika pelat besi itu sepenuhnya keluar, empat pilar besi muncul dari lantai untuk menopangnya dengan kokoh. Setelah bukaan itu menutup dengan suara 'plak', terbentuklah meja sederhana.
Tang Long membuang-buang barang-barang itu sambil bergumam, "Semua barang kelas rendahan! Pasti kepala penjara korupsi, kalau tidak mustahil peralatannya seburuk ini!"
Sedang berbicara, dinding di sebelah meja kembali muncul retakan kecil. Kali ini yang keluar adalah set kotak makanan. Tang Long yang sedang lapar langsung mengambilnya. Tanpa melihat isinya, ia langsung menyantap beberapa suap sebelum muntah-muntah. Ia berteriak ke luar, "Apa ini tidak salah! Ini makanan babi! Kau pasti mati, Kepala Penjara! Berani-beraninya mengurangi jatah makan narapidana. Aku akan melaporkanmu!" Namun yang menjawab hanyalah decitan tiang pengisi daya di pintu dan gema suaranya sendiri.
Tang Long melempar kotak makanan kembali ke lubang pengiriman makanan, dengan wajah merah marah mengambil selimut tipis dan membungkus tubuhnya di atas papan tempat tidur siap untuk tidur. Berbaring di papan kayu, Tang Long melihat sel kosong di luar yang menyeramkan mengarah padanya, tak bisa menahan diri menutup mata dan menghela napas: "Ah, semoga perlakuan untuk Liu Sihao dan yang lain lebih baik. Semoga persidangan cepat dimulai agar mereka bisa bebas, tidak perlu menderita bersamaku." Sambil berkata demikian, Tang Long tak sadar meringkukkan tubuhnya dan perlahan mulai tertidur.
Saat itu di Markas Komando Distrik Militer Bintang Haike, Letnan Dua MP yang mengawal Tang Long sedang berdiri di hadapan seorang pria paruh baya yang tersenyum. Melihat dua bintang emas di bahu pria tersebut dan plakat nama di meja kerjanya, jelas bahwa ini adalah komandan tertinggi Distrik Militer Bintang Haike - Mayor Jenderal Sos.
Mayor Jenderal Sors tersenyum mendengarkan laporan Letnan Dua MP, lalu mengangguk dan berkata: "Bagus, tugas kali ini kalian selesaikan dengan sukses. Tampaknya rekomendasi saya untuk menjadikan kalian anggota MP tidak sia-sia. Ini pemberitahuan dari Departemen MP untuk pelatihan intensif unit kalian, bersiaplah untuk berangkat." Sambil berkata demikian, ia menyerahkan kartu hitam.
Letnan Dua MP itu menerima kartu tersebut dengan kedua tangan penuh sukacita, lalu memberi hormat tegap sambil menahan kegembiraan: "Terima kasih atas bimbingan Komandan!"
Setelah Letnan Dua MP pergi, Mayor Jenderal Sors mengeluarkan telepon antariksa barunya. Setelah tersambung, ia hanya berkata: "Informasi sudah diisolasi, akan segera dilaksanakan sesuai rencana." Kemudian mematikan telepon dan melemparkannya ke tong sampah yang terhubung ke insinerator di ruangan itu.
Setelah kenyang langsung tidur, menghabiskan dua hari tanpa kegiatan berarti, Tang Long pada malam itu dalam keadaan setengah sadar mendengar suara pintu besi yang dibuka. Kemudian merasakan seseorang mendekatinya, saat hendak membuka mata, tiba-tiba merasakan sengatan listrik yang melumpuhkan seluruh tubuh di perutnya. Tang Long tak kuasa menjerit keras, tubuhnya meringkuk.
Saat arus listrik menghilang, tubuh Tang Long yang masih kejang diangkat oleh beberapa orang. Kepalanya yang tertunduk ditarik paksa ke belakang dengan menggenggam rambutnya. Membuka mata, yang terlihat adalah wajah garang seorang tentara. Melihat sosok ini, Tang Long tertegun sejenak, tapi segera berkata terengah-engah: "Kau, berani-beraninya menyerang komandan, tidak takut aku mengadilkanmu ke pengadilan militer?"
Orang ini tepatnya adalah Sersan Senior yang pernah dihajar Tang Long di bandara saat pertama kali tiba di Planet Haike. Mendengar perkataan Tang Long, pria itu tertawa terbahak-bahak: "Hahaha, dengar apa yang dikatakannya! Dia bilang aku menyerang atasan, aduh aku sangat takut nih." Sambil berkata demikian, dia membuat ekspresi ketakutan yang dilebih-lebihkan ke arah Tang Long.
Tang Long baru menyadari tawa riuh di sekelilingnya. Ternyata selain orang itu dan dua orang yang menahan tubuhnya, masih ada dua tentara lain di pintu sel. Setelah mengamati lebih seksama, jantungnya langsung dingin - keempat perwira ini adalah Letnan Dua dari kompi yang sama yang pernah dikalahkannya dalam kompetisi gelanggang di pangkalan, sehingga kehilangan kualifikasi!
Sersan Senior yang tidak diketahui namanya itu melihat Tang Long tidak memperhatikannya, tanpa sadar menghantam perut Tang Long dengan pukulan keras. Namun alih-alih membuat Tang Long menunjukkan ekspresi kesakitan, justru tangannya sendiri terasa nyeri. Orang ini lalu menampar Tang Long dua kali, lalu menyembunyikan tangannya di belakang sambil menggoyangkannya diam-diam.
Kemudian dengan tatapan dingin ia menatap Tang Long yang sudut mulutnya mulai berdarah, berkata: "Kuberi tahu, jangan harap kau bisa mengintimidasi dengan pangkat lagi! Aku sekarang sudah jadi Letnan Dua, lihat ini!" Dengan penuh emosi ia menunjuk pangkat Letnan Dua di bahunya, mendekatkan badan agar Tang Long melihat jelas.
Kilatan keganasan terpancar dari mata Tang Long. Dengan mengandalkan dua orang yang masih erat memeluk lengannya, tubuhnya tiba-tiba melenting ke atas dan menendangnya dengan keras. Sambil meludah "huh", ia berkata: "Kuberi tahu, sekarang aku Letnan! Selalu satu tingkat di atasmu!"
Saat itu, orang tersebut menjerit kesakitan dan terlempar ke dinding. Sebelum sempat berkata-kata, dua letnan dua lainnya yang berdiri di pintu langsung menerjang masuk, memeluk erat kaki Tang Long yang sedang menendang-nendang. Karena belum pulih sepenuhnya dari sengatan listrik, Tang Long kehilangan kesempatan untuk melawan.
Orang itu baru bangkit sambil memegangi perutnya. Mata penuh dendamnya semakin menyala. Melihat Tang Long yang dipegangi keempat anggota badannya, dia berteriak, "Sialan! Berani-beraninya mukul aku!" Sambil terus menampar wajah Tang Long tanpa henti, dia menjerit-jerit, "Letnan, letnan, berani pake pangkat letnan buat nindas aku? Mati aja kau letnan!" Ketika wajah Tang Long sudah bengkak seperti wajahnya mirip babi dan mulai tergeletak di lantai, dia mulai menendang-nendang perut Tang Long sambil berteriak, "Sialan berani mukul aku? Kalau gak kubunuh, namaku bukan Shen Jin!"
Keempat letnan dua itu awalnya juga sambil menahan Tang Long sambil menyelundupkan pukulan keras, namun melihat kegilaan Shen Jin dan kondisi Tang Long yang sudah pingsan, mereka segera melepaskan Tang Long dan bersama-sama menahan Shen Jin yang masih ingin terus memukulinya.
"Lepaskan aku! Aku ingin membunuhnya!" teriak Shen Jin sambil berontak.
Salah satu letnan dua buru-buru berteriak, "Bukankah Mayor sudah bilang? Dia masih harus diinterogasi, tidak boleh dibunuh! Kalau tidak, Mayor dan kita semua akan kena masalah!"
Mendengar ini, Shen Jin mulai tenang. Setelah menarik napas dalam-dalam, dia berkata, "Aku mengerti. Bawa dia ke ruang medis untuk pemeriksaan." Keempat letnan dua itu melihat dia benar-benar sudah tenang, baru melepaskan Shen Jin. Tiga letnan dua mulai menyeret Tang Long ke transportasi berbentuk ruangan yang mengambang di luar pintu, kendaraan yang sama yang membawa Tang Long ke sini.
Saat itu, seorang letnan dua yang tersisa menyalakan rokok untuk Shen Jin, lalu berkata dengan sedikit khawatir: "Apa nanti dia akan melaporkan pemukulan kita saat di pengadilan militer?"
Shen Jin yang menghembuskan asap rokok melototi letnan dua ini: "Kenapa? Takut?"
Letnan dua itu cepat-cepat menggelengkan kepala: "Tidak sama sekali, aku hanya khawatir akan membawa masalah ke Mayor."
Shen Jin menghisap rokok dalam-dalam dan berkata: "Tenang, teman kakakku yang kepala penjara bilang, selama tidak sampai patah tulang, saat dia harus menghadap pengadilan militer, kita bisa berikan terapi sel aktif. Nanti dia mengadu pun kita bisa bilang dia memfitnah. Sayangnya harus keluar biaya pengobatan."
Mendengar ini, sang letnan dua langsung terlihat lega. Ia mengangguk-angguk: "Bagus, semau kerasnya kita pukuli, bekas lukanya tidak akan ketahuan."
Shen Jin kembali menghisap rokoknya, lalu melemparkan puntung rokok ke lantai dan menginjaknya dengan keras. Matanya berkilat penuh kejam: "Hmph! Aku khusus menggunakan koneksi untuk ditugaskan sebagai sipir penjara. Jika tidak melampiaskan amarah dengan baik, mana pantas untuknya? Ayo, lihat prestasi kita." Ia membawa sang Letnan Dua menuju transportasi itu.
Di ruang medis penjara, seorang perwira medis berpangkat Sersan Senior yang sudah berumur sedang memeriksa Tang Long dengan peralatan medis, sambil diam-diam mengamati lima Letnan Dua yang seragam militernya ternoda darah, sedang mengobrol santai.
Shen Jin awalnya merasa gelisah saat memasuki ruang medis, namun melihat perwira medis ternyata hanya seorang Sersan Senior, ia pun lega. Setidaknya tak perlu khawatir si tua ini terlalu banyak bertanya. Melihat sang perwira medis tak kunjung meninggalkan panel kontrol komputer, ia tak sabar bertanya: "Sersan, bagaimana kondisi orang itu?"
“Orang itu? Oh, Letnan Dua itu, seliga rusuknya patah beberapa, sisanya hanya luka-luka permukaan. Bisa cepat sembuh.” Dokter militer tua itu berkata sambil menatap data yang ditampilkan komputer.
Shen Jin dan kawan-kawannya yang sedang menanti-nanti langsung tertegun. Pemukulan brutal mereka terhadap Tang Long ternyata hanya mengakibatkan patah tulang rusuk? Shen Jin mengumpat keras: "Sialan, tak disangka bajingan ini ternyata sekuat itu!"
Seorang letnan dua menyenggol Shen Jin sambil tertawa: "Bukannya ini lebih baik? Kita bisa perlahan-lahan 'menghiburnya' nanti." Mendengar ini, Shen Jin dan para letnan dua lainnya tertawa terkekeh-kekeh dengan suara mengerikan.
Mendengar tawa itu, dokter tua itu gemetar takut. Dalam hati ia bergumam: "Para letnan dua baru ini kenapa sadis sekali? Sepertinya mereka menikmati penyiksaan. Pasti letnan dua yang bermasalah ini telah membuat mereka dendam setengah mati."
Shen Jin tertawa, lalu berjalan ke kotak perawatan sambil menekan tombol dan berkata kepada dokter militer: "Kalau dia cuma patah beberapa tulang rusuk, tak perlu perawatan khusus." Saat membuka kotak perawatan dan melihat tubuh telanjang Tang Long, dia mengumpat: "Sialan, benda ini benar-benar efektif. Baru sebentar saja, bekas luka di wajahnya sudah hilang."
Para letnan dua itu juga mendekat penasaran. Melihat wajah Tang Long yang tadinya bengkak merah sudah kembali normal, mereka diam-diam mengagumi kemajuan teknologi. Shen Jin melihat tubuh telanjang Tang Long, tiba-tiba menyeringai jahat: "Hehe, kira-kira ada nggak narapidana dengan 'minat khusus' di penjara kita? Biar mereka bersenang-senang dengan Tang Long kita. Pasti dia bakal sangat berterima kasih pada kita."
Mendengar perkataan Shen Jin ini, para letnan dua mengangguk setuju. Seorang letnan dua menggelengkan kepala sambil tertawa: "Sayangnya saat ini, penjara kita hanya punya satu tahanan, dan kita semua tidak tertarik dengan hal itu. Kalau tidak, pasti akan jadi tontonan menarik." Dokter militer tua yang berdiri di sudut menggelengkan kepala diam-diam sambil memandangi orang-orang yang mirip iblis ini.
Saat para letnan dua itu tertawa-tawa siap menyeret Tang Long keluar, tiba-tiba Tang Long membuka matanya dan menghujamkan tinju dengan garang. "Dua Naga Keluar Laut" - dua letnan dua yang menariknya langsung mendapat pukulan di hidung, darah mengucur deras sambil menjerit-jerit dan terjatuh. Sebelum yang lain sempat bereaksi, dengan gesit dia melompat keluar, mengabaikan keadaan telanjang bulat, sebuah tendangan melayang menjatuhkan letnan dua terdekat, disusul sikuannya yang menghantam letnan dua lainnya sampai roboh.
Hanya dalam hitungan detik, yang masih berdiri hanyalah Shen Jin dan si dokter militer tua yang matanya terbelalak lebar. Shen Jin memandangi Tang Long dengan rasa tidak percaya, tak menyangka bahwa Tang Long yang sudah pingsan ternyata bisa sadar secepat ini.
