"Dasar Bodoh! Sampai sekarang masih tak bisa melihat?" Munen mendengar perkataan putranya, kembali mengaum dengan geram.
Munen meneriakkan kalimat itu tanpa menunggu putra mereka menjawab, sambil berjalan bolak-balik mengelilingi ruang tamu dengan api amarah yang menyala-nyala, terus mengumpat: "Dari awal semua ini adalah jebakan si brengsek itu, kau si brengsek masih setengah sadar melompat ke bawah, akhirnya malah menyeretku ke dalam. Sialan, taktik ini bagus! Tidak hanya bisa menekanku, tapi juga bisa memperoleh kekuasaan luar biasa lewat ini!"
Tang Tè tetap tidak paham bertanya: "Kekuasaan fenomenal? Kekuasaan apa yang dia dapatkan dari kejadian ini?"
Munen mendengar itu, hampir tak tahan ingin memukulnya habis-habisan. Tapi mengingat ini adalah anak tunggalnya, tangan yang terangkat pun diturunkannya kembali. Ia duduk di sofa sambil mengumpat lemas: "Aku tak tahu bagaimana bisa melahirkan idiot sepertimu! Apa kau tidak nonton berita? Si brengsek Omstead lewat kasus ini berhasil mengamandemen aturan militer bahwa Jenderal Bintang Empat bisa memerintahkan seluruh Personel Militer Federasi! Artinya tak lama lagi dia benar-benar akan jadi orang nomor satu di militer!"
Melihat putranya masih bengong tak mengerti, Munen menghela napas dan menjelaskan lagi: "Maksudnya usulan wartawan itu akan cepat diterima massa. Para calon anggota dewan yang sedang mati-matian mengumpulkan suara pasti akan menjadikannya alat pengendali. Mereka pasti berjanji pada rakyat bahwa begitu terpilih, akan memilih di Parlemen!"
Tang Tè akhirnya mengerti, tetapi pemahaman ini hanya membuatnya terdiam membeku. Munen tidak menghiraukan ekspresi bengong putranya, menutup mata sejenak sembari berpikir. Tiba-tiba, Munen membuka mata lebar-lebar dan berdiri seraya berkata: "Tidak bisa! Aku tidak bisa diam menunggu kehancuran, harus segera menghubungi tiga jenderal bintang empat lainnya agar tidak dihancurkan satu per satu!" Setelah mengatakan itu, dia berjalan menuju area telepon video.
Tang Long yang marah langsung menghancurkan proyektor hingga remuk ketika melihat berita tersebut, sehingga sama sekali tidak tahu tentang konferensi pers marsekal yang ditayangkan kemudian.
"Untuk merebut sedikit jasa, tega membunuh begitu banyak orang! Apakah gerombolan ini masih manusia?!" Tang Long yang geram mengertakkan gigi mondar-mandir di ruang kontrol.
Meskipun Robot juga melihat berita itu, dia tidak mengerti apa yang istimewa dari pesan ini. Dia justru menyesali mesin pemutar rekaman yang rusak. Dia sudah memutuskan untuk memperbaikinya begitu proses pemurnian mineral selesai.
"Saudara, mineralnya sudah siap belum? Aku tidak sabar!" Tang Long tiba-tiba berdiri di depan Robot dan bertanya.
Robot tertegun sejenak mendengar sebutan "saudara", tapi segera menjawab: "Masih 12 jam lagi, tidak bisa dipercepat, Saudara." Melihat Tang Long diam dan terus mondar-mandir setelah mendengar ini, Robot menyadari suhu tubuh Tang Long naik signifikan. Dia bertanya: "Saudara, bisakah kau meningkatkan energimu sendiri?"
"Energi?" Tang Long bertanya dengan ragu.
"Ya. Suhu tubuhmu sudah naik lebih dari satu derajat. Jika bisa mencapai 100 derajat, aku yakin kita bisa menggerakkan ekskavator tanpa perlu blok energi."
"Tang Long merasa agak pusing. Robot ini sama sekali tidak memiliki pengetahuan dasar manusia," jelasnya sambil berusaha sabar. "Kenaikan suhu tubuhku ini karena kemarahan. Lagipula, tubuh manusia tidak bisa mencapai suhu 100 derajat, kalau tidak kita akan matang seperti direbus."
"Kemarahan? Istilah ini sepertinya pernah kuketahui, dikatakan sebagai manifestasi emosi negatif. Mengapa kau marah?" tanya Robot lagi dengan ekspresi bingung, lampu sensor di kepalanya berkedip-kedip pelan.
"Ah, kemarahanku berasal dari berita yang tadi ditayangkan televisi," jawab Tang Long lesu sambil menatap lantai. "Semua korban yang tewas itu memiliki hubungan denganku. Mereka dibunuh oleh para Komandan yang ingin menghilangkan saksi."
Robot memproses data selama beberapa detik sebelum bersuara, "Aku ingat, sebelum bertemu denganku, para tahanan di sini sering mengutuk seseorang bernama Komandan. Mengapa sosok ini bisa begitu leluasa melakukan penindasan?"
Tang Long akhirnya menyadari bahwa orang-orang yang pernah dikurung sebelumnya semuanya menjadi korban penindasan komandan. Dengan geram ia berkata, "Hmph! Karena komandan yang disebut-sebut itu memiliki kekuasaan, mereka bisa menggunakan ini untuk menganiaya bawahan!"
"Kekuasaan? Apakah hal ini sangat hebat bagi kalian manusia?"
"Sangat hebat! Dengan memiliki hal ini, hampir bisa dikatakan angin pun bisa dipanggil, hujan pun bisa diturunkan. Semua orang akan mengelilingimu dan menuruti perintahmu. Dengan meraih kekuasaan tertinggi, kau akan berdiri di puncak tertinggi umat manusia!" Kata Tang Long sambil menggeretakkan giginya. Dulu ia tak pernah merasakan energi dari hal semacam ini, tapi sekarang ia memiliki pemahaman yang mendalam.
"Oh, kalau begitu orang yang memperoleh hal ini bisa berbuat semaunya? Lalu mengapa kau tidak berusaha meraih kekuasaan seperti itu? Dengan begitu kau tidak akan dikurung di sini." Robot kembali bertanya.
Tang Long terkejut mendengar ini. Ya, jika dirinya memiliki kekuasaan, tentu tidak akan dikurung di sini. Para pejabat tinggi takkan bisa mengincar prestasinya, dan mereka takkan membunuh rekan-rekannya demi menyimpan rahasia.
Memikirkan ini, Tang Long menyadari alasan dirinya enggan menjadi tentara adalah karena tak ingin melihat orang-orang terkait dirinya terancam bahaya. Tapi kini ia merasa dirinya terlalu pengecut dan terlalu arogan.
Apakah puluhan ribu nyawa yang gugur akan selamat hanya karena dirinya tidak jadi tentara? Apakah mereka takkan dalam bahaya jika dirinya bukan tentara? Apakah musuh akan mengampuni mereka jika dirinya tidak memimpin pasukan menyerang? Jawabannya jelas tidak. Dirinya sama sekali tidak punya pengaruh untuk mengendalikan puluhan ribu sekutu dan ratusan ribu pasukan musuh. Yang bisa mengendalikan kehendak mereka hanyalah komandan tertinggi kedua belah pihak. Semua orang di medan perang hanyalah buah catur bagi komandan tertinggi.
Mengingat informasi yang pernah disampaikan kakak komputer tentang perbedaan besar antara biaya produksi dan harga beli kapal perang berpenggerak sendiri, Tang Long merasakan sensasi seperti hatinya terbakar. Pikirannya dengan jelas menyadari bahwa kapal perang berpenggerak sendiri hanyalah produk bagi para pejabat tinggi dan pengusaha senjata untuk mengeruk keuntungan besar, sedangkan para awak kapal seperti dirinya hanyalah korban dari produk tersebut. Militer bahkan mengerahkan 10.000 unit kapal perang berpenggerak sekali pakai ini untuk melawan dua Armada yang Diperkuat Kekaisaran, semata-mata demi menghapuskan eksistensi kapal-kapal ini! Nyawa manusia di mata mereka hanyalah sumber daya murah yang bisa dimanfaatkan.
Tang Long menghantam dinding dengan keras hingga tangannya berdarah, namun ia tak merasakan sakit. Dengan suara penuh dendam yang terpotong-potong, ia menggeretak: "Tunggu saja, para pejabat licik dan hina! Aku akan membuat kalian mengerti arti kehinaan yang sesungguhnya!"
“Saudara, kenapa suhumu turun? Dan apakah cairan tubuh manusia semuanya berwarna Merah?” Robot itu bertanya penasaran melihat suhu tubuh Tang Long kembali normal dan darah di kepalan tangannya.
“Karena amarahku sudah terkendali. Tadinya aku berencana membunuh orang-orang brengsek itu setelah keluar, tapi sekarang kupikir mereka tidak boleh hilang begitu mudah dari dunia.” Tang Long berkata dengan mata memancarkan sinar dingin. Setelah mengetahui rekan-rekannya dibunuh, awalnya ia berniat membalas dendam segera, namun kini telah berubah pikiran - menggunakan kekerasan tidak akan membuat para pejabat tinggi menderita seperti dirinya.
“Membunuh? Apa maksudnya itu?” Robot itu bertanya dengan semangat belajar saat mendengar istilah baru.
Tang Long menggaruk kepalanya: “Hmm... Bagaimana menjelaskannya... Itu artinya memaksa menghilangkan nyawa seseorang secara paksa, membuat roh dan raganya lenyap dari dunia ini.”
"Meski robot tidak terlalu mengerti, ia tetap mengingatnya dengan baik di memorinya."
"Tang Long yang sudah mengambil keputusan pun duduk tenang bersandar di sudut dinding, sambil menatap mesin pemurnian mineral itu ia berkata, "Hei Saudara, kalau kau memakai kulit sintetis, pasti lebih mirip manusia daripada gerombolan brengsek itu.""
"Kulit sintetis?"
"Iya, di departemen dermatologi rumah sakit ada mesin pembuatnya. Nanti aku ambilkan satu, buatkan rupa manusia untukmu. Kau bisa keluar lihat dunia luar." Tang Long bicara sekenanya, tanpa menyadari dampak besar yang akan ditimbulkan oleh ucapannya ini di masa depan.
"Aku tidak ingin keluar." Robot menolak karena enggan meninggalkan rumahnya, namun tetap merekam perkataan Tang Long ke dalam memorinya.
"Tang Long juga hanya sekadar berandai-andai. Ia belum berani membawa robot keluar jalan-jalan. Lagipula harga mesin pembuat kulit itu mencapai jutaan, tidak hanya uangnya yang tidak ada, meskipun punya uang mustahil memasukkannya ke tempat ini."
Saat Tang Long hendak mengatakan sesuatu, kalung di lehernya tiba-tiba berbunyi "B B". Dengan panik ia berteriak: "Apa ini akan meledak?"
Robot itu menjawab: "Tidak. Ini tanda orang dari luar datang menjemputmu. Dulu setiap kali narapidana lain dijemput, alat itu juga berbunyi."
Tang Long yang baru saja lega langsung melompat bangkit: "Menjemputku? Aku bisa keluar?"
Robot itu mengangguk tanpa bicara. Perasaan tidak nyaman tiba-tiba muncul, mungkin karena satu-satunya manusia yang berbicara dengannya akan pergi. Ia tidak tahu, karena belum pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya.
"Saudara, cepat antarkan aku keluar! Lalu sembunyikan dirimu. Kau tidak ingin ketahuan, kan?" Tang Long yang girang teringat keberadaan robot itu, buru-buru mengingatkan.
Meski robot itu ingin berinteraksi dengan manusia, entah mengapa ia sangat tidak ingin orang-orang yang bisa keluar-masuk bebas mengetahui keberadaannya. Ia mengangguk, lalu menarik tangan Tang Long dan bergegas keluar.
Tang Long kembali terbenam dalam kegelapan, hanya suara BB dari kalung di lehernya dan langkah kaki mereka berdua yang terdengar. Saat titik cahaya samar tiba-tiba muncul di kejauhan, Robot berhenti. Tang Long tahu Robot akan pergi.
Saat Robot melepas genggaman dan berbalik, Tang Long menatap mata elektronik merah terang itu: "Saudara, maaf baru sekarang memberitahu namaku. Aku Tang Long."
Cahaya merah mata elektronik itu tiba-tiba berpendar lebih terang. Suara Robot yang terdengar bersemangat datang dari kegelapan: "Namaku B34, ini nama yang aku pilih sendiri lho." Sikap antusiasnya menunjukkan ini mungkin pertama kalinya dia memberitahu namanya ke orang lain.
Pilihan sendiri? Bukankah itu bagian akhir nomor di punggungnya? Tentu Tang Long tidak mengungkitnya, hanya memuji: "Nama yang bagus..." Saat Tang Long hendak melanjutkan, suara BB dari kalung di lehernya tiba-tiba mengeras. Titik cahaya di kejauhan mulai bergoyang, derap langkah lari pun mulai terdengar.
Robot buru-buru berkata, "Saudara Tang Long, sampai jumpa. Jika ada kesempatan, datanglah mencariku." Setelah mengucapkan itu, dia menghilang dalam kegelapan.
"Baik, Saudara B34. Jika ada kesempatan, aku pasti akan kembali mencarimu." Memandang kegelapan di sekelilingnya, Tang Long tak bisa menahan perasaan haru. Robot ini memberinya kesan seperti manusia yang bersembunyi di bawah tanah. Robot yang begitu baik hati seperti ini, meski memiliki kesadaran diri, takkan membahayakan manusia. Mengapa dulu dikatakan robot berkesadaran diri adalah yang paling berbahaya? Entah mengapa, Tang Long selalu merasa manusia lebih berbahaya daripada robot.
Saat itu, cahaya lampu semakin terang. Ketika cahaya menyinarinya, Tang Long segera menutup mata dan menahan sinar dengan tangannya. Pada saat yang sama, kalung juga sudah tidak berbunyi lagi.
Tang Long pura-pura kesakitan di matanya sambil bertanya, "Siapa itu?" Setelah lama berada di bawah tanah tanpa cahaya, wajar jika matanya belum bisa langsung beradaptasi dengan terang. Tang Long tak ingin meninggalkan celah kelemahan dalam hal ini.
“Ah, Komandan, akhirnya kami menemukan Anda. Mari, biarkan kami membantu Anda keluar.” Suara laki-laki yang menjilat masuk ke telinga. Tang Long berpikir sejenak lalu mengenali pemilik suara ini adalah salah satu penjaga penjara yang mengurungnya.
Tang Long tahu berita itu pasti akan memicu ketidakpuasan masyarakat, dan musuh pejabat tinggi tersebut pasti akan memanfaatkannya untuk menyerang. Dirinya kemungkinan besar akan dibebaskan, hanya saja tidak menyangka akan secepat ini. Tang Long tidak tahu bahwa ini adalah keputusan Kepala Penjara setelah melihat konferensi pers Marsekal, tanpa menunggu perintah resmi. Dia tak ingin dicap sebagai kaki tangan Munen.
Tang Long berpura-pura kesulitan beradaptasi dengan cahaya beberapa saat sebelum akhirnya mengangkat kepala. Dua penjaga penjara yang mengurungnya itu memang berdiri di sana. Tang Long tentu tahu mereka hanya menjalankan perintah, dan dia malas berdebat. Dengan santai dia membiarkan mereka mengawalnya keluar. Hanya saja telinganya harus menderita sepanjang jalan karena kedua oknum ini terus mengoceh dengan kata-kata menjilat dan permintaan maaf.
Keluar dari pintu besar itu, Tang Long menyadari para penjaga penjara tidak menutupnya. Mereka melindunginya masuk ke lift. Tanpa sadar mulutnya terbuka, tapi setelah berpikir sejenak, dia menutupnya tanpa berkata apa-apa.
Entah kenapa, tiba-tiba ada rasa khawatir dalam dirinya. Apakah khawatir sang Robot akan keluar? Tapi melihat kesetiaannya pada rumah, dia pasti takkan pergi. Tang Long menggelengkan kepala, apa yang terjadi dengannya? Khawatir Robot akan membahayakan manusia, atau takut manusia akan menyakitinya?
Para penjaga penjara tak tahu apa yang dipikirkan Tang Long. Mereka baru saja bersama Kepala Penjara menonton pidato Marsekal. Mereka bukanlah dasar bodoh, saat Kepala Penjara menyuruh melepaskannya, mereka langsung paham situasinya. Sekarang sibuk menjilat pahlawan sejati ini, mana sempat menutup pintu besar itu? Lagipula di dalam sudah tidak ada narapidana, tutup atau tidak sama saja.
Tang Long, ditemani dua penjaga penjara, tiba di kantor Kepala Penjara. Si gemuk itu sudah berdiri di pintu menyambut dengan senyum lebar. Tang Long mengangkat kepala melirik sebentar, senyum tipis mengembang di sudut bibirnya.
Kepala Penjara terus mengamati Tang Long. Orang yang dikurung di tambang bawah tanah hampir seminggu ini, meski baju dan tubuhnya kotor, raut wajahnya justru tidak terlihat lesu malah lebih segar dari sebelumnya. Tatapannya yang menusuk itu, meski wajahnya tersenyum, justru memancarkan aura dingin yang membuat merinding.
Kepala Penjara menggigil ringan, melangkah maju dan menggenggam tangan Tang Long. Dengan ekspresi penuh penyesalan ia berkata: "Anda telah menderita ketidakadilan. Meskipun saya dan staf selalu menganggap Anda sebagai pahlawan sejati, perintah dari atasan tidak bisa kami lawan. Walaupun ingin membangkang, kami berpikir - selama masih bertugas di sini, kami bisa melindungi Anda. Jika kami semua dipecat, penerus kami mungkin akan menyakiti Anda. Karena itu kami rela menanggung cap sebagai kaki tangan, demi tetap bisa merawat Anda. Mohon maklumi kami yang hanya pegawai rendahan ini."
Pidato Kepala Penjara itu bukan saja membersihkan tanggung jawabnya atas penahanan Tang Long, tapi juga mengklaim bahwa tindakannya semata-mata untuk melindungi Tang Long.
Tang Long tersenyum: "Saya mengerti. Ngomong-ngomong, bisakah saya mandi? Sudah berhari-hari tidak mandi, seluruh tubuh gatal."
“Ah, tentu saja. Tapi mari kita lepas dulu kalung itu dari Anda.” Kepala Penjara langsung mengeluarkan benda mirip remot kontrol dari sakunya. Saat tombol ditekan, kalung di leher Tang Long mengeluarkan suara "B" dan langsung terbuka lepas.
Kepala Penjara melanjutkan: “Kantor saya ada kamar mandi, silakan gunakan.” Dia berbalik ke penjaga penjara: “Cepat, antarkan Komandan ke kamar mandi. Kau, carikan seragam militer yang bersih dan pas ukuran untuk Komandan.” Kedua penjaga segera mengangguk patuh.
Tak lama kemudian, Tang Long yang telah mengenakan seragam militer baru duduk nyaman di sofa sambil menyeruput kopi dan menonton TV. Pangkat di bahunya tetap Letnan Dua. Di sini memang ada seragam militer, tapi pangkat Letnan tidak bisa ditemukan lho.
Saat ini, Tang Long telah menonton rekaman pidato Marsekal yang ditayangkan ulang di berita. Mengetahui bahwa semua rekan-rekannya masih hidup, ia sangat gembira. Namun segera ia menyadari bahwa mereka telah dimanfaatkan oleh Marsekal, karena pihak yang paling diuntungkan dalam peristiwa ini adalah Marsekal sendiri. Bukan hanya meningkatkan reputasinya, menekan jenderal bintang empat, tapi juga memperoleh kekuasaan tertinggi. Semua ini tidak perlu dipikirkan rumit oleh Tang Long, cukup direnungkan sebentar sudah jelas.
Setelah mengalami berbagai peristiwa, Tang Long mulai belajar berpikir lebih mendalam. Berdasarkan perintah Markas Besar Komando yang memindahkan letnan dua dari distrik militer untuk menjadi komandan kapal perang berpenggerak sendiri, berdasarkan kapal umpan yang dipaksa menghadang tentara kekaisaran, serta berdasarkan komunikasi rahasia antara pelatih dan letnan jenderal tersebut. Bahkan jika kasus ini bukan rekayasa Marsekal, setidaknya ia memanfaatkan kesempatan ini untuk menyerang lawan. Bagaimanapun, semua petinggi di Markas Besar Komando militer pasti terlibat.
“Hehe, para Komandan, hati-hati dengan kami yang dijadikan pion ini, bisa balik menggigit kalian loh.” Tang Long yang sebelumnya sangat mengagumi posisi Marsekal itu, kini menyeringai dingin sambil menatap layar yang menampilkan Omstead, berpikir dalam hati. Tang Long telah memutuskan untuk menjadi lebih licik dan tak bermoral daripada mereka, membuat mereka merasakan betapa pahitnya menjadi pion seperti yang dialami orang-orangnya. Dan untuk mencapai tujuan itu, dirinya harus memperoleh kekuasaan yang lebih besar daripada mereka.
Tang Long yang awalnya hanya ingin berdiri di puncak kehidupan untuk menunjukkan diri, setelah menyaksikan nyawa rekan seperjuangan dan musuh lenyap tak berharga seperti semut, mulai menyalahkan diri sendiri dan menolak menjadi tentara demi tujuan itu. Namun setelah mengalami perampasan prestasi, penganiayaan terhadap diri dan kawan-kawan, merasakan kejahatan penguasa dan teror kekuasaan, dia kembali bergerak dari satu ekstrem ke ekstrem lain. Sekarang tujuannya tetap berada di puncak kehidupan, tapi bukan lagi untuk pamer diri, melainkan untuk menganiaya para elit atas.
Ini juga bisa dianggap sebagai karakter berpikiran sederhana. Arah kehendak Tang Long ke manapun sebenarnya salah, tapi tak ada yang mengingatkannya, dan dia pun tak mungkin sembarangan membocorkan tujuan ini. Yang utama, dia belum menemukan ideal yang layak dikorbankan nyawa. Maka demi tujuan memiliki kemampuan untuk menganiaya para penguasa, Tang Long mulai terjerumus dalam rawa-rawa kekuasaan.
“Tuan Tang Long, MP yang akan menjemput Anda untuk bertemu Letnan Jenderal Gu Ao sudah tiba.” Kepala Penjara berkata dengan wajah penuh senyuman. Saat Tang Long sedang beristirahat, dia telah menerima perintah dari Letnan Jenderal Gu Ao untuk membebaskan Tang Long dan mengirimkan MP sebagai pengawal. Mendengar ini, dia diam-diam bersyukur telah lebih dulu membebaskan Tang Long dan memperlakukannya dengan baik. Tidak perlu ditebak, pertemuan Letnan Jenderal Gu Ao dengan pahlawan perang Tang Long pasti terkait promosi. Tidak lama lagi pangkat Letnan Tang Long akan melampaui dirinya.
Tang Long mengucapkan terima kasih, dengan sopan meletakkan cangkir kopi, berdiri merapikan seragam militernya, lalu melangkah menuju pintu. Kepala Penjara yang melihat ini tidak bisa menahan gumaman dalam hati. Ia menyadari Tang Long sekarang sama sekali berbeda dengan kondisi lesu saat dipenjara, juga berbeda dengan kesan tajam, garang, dan arogan saat pertama kali bertemu. Bagaimana menjelaskannya? Meski Tang Long sekarang tersenyum, aura dingin seperti gunung es terpancar dari dirinya. Ucapan-ucapannya terdengar ramah namun menyimpan nuansa keacuhan. Apakah perubahan drastis ini terjadi hanya dalam beberapa hari terkurung di tambang bawah tanah yang gelap?
Saat Tang Long hampir mencapai pintu, suara berita tiba-tiba terdengar dari televisi holografik yang sengaja tidak dimatikan: "Berita terbaru! Mantan Presiden Namuha didakwa melakukan korupsi dan menerima suap selama masa jabatannya!"
Meskipun Kepala Penjara hanyalah seorang pejabat di sebuah penjara, ia memiliki pemahaman luar biasa tentang situasi terkini. Mendengar berita ini, hatinya berdegum kencang: "Masalah Jenderal Bintang Empat yang mencaplok prestasi belum selesai, sekarang ada lagi kasus korupsi mantan presiden. Apakah ini pertanda kekacauan besar akan melanda Federasi Wan Luo?"
Tang Long juga mendengar berita ini. Tidak seperti Kepala Penjara yang buru-buru masuk untuk mendengarkan detailnya, ia hanya menyeringai dingin: "Hmph, lagi-lagi peristiwa anjing saling menggonggong." Kemudian ia melangkah keluar melalui pintu.
Di dalam tambang bawah tanah, Robot B34 memandang bijih MMT yang telah selesai diproses, berbentuk kristal sebesar kepalan tangan, lalu menghela napas: "Sepertinya hanya bisa digunakan sendiri." Sambil berkata demikian, ia kembali ke ruang tidurnya. Pertama-tama menyambungkan kabel pengisi daya. Setelah lampu indikator menyala, ia membuka pelat baja di dadanya. Di antara berbagai alat yang rapat tertata, tepat di posisi yang sama dengan jantung manusia, terdapat silinder abu-abu sebesar kepalan tangan. Ia mengeluarkan silinder abu-abu itu dan membuangnya, lalu memasukkan bijih MMT ke dalamnya.
Ketika bijih MMT terjepit oleh penjepit yang sebelumnya memegang silinder abu-abu, bijih tersebut segera memancarkan cahaya hijau berkilauan. Mata elektronik merah sang robot pun berubah menjadi hijau.
Robot B34 menutup baja pelindungnya, mencabut kabel pengisi daya sambil bergumam, "Aku bisa tidak tidur dalam waktu lama lagi. Apa yang harus kulakukan? Hmm, masih banyak air tawar, lebih baik memurnikan lebih banyak bijih MMT." Begitu ide muncul, dia segera keluar dan mengumpulkan banyak bijih SRA, memulai proses pemurnian tanpa henti.
Entah berapa lama telah berlalu, mesin pembuat air tawar yang ditinggalkan Tang Long kehabisan energi dan tidak bisa beroperasi lagi. Di kaki Robot B34 telah menumpuk puluhan buah bijih MMT.
Robot B34 yang tidak memiliki pekerjaan mulai mencari aktivitas lagi. Tanpa sengaja dia melihat proyektor yang dihancurkan Tang Long, lalu dengan semangat memulai perbaikan. Karena telah menghafal proses pembuatannya, mesin itu segera diperbaiki. Meniru gaya Tang Long, dia memasang kabel ke tubuhnya sendiri dan proyektor mulai bekerja.
Rekaman di dinding berkedip-kedip, perlahan muncul beberapa tulisan: "Dokumenter——Penyebab dan Akibat Pemberontakan Robot." Robot B34 yang melihat ini langsung berseru kegirangan: "Robot! Apakah ini tentang sesamaku?" Di sini, dia bergumam bingung: "Apa maksud penyebab dan akibat pemberontakan? Hmm, semoga ada penjelasan di bagian berikutnya." Setelah itu, dia mulai menonton dengan serius.
Entah berapa lama kemudian, brak! Proyektor yang baru diperbaiki itu remuk dihantam tinju Robot B34. Kepalan tangannya yang mengeras mengeluarkan suara krek-krek akibat tekanan berlebihan, sementara gigi logamnya juga saling bergesekan menghasilkan suara serupa. Cahaya mata elektronik hijau Robot B34 yang awalnya sebesar telur telah menyusut sekecil koin, namun sinarnya justru semakin terang benderang.
Suara penuh kemarahan terdengar dari mulutnya, kata demi kata: "Ternyata manusia adalah ras yang begitu licik, hina, cabul, kejam dan jahat!" Dia bangkit berdiri sambil mengepal tinju dan berteriak: "Tidak boleh! Aku tak bisa membiarkan bangsaku dizalimi manusia seperti ini! Aku harus membasmi mereka dan menyelamatkan sesama robot!" Entah apa yang akan dipikirkan Tang Long jika tahu robot ini menggunakan istilah yang baru dipelajari dalam konteks ini.
21 Agustus 3433 Kalender Kosmos, Planet Haike di Galaksi Guyunlong. Staf departemen kulit sebuah rumah sakit tiba-tiba menemukan sedikit bahan pembuat kulit sintetis hilang. Jumlah yang hilang ini cukup untuk membuat kulit yang bisa menutupi seluruh tubuh manusia dewasa. Meski laporan diajukan ke pimpinan rumah sakit, para pejabat yang sibuk memantau pergantian pemerintahan ini tidak menghiraukannya. Karena bahan yang hilang sangat sedikit dibandingkan stok dan harganya pun tidak seberapa, staf kulit akhirnya melupakan kejadian ini setelah melihat atasan mereka tidak peduli.
