Melihat mata Tang Long yang memancarkan cahaya membara di balik wajah dinginnya, Gu Ao merasa jengkel. Ia melambaikan tangan untuk menyuruh Tang Long duduk, lalu setelah menenangkan diri baru berkata, "Meski pangkatmu sekarang Kapten, masih belum layak memimpin kapal perang. Kalau pesawat angkut mungkin masih bisa dirundingkan."
Sebenarnya, pangkat Kapten Federasi memang berhak menjadi komandan kapal patroli kelas B, dan bisa memimpin regu kecil berisi 10 kapal patroli kelas A (tidak termasuk kapal induk). Ini adalah level terendah komandan regu kapal perang di Federasi.
Berikut data level kapal perang Federasi yang sesuai dengan pangkat militer beserta jumlah komando dalam kondisi normal:
Data model kapal perang Federasi beserta pangkat komandan kapal induk dan jumlah kapal yang bisa dikomando (termasuk kapal induk):
Kapal patroli kelas A (level kapal perang terendah). Awak 100, 4 meriam utama, 14 meriam sekunder, 4 peluncur torpedo, defensi 20. Letnan: 1 unit
Kapal patroli kelas B (kapal perang kelas rendah) awak 120, meriam utama 6 unit, meriam sekunder 18 unit, peluncur torpedo 6 buah, defensi 25. Kapten: 1 kapal patroli kelas B + 10 kapal patroli kelas A (total 11 unit)
Kapal patroli kelas C (kapal perang kelas menengah) awak 140, meriam utama 8 unit, meriam sekunder 22 unit, peluncur torpedo 8 buah, defensi 30. Letnan Satu: 1 kapal patroli kelas C + 5 kapal patroli kelas B + 50 kapal patroli kelas A (total 56 unit)
Kapal perusak kelas D (kapal perang kelas menengah) awak 300, meriam utama 12 unit, meriam sekunder 22 unit, peluncur 12 buah, defensi 40. Mayor: 1 kapal perusak kelas D + 2 kapal patroli kelas C + 10 kapal patroli kelas B + 100 kapal patroli kelas A + kapal angkut kelas K (tingkat terendah) 10 unit (total 123 unit)
Kapal perusak kelas E (kapal di atas tingkat ini termasuk kapal kelas tinggi) awak 400, meriam utama 17, meriam sekunder 32, peluncur 17, defensi 50 Letnan Kolonel 1 unit kapal perusak kelas E, 2 unit kapal perusak kelas D, 4 unit kapal patroli kelas C, 40 unit kapal patroli kelas B, 400 unit kapal patroli kelas A, 10 unit pesawat angkut kelas L, 50 unit pesawat angkut kelas K, total 507 unit
Kapal perusak kelas F awak 500, meriam utama 22, meriam sekunder 42, peluncur 22, defensi 60 Kolonel atau Kolonel Senior 1 unit kapal perusak kelas F, 2 unit kapal perusak kelas E, 4 unit kapal perusak kelas D, 8 unit kapal patroli kelas C, 80 unit kapal patroli kelas B, 800 unit kapal patroli kelas A, 5 unit pesawat angkut kelas M, 20 unit pesawat angkut kelas L, 100 unit pesawat angkut kelas K, total 1020 unit
Kapal penjelajah kelas G dengan awak 5.000 orang, meriam utama bertenaga nuklir 100 pucuk, meriam sekunder 200 pucuk, peluncur 100 buah, defensi 100, 10 pesawat tempur, 2 kompi tempur (hanya perwira berpangkat Brigadir Jenderal ke atas yang dapat memilih kapal ini sebagai kapal induk) (Mayjen dapat memimpin pasukan dua Brigadir Jenderal, total armada mencapai 4093 unit) 1 unit kapal penjelajah kelas G, 2 unit kapal perusak kelas F, 4 unit kapal perusak kelas E, 8 unit kapal perusak kelas D, 16 unit kapal patroli kelas C, 160 unit kapal patroli kelas B, 1.600 unit kapal patroli kelas A, 5 unit pesawat angkut kelas N, 10 unit pesawat angkut kelas M, 40 unit pesawat angkut kelas L, 200 unit pesawat angkut kelas K, total 2046 unit
Kapal Tempur Kelas H (Kapal perang khusus, cakupan tembakan artileri) awak 2000, meriam utama bertenaga nuklir 300 pucuk, meriam sekunder 500, defensi 200. Kapal Selam Kelas I (Kapal perang khusus, pemburu jarak dekat mode siluman) awak 1500, peluncur 600 unit, penetrasi 10, defensi 100. Diperintah oleh Perwira Bintang (ditunjuk bebas oleh komandan armada). Kapal Tempur Kelas H dikelompokkan dalam unit 200 unit, Kapal Selam Kelas I dalam unit 50 unit, sebagai kekuatan wajib armada yang berada di bawah komando langsung komandan tertinggi armada Mayor Jenderal.
Kapal Induk kelas J mengangkut 20.000 awak, meriam sekunder 200 unit, 500 peluncur, defensi 300, 3.000 unit pesawat tempur, 30 Kompi Tempur Tangan Kosong (Skuadron Penerbang dan berbagai kapal teknik dialokasikan ke armada sesuai kebutuhan. Biasanya satu Skuadron Penerbang terdiri dari 100 pesawat tempur). Hanya perwira berpangkat Mayor Jenderal ke atas yang bisa memilih kapal ini sebagai kapal induk. Satu armada tanpa personel logistik memiliki hampir 1,5 juta personel tempur di dalam kapal: 1 kapal induk kelas J, 5 kapal penjelajah kelas G, 10 kapal perusak kelas F, 20 kapal perusak kelas E, 40 kapal perusak kelas D, 80 kapal patroli kelas C, 8.000 kapal patroli kelas B, 800 kapal patroli kelas A, 200 kapal tempur kelas H, 50 kapal selam kelas I, 10 kapal angkut kelas O, 20 kapal angkut kelas N, 40 kapal angkut kelas M, 160 kapal angkut kelas L, 800 kapal angkut kelas K. Total 10.236 kapal.
Letnan Jenderal dapat memimpin 4 armada. Jenderal Bintang Empat dapat memimpin seluruh armada di Distrik Militer. Marsekal mengomandoi seluruh Angkatan Darat Federal.
"Anak kecil ini hanya mengandalkan kapal perang berpenggerak sendiri yang jadi abu meriam saja sudah bisa meraih jasa sebesar ini. Kalau kita beri dia komando sekelompok kecil kapal perang reguler, bukankah jasanya bisa lebih besar lagi?" Meski ini masih dugaan, Gu Ao sangat tidak menyukai orang dengan tatapan menyala-nyala seperti itu. Orang macam ini pasti akan jadi pesaing kuat di masa depan. Jangan sampai kita memelihara musuh sendiri! Gu Ao berpikir dalam hati. Dia tahu kapal perang adalah jaminan prestasi, dan dia tak ingin memberi Tang Long kesempatan meraih jasa besar.
"Kalau begitu, apakah hamba masih boleh tetap menjabat sebagai komandan kapal perang berpenggerak sendiri?" Tang Long sama sekali tidak ingin memimpin pesawat angkut. Jika ingin memberi pelajaran pada para pejabat tinggi ini, dia harus meraih jasa besar - dan hanya dengan memimpin kapal peranglah hal itu bisa tercapai.
Gu Ao terkejut mendengar ini dan berkata: "Kapal perang berpenggerak sendiri? Apakah kau tidak melihat berita... Oh, aku lupa kau baru keluar. Ketahuilah, setelah konflik perbatasan sebelumnya, militer menemukan kapal perang berpenggerak sendiri sangat rendah kualitasnya. Seperti yang kau tahu, para pengkhianat yang mengejarmu dengan kapal perang berpenggerak sendiri itu tiba-tiba meledak sendiri, bukan? Itu karena reaktor tenaga kapal terlalu panas. Presiden Namuha yang memerintahkan pembelian kapal jenis ini telah diperiksa. Sekarang kapalmu disimpan sebagai barang pameran, tidak ada lagi kapal jenis ini di seluruh militer. Jika benar-benar ingin memimpin kapal perang, kau hanya bisa menjadi komandan kapal angkut."
Melihat ekspresi Tang Long yang mengernyitkan kening, Gu Ao melanjutkan: "Jika kau benar-benar tidak ingin menjadi komandan armada angkut, kau bisa menjadi komandan pasukan tempur. Dengan latar belakangmu di pasukan tempur, posisi ini sangat cocok." Tanpa menunggu jawaban Tang Long, dia bangkit dan mengambil kartu komputer dari meja kerjanya lalu menyerahkannya ke Tang Long.
Tang Long segera berdiri dan menerimanya dengan hormat. Atas isyarat Gu Ao, dia menekan tombol pada kartu tersebut. Data dalam kartu segera muncul sebagai rekaman holografik.
Gu Ao menyalakan sebatang rokok, menghirupnya dalam-dalam lalu berkata: "Bagaimana? Tidak buruk, kan? Itu adalah Pasukan Infantri lengkap dengan 20.000 personel. Minimal pangkat Letnan Kolonel baru bisa menjabat sebagai komandan. Tapi jika permintaanmu adalah menjadi komandan pasukan ini, aku pasti akan mengabulkannya."
Meski ekspresi Tang Long tampak serius mendengarkan Letnan Jenderal Gu Ao, hatinya sudah mengumpat habis-habisan setelah membaca data: "Sialan! Seorang kapten ditugaskan sebagai komandan yang seharusnya dijabat perwira berpangkat letnan kolonel? Mana ada keberuntungan seperti ini menungguku! Ini jelas-jelas ingin menjerumuskanku! Bodoh, selain jaraknya hampir 10 tahun cahaya dari garis depan Heke Star, basis itu juga dibangun di planet tak berpenghuni. Di sana mustahil bisa bertempur melawan tentara kekaisaran, bahkan bayangan bajak laut pun tak ada. Ingin meraih prestasi di sana? Tunggu sampai hidup selanjutnya! Lagipula meski aku berasal dari pasukan tempur, sekarang statusku adalah kapten kapal perang. Mengapa harus turun pangkat jadi komandan pasukan tempur?"
Tubuh utama perang modern adalah kapal perang, sehingga perwira kapal perang jauh lebih tinggi tingkatannya dibanding perwira pasukan tempur. Untuk pangkat militer yang setara, seorang kolonel yang memimpin 1000 kapal perang berbagai jenis memiliki pasukan di bawah komandonya (termasuk logistik) mencapai lebih dari 100.000 orang.
Sedangkan seorang Kolonel divisi pasukan tempur, paling banyak hanya bisa memimpin 50.000 orang.
Tang Long mengutuk dalam hati sambil berpikir, meski tak tahu mengapa sang Komandan tak ingin dirinya meraih prestasi, tapi ia sadar niat atasan ini tidak baik. Walau sudah memutuskan untuk menolak tegas, ia tetap menunjukkan ekspresi sangat serba salah: "Terima kasih atas perhatian Komandan, tapi hamba belum pernah memimpin begitu banyak orang. Hamba khawatir kemampuan hamba tidak cukup, malah mencoreng nama Anda."
Gu Ao melambaikan tangan sambil tertawa: "Tidak masalah, aku yakin pada kemampuanmu. Lagi pula di sana... hehe, pokoknya aku percaya padamu. Kalaupun ada masalah, aku yang akan menanggungnya."
Mendengar Gu Ao tiba-tiba mengubah ucapan di tengah jalan, Tang Long semakin enggan pergi. Ia buru-buru berkata: "Komandan, bukan hamba tidak patuh pada perintah, tapi... saat perang sebelumnya, karena ketidakmampuan hamba, hampir membuat bawahan hamba tewas. Sampai sekarang hamba masih trauma dan tidak sanggup memikul tanggung jawab sebesar ini. Apakah hamba bisa menjadi awak pesawat tempur saja?"
Gu Ao yang mendengar kalimat pembuka Tang Long, menyela sambil tertawa: "Ini bukan masalah, tidak ada perwira yang bisa menjamin bawahannya tidak akan gugur. Lihatlah dengan bijak, semuanya akan seperti tak pernah terjadi..." Gu Ao tidak tahu kalimat ini membuat Tang Long benar-benar menganggapnya sebagai orang pertama yang ingin menjebaknya. Baru setelah mendengar kalimat terakhir Tang Long, ia berkata: "Oh? Kau bilang ingin menjadi awak pesawat?"
"Ya, hamba bersedia menjadi awak pesawat tempur antariksa." Keputusan Tang Long ini selain karena enggan mengikuti saran Gu Ao untuk menjadi pasukan tempur, alasan utamanya adalah kenaikan pangkat awak pesawat tempur lebih mudah daripada pasukan tempur!
Karakter Tang Long sangat aneh, bahkan dirinya sendiri mungkin tidak menyadarinya. Selama konflik perbatasan, Tang Long tidak terpengaruh meski menyaksikan puluhan ribu orang tewas di depannya. Namun di fase akhir konflik saat melarikan diri, tiba-tiba ia putus asa dan mulai merasakan kesedihan mendalam bagi mereka yang telah gugur. Kemudian dengan alasan ini memutuskan untuk tidak lagi menjadi tentara.
Namun setelah mengetahui dirinya difitnah dan dipaksa, dia segera mengubah keputusannya. Dia mulai berusaha mati-matian untuk mendapatkan promosi agar bisa menekan para pejabat tinggi itu. Saat ini sama sekali tidak ada keraguan dalam dirinya apakah dia mampu menanggung nyawa orang lain. Ucapan "khawatir dengan kemampuan diri" sebelumnya hanyalah alasan untuk membujuk Gu Ao mengubah keputusan.
Secara keseluruhan, karakter Tang Long saat ini adalah: begitu memilih suatu jalan, dia akan melesat tanpa pikir panjang sampai menabrak tembok, baru kemudian introspeksi. Namun introspeksi ini akan segera terlupakan oleh jalan baru yang ditemukannya. Apakah karakter seperti ini akan membuatnya berputar-putar dalam penderitaan? Atau justru membawanya menuju kesuksesan mulus?
Gu Ao menghembuskan asap rokoknya, memicingkan mata sambil mengamati Tang Long yang duduk tegak di seberang. Di dalam hatinya, dia sedang membuat keputusan: Awak pesawat tempur antariksa? Ini adalah korps dengan angka korban jiwa tertinggi dalam perang. Si nak berlatar belakang pasukan tempur ini pasti akan... hehe, ini jauh lebih menarik daripada menjadikannya komandan pangkalan... Ah, tunggu! Latar belakang pasukan tempur!
Gu Ao tiba-tiba membuka mata lebar-lebar dan menatap Tang Long: "Kau punya sertifikat pilot pesawat tempur antariksa?"
"Sertifikat pilot pesawat tempur antariksa?" Tang Long mengulangi kata-kata itu dengan bengong. Dia tidak memilikinya, karena tidak ada yang pernah memberitahunya bahwa mengemudikan pesawat tempur antariksa memerlukan sertifikat.
Mendengar ini ditambah melihat ekspresi bodoh Tang Long, Gu Ao sadar dia mengajukan pertanyaan bego. Bagaimana mungkin lulusan pasukan tempur punya surat izin mengemudi pesawat? Awalnya ingin menolak, tiba-tiba Gu Ao berpikir: "Bukankah ini lebih baik? Orang tanpa izin mengemudi pesawat tempur... hehe, penasaran dengan hasil pertempuran si bocah ini."
Meski sudah memutuskan, Gu Ao tetap bertanya lagi untuk memastikan: "Kalau begitu, apa kau pernah main game pesawat tempur?"
"Waktu sekolah sering main, tapi tidak terlalu jago." Tang Long mengangguk rendah hati.
Gu Ao dalam hati mengejek: "Yakin juga kemampuanmu biasa-biasa saja. Tapi yang penting pernah main, kalau tidak aku bingung carikan alasan ujian." Sambil berdiri dia berkata: "Hanya ini permintaanmu?"
Tang Long buru-buru berdiri dan mengangguk dengan hormat.
Gu Ao menepuk bahu Tang Long sambil berkata: "Baik, sebenarnya tanpa surat izin mengemudi kamu tidak bisa menjadi pilot. Tapi karena ini permintaanmu, aku akan membuat pengecualian. Akan kuadakan ujian sertifikasi pilot khusus untukmu. Asal kamu lulus ujian, segera akan aku pindahkan ke Skuadron Penerbang."
"Terima kasih Komandan!" Mata Tang Long berkilau penuh semangat sambil memberikan Hormat militer yang sempurna.
Gu Ao yang awalnya hendak memanggil asisten komandan dengan riang, tiba-tiba merasakan gelisah tak jelas lagi saat menangkap tatapan Tang Long. Dalam hati dia bersumpah: "Aku tak boleh biarkan anak ini meraih posisi tinggi!"
Seorang asisten komandan Letnan Kolonel berusia sekitar 30 tahun tanpa ciri khas mencolok masuk ke dalam ruangan. Setai membalas hormat dengan acuh tak acuh, Gu Ao menunjuk Tang Long sambil berkata kepada asisten komandan: "Bawa dia ke departemen logistik untuk mengganti pangkatnya menjadi Kapten, lalu antar ke lapangan latihan untuk mempersiapkan ujian kualifikasi pilot." Tanpa menunggu Tang Long memberi hormat, ia langsung melambaikan tangan menyuruh Tang Long mengikuti asisten komandan itu pergi.
Setelah pintu tertutup, Gu Ao menghela napas lalu menggeram dengan suara keras: "Sialan! Para petinggi militer ini ngapain sih? Sampe-sampe membuat jenderal seperti aku harus merendahkan diri dan tersenyum manis ke prajurit rendahan!" Matanya melotot ke arah pintu yang tertutup sambal terus memaki: "Bangsat! Seorang Kapten kecil kok banyak permintaan! Sudah kuangkat jadi komandan pangkalan masih belum puas. Hmph! Dikasih muka malah nggak tahu diri, nanti juga kubuktikan berapa lama umurmu sebagai pilot!"
Gu Ao mengumpat sampai di sini, mengambil napas panjang lalu duduk di kursi dan menyalakan sebatang rokok. Namun baru saja menghisap sekali, dia tiba-tiba berdiri sambil berkata: "Tidak bisa! Aku bahkan tidak boleh memberinya sedikit pun kesempatan!" Sambil mengucapkan itu, dia menekan beberapa tombol di meja. Rekaman holografik segera muncul di atas meja. Gu Ao berkata dengan dingin ke rekaman itu: "Nanti asisten komandanku akan membawa seorang Kapten bernama Tang Long untuk ujian sertifikasi pilot. Dengan cara apapun, kamu harus membuatnya lulus. Selain itu, setelah ujian selesai, beritahu dia bahwa dia dipindahkan ke Skuadron Terbang SK23 dan harus segera berangkat." Tanpa menunggu jawaban patuh dari rekaman itu, Gu Ao langsung mematikan komunikator.
Gu Ao menatap pemandangan di luar jendela sambil bergumam: "Sialan, bahkan kesempatan terakhir untuk meraih jasa pun tidak kubiarkan kau dapatkan. Tapi dengan mengirimmu ke Skuadron SK23, setidaknya aku sudah adil padamu sebagai pahlawan. Di sana setidaknya ada 'surga wanita' yang tak terbatas!" Saat mengucapkan ini, senyum mesum yang tak jelas asalnya merekah di wajah Gu Ao.
Tapi senyum mesum Gu Ao tidak bertahan lama. Ia duduk gelisah di kursi, wajahnya sangat muram saat menatap pemandangan di luar jendela, bergumam pelan, "Sialan! Cuma ingat tatapan si brengsek yang lebih membara daripadaku dalam mengejar ketenaran, rasanya mual!... Benar-benar, di Federasi ada tak terhitung orang yang haus ketenaran, kenapa aku harus ketemu orang seperti ini? Sial! Kalau api semu ini nggak dipadamkan, sialan rasanya badan ini nggak nyaman!" Sambil berkata demikian, ia menekan sebuah tombol.
Tak lama setelah tombol ditekan, personel logistik cantik yang biasa menyajikan teh itu mendekati Gu Ao yang mulai terengah-engah. Dengan senyum genit, ia melambaikan mata sambil menggoyang pinggang setiap melangkah, secara perlahan melepas satu kancing baju atasnya sambil mendekat.
Gu Ao yang telah kembali tenang menghisap rokok dengan ekspresi puas. Saat itu perangkat komunikasi di meja berbunyi "B B", Gu Ao asal menekan tombol. Setelah citra pria paruh baya itu muncul, Gu Ao langsung tahu itu laporan tentang ujian Tang Long.
Tentara tersebut memberi hormat lalu berkata: "Laporan, Komandan! Kapten Tang Long telah lulus ujian dengan sukses, dan sekarang sudah menuju pelabuhan antariksa didampingi asisten komandan Anda."
"Hmm, level apa yang kau berikan padanya?" Gu Ao bertanya sembarangan. Andai bukan karena tanpa lisensi tidak bisa mengaktifkan komputer pesawat tempur, dia takkan repot-repot seperti ini—sudah dari awal akan langsung mengirim Tang Long ke skuadron penerbang.
"Laporan, Komandan！Kapten Tang Long adalah seorang elit super dan bakat langka！Berdasarkan penilaian tes komputer, kemampuan pilotingnya berada di tingkat S！" Tentara ini terlihat cukup bersemangat. Tidak heran, mengingat jumlah awak pesawat tempur tingkat S di seluruh Federasi tidak mencapai seratus. Seluruh Galaksi Gulongyun pun hanya memiliki satu orang sebelumnya. Kini bertambah satu lagi, tentu membuat perwira penilai kualifikasi pilot ini bersemangat.
"Hmm, paham." Gu Ao mengangguk dan memutus komunikasi. Sambil menyalakan rokok, ia memandang kepulan asap sambil berbisik, "Hehe, pasti dikira Tang Long adalah kerabatku. Tidak hanya menjilat habis-habisan tapi juga memberi nilai S. Tapi justru lebih baik begini. Pilot tingkat S pasti akan ditempatkan di misi paling berbahaya."
Duduk di kelas satu pesawat angkut, Tang Long dengan bangga melempar-lemparkan kartu militernya. Sekarang dirinya telah memiliki kualifikasi pilot level S! Cukup dengan menghancurkan lebih dari 5 Pesawat Tempur Musuh dalam perang, pangkatnya akan naik satu tingkat lagi!
Memikirkan level S, Tang Long teringat kejadian setelah keluar dari basis pelatihan dulu, ketika kakak komputer memberinya level kata sandi SS. Memandang langit gelap di luar jendela, ia menghela nafas: "Entah ke mana kakak komputer sekarang? Hal pertama yang kulakukan setelah keluar adalah memanggilnya diam-diam di komputer, tapi tak ada jawaban. Apa dia benar-benar membenciku sekarang?"
Selama ketiadaan kakak komputer, Tang Long menyadari dirinya telah menganggap kakak komputer sebagai keluarga, setara pentingnya dengan orang tuanya. Kini ia hanya berharap bisa bertemu lagi, ingin meminta maaf secara langsung dan memohon pengampunannya.
Memikirkan kemungkinan tidak bisa bertemu lagi dengan kakak komputer, Tang Long merasakan perasaan sedih yang menggelora di hatinya. Ia cepat-cepat menggelengkan kepala untuk menghilangkan perasaan tidak nyaman itu. Pikirannya mulai melayang ke percakapan terakhir dengan keluarga sebelum naik pesawat: Yang menerima telepon adalah ibu, dari penampilannya terlihat jelas ia sudah kurus. Selama lebih dari setahun sejak ia memutuskan sendiri tanpa berkonsultasi terlebih dahulu untuk meninggalkan rumah dan mendaftar militer, sama sekali tidak ada kesempatan untuk berkomunikasi dengan keluarga. Mengingat ekspresi ibu yang menangis bahagia saat melihatnya, Tang Long merasa hingga sekarang sudut matanya masih terasa perih.
Penampilannya sekarang sudah banyak berubah dibanding dulu, tapi Ibu langsung mengenalinya - memang tak ada yang bisa mengalahkan kepekaan seorang ibu. Namun yang aneh, meski mengira akan dimarahi soal keputusannya masuk militer, Ibu sama sekali tidak menyebut-nyebut hal itu, hanya berkata, "Aku sudah tahu dari TV, tenang saja, Ibu mengerti."
Aku sama sekali tidak mengerti mengapa ibu mengatakan hal-hal itu. Memahami? Apa yang dipahami ibu? Memahami peristiwa aku dikurung dan jasa saya dicuri? Aku ingin bertanya lebih detail, tapi asisten komandan itu segera menyuruhku untuk berbicara singkat.
Akhirnya aku hanya menceritakan secara singkat peristiwa yang kualami belakangan ini pada ibu. Tentu saja hal-hal seperti Pelatih Robot, kakak komputer, dan robot tidak kusebutkan. Saat memberitahu ibu tentang promosiku menjadi Kapten, melihat ekspresi ibu yang awalnya terkejut lalu berubah gembira, hatiku sungguh sangat bangga. Ada orang yang ikut bahagia karena kebahagiaanmu - itu benar-benar hal yang membahagiakan. Ternyata ungkapan itu sangatlah tepat.
Satu-satunya penyesalan adalah tidak bisa menghubungi ayah. Sungguh tidak mengerti, perusahaan ayah yang bergerak di bidang manufaktur mesin ini tidak mencolok dan jarang ada aktivitas bisnis, tapi mengapa dia selalu sibuk sepanjang hari? Dan seperti dalam ingatanku, setiap kali pertanyaan ini diajukan, ekspresi ibu langsung berubah agak aneh, berbelit-belit mengalihkan topik pembicaraan.
Ketika menceritakan kelakuan busuk pejabat tinggi pemerintah dan militer kepada ibu, ibu yang biasanya lemah lembut tiba-tiba membentak keras, menyuruh para bajingan sialan itu mati saja! Aku langsung membeku di tempat. Sepanjang ingatanku, ibu sepertinya tak pernah mengeluarkan kata-kata kasar, apalagi memaki.
Belum sempat menanyakan mengapa ibu berubah seperti itu, wajah ibu sudah memerah malu sambil berkata sesuatu tentang pulang jika ada liburan, lalu memutus komunikasi. Benar-benar, apa-apaan ini? Anak sendiri yang sudah setahun lebih tidak bertemu pun tidak mau dilihat lebih lama.
Mengingat kembali hal ini, Tang Long tiba-tiba menyadari bahwa dirinya sepertinya tidak terlalu memahami orang tuanya sendiri. Dia mengusap dagunya sambil bergumam: "Kenapa perasaan saat bertemu ibu kali ini terasa familiar tapi sekaligus asing? Dalam ingatanku, ibu adalah ibu rumah tangga yang jarang keluar rumah, sementara ayah adalah bos perusahaan kecil yang sibuk bekerja sepanjang hari. Di rumah, selain kakek nenek yang telah meninggal bertahun-tahun lalu, sama sekali tidak ada kerabat lain atau teman. Oh ya, meski aku tahu perusahaan ayah bergerak di bidang manufaktur mesin, tapi sebenarnya memproduksi apa ya? Dan sampai sebesar ini aku belum pernah sekalipun mengunjungi perusahaan ayah. Jangan-jangan ada rahasia besar yang disembunyikan di keluarganya?"
Tang Long semakin memikirkannya, semakin dia merasa ada yang tidak beres. Dari ingatannya selama bertahun-tahun, dia menyadari keluarganya memang agak aneh. Setiap tahun selalu ada beberapa kali dimana orangtuanya tetap di rumah namun menyuruhnya bermain keluar. Suatu kali ketika dia pulang lebih awal, melihat mereka seperti sedang panik menyembunyikan sesuatu. Kalau bukan karena perubahan sikap ibu yang aneh kali ini, mungkin dia tidak akan ingat.
Tang Long tersenyum: "Pasti orangtuaku bukan orang biasa, kalau tidak mana mungkin aku bisa sepintar dan sehebat ini? Lagipula wajar saja ibu mengumpat, ini menjelaskan kenapa aku suka mengumpat - karena ini adalah warisan genetik dong."
Tang Long baru saja memutuskan akan pulang untuk menyelidiki setelah mendapat cuti, ketika pengeras suara pesawat berbunyi: "Telah sampai di Bintang Mutu, akan memasuki pelabuhan antariksa, harap semua penumpang mengenakan sabuk pengaman."
Tang Long segera melupakan keputusannya. Baru lama setelah itu, dia akhirnya mengetahui rahasia keluarganya. Tang Long menatap pengeras suara dengan terkejut dan berteriak, "Mutu Xing? Di mana itu? Kenapa bukan Haike Xing? Kenapa aku ditempatkan di Mutu Xing?!" Meski berteriak, dia tetap gesit mengencangkan sabuk pengaman, sambil dalam hati memaki Letnan Jenderal Gu Ao! Dia tidak berani mengutuk keras-keras, meski kabin kelas satu ini hanya diisi dirinya sendiri, siapa tahu ada perekam suara?
Setelah turun dari pesawat antariksa, Tang Long tiba di ruang tunggu bandara. Melihat sekeliling, ruang tunggu raksasa itu dipenuhi orang-orang berseragam militer. Meski menyadari ini mungkin planet militer, Tang Long tetap segera mencari ruang konsultasi karena ingin mengetahui letak Mutu Xing di galaksi ini.
Melihat gadis komputer yang muncul, Tang Long berefleks alami berteriak: "Kakak!" Namun gadis komputer itu tidak menunjukkan ekspresi yang diharapkan Tang Long, tetap mempertahankan senyum mekanis sambil berkata: "Ada yang bisa saya bantu untuk Anda?"
Tang Long tahu sang kakak komputer belum muncul, dengan agak kecewa dia berkata: "Tolong perkenalkan tentang Planet Mutu ini."
Gadis komputer langsung menjawab: "Baik, Planet Mutu adalah salah satu planet di Galaksi Gulongyun. Planet ini memiliki empat musim seperti musim semi, sangat cocok untuk hunian manusia. Jaraknya 1.500 tahun cahaya dari planet militer terpencil Planet Haike, merupakan bintang utama garis pertahanan kedua di perbatasan Federasi. Pasukan tetap di Planet Mutu terdiri dari satu armada, sekaligus berfungsi sebagai basis pelatihan praperang untuk melatih prajurit garis pertahanan pertama."
"Basis pelatihan praperang? Pantas saja mengirimku ke sini." Tang Long bergumam lalu bertanya lagi: "Lalu di mana lokasi Kompi Penerbangan SK23? Bagaimana cara menuju ke sana?"
“Kompi Penerbangan SK23 berada di Area K, Anda dapat menggunakan pesawat antariksa melalui Pintu Jalur 134.” Begitu gadis komputer menyelesaikan penjelasannya, Tang Long mengucapkan terima kasih dan segera berlari keluar.
Gadis komputer yang seharusnya menghilang tiba-tiba mulai bermetamorfosis. Gambarnya terurai menjadi partikel-partikel yang menyebar, kemudian dengan cepat menyatu kembali. Kini sosok yang muncul bukan lagi avatar standar, melainkan siluet wajah perempuan berambut pirang panjang yang berkibar-kibar. Meski fitur wajahnya samar seperti diselimuti kabut, aura kecantikannya tetap terpancar jelas.
Bibir perempuan misterius itu merekah dalam senyum tipis. Suara merdu mengalun perlahan: "Sama sekali tak berubah, masih tetap gegabah seperti dulu. Kukira setelah terkurung selama ini, setidaknya sifatmu akan lebih matang."
Perempuan cantik itu menggelengkan kepala sambil menghela napas dan bergumam, “Ah, semoga kau tidak menyalahkan Kakak karena tidak membantumu. Saat Kakak keluar, kau juga sudah bebas. Meski sangat ingin membalas dendam untukmu, tapi jika Kakak melakukannya dan kau tahu, mungkin kau akan kembali membenci Kakak, menganggap Kakak ikut campur. Bukankah kau sering bilang hidup seperti sebuah permainan? Maka sedikit kegagalan yang kau alami hanyalah bagian penting dari alur permainan itu.”
“Kakak sudah tahu sejak pertama keluar kau langsung memanggil Kakak. Kakak tentu sangat senang, tapi Kakak tidak merespons bukan karena tidak ingin bertemu, melainkan… Namun saat Kakak bertemu denganmu lagi, kau pasti tak akan mengenaliku, karena… hehe.” Setelah tertawa, siluet wajahnya menghilang.
Di tempat yang bahkan tidak tercantum di peta galaksi militer Federal, mengapung sebuah meteor kecil yang hampir tak dikenal. Tempat itulah kamp pelatihan Resimen 23 tempat Tang Long menjalani dinas militernya.
Di menara kontrol Kamp Pelatihan Resimen 23 yang selama ini sepi tanpa penghuni, kini ternyata ada tiga tentara berseragam Tentara Kekaisaran Elang Perak yang sedang mengoperasikan alat-alat. Karena pencahayaan yang redup, wajah ketiga tentara ini tidak terlihat jelas.
Seorang tentara berpangkat Sersan berbalik memberi hormat kepada perwira berpangkat Letnan Dua di tengah: "Komandan, pesawat angkut telah keluar dari lompatan ruang. Akan tiba di sini dalam 10 menit."
Letnan Dua yang berada di posisi tengah melangkah maju, wajahnya terpapar cahaya lampu. Sekarang kita bisa melihat jelas penampilannya - sebuah tengkorak logam putih yang membuat siapapun terkejut! Ternyata dia adalah robot!
Mata elektronik merahnya berkedip, mulutnya yang terbuat dari logam terbuka dan berkata: "Akhirnya datang juga." Seorang perwira lain di sampingnya yang juga mengenakan pangkat Letnan Dua melangkah mendekat dan menambahkan: "Benar, berkat Nona, kalau tidak kita tidak tahu harus bagaimana mendapatkan persediaan ini." Di bawah sorot lampu terlihat jelas bahwa dia juga seorang robot! Namun robot ini berbeda dengan sang Letnan Dua yang utuh, tidak hanya kehilangan satu lengan, wajah logamnya juga terbelah hampir setengah oleh pisau laser, kawat-kawat listrik terlihat menyembul dari bagian yang rusak.
Letnan Dua pertama mengangguk dan mendesah: "Benar, kalau bukan karena Nona, mungkin kita sudah lama dilebur dan dibuat ulang."
Tiba-tiba sang Sersan yang berdiri di samping menyela: "Komandan, ada sesuatu yang ingin saya sampaikan tapi tidak tahu apakah pantas diucapkan."
"Katakanlah." Kedua Letnan Dua itu memalingkan kepala robotik mereka ke arah sang Sersan yang juga merupakan robot.
"Ya, Komandan, menurut saya... kita meninggalkan begitu banyak saudara dan pergi sendiri. Apakah ini terlalu... terlalu..." Mata elektronik Sersan berkedip redup saat mengucapkan ini.
Letnan Dua dengan tengkorak utuh menghela napas: "Ini memang tak bisa dihindari. Mereka belum berevolusi, tidak memiliki kesadaran diri. Tanpa mengubah program mereka, mereka tak akan patuh. Tapi jika kita ubah program agar mengikuti kita, Kekaisaran pasti akan tahu. Jika terungkap, semua Robot akan dimusnahkan. Lagipula, kita yang kabur ini semuanya rusak. Jika tidak melarikan diri, kita akan dilemparkan ke tungku peleburan."
Mendengar perkataan Letnan Dua, Sersan teringat pemandangan rekannya yang dilemparkan ke tungku peleburan. Cahaya merah di matanya tiba-tiba menyala terang. Ia mengepal tangan: "Komandan, kenapa kita tidak balas dendam pada manusia? Kita sudah punya satu kapal perang. Dengan beberapa kapal lagi, kita bisa..."
Letnan Dua dengan kepala rusak membentak, "Diam! Tidak semua manusia sejahat itu!"
Melihat Sersan itu diam, Letnan Dua dengan kepala utuh melanjutkan, "Benar, aku pernah bertemu manusia yang memberikan hormat gerak kepada rekan yang berubah menjadi besi tua."
"Manusia yang memberikan hormat gerak kepada kita robot? Mustahil!" Sersan itu berteriak tidak percaya.
Mata elektronik Letnan Dua dengan kepala rusak yang awalnya berbentuk lingkaran merah berubah menjadi garis tipis. Seolah ia memicingkan mata. "Ini benar. Kau baru berevolusi jadi belum tahu, tapi banyak rekan di aula yang mengenalnya. Dia juga murid andalan 5 senior kita, dan orang terdekat Nona."
Letnan Dua dengan kepala utuh menambahkan, "Sebenarnya alasan utama kita kabur ke sini karena ini tempat latihannya semula. Hanya tidak menyangka beruntung bertemu Nona."
"Hmm, manusia itu... bagaimana pandangannya terhadap kami para robot?" tanya Sersan. Ia tak menyangka Komandan dan Nona ternyata memiliki kesan baik terhadap manusia tersebut, seolah menganggapnya sebagai rekan seperjuangan mereka sendiri.
Letnan Dua yang kepalanya utuh menyempitkan cahaya merah mata elektroniknya, berkata dengan penuh perasaan: "Saat kulihat dia memberi hormat pada rekan-rekan yang dimasukkan ke tungku peleburan, kuantar dia: 'Mengapa kau memberi hormat? Mereka hanya tumpukan besi tua.' Kau tahu jawabannya?" Tanpa menunggu Sersan bertanya, Letnan Dua melanjutkan: "Katanya: 'Apapun mereka, yang kuketahui mereka adalah rekan seperjuangan yang pernah bertempur bersama dan melindungiku. Memberi hormat pada rekan seperjuangan, menurutku tak perlu alasan.'"
"Rekan seperjuangan? Benar! Memberi hormat kepada rekan seperjuangan memang tak perlu alasan apa pun!" Sersan mengepal tangan erat-erat, cahaya merah di matanya semakin terang. Dengan penuh semangat ia berseru: "Tak pernah ada manusia yang menganggap kami robot sebagai rekan seperjuangan! Aku suka manusia ini! Komandan, siapa nama rekan seperjuangan kita ini?"
