Tang Long sama sekali tidak tahu apa yang dipikirkan Ling Li. Dia mengangguk dan berkata: "Bagus, ayo kita pergi." Sambil berkata demikian, dia langsung berjalan keluar meninggalkan ruangan. Ling Li yang saat itu hanya bisa mengikuti dengan perasaan pasrah.
Berdasarkan petunjuk Ling Li, Tang Long tiba di depan pintu logam besar bertuliskan A4. Saat ini, Tang Long sudah mulai merasakan ada yang tidak beres dengan Ling Li. Bukan hanya raut wajah enggan yang ditunjukkan sepanjang perjalanan, tapi juga wajahnya yang pucat saat melihat tulisan A4 ini sudah cukup menjelaskan. Tentu saja, Tang Long tidak mengejar pertanyaan. Pertama, masalah seperti ini tidak bertahan lama di pikirannya. Kedua, dia juga tidak terbiasa memaksa orang membicarakan hal yang tidak ingin diungkapkan.
Ling Li mengeluarkan kartu dan menggesekkannya perlahan di alat pemindai pintu. Pintu itu mengeluarkan suara "B" dan terbuka perlahan. Baru terbuka sedikit celah, Tang Long langsung terkejut oleh deruman musik keras yang keluar dari dalam. Dalam ingatannya, ruang kopi selalu sepi. Kenapa tempat ini seperti klub dansa?
Pintu besar terbuka, memperlihatkan sebuah aula yang sangat luas. Dalam kegelapan gulita, lampu-lampu elektronik bergoyang tak henti mengikuti irama musik yang keras. Di sekeliling aula terdapat kursi-kursi kafe yang diselimuti kegelapan, namun berbeda dengan kafe biasa - di sini berbentuk bilik-bilik yang dikelilingi empat sofa lebar.
Tang Long tidak memperhatikan puluhan bilik tersebut. Pandangannya tertuju ke tengah aula. Di sana terdapat platform setinggi satu meter dengan sorotan lampu kuat yang memungkinkan orang melihat jelas pemandangan di atasnya meski dalam remang-remang. Saat itu, dua wanita setengah telanjang sedang menari tiang dengan genit mengikuti musik. Di sekeliling platform, beberapa tentara berseragam Angkatan Bersenjata Federasi sambil meniup peluit dengan satu tangan memegang botol minuman, tangan lainnya memeluk wanita yang ikut bergoyang.
Tang Long menoleh ke belakang dengan terkejut ingin bertanya pada Ling Li di sampingnya. Saat itu, lampu yang bergoyang kebetulan menyinari sebuah bilik tak jauh dari mereka. Meski cahaya hanya menyorot sekejap sebelum berpindah, pandangan tajam Tang Long berhasil menangkap pemandangan di dalamnya. Dengan kaget, Tang Long melihat orang-orang di dalam sedang melakukan hal mesum!
"Ini... ini bagaimana bisa?" Pemandangan mengejutkan itu membuat Tang Long gagap bicara.
Ling Li memandang Tang Long tanpa bicara, namun matanya memancarkan kesedihan yang menderita. Saat Tang Long hendak bertanya lagi, tiba-tiba suara perempuan dingin terdengar: "Apakah kau benar-benar belum pernah mendengar tentang kompi SK23?"
Mengikuti arah suara, terlihat Letnan Yuna yang cantik. Mendengar ini, Tang Long tertegun dan bertanya ragu: "Apa tentang kompi SK23? Bukankah ini kompi penerbangan?"
Yuna dan Ling Li mendengar pertanyaan Tang Long, keduanya memandang Tang Long dengan tatapan penuh keheranan. Yuna menatap tajam Tang Long cukup lama, lalu melihat aula yang ramai itu sambil menggelengkan kepala. "Tempat ini terlalu berisik, tutuplah pintu besar," katanya. Tanpa banyak bicara, Ling Li berjalan ke sisi pintu dan menekan sebuah tombol di samping alat pemindai. Pintu besar pun tertutup, sekitaran seketika menjadi sunyi senyap.
Tang Long memandang dengan tenang pada Yuna. Meskipun dia tidak suka memeras otak, tapi dia juga tahu Kompi SK23 menyembunyikan banyak rahasia. Hanya fakta bahwa sebuah kompi penerbangan memiliki perlengkapan pasukan khusus saja sudah merupakan rahasia besar.
Yuna merenungkan sejenak, lalu menatap tajam Tang Long dan berkata: "Kompi SK23 sebenarnya adalah kompi WTS militer!"
"WTS militer? WTS militer!" Tang Long yang belum tersadar akhirnya kaget sampai menganga lebar. Bahkan saat kau bilang Kompi SK23 adalah pasukan khusus pun dia tidak seekstrim ini. WTS militer! Mungkinkah profesi seperti ini benar-benar ada di Angkatan Darat Federal Wan Luo?
“Tidak mungkin! Bagaimana mungkin ada pelacur di Angkatan Darat Federal!” Tang Long menggelengkan kepala, ia benar-benar tidak percaya.
“Lalu apa yang baru saja kau lihat tadi? Aku bisa memberitahumu bahwa semua pria di dalam adalah personel militer Federasi dari Galaksi Gulongyun, sedangkan para wanita itu adalah prajurit yang baru saja memberi hormat padamu!” kata Yuna dengan dingin.
“Eh... Ini tidak mungkin, apa orang tua prajurit wanita itu akan setuju?” Tang Long masih tidak percaya. Jika anak perempuan mereka menjadi tentara lalu dijadikan pelacur, bukankah orang tua mereka akan protes?
Ling Li yang selama ini diam tiba-tiba berkata dingin saat mendengar perkataan Tang Long: “Kami semua adalah anak yatim piatu yang tidak punya sanak saudara!”
Tang Long memahami makna kata-kata Ling Li. Karena mereka semua yatim piatu, selama mereka sendiri tidak protes, tidak akan ada yang memperjuangkan mereka.
Tang Long menatap Ling Li dan Yuna sesaat, lalu tiba-tiba bertanya dengan suara dingin: “Apakah para prajurit wanita ini semuanya relawan?”
"Tidak ada yang bisa disebut sukarela atau tidak bagi kami yang kehilangan jati diri ini!" Yuna tiba-tiba tertawa getir dengan nada muram.
"Berarti para prajurit wanita ini dipaksa?" Tang Long menatap dengan mata bersinar sinar dingin.
Melihat tatapan itu, Yuna tercekat. Ling Li yang tadinya menunduk mengangkat kepala. Namun sinar dingin di mata Tang Long sudah menghilang. "Siapa yang mau menghina diri sendiri?" ujar Ling Li dingin.
Tang Long menyungging senyum ambigu. "Letnan, sebagai Kapten di pangkalan ini, apa otoritasku?"
Yuna bingung dengan perubahan topik ini. Tapi di bawah tatapan Tang Long, ia menjawab jujur: "Anda adalah komandan tertinggi Kompi SK23, Kapten."
Tang Long tertawa, kali ini senyumannya terlihat jahat. Ia bertanya dengan nada menggoda: "Yang bernama apa itu... oh, Letnan Dua Jess, di mana dia? Bisakah kau membawaku mencarinya? Hehe, aku ada urusan untuk didiskusikan dengannya."
Pertanyaan Tang Long tak dijawab, karena kedua wanita itu memandanginya dengan tatapan merendahkan. Tang Long tersenyum-senyum pada Ling Li: "Jawab pertanyaanku, Asisten Komandanku."
Sekilas cahaya jijik terpancar dari mata Ling Li. Suaranya dingin: "Apa Anda benar-benar menganggap surat penunjukan dari Erxi itu asli? Komandan."
Tang Long terdiam sejenak, sudut bibirnya melengkung dalam senyuman tipis. Namun nada suaranya berubah dingin: "Kalau begitu, dengan status Kapten, kuperintahkan kau menjawab pertanyaanku, Letnan Dua!"
Entah kenapa, mendengar kalimat itu, jantung Ling Li tiba-tiba berdebar kencang. Meski ingin menjawab pertanyaan Tang Long secara tak sadar, harga dirinya tidak mengizinkan. Ia memaksa menutup mulut rapat-rapat.
Yuna yang melihat situasi mulai memanas menghela napas, "Letnan Dua Jesi ada di Area B3."
"Makasih, Letnan Kakak Yuna." Tang Long berbalik sambil tertawa girang. Yuna dan Ling Li tidak melihat ekspresi dingin penuh aura yang tiba-tiba menyebar di wajahnya saat membelakangi mereka.
Yuna menepuk bahu Ling Li sambil berdesah, "Ah, jangan terlalu dipikirkan. Sebenarnya laki-laki memang sama saja sifat buruknya. Orang-orang seperti kita tidak bisa berharap bertemu pria baik."
Ling Li tahu Yuna akan berkata demikian karena dirinya berpura-pura menjadi penggemar Tang Long. Ia tidak menjelaskan, hanya menatap punggung Tang Long dengan dingin: "Kakak, sepertinya dia tidak punya hubungan dengan atasan, juga tidak bisa mengontrol suplai kita. Orang seperti ini lebih baik kita..." Sambil berkata, tangannya menyentuh lehernya secara simbolis.
Yuna memandang Ling Li dengan agak terkejut, lama kemudian menggelengkan kepala: "Sementara tidak bisa. Karena belum pernah ada pria yang dipindahkan ke sini. Sebelum penyebabnya diketahui, kita tidak bisa menyentuhnya. Jika dia mengganggumu, anggap saja seperti digigit anjing." Lalu menatap Ling Li sambil tertawa: "Benar-benar tidak terlihat, aktingmu ternyata sehebat ini, bahkan aku pun tertipu."
Ling Li tersenyum pahit: "Tidak ada cara. Selama bertahun-tahun, para gadis yatim di batalyon ini telah belajar menyembunyikan perasaan asli. Nasib yang sudah ditakdirkan membuat kami tidak bisa mengekspresikan perasaan sejati."
Yuna menghela napas, menepuk bahu Ling Li, dan berkata dengan suara sendu: "Ayo, ke kamarku, ceritakan padaku tentang adik-adik kita." Ling Li mengangguk, menoleh sebentar ke pintu logam itu, menggigit bibir, lalu mengikuti Yuna pergi.
