Tang Long segera tiba di Area B3, sebuah jalur yang dipenuhi kamar. Tidak tahu di kamar mana Jess berada, dan tidak ada orang di koridor, Tang Long terpaksa memeriksa satu per satu kamar. Setelah melihat belasan kamar kosong dan sampai di sudut jalur, tiba-tiba mendengar suara.
Dari ujung jalur lain terdengar suara tertawa mesum seorang pria: "Hei, buat-buat suci saja! Bukannya semua perempuan di sini pelacur gratis? Pegangi dia! Susah payah nemu perawan, jangan sampai kabur!"
Seiring suara pria itu, terdengar sahutan: "Hei, bos, jangan terlalu kasar. Kalau kamu makan daging, kami juga mau minum kuahnya, dong." "Iya, bos cepatlah. Aku sudah nggak tahan nih."
Suara sebelumnya kembali terdengar: "Cih! Cepat apaan? Aku ini bisa cepat? Sialan! Tekan lebih kuat, jangan biarkan dia bergerak, mana bisa main enak gini?" Diiringi suara teredam seperti seseorang yang mulutnya ditutup: "Wu... wu..."
Tang Long yang sudah keluar dari belokan langsung melihat pemandangan yang membuat urat lehernya menegang. Di jalur belokan, seorang prajurit pria yang tidak memakai celana dengan pantat terbuka sedang membuka paksa sepasang paha putih. Dua prajurit pria lain yang berjongkok di sampingnya masing-masing menekan kuat-kuat lengan yang bergerak liar. Di tanah berserakan seragam militer yang sudah robek-robek.
Mendengar langkah kaki, prajurit pria yang menahan lengan di sebelah kiri mengangkat kepala melihat Tang Long, namun segera menunduk lagi. Sambil tetap fokus pada perempuan di lantai, dia berkata: "Saudara, jangan buru-buru. Tunggu kakak-kakak ini selesai main baru giliranmu. Hehe, cewek ini benar-benar putih dan mulus, pantas disebut barang orisinal." Kini dia telah menginjak lengan itu dengan kaki, membebaskan tangannya untuk meraba-raba. Meski pandangan terhalang pria berbaju dalam yang sedang telanjang pantat, Tang Long tak perlu berpikir panjang untuk tahu apa yang sedang dilakukan tangannya.
Seorang prajurit pria lain yang menekan lengan berkata dengan kesal: "Sialan! Giliranmu yang nutup mulutnya! Dasar, aku belum puas main tangan!" Prajurit telanjang pantat di tengah yang akhirnya berhasil membuka paha yang terkunci itu, tersenyum mesum: "Ngapain nutup mulut? Takut ada yang rebut? Yang di belakang! Jaga pintu luar, kalau tidak, bisa saja yang lain dengar jerit mesum si cewek ini. Aku tidak jamin kau bisa jadi orang keempat!"
Tang Long melangkah ke depan dengan wajah datar, lalu menendang dengan keras dari bawah ke atas tepat mengenai alat kelamin prajurit telanjang pantat itu. Terdengar jeritan mengerikan yang membuat bulu kuduk merinding memenuhi koridor. Prajurit telanjang pantat itu terlempar ke udara dengan alat kelaminnya menyemprotkan darah.
Dua prajurit pria yang berjongkok belum sempat bereaksi, tiba-tiba pandangan mereka gelap dan hidung terasa sangat perih. Sebelum sempat berteriak kesakitan, bagian belakang kepala mereka sudah dihantam hingga pingsan. Tentu saja mereka tidak tahu bahwa tubuh mereka yang tak sadarkan diri itu kemudian ditendang keras hingga terlempar beberapa meter, berbaring berjejer dengan sang bos yang sudah pingsan lebih dulu.
Tang Long melirik perempuan di lantai. Matanya yang panik sempat menatapnya sebentar. Meski air mata terus mengalir dari sudut matanya, dia menggigit bibirnya yang sudah berdarah tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.
Ini adalah perempuan muda yang cantik bak bunga. Namun yang membuat Tang Long terkejut bukanlah kecantikan wajahnya atau tubuhnya yang memikat, melainkan perubahan ekspresinya yang tiba-tiba dari panik menjadi sangat dingin, bahkan terkesan mati rasa. Hal paling mengerikan adalah dia tetap berbaring diam di lantai tanpa berusaha bangun.
Hati Tang Long sedikit menjadi dingin, ia tidak menyangka dirinya justru menyelamatkan seseorang yang tidak memiliki kesadaran untuk melawan. Namun saat Tang Long melihat gadis itu menyatukan kedua kakinya dengan erat, sekaligus menangkap pancaran rasa pedih dan terhina di mata sang gadis. Meski ekspresi itu hanya muncul sekejap, Tang Long telah menyaksikannya.
Tang Long tersenyum tipis pada gadis itu, namun senyuman itu segera menghilang, digantikan oleh raut dingin. Ekspresi Tang Long bukan ditujukan pada ketiga prajurit pria yang pingsan, tentu juga bukan pada gadis di lantai. Sasaran tatapan dinginnya adalah beberapa orang yang muncul dari kamar-kamar di kedua sisi koridor – mereka bukan prajurit pria, melainkan prajurit wanita. Salah satunya bahkan dikenal oleh Tang Long, yaitu Jes yang selama ini dicarinya!
Melihat gadis yang terbaring di lantai, ekspresi Jess sama sekali tidak menunjukkan kemarahan atau kesedihan, hanya samar-samar terlihat nuansa "mengapa harus seperti ini". Bukan hanya dia yang menunjukkan ekspresi seperti ini, dua prajurit wanita di sampingnya juga memandangi gadis di lantai dengan raut wajah serupa.
Jess mengalihkan pandangan dari gadis di lantai ke tiga prajurit pria yang sudah pingsan. Saat melihat kondisi mereka, terutama alat kelamin prajurit telanjang yang sudah hancur berdarah, tiba-tiba wajahnya menunjukkan kepanikan dan tubuhnya bergerak seolah ingin mendekati. Namun ketika bertemu tatapan dingin Tang Long yang mengawasinya, entah mengapa dadanya mendadak menggigil, secara refleks menghentikan langkahnya, lalu menarik kedua rekannya yang juga ingin mendekati tiga prajurit pria tersebut.
Kedua prajurit wanita ini awalnya melihat Jesica dengan ekspresi bingung, namun saat mengikuti pandangan Jesica dan melihat Tang Long yang wajahnya sama sekali tak beremosi, entah mengapa seluruh tubuh mereka gemetar, lalu menundukkan kepala dengan rasa bersalah.
Tang Long hanya memandang dingin ketiga prajurit wanita yang diam di kamar ini, lalu melepas seragam militer bagian atasnya dan menyelimutkannya dengan lembut ke tubuh gadis di lantai. Awalnya gadis itu langsung menutup matanya pasrah saat melihat Tang Long melepas baju, namun saat merasakan kain menyelimuti tubuhnya, matanya terbuka lebar-lebar dengan ekspresi terkejut dan bingung.
Tiga prajurit wanita yang masih berdiri diam itu awalnya menyunggingkan senyum sinis dalam hati saat melihat Tang Long melepas baju, namun saat menyadari Tang Long tidak melakukan hal yang mereka bayangkan, tanpa disadari tatapan mereka pun mulai menunjukkan kebingungan.
Tang Long yang bertelanjang dada dengan cepat mendekati tiga prajurit wanita itu, memandangi mereka dengan dingin, lalu melakukan gerakan yang mengejutkan. Tang Long mengangkat tangan dan menampar masing-masing wanita itu dua kali di pipi. Sambil berteriak marah: "Sekumpulan sampah! Kalian melihat saudari perempuan dipermalukan tapi tidak berusaha menolong?"
Jesi dan dua rekannya awalnya memegang pipi merah mereka sambil melototi Tang Long. Namun setelah mendengar perkataannya, ketiganya menurunkan tangan dari pipi dan menunduk. Jesi tidak tahu perasaan kedua rekannya, tetapi dirinya sendiri sama sekali tidak merasakan kemarahan, bahkan muncul perasaan bahwa tamparan Tang Long pantas diterimanya.
Gadis yang membungkus diri dengan seragam Tang Long itu gemetar hebat mendengar ucapan tersebut. Dia menatap punggung Tang Long sesaat sebelum akhirnya menundukkan kepalanya sambil terisak.
Tang Long memarahi mereka, melihat mereka masih terdiam, tak tahan lagi mengumpat: "Apa yang kalian lakukan di sini? Letnan Dua, segera putuskan komunikasi di Area A4 dan perintahkan seluruh anggota Kompi SK23 untuk berkumpul di pintu Area A4 dengan bersenjata lengkap! Juga bawa pasukan khusus yang memakai baju zirah berat!"
Jess awalnya mengangguk patuh mendengar perintah Tang Long, namun ketika baru mengangkat tangan untuk hormat gerak, tiba-tiba menyadari keanehan dalam perintah itu. Dengan panik ia bertanya: "Komandan, apa yang akan Anda lakukan?" Tapi pertanyaan itu terhenti di mulutnya karena Tang Long sedang menyentuh pinggangnya.
Tentu saja Tang Long bukan ingin menggoda Jess, melainkan mengambil pistol yang terselip di pinggangnya.
Tang Long yang memegang pistol itu dengan ahli membuka pengaman, memeriksa energi, lalu gesar mengisi peluru. Dengan pistol masih terkepal, ia berjalan mantap menuju tiga prajurit pria yang masih tak sadarkan diri di kejauhan.
Saat melihat Tang Long mengangkat pistol dan mengarahkannya ke prajurit pria yang pantatnya telanjang itu, Jesi tahu situasi memburuk. Tanpa peduli perbedaan pangkat, ia menarik lengan Tang Long dengan panik: "Komandan, jangan dibunuh! Dia adalah putra Komandan Garnisun Planet Mutu Xing!" Begitu kata-kata ini keluar, tidak hanya dua prajurit wanita itu maju menghalangi pandangan Tang Long, bahkan gadis yang hanya terbungkus jaket itu merangkak mendekat dan memeluk kaki Tang Long sambil terisak: "Komandan, jangan bunuh dia demi aku, ini tidak sepadan!"
Tang Long tertegun. Ia tak menyangka mereka melindungi orang yang menghina mereka. Apakah ada kepentingan besar di balik ini? Tang Long sama sekali tak peduli soal putra komandan garnisun. Bagaimanapun, karirnya sudah mandek, dan ia telah menangkap basah kejahatan mereka. Menghukum mereka tidak melanggar hukum militer.
Tang Long menurunkan pistolnya dengan ragu bertanya: "Kenapa?"
"Jeser dan yang lainnya melihat Tang Long menurunkan pistolnya, lalu menghela napas lega. Jeser menjawab dengan suara lembut: "Komandan, Anda tahu kami adalah Suku yang Terlupakan, tapi ini bukan berarti dilupakan oleh orang lain, melainkan kami sendiri yang melupakan diri sendiri. Alasan tidak bisa membunuhnya sangat sederhana, karena jika dia dibunuh, pasokan untuk Kompi SK23 kami akan diputus."
