Di Markas Komando Galaksi Planet Haike Xing, Gu Ao yang sedang menggoda prajurit wanita logistik dengan kesal menekan tombol BBB yang berbunyi terus di meja. Sebuah memo dari Planet Mutu Xing muncul di udara, bertuliskan: "Dilaporkan munculnya teroris di Area K Planet Mutu Xing. Mengingat urgensi situasi dan tanggung jawab menjaga Planet Mutu Xing, hamba berani bertindak tanpa persetujuan Yang Mulia Komandan dengan mengerahkan resimen armor. Mohon pengertian Yang Mulia. Hamba pastikan akan membasmi semua teroris dan menjamin keamanan Planet Mutu Xing. -Komandan Garnisun Planet Mutu Xing."
Gu Ao tertegun sejenak membaca pesan itu, lalu tertawa: "Brengsek ini pasti cuma mau berebut pengaruh di Area K. Alasan teroris? Hehe, mungkin dialah teroris terbesar di sana." Setelah berkata demikian, dia menutup layar dan kembali asyik dengan gadis dalam pelukannya.
Begitu melihat Pangkalan Kompi yang menjulang di dataran, Kolonel Senior yang menjabat sebagai Komandan Garnisun Planet Mutu Xing langsung keluar dari kendaraan tempur tanpa peduli apakah jangkauan tembak tank sudah mencukupi. Ia berdiri di atas kubah tank lalu melambaikan tangan dengan arogan sambil berteriak: "Tembak! Tembak! Hancurkan tempat itu sampai rata dengan tanah!"
Letnan Kolonel yang ikut memanjat ke atas kubah tank mengingatkan dengan hati-hati: "Komandan, kita belum masuk dalam jangkauan serangan efektif kendaraan tempur."
Kolonel Senior itu membentak tak sabar: "Aku tentu tahu! Perintahkan seluruh pasukan maju dengan kecepatan penuh. Begitu masuk jangkauan serangan, langsung serang otomatis!"
Letnan Kolonel mengangguk: "Siap." Tiba-tiba ia teringat sesuatu: "Omong-omong Komandan, untuk antisipasi, haruskah kita aktifkan Perisai Perlindungan pada kendaraan tempur? Kabarnya mereka memiliki pesawat tempur."
“Untuk apa mengaktifkan Perisai Perlindungan? Bukankah perwira logistik galaksi bilang pesawat tempur mereka cuma mirip bentuk dan fungsi terbang saja? Kalau berani datang, aku akan goreng mereka jadi ayam bakar! Alihkan energi perisai ke meriam laser untuk tingkatkan daya tembak, jangan sia-siakan. Aku tidak percaya pelacur yang seharian tidur di kasur itu punya kemampuan hebat!” kata Kolonel Senior dengan sikap meremehkan.
Letnan Kolonel yang mendengar ini, setelah berpikir merasa masuk akal, pun diam dan pergi menyampaikan perintah. Mereka tidak tahu bahwa perwira logistik galaksi yang termabuk asmara itu, demi memenuhi permintaan para gadis sekaligus menghindari cercaan, telah berbohong kepada para perwira.
Sebenarnya sebagian besar perwira mengetahui bahwa kompi seperti SK23 adalah rumah bordil yang dibuka oleh seseorang misterius dengan mengibarkan bendera militer, yang memberikan layanan gratis khusus untuk militer. Tentu saja sama sekali tidak ada orang luar yang tahu bahwa para pelacur ini dipaksa. Si misterius tidak akan mengatakannya, dan para pelacur sebagai korban juga tidak akan membocorkannya. Jadi di mata para perwira, hubungan mereka dengan kompi semacam ini hanyalah hubungan antara pelanggan dan pelacur.
Dalam persepsi seperti ini, perwira logistik galaksi yang menerima perlakuan khusus ini - setelah mendengar permintaan para gadis cantik yang merajuk ingin mencoba-coba senjata - mempertimbangkan bahwa pelacur tidak mungkin menyakiti pelanggan, sekaligus merasa dirinya benar-benar dilayani dengan sangat nyaman sehingga perlu memberi kompensasi pada para gadis. Akhirnya dia diam-diam mengalokasikan senjata standar kepada kompi ini.
Tentu saja, perwira logistik yang pertama kali menyalurkan senjata itu juga merasa sangat cemas untuk beberapa waktu. Namun setelah melihat para pelacur yang memiliki senjata bertindak sesuai dugaan mereka, tidak pernah menyakiti tamu yang datang untuk bersenang-senang. Senjata-senjata itu hanya digunakan para pelacur sebagai pelampiasan emosi, hal ini membuatnya lega. Sejak itu, setiap kali datang bersenang-senang dan menikmati perlakuan kelas tertinggi, ia selalu memenuhi permintaan para gadis cantik yang memohon dengan suara manja.
Hingga pada akhirnya, meski para gadis tidak mengajukan permintaan, bahkan dirinya sendiri sudah lama tidak main-main, begitu ada senjata baru yang diluncurkan, ia tetap mengalokasikan sebagian kecil untuk digunakan para gadis. Inilah alasan mengapa Kompi SK23 memiliki semua jenis senjata.
Saat ini, di bawah perintah Kolonel Senior, kendaraan-kendaraan ini bergerak dengan marah besar seolah ingin menghancurkan segala penghalang di depan mereka, bisa dikatakan memiliki semangat tempur yang membara. Namun anggota pasukan di dalam kendaraan justru sangat santai, ada yang berbaring atau duduk di kabin, sama sekali tidak terlihat seperti akan bertempur.
Seorang prajurit yang sedang melempar-lemparkan helmnya dengan santai bertanya kepada rekan di sampingnya: "Komandan mengerahkan tiga resimen sekaligus, mau bersaing dengan jenderal besar mana nih?"
Prajurit itu menggelengkan kepala: "Hantu saja yang tahu, yang pasti pasti target besar. Kalau tidak, mana mungkin sekaligus menggerakkan pasukan sebanyak ini."
Seorang prajurit di seberang menyela: "Kudengar putra komandan dipukuli orang, makanya komandan langsung murka besar dan memimpin pasukan sendiri."
“Hm, menurutku kali ini pasti akan berakhir dengan buru-buru. Apa mungkin orang yang berani memukul anak komandan tidak punya latar belakang kuat? Jangan bilang saat menghadapi orang yang tak bisa ditaklukkan, sang tuan muda tidak menyebut nama komandan.” Prajurit yang sedang melempar-lempar helm itu menambahkan cepat saat melihat rekan di sampingnya ingin berbicara setelah mendengar ucapannya sebelumnya.
Mendengar ini, semua prajurit di dalam kendaraan tertawa bersukacita atas kesulitan orang lain. Mereka sangat menantikan melihat komandan mengalami malu.
Di kendaraan pengangkut pasukan lain, seorang rekrutan baru menggenggam senjatanya dengan gemetar penuh ketegangan. Melihat veteran berpengalaman di sekitarnya yang tenang-tenang saja, dia bertanya dengan cemas kepada orang di sebelahnya: “Kakak, kami... kami ini mau bertempur melawan siapa?”
Veteran berpengalaman yang sedang merokok itu mendadak terkekeh: “Bertempur? Kau mikir apa? Kita cuma pergi untuk memamerkan kekuatan komandan.”
Rekrutan baru itu tertegun mendengar penjelasan ini: “Memamerkan kekuatan?”
Veteran berpengalaman tertawa: "Benar, sekadar untuk pamer kekuatan. Komandan kami sedang bersaing berebut wanita dengan orang lain, jadi kami dikerahkan untuk menakut-nakuti lawannya."
Rekrutan baru tertegun. Ia tak menyangka Komandan yang terlihat gugup dan marah itu mengerahkan pasukan hanya karena alasan seperti ini.
Melihat ekspresi bengong si rekrutan, veteran itu menepuk bahunya menghibur: "Santai saja, kejadian seperti ini masih akan sering terjadi."
"Sering? Maksudmu ini hal yang biasa?"
Veteran lain menyela: "Iya! Seperti waktu putra Komdan mengajak pacarnya belanja, empat kompi dikerahkan untuk sterilkan area. Kami harus berdiri kaku di pinggir jalan berjam-jam!"
Prajurit di seberangnya mencibir: "Itu belum seberapa! Waktu istri Komandan berkunjung, 10.000 pasukan disuruh berbaris di pelabuhan antariksa menyambutnya. Kami harus berdiri tiga jam di terik matahari! Kali ini naik mobil bolak-balik sudah termasuk beruntung."
Rekrutan baru itu terkejut berkata, "Bagaimana bisa seperti ini? Komandan menganggap kami sebagai apa?"
"Ah, kau pasti tertipu iklan rekrutmen. Para komandan di militer hampir semuanya memperlakukan prajurit seperti tentara pribadi mereka. Apa kau tidak tahu kasus heroik atasan merampas prestasi bawahan yang menggemparkan dunia sebelumnya? Kalau bukan karena masa wajib militer belum selesai, dan selain jadi tentara kami tidak bisa cari makan, pasti sudah Ogah angkat senjata!" ucap veteran di sebelah rekrutan itu dengan putus asa.
Seorang veteran yang melihat perubahan ekspresi rekrutan itu memberi peringatan, "Jangan bermimpi mengajukan pensiun, atasan tidak akan menyetujui. Juga jangan berpikir untuk desersi, tertangkap akan segera dihukum mati. Bertahanlah perlahan sampai dua tahun masa wajib militer selesai."
Mendengar ini, rekrutan itu mengangguk dengan wajah pucat pasi.
Berjarak puluhan kilometer dari Pangkalan Kompi SK23, terdapat sebuah bandara yang bertugas menampung pesawat tempur kompi tersebut. Namun admin bandara ini bukan anggota kompi. Penyebabnya adalah meski kompi memiliki pesawat tempur, mereka tidak bisa melakukan perawatan maupun manajemen. Oleh karena itu, mereka memanfaatkan pejabat tinggi yang telah dibutakan untuk merekrut kru perawatan.
Membicarakan kru perawatan ini, para prajurit wanita kompi langsung geram. Orang-orang berpangkat rendah ini setelah mengetahui identitas prajurit wanita kompi, malah mengajukan syarat: setiap kali menggunakan pesawat tempur, mereka harus menemani kru ini bersenang-senang. Para prajurit wanita sudah kesal karena harus menukar tubuh mereka dengan pelatihan penggunaan senjata dari para pelatih. Ditambah lagi meski menyadari status diri, mereka biasa berinteraksi dengan perwira tinggi berbintang. Melayani anak buah kecil ini—meski martir hilang—masih ada harga diri tersisa. Bagaimanapun juga, tuntutan perwira berpangkat rendah ini tak bisa ditolerir.
Namun para petugas bandara ini justru menggunakan ancaman tidak melakukan perawatan dan pengelolaan pesawat tempur. Dengan demikian, para prajurit wanita yang ingin terbang bebas di angkasa pun terpaksa menyerah. Tentu saja para prajurit wanita juga tidak membiarkan mereka nyaman, setiap kali membuat mereka cepat selesai.
Saat pasukan penjaga baru memasuki Area K, sebuah truk militer terapung melesat menuju pintu masuk bandara. Beberapa admin bandara yang sudah melihat truk militer dari jauh saling pandang, lalu berjalan ke pintu gerbang dengan senyum mesum. Seorang perwira pria berpangkat Letnan berjalan sambil tertawa ke beberapa Letnan Dua di sampingnya: "Hehe, kali ini kita bisa bersenang-senang lagi." Hanya anggota Kompi SK23 yang akan datang ke bandara ini, jadi begitu melihat kedatangan orang, langsung tahu siapa mereka.
Seorang Letnan Dua mengeluarkan sebotol obat, menelan sebutir pil setelah menuangkannya baru berkata: “Sialan! Mereka selalu membuat kami selesai dalam hitungan menit. Kali ini aku ingin lihat berapa lama mereka bisa bertahan, pasti akan membuat pelacur mesum itu merengek-rengek!” Sambil menggoyang-goyangkan botol bertanya: “Kalian mau?”
Orang-orang lain tentu tahu apa itu, bergantian mengambil botol obat dan menelan pilnya. Letnan yang terakhir mengambil botol itu melihat pil di tangannya dengan curiga: “Obat kali ini ada efeknya? Yang dulu-dulu sama sekali nggak mempan!”
“Tenang, ini produksi terbaru, dijamin langsung bereaksi. Kalau nggak mempan, cari aku!” Letnan Dua itu menepuk-nepuk dadanya.
Letnan itu masih ingin bicara, tapi melihat truk militer sudah mendekat, buru-buru menelan pilnya dan menyembunyikan botol obat.
Para perwira rendahan ini mengiler dengan mata merah menunggu pintu kendaraan terbuka. Dari ekspresi bersemangat mereka, sepertinya begitu melihat orang langsung akan menerkam.
Dalam penantian yang panjang, pintu mobil akhirnya terbuka. Aroma harum yang keluar dari dalam mobil dan kemunculan beberapa sosok anggun membuat mereka tak bisa menahan diri untuk menerjang. Namun dalam sekejap, mereka membeku dalam posisi hendak menerjang. Orang yang muncul di hadapan mereka memang wanita cantik, tapi wanita cantik yang sedang membidikkan senjata laser dengan sinar dingin yang berkilauan.
Melihat lubang laras pistol yang menghitam itu, kelopak mata Letnan berkedut. Ia menelan ludah dan berkata: "Kalian..." Namun kata-kata berikutnya langsung tercekik ketika beberapa sinar laser menyambar ke dekat kakinya.
Seorang wanita cantik yang memegang senjata berkata dingin: "Jangan melawan. Ketahuilah kami sangat bersemangat untuk menembak mati kalian."
Melihat aura yang terpancar dari mata para wanita itu, para pria tahu mereka tidak bercanda. Mengingat perbuatan mereka di masa lalu, jantung para pria berdegup kencang ketakutan.
Saat itu, dari dalam kendaraan pengangkut muncul seorang wanita cantik yang mengenakan Pangkat Letnan Dua. Para pria mengenalinya karena dialah yang paling sering mengoperasikan pesawat tempur. Ekspresi dinginnya yang biasa kini semakin membeku dibanding sebelumnya.
Para prajurit wanita yang sebelumnya mengarahkan senjata ke para pria tiba-tiba menyimpan senjata dan mengambil sikap siap sempurna untuk memberi Hormat gerak kepada Sherry. Melihat kesempatan ini, para pria langsung berlari tunggang-langgang sambil berteriak: "Ini pemberontakan militer!"
Sherry mendengus dingin lalu melambaikan tangan. Seolah sudah direncanakan, para prajurit wanita itu dengan gesit mengarahkan senjata dan menarik pelatuk. Puluhan sinar putih langsung menembus tubuh para pria itu, menyemburkan percikan darah. Dengan cara paling definitif, para prajurit wanita itu membuat mulut para pria itu terkunci selamanya.
Sherry sama sekali tidak melihat benda-benda yang bergelimpangan di lantai itu. Dia mengeluarkan pistol dan mengayunkannya, lalu memimpin prajurit wanita menyerbu menara kontrol bandara.
Pada saat yang sama, di jalur bawah tanah tempat Tang Long pernah ditipu masuk oleh Elcy, puluhan siluet manusia sedang berlari kencang. Dapat dilihat, 20 orang di depan memiliki postur tubuh yang sangat besar. Sedangkan 20 orang di belakangnya tampak membawa benda berbentuk silinder panjang. Beberapa siluet yang kelelahan tetap terus bergerak maju meski berhenti berlari, menunjukkan mereka berdiri di atas lantai otomatis. Anehnya, mereka sepertinya menganggap kecepatan lantai otomatis terlalu lambat - mereka yang beristirahat itu langsung bangkit dan berlari lagi setelah sebentar berhenti. Mengapa mereka terburu-buru seperti ini?
Komandan Garnisun Planet Mutu Xing akhirnya menunggu sampai kendaraan tempur masuk dalam jangkauan serang efektif. Dengan tak sabar dia mengayunkan tangannya dan berteriak: "Arahkan senjata ke Pangkalan Kompi SK23! Tembak dengan seluruh daya!"
Saat sistem komunikasi menyampaikan perintah ini ke dalam kendaraan tempur, seluruh awak di dalamnya membeku. Seperti prajurit lainnya, mereka selalu mengira komandan hanya membawa mereka untuk pamer kekuatan. Mengapa tiba-tiba diperintahkan menyerang kawan sendiri? Apakah komandan hendak memberontak?! Itu mustahil! Komandan hanyalah komandan garnisun. Meski bisa mengendalikan pasukan garnisun di planet ini, masih ada begitu banyak pasukan cadangan yang dilatih untuk garis depan. Belum lagi ratusan ribu kapal perang di Haike Xing, bahkan armada lokal di luar angkasa Mutu Xing pun tidak mampu melawan. Komandan armada itu selalu berselisih dengan komandan kami, mustahil mendukung pemberontakan.
Prajurit rendahan ini tidak tahu bahwa Kompi SK23 bukan bagian dari militer reguler.
Karena pertimbangan ini, Kolonel Senior tidak menghadapi situasi tembakan serentak setelah mengeluarkan perintah. Dengan wajah pucat dan asap hitam mengepul dari kepalanya, Kolonel Senior mulai panik. Jika pasukan tidak mematuhinya, dia tidak akan menjadi apa-apa.
Letnan Kolonel mendengar keributan dari bawah. Menyadari Komandan tidak menjelaskan situasi sehingga menyebabkan kesalahpahaman prajurit, dia segera berteriak melalui perangkat komunikasi: "Perhatian semua! Kami menerima intel terbaru bahwa teroris dari Kekaisaran Elang Perak telah menguasai pangkalan Kompi SK23. Ratusan perwira di planet kita telah disandera. Untuk mencegah kepanikan dan menarik perhatian teroris, kami merahasiakan informasi ini. Sekarang, demi menyelamatkan perwira yang disandera dan menghancurkan mata-mata Kekaisaran! Mari kita berjasa di bawah komando Komandan!"
