Kapten kapal berteriak tegang: "Ada apa ini?!"
Prajurit radar panik berteriak: "Komandan, meteor-meteor itu tiba-tiba menunjukkan reaksi energi panas! Ada 10 titik panas di badan kapal kami!"
"Objek apa sebenarnya ini?" Kapten melihat 10 titik cahaya kecil di layar, secara naluriah menganggap tidak berbahaya, bertanya sambil melegakan napas.
Awak radar menekan tombol untuk memperbesar gambar titik-titik tersebut di layar. Begitu diperbesar, seluruh kru kapal patroli membeku kaku - bentuk titik itu jelas menyerupai sosok manusia!
"Tidak mungkin! Tubuh manusia tidak mungkin memiliki energi panas sebesar ini!" teriak awak radar panik. Bersamaan, komputer kapal kembali memberi peringatan: "Badan kapal diserang, akan mengalami kerusakan. Segera kenakan pakaian antariksa!"
Kapten kapal dengan tenang mengenakan pakaian antariksa yang jatuh dari langit-langit sambil memerintahkan: "Laporkan segera intelijen ini ke kapal perang induk!"
Setelah berusaha keras, awak komunikasi dengan wajah pucat melapor: "Laporan, Komandan! Kita dikepung lapisan gelombang listrik, tidak bisa berkomunikasi keluar!"
"Apa?!" kapten kapal terkejut mendengar laporan itu, tetapi segera mengambil alih situasi. Ia menekan tombol komunikasi di platform komando dan memberi perintah ke seluruh kapal: "Perhatian semua personel! Bersiap untuk tempur tangan kosong! Jangan panik! Musuh hanya 10 unit. Kita pasti bisa menghancurkan mereka!" Senyum puas mengembang di wajahnya saat teriakan penuh semangat dari berbagai kabin menggema melalui pengeras suara.
Setelah mengenakan pakaian antariksa dengan sempurna, ia mengeluarkan pistol dan menghadap ke pintu kabin. Para prajurit operator komunikasi dan radar yang menyadari peralatan mereka tak berguna, ikut mengeluarkan senjata mereka. Mereka bersembunyi di balik kursi sambil mengarahkan lubang laras pistol ke pintu.
Tiba-tiba suara dari berbagai kabin mulai terdengar melalui pengeras suara ruang komando: "Kabin mesin siaga!", "Kabin awak siaga!", "Koridor transportasi siaga... Aaagh!!" Teriakan mengerikan disusul rentetan tembakan dan jeritan kacau membahana melalui sistem audio.
Untuk beberapa lama, Pengeras Suara tidak mengeluarkan suara sama sekali. Kapten kapal yang berkeringat dingin menekan tombol komunikasi dan berkata, "Laporkan kondisi setiap kabin." Pengeras Suara tetap sunyi tanpa respons. Orang-orang di ruang komando tiba-tiba merasakan hawa dingin menusuk mengisi seluruh tubuh mereka, bulu kuduk mereka semua meremang.
Kapten baru saja berteriak marah, "Setiap kabin..." ketika suara kraak-kraak terdengar dari luar pintu. Orang-orang di ruang komando segera meringkuk di belakang kursi mereka, sementara sang Kapten juga menutup mulutnya dan bersembunyi di balik kursi komandonya, mengarahkan lubang laras pistol yang gemetar ke arah pintu kabin.
Pintu kabin berdesis terbuka. Sebuah sosok humanoid raksasa setinggi lebih dari dua meter, seluruh tubuhnya berkilauan seperti bertabur berlian, masuk ke dalam ruangan.
Tanpa perlu perintah dari kapten kapal, semua personel segera menembak saat makhluk humanoid ini masuk. Puluhan sinar laser menyambar cepat ke arah makhluk tersebut, namun sayangnya begitu laser menyentuh tubuh humanoid ini, ada yang memantul atau malah berbalik arah.
Melihat pemandangan ini, kapten kapal berteriak histeris: "Armor refleks!"
Sebagaimana diketahui, sinar laser akan memantul ketika menembak objek yang licin dan reflektif. Berdasarkan prinsip ini, armor yang dirancang disebut armor reflektif. Namun, armor reflektif jarang dipasang sebagai baju zirah yang dikenakan manusia karena terlalu berat dan ribet. Konon, memakai armor seperti ini membutuhkan waktu lebih dari satu jam dan sulit untuk bergerak. Selain itu, armor ini juga tidak dipasang pada kapal perang karena tidak tahan terhadap panas dari meriam laser utama kapal perang. Jika terkena tembakan meriam utama berenergi tinggi, armor ini akan meleleh sebelum sempat memantulkan. Karena masalah-masalah ini, armor reflektif biasanya dipasang pada mobil mewah, namun tetap akan rusak jika diserang oleh laser bola eksplosif. Inilah alasan mengapa mobil mewah Tang Long meledak seketika setelah diserang oleh senjata laser genggam.
Mendengar perkataan kapten dan melihat serangan mereka tidak efektif, semua orang menghentikan tembakan. Saat itu, orang yang mengenakan baju zirah refleksi itu dengan santai mengangkat tangannya. Personel Militer Federasi pucat pasi melihat musuh ini ternyata memegang meriam laser raksasa di tangannya!
Kapten kapal buru-buru melemparkan pistolnya dan mengangkat kedua tangan sambil berteriak: "Jangan tembak, kami menyerah!" Para prajurit saling memandang, lalu melihat meriam laser yang memancarkan sinar dingin itu, akhirnya dengan enggan membuang pistol mereka dan berdiri sambil mengangkat tangan.
Musuh ini mendengar perkataan kapten, bagian mata baju zirahnya tiba-tiba memancarkan cahaya merah. Tangannya mengencang, seakan akan menembak. Kapten ketakutan dan berteriak: "Jangan! Jika kau menembak, kapal perang ini akan hancur! Kita semua akan mati bersama!" Memang benar, jika meriam laser ditembakkan di sini, pasti akan menembus tubuh dan mengenai mesin panel kontrol. Sedikit saja kesalahan, seluruh kapal perang bisa meledak.
Orang yang mengenakan baju zirah reflektif itu mungkin juga mempertimbangkan hal ini, menurunkan meriam laser di tangannya. Suara berat dan teredam terdengar dari dalam baju zirah: "Manusia, aku menerima penyerahan kalian."
Seluruh Personel Militer Federasi terdiam mendengar perkataan ini. Manusia? Siapa yang menyebut sesamanya dengan sebutan seperti itu? Apakah dia bukan manusia? Kapten kapal bertanya dengan gagap: "Kalian ini siapa?"
Cahaya merah di mata orang itu tiba-tua menyala. Sepertinya dia hendak mengatakan sesuatu, namun kemudian berhenti seolah mendengarkan sesuatu. Dia lalu menyingkir ke samping di pintu. Masuklah orang lain yang juga mengenakan baju zirah reflektif sambil membawa meriam laser, posturnya hampir identik dengan orang pertama. Ia mengangguk pada orang sebelumnya, lalu berdiri berhadapan di sisi pintu.
Personel Militer Federasi langsung paham dari sikap ini bahwa atasan para misterius ini akan masuk. Benar saja, diiringi suara langkah kaki, kedua orang itu menggantungkan senjata laser mereka di dada secara diagonal, lalu memberikan hormat gerak dengan keras.
Pada saat mereka melakukan hormat gerak, sebuah kaki yang mengenakan sepatu bot tinggi dari logam melangkah masuk ke kabin. Personel Militer Federasi yang terpaku melihat sepatu bot logam itu secara tak sadar menelusuri pandangan dari bawah ke atas: di atas sepatu bot logam terlihat celana katun hitam, kemudian ikat pinggang dengan hiasan tengkorak berwarna emas, serta tangan yang mengenakan sarung tangan logam panjang. Lebih ke atas lagi terlihat seragam katun hitam berkerah tinggi dengan dua baris kancing. Kesan pertama saat melihat pakaian ini adalah seragam militer, namun tidak diketahui berasal dari negara mana karena tanda pangkat di tanda pangkat orang ini berupa gambar tengkorak kecil berwarna putih. Dalam ingatan mereka, tidak ada negara yang menggunakan motif tengkorak sebagai lambang pangkat militer.
Melihat ke atas, beberapa prajurit langsung lemas dan terjatuh ke lantai. Pasalnya, di leher orang yang masuk ini ternyata terdapat tengkorak logam berwarna emas! Awalnya kapten kapal juga terkejut, namun ia segera menyadari itu hanyalah topeng, atau lebih tepatnya helm berbentuk tengkorak yang menutupi seluruh kepala. Para prajurit yang terjatuh itu pun akhirnya menyadari kesalahpahaman mereka, lalu buru-buru bangkit dengan malu.
Orang yang mengenakan helm tengkorak ini membalas hormat kepada bawahannya, kemudian langsung menuju panel kontrol. Dengan menekan sebuah tombol di sarung tangan logamnya, beberapa kabel berdiameter beberapa milimeter tiba-tiba hidup seperti organisme, menyusup dengan lincah ke dalam sistem elektronik panel kontrol.
Kapten kapal secara intuitif merasa bahwa orang ini sedang mencuri data dari komputer kapal perang. Saat ini, dia sedang memikirkan cara melaporkan invasi orang misterius tersebut. Meskipun ucapan "manusia" dari orang berbaju zirah reflektif tadi membuatnya salah paham bahwa mereka bukan dari alam semesta ini. Tentu saja, meskipun pernyataan tentang adanya alam semesta lain selain yang ini dan berbagai film fiksi ilmiah sudah sering didengarnya sejak kecil, kapten masih belum percaya bahwa mereka berasal dari luar alam semesta, mengira musuh sengaja berkata demikian untuk menyesatkan.
Komputer kapal yang sebelumnya diam, tiba-tiba mengeluarkan suara "B!" setelah cahaya merah muncul di mata orang berhelm tengkorak itu, lalu berkata: "Melapor kepada komandan!" Personel Militer Federasi hanya bisa terdiam bingung, namun orang berhelm tengkorak itu mengangguk sambil menarik kembali kabel-kabelnya seraya berkata: "Laporan diterima."
Kapten kapal segera menyadari dan mengumpat dalam hati: "Sialan, kapal perang direbut oleh mereka."
Saat itu, seseorang yang juga mengenakan helm tengkorak logam masuk dan memberi hormat gerak kepada orang sebelumnya: "Bagian yang rusak pada kapal perang telah diperbaiki."
Kapten kapal tertegun sebentar. Mengapa orang dengan helm tengkorak emas ini harus memberi hormat? Dan mengapa dua orang yang berdiri di pintu tidak memberi hormat? Namun saat melihat pangkat militer di bahu orang yang baru datang hanya berupa dua tulang bersilang, dia tersadar dan memandang dua orang berbaju zirah reflektif itu. Tapi tidak ada tanda pangkat di tubuh mereka, membuatnya bingung bagaimana hierarki identitas orang-orang misterius ini ditentukan. Meski begitu, kapten kapal tahu bahwa orang dengan lambang tengkorak putih di pangkat adalah pemimpin kelompok ini.
Pemimpin ini menganggukkan kepala ke orang itu, lalu menoleh seolah berbicara pada dirinya sendiri: "Kembali ke Pangkalan." Bawahan-bawahan tidak menjawab, yang merespons adalah komputer kapal: "Mematuhi perintah! Harap mempersiapkan segalanya, lompatan ruang akan segera dilakukan!"
Kapten kapal kembali terkejut. Kapan komputer kapal bisa dikendalikan suara? Sebelumnya lompatan ruang selalu dikontrol manual. Apakah orang tadi memasukkan program yang mengubah fungsi komputer?
Melihat para petinggi ini sama sekali tidak bermaksud duduk dan memakai helm keselamatan, kapten panik berteriak: "Komandan, lompatan ruang akan..."
Sang pemimpin menoleh memandangi kapten dan krunya: "Aku lupa kalian manusia tidak tahan lompatan ruang. Baiklah, kembali ke kursi masing-masing."
Mendengar ini, semua Personel Militer Federasi buru-buru kembali ke kursi masing-masing, mengencangkan sabuk pengaman, dan mengenakan helm keselamatan. Saat memasang helm, Kapten melihat melalui layar bahwa 4 kapal sekutu di kejauhan memancarkan cahaya khas lompatan ruang. Ia bergumam dalam hati, "Sepertinya mereka juga disandera. Ah, akhirnya aku tahu bagaimana 5 kapal perang itu menghilang sebelumnya." Sebelum sempat berpikir lebih jauh, tubuhnya terasa kebas dan pandangannya menghitam - pertanda lompatan ruang telah dimulai.
Di dalam kapal induk dari ratusan kapal perang Federasi yang telah mematikan reaktor tenaga dan menunggu mangsa, seorang Letnan Kolonel sedang menghentak-hentakkan kaki sambil mengumpat, "Bajingan kampungan ini! Kenapa memutus komunikasi? Sialan! Kalau misi gagal, kubabat kulit mereka hidup-hidup!"
Tiba-tiba operator radar yang bertugas memantau melaporkan, "Komandan! Armada lokal melakukan lompatan ruang secara bersamaan!"
Letnan Kolonel tertegun: "Lompatan ruang? Misi belum selesai, berani mereka melawan perintah?" Asisten komandan-nya merenung sejenak lalu menyarankan: "Komandan, mungkin umpan sudah dimakan ikan?"
Mendengar ini, Letnan Kolonel menggigil dan segera memerintahkan: "Perhatian semua, bergerak ke target dengan kecepatan penuh! Hitung koordinat lompatan mereka!" Hampir seratus kapal perang segera menyalakan reaktor tenaga, melesat dengan daya maksimal menuju lokasi armada lokal. Tentu saja, armada lokal sudah melompat. Letnan Kolonel tidak panik. Untuk misi ini, militer galaksi telah memindahkan operator radar terbaik mereka. Ia yakin titik keluar lompatan akan segera terdeteksi.
Tak lama kemudian, operator radar melapor: "Titik keluar lompatan terdeteksi! Koordinat S123X45Z468Y23!"
"Baik! Segera input ke komputer, semua bersiap untuk lompatan ruang!" Letnan Kolonel itu memerintah dengan girang. Namun ketika hampir seratus kapal perang penuh aura pembunuh muncul di titik target, radar yang dioperasikan pada daya maksimal pun tak mendeteksi bayangan satu pun Kapal Pendukung. Letnan Kolonel yang tak mau menyerah memerintahkan operator radar menghitung ulang, namun tetap tak ada hasil. Hampir seluruh area dibalikkan, tetap tak ditemukan apapun. Akhirnya dengan geram ia mengumpat dan kembali ke daerah basisnya.
Kapten kapal yang mendengar laporan komputer kapal tentang selesainya lompatan ruang, segera melepas helm. Matanya tertuju pada beberapa sosok misterius itu. Ia tertegun menyadari mereka benar-benar melakukan lompatan ruang tanpa alat pelindung. Namun saat melihat orang-orang yang terselubungi baju zirah reflektif dan memakai helm tengkorak emas, dengan angkuh ia beranggapan merekalah yang menjadi faktor keselamatan selama proses lompatan ruang.
Sambil berusaha meyakinkan dirinya sendiri, sang kapten kapal mulai mendekati anak buahnya sambil memandang sekeliling. Tiba-tiba ia menyadari lima kapal pendukung ini sedang menuju sebuah planet merah. Dia tahu jangkauan lompatan kapalnya, mengingat hanya melakukan satu kali lompatan berarti mereka masih berada di galaksi yang sama. Tapi adakah planet merah di galaksi ini?
Saat itu, petugas radar mendekat dan berbisik, "Komandan, kita tidak pergi jauh. Bintang kecil di bagian atas layar itu adalah Bintang Militer Hake."
Sang kapten mengangguk melihat bintang sebesar biji kacang itu. Kemudian petugas komunikasinya juga berbisik, "Komandan, tadi saya mencoba diam-diam menghidupkan komunikator dengan mata tertutup, tapi komputer kapal menolak perintah saya. Seluruh sistem sudah mereka kuasai. Apa yang harus kita lakukan?"
Kapten kapal sudah tahu bahwa komputer kapal telah dikuasai, jadi dia berbisik tanpa panik: "Dari penampilan mereka, sepertinya ingin kembali ke pangkalan. Tunggu sampai kita memahami situasi, baru cari kesempatan untuk memberitahu militer guna mengepung." Para prajurit mengangguk mendengar ini, memandang penasaran ke planet merah yang semakin membesar di layar.
Personel Militer Federasi ini tidak menyadari bahwa saat mereka berbisik-bisik, dua orang berbaju zirah reflektif di pintu masuk menyalakan cahaya merah di mata mereka, mengarahkan meriam laser dan bersiap menembak. Sang pemimpin melihat ini, cahaya merah di matanya tiba-tiba berkedip, membuat kedua orang itu patuh menurunkan senjata.
Sementara itu, kapal perang perlahan memasuki atmosfer planet merah.
