Tang Long berjalan mondar-mandir di dalam ruangan dengan gelisah. Perabotan mewah bernilai tinggi dan dekorasi indah nan mewah sama sekali tak mampu menarik perhatiannya. Kegelisahan Tang Long berasal dari kewajibannya menunggu – sebagai pribadi yang terbiasa bertindak langsung, proses menunggu adalah siksaan baginya. Namun demi pasukannya, ia terpaksa menanti laporan dari Dinas Intelijen.
Di ruangan yang sama, selain Tang Long yang terus mondar-mandir, terdapat pula sekitar 10 perwira wanita termasuk Yuna. Mereka mengelilinginya dengan posisi duduk dan berdiri, seluruh pandangan tertuju pada sang komandan.
Saat kontak mata terjadi dengan para perwira wanita itu, Tang Long menghela napas dalam hati. Meski setia, bawahan-bawahannya ini sama sekali tak mampu memberikan saran berarti untuk masalah khusus semacam ini. Tapi memang wajar – selama ini mereka belum pernah menghadapi situasi yang membutuhkan penanganan mandiri. Lagipula, bukankah dirinya sendiri juga tak punya solusi selain bergantung pada Dinas Intelijen?
Tang Long melihat warna langit di luar jendela sudah mulai gelap, tak tahan bersuara: "Kalian kembali ke kamar dulu untuk istirahat. Kami akan beri tahu begitu ada kabar dari Dinas Intelijen."
Letnan Dua Elcy segera menyahut: "Komandan, kami ingin menunggu di sini!" Para wanita lain juga serentak menyatakan keinginan menunggu. Namun Letnan Yuna berkata pada semua: "Lebih baik kita ikuti perintah komandan, istirahat dulu. Percayalah saat intelijen datang, mungkin kita perlu bergerak. Tidak bisa tanpa persiapan mental yang baik."
Para wanita dan Tang Long memandangi Yuna dengan heran. Selama ini Yuna tak pernah memberi pendapat, kenapa kali ini berbeda? Sherry yang paham situasi mengangguk halus. Ia tahu sang kakak mulai belajar mengubah diri. Kelemahan terbesar sang kakak adalah tidak menyadari perannya sebagai pemimpin, sehingga selalu ragu-ragu. Kini tampaknya tak lama lagi sosok kakak yang baru akan muncul.
Elcy bertanya bingung: "Perlu kita bergerak? Maksudnya bagaimana?"
Yuna mengangguk dan berkata: "Saya yakin kalian sudah mendengar dari Komandan bahwa Li Liwen dan yang lain kemungkinan besar diculik oleh mafia. Kepala Intelijen pernah mengatakan, di planet ini, setiap wanita yang diculik pasti jatuh ke tangan Die Wu Hui. Beliau juga menyebutkan bahwa Die Wu Hui memiliki kekuatan yang sangat besar, sulit bagi kekuatan resmi untuk berhadapan dengan mereka. Jadi jika ingin menyelamatkan Li Liwen dan kawan-kawannya, kita harus mengandalkan diri sendiri."
Para wanita tentu memahami situasi ini, mengingat Tang Long baru saja mengulangi percakapan dengan Kepala Intelijen tadi. Mendengar penjelasan Yuna, mereka semua paham maksud tersiratnya - bahwa penyelamatan saudari mereka nanti akan dilakukan melalui cara kekuatan bersenjata.
Elcy yang memiliki sifat agresif langsung berteriak: "Kalau ini ulah Die Wu Hui, ngapain kita diam di sini? Ayo cari Die Wu Hui dan minta mereka mengembalikan orang!" Namun melihat semua orang menatapnya dengan bingung, ia baru tersadar dan menepuk kepalanya sambil bergumam: "Ah, lupa kita tidak tahu informasi tentang Die Wu Hui."
Tang Long mengangguk dan berkata: "Benar, karena kita tidak tahu apa-apa tentang Die Wu Hui, kita harus menunggu laporan dari Kepala Intelijen. Sekarang saya perintahkan, semua kembali beristirahat!"
Saat Tang Long mengucapkan kata "perintah", semua orang berdiri tegak mendengarkan. Setelah Tang Long selesai berbicara, mereka semua memberi hormat gerak dan berseru: "Mematuhi perintah!" lalu meninggalkan ruangan dengan tertib.
Di dalam kamar Elcy, Elcy yang sedang melakukan push-up melihat Ling Li di kamar yang sama sedang memperhatikan notebook di tangannya dengan seksama. Penasaran, ia bertanya: "Ling Li, kau sedang melihat apa?"
Ling Li menjawab sambil lalu: "Aku sedang memeriksa apakah ada nama di daftar ini yang berada di Manlan Xing."
“Daftar nama?” Elcy yang sudah bangkit dan sedang mengusap keringat dengan handuk mengulangi dengan curiga, tapi segera tersadar: “Kau tidak menghancurkan daftar itu?”
Ling Li menutup buku catatannya, bertanya agak heran: “Benda yang sangat berguna ini, mengapa harus dihancurkan?”
“Karena...” Elcy tiba-tiba mengubah topik pembicaraan: “Kenapa berhenti mencari? Apakah atasan tidak punya kandidat yang cocok?”
Ling Li tahu mengapa Elcy mengubah topik, karena buku catatan ini berisi rahasia yang bisa menghancurkan reputasi banyak orang, semua dikumpulkan oleh saudari-saudari kami selama bertahun-tahun dengan menggunakan tubuh kami. Setelah memisahkan diri dari organisasi, banyak dokumen telah diambil oleh organisasi atau dihancurkan oleh saudari-saudari, karena kami semua tidak ingin mengingat masa lalu. Alasan dirinya menyimpannya adalah karena isi buku ini terlalu penting dan memiliki nilai strategis tinggi. Tanpa banyak penjelasan, Ling Li menggelengkan kepala: "Manlan Xing adalah planet pariwisata, mustahil orang-orang itu tinggal di sini."
Elcy juga tidak mengejar pertanyaan sebelumnya, beralih bertanya: "Menurutmu bagaimana kami harus melawan Die Wu Hui kalau terjadi konflik? Kami tidak punya senjata apa-apa."
Ling Li berpikir sejenak: "Kurasa kemungkinan bertempur kecil. Lagipula ini Ibu Kota Pariwisata, pertempuran akan berdampak buruk. Mungkin Dinas Intelijen yang akan turun tangan meminta Die Wu Hui melepaskan tawanan."
Elcy mencibirkan bibir dan berkata, "Minta Dinas Intelijen turun tangan? Kau kan sudah dengar penjelasan ulang Komandan, Dinas Intelijen itu sangat dikhawatirkan oleh koneksi Die Wu Hui. Mereka pasti tidak mau membantu. Lagipula, bukankah kau sudah tahu sifat Komandan kita? Kalau dia tahu mafia mana yang menculik Li Liwen dan kawan-kawan, pasti langsung dia lenyapkan geng itu."
"Tadi kau sendiri bilang kita tidak punya senjata. Sekalipun Komandan hebat, dengan apa kita bisa melawan? Lagipula, meski punya senjata, kita tidak mungkin menembak di sini. Korps MP dan Kepolisian tidak akan membiarkan kita mengacaukan struktur industri pariwisata di sini." Ling Li menggeleng lesu.
Elcy hanya bisa menghela napas kesal, "Apa-apaan sih Ibu Kota Pariwisata ini? Setiap tahun banyak orang hilang tapi tidak ada yang tahu. Masih berani menyebut ini planet paling aman? Menurutku ini justru planet paling berbahaya!"
"Ini karena di sini pemerintah dan bandit bersekutu. Semua kasus itu ditutup-tutupi oleh pejabat. Selain itu, mereka pasti sudah melakukan investigasi sebelumnya. Bukankah yang hilang kebanyakan wanita lajang atau yang tidak bergabung dengan grup tur? Kalau bukan karena anggota kita yang diculik, kita pun masih mengira Ibu Kota Pariwisata ini tempat paling aman..." Tiba-tiba Ling Li tersentak sadar: "Tunggu! Li Liwen dan yang lain bukan lajang! Menurut kebiasaan mafia, mustahil mereka menculik tanpa menyelidik identitas. Cukup periksa registrasi hotel, pasti ketahuan identitas tentara kita. Pasti ada konspirasi di sini!"
Elcy terkejut bertanya: "Konspirasi? Konspirasi apa? Apakah penculikan ini sengaja menarget kita? Manfaat apa yang mereka dapat dengan menculik anggota kita?"
Ling Li menggelengkan kepala: "Tidak tahu. Tapi pasti bukan sekadar masalah nafsu seksual. Aku merasa kasus hilangnya Li Liwen ini adalah awal dari sebuah rencana jahat yang sengaja diatur seseorang."
Elcy menggaruk kepala dan berkata: "Konspirasi? Setelah kau bilang begitu, aku malah semakin bingung. Kami tidak punya musuh, dan baru datang ke sini tidak lama. Kok bisa kasus hilangnya seseorang tiba-tiba jadi awal konspirasi?"
"Aku juga tidak bisa jelaskan, tapi bisa merasakan gelagat badai akan datang." Ling Li mulai merenung dalam-dalam. Dia sangat percaya pada firasatnya, meski tidak tahu mengapa muncul perasaan ini. Tapi dia yakin kasus hilangnya Li Liwen ini jauh lebih rumit dari yang dibayangkan.
Melihat Ling Li mengerutkan kening berpikir keras, Elcy berkata: "Jangan dipikirkan terlalu jauh. Bukannya kau sering bilang konspirasi muncul karena ada pihak yang ingin mendapat keuntungan? Jadi nanti lihat saja siapa yang paling diuntungkan, dialah dalang konspirasi itu."
Ling Li terkejut mendengar ucapan itu, tetapi segera kebingungan melanda karena sama sekali tidak bisa memikirkan siapa yang ingin mengambil keuntungan dari kasus hilangnya Li Liwen ini. Ah, dokumen intelijen tentang planet ini tidak memadai, benar-benar tidak bisa menyimpulkan hasil apa pun. Memikirkan hal ini, dia berdiri dan berkata pada Elcy yang mulai berlatih tinju, "Aku akan pergi ke ruang komputer hotel untuk memeriksa dokumen."
Elcy mengangguk, "Baik, jika ada perkembangan akan kusegera memanggilmu."
Mandera meregangkan tubuh dengan nyaman lalu bangun dari tempat tidur. Meski tidak menyetel alarm dan tidurnya terbalik siang-malam, tetapi setelah tidur lima jam sudah terbangun, Mandera tetap puas dengan jam biologisnya sendiri.
Mandera pergi ke kamar mandi untuk bersiap-siap. Tak lama kemudian, sosok Mandera yang segar bugar telah berdiri di depan cermin. Melihat penampilannya, Mandera mengangguk puas. Ia tahu mulai detik ini hingga beberapa hari ke depan, ia takkan sempat tidur sama sekali. Meski menyadari betapa melelahkannya hari-hari mendatang, dibandingkan dengan keuntungan yang akan diraih, penderitaan sepuluh bahkan seratus kali lipat pun masih ia terima dengan ikhlas. Tentu saja, ini semua harus disertai keberhasilan rencana.
Memikirkan hal itu, Mandera menghubungi sekretaris melalui komunikasi. Sambil menunggu sambungan, senyum aneh mengembang di wajahnya: "Komandan bisa istirahat sebelumnya, tapi bawahan tidak. Inilah perbedaan level. Pantas semua orang rela mempertaruhkan nyawa untuk naik pangkat. Tentu, setelah semuanya selesai, sekretaris yang rajin itu patut kuberi waktu tidur nyenyak."
Suara "B" terdengar menandakan komunikasi tersambung. Suara sekretaris yang sangat familiar langsung menyapa telinganya: "Komandan, selamat pagi!"
Mandera bercermin sambil mengusap dagunya dan berkata: "Bagaimana perkembangan urusannya?"
Suara sekretaris yang terdengar tak sabar kembali terdengar: "Sudah sepenuhnya ditempatkan, hanya menunggu perintah Komandan Anda."
"Hmm, kau tidak perlu menjemputku. Pimpin langsung tim untuk menjalankan rencana tahap pertama. Setelah aku keluar dari tempat Tang Long, segera eksekusi rencana tahap kedua." Mandera merapikan dasinya sambil berbicara.
"Siap, mematuhi perintah!"
Mandera jelas mendengar nada bersemangat dalam suara sekretarisnya. Siapapun yang tahu tumpukan uang akan segera memenuhi rumahnya pasti akan merasa demikian. Dengan senyum, Mandera memutuskan komunikasi lalu merapikan penampilannya sekali lagi di depan cermin. Bergumam pelan, "Nah, saatnya bertemu dengan Tang Long," ia pun berjalan keluar dari ruangan.
Di aula sarang bawah tanah Si Serigala Tua, sang bos geng kriminal kecil itu menggenggam gelas anggur sambil mengeluh kepada anak buah di sampingnya: "Entah kenapa, kelopak mata terus berkedut akhir-akhir ini. Sepertinya akan ada sesuatu yang terjadi."
Anak buah yang sudah agak mabuk itu menggelengkan kepala sambil tertawa: "Bos, jangan terlalu takhayul. Kedutan mata justru pertanda akan dapat keberuntungan finansial."
Si Serigala Tua meneguk anggurnya dengan kasar lalu mengumpat: "Keberuntungan finansial omong kosong! Korps MP melemparkan masalah ke kita tapi tak mau bocorin rahasia sedikitpun, sialan! Kukira mereka akan menyerang Die Wu Hui jadi kita bisa ikut numpang makan, tapi lihat sekarang - semuanya justru tenang-tenang saja!"
Sang anak buah mencoba menenangkan: "Hei bos, jangan terburu-buru. Besok kan konser yang diadakan dua perusahaan besar itu dibuka. Mustahil Korps MP berani bertindak di momen seperti ini."
“Lao Lang menghela napas: "Aduh, sekarang aku tidak peduli bisa memperluas wilayah atau tidak, yang paling penting bagaimana mengembalikan beberapa 'bencana' itu. Kalau Tang Long mendapat kabar dan datang mencarinya, kita pasti kena celaka besar!"
"Celaka besar? Kenapa? Kalau Tang Long datang, kita bilang saja kita menyelamatkan mereka dari cengkeraman Die Wu Hui. Dia bukan tidak akan membunuh kita, malah akan berterima kasih!"
"Dasar bodoh! Itu kalau Tang Long percaya! Sudahlah, mari periksa bagaimana kabar para 'nenek moyang' itu. Wanita-wanita kita cuma bisa urusan kasar. Suruh mereka menikmati uang memang bisa, tapi disuruh merawat orang... Hmph." Lao Lang berdiri dan berjalan ke pintu. Para pria besar yang sedang minum di sekelilingnya buru-buru ikut berdiri.
Saat pria besar yang paling depan hendak membuka pintu ruangan, beberapa sinar laser menembus pintu dan menembus tubuh pria besar itu. Tanpa sempat berteriak, tubuhnya langsung terbakar menjadi arang.
"Musuh!" teriak seorang pria besar. Para pria besar di sekitarnya segera mencari tempat berlindung sambil mengeluarkan senjata laser dan menembak ke arah pintu. Si Serigala Tua yang dilindungi beberapa anak buahnya, tanpa sengaja melihat sinar laser menembus dinding logam khususnya dan mengenai seorang anak buah yang bersembunyi di sudut. Begitu terkena tembakan, anak buah itu langsung berubah menjadi mayat hangus.
Melihat ini, Si Serigala Tua berteriak kaget: "Sinar laser termal penetratif!" Sebagai orang berpengalaman, ia tahu senjata laser energi dingin yang biasa digunakan militer dan mafia tidak bisa menembus lembaran logam khusus atau mengubah orang menjadi arang. Tembakan laser dingin hanya meninggalkan lubang peluru. Sedangkan senjata laser termal yang bisa menembus logam khusus dan mengkarbonisasi manusia dalam sekejap ini, konon hanya dimiliki pasukan khusus penyelamatan sandera!
Menyadari hal ini, Si Serigala Tua segera membuang jauh-jauh kecurigaannya awal bahwa Korps MP yang melakukan pembungkaman. Karena baik Korps MP maupun Kepolisian tidak memiliki wewenang untuk mengerahkan pasukan khusus seperti ini. Di planet ini, hanya Dinas Intelijen yang memiliki kewenangan tersebut. Tapi anehnya, aku sama sekali tidak pernah berselisih dengan Dinas Intelijen. Mengapa mereka... Sial! Mereka datang untuk menyelamatkan bawahan Tang Long!
