Tang Long seolah tidak melihat ekspresi para direktur, masih dengan senyuman berkata: "Pelabuhan antariksa Manlan Xing sudah penuh sesak, percaya para pemimpin Die Wu Hui juga tidak bisa keluar. Banyaknya pejabat tinggi mereka yang meninggalkan markas bersama-sama untuk menemui Letnan Jenderal itu, membuktikan sang jenderal berada di planet ini. Dua perusahaan besar mengadakan konser, pejabat tinggi seperti Presiden pasti akan hadir, sang Letnan Jenderal juga pasti ikut. Hehe, lucu juga, aku belum pernah melihat wajah presiden baru kita. Sepertinya kali ini bisa mengenali siapa Presiden baru Federasi Wan Luo kita. Percaya jika aku minta bantuan Presiden untuk menemukan anak buahku, pasti beliau akan dengan senang hati membantu. Benar bukan, Tuan El?" Tang Long bertanya ramah kepada El.
El tiba-tiba menggigil ketakutan, dalam hati berteriak histeris: "Ya Tuhan! Orang aneh ini tidak hanya akan pergi ke lokasi konser! Tapi juga bertemu Presiden!" El bisa membayangkan bagaimana situasinya jika segerombolan personel bersenjata mengepung tempat konser. Konser memiliki perisai perlindungan peredam suara, jadi meski seluruh planet kacau balau, para pejabat dan orang terhormat di dalam tidak akan tahu. Cukup dengan menyamar sebagai lokasi konstruksi di area reruntuhan sebelum acara bubar, karena para pejabat pasti tidak akan berlama-lama di planet ini. Tapi dengan orang aneh suka cari masalah seperti Tang Long yang mengepung tempat konser, pasti akan membuat para pejabat sadar ada masalah di planet ini, apalagi rencana Tang Long menemui Presiden! Nanti bukan hanya aku yang hancur, komandan pun akan binasa! Adapun planet Manlan yang sudah dianggap pasti hancur, El sama sekali tidak mempedulikannya lagi.
Para direktur yang tadinya mulai mundur, mendengar perkataan Tang Long, awalnya terdiam, lalu cepat sadar kembali. Ya, dengan Tang Long si bintang sial sebagai pion pembuka jalan, apa lagi yang perlu kami takuti? Paling-paling saat ditanya nanti, bilang saja kami dipaksa oleh Tang Long, dan mengalihkan semua tanggung jawab ke Tang Long.
"Baik! Saudara-saudara, target kita berikutnya adalah alun-alun pusat, bergerak!" teriak Tang Long sambil mengenakan helm dan bergegas pergi. Kali ini dia tidak melompat, melainkan berjalan langkah demi langkah. Seiring pergerakan Tang Long, tentara bayaran dan polisi serta personel bersenjata lain mulai mengemasi barang-barang dan bergerak.
El yang sudah panik dan tak tahu harus berbuat apa, dengan gelisah melirik ke kiri kanan sambil merogoh komunikatornya untuk memberi tahu Mandera. Matanya yang terus memandang ke sekeliling melihat sekelompok besar wanita naik ke kendaraan pengangkut pasukan polisi. Dengan mudah ia membedakan identitas mereka: yang tertawa riang adalah nona-nona dari Die Wu Hui, sementara yang menangis haru adalah korban penculikan klub malam yang baru saja diselamatkan.
Tiba-tiba El tersentak kaget. Ia teringat selama perjalanan ini, Tang Long yang menyerbu begitu banyak klub malam selalu menyerahkan tugas penyelamatan wanita pada tentara bayaran. Tak sekalipun ia mengunjungi atau menanyakan nasib mereka. Padahal bagi Tang Long yang begitu bernafsu menyelamatkan bawahannya, ini mustahil. Bagaimana mungkin ia tidak memastikan apakah anak buahnya ada di antara para tawanan? Hanya ada satu alasan Tang Long mengabaikan mereka: ia tahu pasti bawahannya tidak berada di tangan Die Wu Hui!
El yang sedang panik karena pikirannya sendiri tiba-tiba dipotong oleh suara: "Tuan El, ayo pergi." Saat menoleh, ia terkejut menemukan empat prajurit mecha mengelilinginya dengan lubang laras pistol mereka secara samar-samar mengarah padanya. Ingin protes, tapi saat melihat kerumunan orang yang mengawal Tang Long pergi, keresahannya semakin dalam.
"Mengapa orang aneh itu tiba-tiba berhenti melompat-lompat? Apakah dia menunggu sesuatu? Sial! Ucapannya tadi jelas-jelas ancaman! Bagaimana ini?" El berjalan tertatih sambil berpikir kalut. Ia sadar dirinya kini tawanan - ketika menolak perintah prajurit mecha tadi, salah satu dari mereka mendorongnya dari belakang. Siapa pun bisa melihat bahwa dirinya sedang dikawal ketat oleh empat prajurit bersenjata ini.
El juga melihat puluhan tentara bayaran yang tersebar di sekitarnya, dengan ekspresi cemas memperhatikan arahnya. Mereka adalah pasukan rahasia yang dikirimnya untuk membantu Tang Long. Namun meskipun mereka prajurit berpengalaman, mustahil bisa menyelamatkannya dari empat prajurit mecha khusus. Sekarang hanya dirinya sendiri yang bisa menyelamatkan diri.
Dengan tangan yang terus memegang komunikator, El diam-diam menekan nomor. Setelah tersambung, dia segera pura-pura menerima panggilan lalu menunjukkan gerakan menolak sambungan ke prajurit mecha. Anehnya, prajurit mecha malah mengangguk setuju saat dia mengeluarkan komunikator. Meski bingung, El mulai berteriak ke komunikator: "Halo, ini El. Apa? Sudah menyelamatkan beberapa bawahan Tuan Tang Long? Cepat! Antar mereka ke Jalan 12C Distrik Barat!"
Di dalam sebuah bangunan di luar area konser alun-alun pusat, Mandera tersenyum-senyum memandang orang di hadapannya. Hanya ada dua orang di depannya: Kepala Kepolisian Planet Manlan yang mengenakan seragam polisi dan Gubernur Planet Manlan yang berjas. Di belakangnya berdiri empat personel bersenjata bertopeng dengan bahan tempur hitam, mengarahkan senjata ke dua pejabat tersebut.
Wajah Gubernur Planet sudah pucat pasi sambil gemetar tak bisa bicara. Sementara Kepala Kepolisian yang jelas lebih berpengalaman, meski diarahi senjata, masih berani berteriak: "Mandera, apa maksudmu memanggil kami ke sini dan mengancam kami dengan senjata?"
Mandera tersenyum anggun dan berkata: "Hehe, sepertinya Yang Mulia Kepala masih belum menyadari situasi. Bukankah Anda sudah menerima laporan tentang MP menyerang semua kantor polisi? Oh, maafkan saya yang lupa bahwa serangan MP baru terjadi setelah saya 'mengundang' Anda ke sini. Hehe, sungguh permintaan maaf yang tulus."
Mendengar ucapan Mandera, kedua pejabat itu serentak berteriak heran: "MP menyerang kantor polisi?!" Kepala Kepolisian yang sudah tahu tentang kerja sama Dinas Intelijen dengan Korps MP itu sangat ingin bergegas memerintahkan bawahan, namun melihat empat pria besar yang mengacungkan pistol, ia terpaksa mengurungkan niatnya. Hanya tatapan penuh kepedihan dan kemarahan yang ia tujukan pada Mandera. Dia sadar Kepolisian mustahil melawan dua kekuatan yang bersekutu - Kepolisian sudah tamat.
Mandera menangkap pandangan Kepala Kepolisian itu, mengangkat bahu dan membuka telapak tangan: "Maaf membuatmu terlambat mengetahuinya. Tapi yakinlah, setelah sekian lama, Kepolisian sudah tidak dapat diselamatkan lagi."
Gubernur Planet yang awalnya berwajah pucat kelabu, merasa ucapan Mandera ditujukan pada Kepala Kepolisian. Mengira dirinya bukan target, warna wajaknya segera pulih. Namun dengan cemas ia berkata, "Mandera, aku tidak mau ikut campur urusan tiga kekuatan besar kalian. Tapi kalian tidak boleh mengacaukan planet ini! Jika planet ini hancur, kita semua akan makan angin!"
Mandera menggelengkan jarinya sambil tersenyum, "Tenang saja, hal bego seperti itu tidak akan kulakukan. Dengan kemampuan Dinas Intelijen kami, pasti bisa menjaga operasional normal Manlan Xing."
Mendengar ini, Gubernur Planet menghela napas lega. Dengan senyum ia berkata, "Bagus! Kalau begitu urusanku selesai. Aku harus kembali menemani Presiden menikmati musik." Begitu mengucapkan, ia langsung berbalik ingin pergi, tapi dihadang dua pria bertubuh besar berbaju hitam yang mengarahkan pistol.
Gubernur Planet segera berteriak marah, "Mandera, apa maksudmu ini?!"
Mandera menggelengkan kepala sambil tersenyum: "Tidak ada, hanya saja di planet ini, aku tidak ingin ada orang yang lebih tinggi dari aku." Sambil berkata demikian, dia sedikit mengangkat tangannya, dan keempat pria bertubuh besar berbaju hitam itu segera melakukan gerakan mengarahkan senjata.
Saat Gubernur Planet belum mengerti situasi, Kepala Kepolisian tiba-tiba berlutut sambil meratap: "Bapak Mandera, tolong ampuni saya! Saya masih punya keluarga tua dan anak kecil. Saya mau mengundurkan diri, saya bersedia segera meninggalkan planet ini." Mendengar perkataan Kepala Kepolisian, barulah Gubernur Planet menyadari bahwa Mandera ternyata ingin membunuh mereka berdua! Kakinya gemetar sambil merintih: "Tolong lepaskan saya! Saya janji tidak akan ikut campur urusanmu, setiap bulan akan mengalokasikan dana besar untukmu, orang-orangmu bisa menduduki jabatan apapun asalkan kau melepaskan saya!"
Mandera mengerutkan kening dengan jijik dan menggelengkan kepala, sementara Kepala Kepolisian terus meratap. Gubernur Planet berteriak marah: "Sialan Mandera! Meskipun kau dari sistem intelijen, tak boleh sembarangan membunuh Gubernur Planet seperti aku! Apa kau tidak takut Presiden mengetahuinya?"
Mandera tersenyum dan berkata dengan dingin: "Ini otorisasi langsung dari Presiden." Tepat saat tangannya hendak diayunkan, komunikator Mandera berbunyi.
Sambil mengeluarkan komunikator untuk memeriksa, Mandera melambaikan tangan. Beberapa sinar laser langsung menembus tubuh dua pejabat tersebut. Begitulah dua orang penting yang pernah berkuasa di Manlan Xing lenyap dalam sekejap.
“El ada apa?” Mandera yang sudah tahu siapa penelpon dari nomor komunikator langsung bertanya. Begitu mendengar kalimat berintonasi perintah dari El, dia segera menyadari ada masalah. Rencana awal adalah membuat Tang Long mengetahui bahwa Dinas Intelijen yang menyelamatkan bawahannya dari MP sehingga dia akan mengundurkan diri di tengah jalan. Namun setelah Asisten Komandan Tan berpihak padanya, rencana diubah menjadi menyerahkan bawahan Tang Long setelah semua selesai. Sekarang El tiba-tiba meminta untuk melepaskan tahanan, jelas-jelas terjadi sesuatu!
Mandera tidak berpikir panjang, langsung memerintahkan bawahannya untuk memenuhi permintaan El. Dia sangat memahami karakter El - seseorang seperti ini tiba-tiba bersikap demikian pasti menghadapi hal yang tak bisa ditolaknya. Di saat seperti ini, satu-satunya orang di sekitarnya yang bisa memicu niat tak tertahankan seperti itu hanyalah Tang Long. Dengan cara apa Tang Long membuat El mengucapkan itu? Mandera merenung sambil meninggalkan ruangan. Mengenai dua mayat di lantai, sama sekali tidak perlu dia repot-repot menanganinya. Bawahannya akan membersihkan segalanya dengan sempurna.
Setelah mendapat izin dari prajurit mecha, El berlari secepat kilat menuju Tang Long sambil berteriak: "Tuan Tang Long, kabar baik! Bawahan Anda telah diselamatkan oleh Dinas Intelijen kami!"
Meski dalam hati Tang Long mengumpat: "Sialan, akhirnya mau menyerahkan orang juga ya?", dia segera berbalik menyambut El dan berseru penuh semangat: "Apa? Benarkah?"
El buru-buru mengangguk: "Benar, tidak lama lagi mereka akan diantar ke sini." Setelah itu dia melirik pasukan di sekitar dan memberi isyarat pada Tang Long: "Tuan Tang Long, mengingat bawahan Anda segera tiba, apakah Anda..."
"Oh, baik, baik, tidak masalah." Tang Long langsung berteriak ke sekeliling: "Mohon para Kakak Polisi kembali ke masing-masing kantor untuk menjaga ketertiban! Tenang saja, Perang sudah berakhir!"
Para kepala divisi Kepolisian sempat terkejut mendengar ucapan Tang Long, kemudian wajah mereka dipenuhi kepanikan. Meski tidak tahu alasan perubahan sikap mendadak Tang Long, mereka yakin Tang Long kini kembali berpihak pada Dinas Intelijen. Jika Dinas Intelijen, Korps MP, dan Tang Long - tiga kekuatan besar ini bersatu melawan Kepolisian, institusi mereka bisa lenyap tanpa bekas dalam sekejap. Satu-satunya cara mencegah hal itu adalah dengan menunjukkan sikap baik kepada Tang Long dan Dinas Intelijen.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, para polisi mulai berpencar dan kembali ke wilayah masing-masing untuk menjaga ketertiban. El tentu tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Ia segera memerintahkan Dinas Intelijen untuk mengirim tim konstruksi ke seluruh properti Die Wu Hui - yang kini menjadi reruntuhan. Dengan tegas ia meminta tim-tim ini membangun lokasi konstruksi dalam hitungan jam. El sadar upaya ini mungkin tidak efektif menutupi jejak pertempuran, tetapi setidaknya lebih baik daripada tidak melakukan apa-apa.
Konser telah berlangsung lebih dari dua jam. Xing Ling yang awalnya sangat bersemangat, sejak lagu pertama berakhir telah menyadari ada satu kursi kosong di barisan pertama tepat di seberang panggung. Tanpa perlu berpikir panjang, Xing Ling tahu itu adalah tempat duduk Tang Long, karena Wen Na sudah diam-diam memberitahunya lokasi kursi tiket Tang Long.
Setiap kali kembali ke belakang panggung untuk istirahat, Wen Na selalu menghibur Xing Ling dengan mengatakan Tang Long akan segera datang. Namun semangat Xing Ling yang sempat pulih kembali semakin merosot setiap kali melihat kursi yang tetap kosong. Kini, berdiri dengan anggun di tengah panggung yang diterpa gemuruh tepuk tangan penonton, wajah Xing Ling tampak muram menatap kursi kosong itu. Meski Tang Long tidak muncul sejak konser dimulai, sifat asli Xing Ling yang pantang menyerah membuatnya tetap mampu menahan kekecewaan dan terus berkarya dengan menyanyikan setiap lagu sepenuh hati.
Sekarang sudah lagu terakhir, bisa dipastikan Tang Long tidak akan muncul. Ah, apakah dia sama sekali tidak tertarik datang mendengarkan aku bernyanyi? Xing Ling merasakan setiap kali berpikir seperti ini, perasaan sangat tidak nyaman di hatinya akan muncul kembali. Sepertinya inilah yang disebut emosi kekecewaan.
Sudah sama sekali tidak ada rasa gembira saat mengalami emosi baru seperti dulu, Xing Ling dengan nada suara yang agak pahit berkata kepada ratusan ribu pemirsa: "Terima kasih telah menikmati hingga saat ini. Ini adalah lagu penutup konser ini. Lagu 'Perasaan Ajaib' ini kudedikasikan untuk teman yang tidak hadir."
Rakyat yang berkerumun di luar arena konser langsung bersemangat, mulai berteriak lebih keras. Mereka semua mengira lagu ini dipersembahkan untuk mereka. Sementara penonton di barisan depan konser, setelah mendengar perkataan Xing Ling, semua mengalihkan pandangan ke kursi kosong di tengah barisan depan. Mereka paham lagu ini dipersembahkan untuk orang yang tidak hadir ini. Karena Xing Ling mengatakan sambil menatap kursi kosong itu dengan tatapan muram.
Chairman Eksekutif dari dua perusahaan besar serta Chen Yu dan Omstead, baru saja duduk di barisan depan ketika mereka menyadari ada kursi kosong di posisi tengah ini, dan mulai berspekulasi siapa yang akan menempatinya. Mereka sangat paham bahwa dalam acara seperti ini, pengaturan tempat duduk sangat penting - yang berlevel lebih rendah tidak boleh duduk di samping yang berlevel lebih tinggi, apalagi di posisi depan.
Dua orang super kaya dengan level sosial S serta Presiden dan Marsekal Federasi Wan Luo semuanya ditempatkan di kedua sisi kursi tengah, seolah-olah sedang menjaga orang di posisi tengah itu. Sejak awal mereka ingin tahu siapa sosok penting yang akan duduk di kursi ini, yang ternyata levelnya lebih tinggi dari mereka. Sayangnya, karena orang tersebut tak kunjung datang, mereka bahkan mengira bahwa perusahaan hiburan sengaja membiarkan kursi utama itu kosong karena kesulitan menentukan siapa yang pantas mendudukinya.
Omstead melihat Chen Yu mengerutkan kening memandangi kursi kosong itu, diam-diam tersenyum. Kalau boleh dikatakan Chen Yu memiliki kelemahan, itu adalah efek samping dari masa lalunya di dinas intelijen - keinginannya untuk menyelidiki segala hal sampai tuntas. Tampaknya sekedar kursi kosong saja sudah bisa menyedot sebagian kekuatan intelijen Chen Yu. Hehe, rupanya untuk menghadapi Chen Yu di masa depan, harus diciptakan beberapa kejadian aneh dulu untuk menarik perhatiannya.
Tang Long melepas helm, melihat para polisi bersenjata di sekitarnya yang terus berlarian sambil berteriak-teriak menggunakan alat panggil. Ia menengadah melihat langit malam yang diterangi berkas cahaya dari kavaleri udara tak terhitung. Tang Long menghela napas lalu duduk bersandar di sudut dinding. Para prajurit Kompi SK23 berpencar di sekeliling, sambil berjaga-jaga untuk Tang Long dan menunggu dengan gelisah kedatangan saudari mereka. Sementara itu, El bersembunyi di kejauhan sambil menjelaskan sesuatu melalui komunikator. Adapun para tentara bayaran, setelah meminta instruksi Tang Long, langsung berlarian kembali ke Wuye Gong untuk mengambil emas biru. Misi mereka telah selesai - jika tidak segera pergi, bisa-bisa mereka dihabisi oleh polisi dan MP yang bergabung.
Tang Long yang semula memejamkan mata tiba-tiba membuka mata lebar-lebar setelah mendengar alunan musik yang menggugah di antara keriuhan suara. Ia langsung berdiri dan mulai mencari sumber suara musik tersebut.
Sebenarnya Tang Long tidak perlu mencari-cari, karena begitu ia menengadah, langsung melihat sumber musik itu berasal dari layar besar di gedung di seberangnya. Tang Long langsung terpana begitu melihatnya. Meski di kompi sudah banyak melihat gadis cantik, ia tetap terpesona oleh kecantikan gadis berambut pirang ini. Entah mengapa, jantung Tang Long tiba-tiba berdebar-debar kencang, bahkan timbul keinginan kuat untuk bertemu gadis ini. Terutama saat mendengar lirik lagunya yang seolah bercerita tentang perasaan indah bersama kekasih. Saat menyadari hal ini, Tang Long mulai merasa cemburu pada sang kekasih dalam lagu tersebut. Merasakan gejolak emosinya sendiri, Tang Long termenung: "Aku ini kenapa ya?"
Saat itu, suara penuh keharuan yang memanggil "Komandan" membangunkan Tang Long dari lamunannya. Ia menoleh dan melihat Li Liwen yang membuka lengannya, dengan genangan air mata di sudut mata, berlari menghampirinya. Di belakang Li Liwen, tujuh orang lainnya tiba dengan dikelilingi prajurit wanita dari kompi.
Dengan refleks alami, Tang Long membuka kedua lengannya sambil berseru gembira, "Kalian tidak apa-apa?" Ketika Li Liwen hampir memeluknya, tiba-tiba dia berhenti melangkah, lalu membungkukkan badan dengan ekspresi sedih, "Maaf Komandan, tiket masuk yang Anda berikan padaku terbuang sia-sia."
Tang Long tertegun, tak mengerti maksud Li Liwen, "Tiket masuk? Ah, itu bukan masalah. Kalian baik-baik saja kan?" Yang menjadi perhatian Tang Long adalah apakah mereka mengalami cedera.
Prajurit wanita lain yang telah diselamatkan menggelengkan kepala seraya berkata tidak ada masalah. Li Liwen dengan agak malu-malu menambahkan, "Kami tidak terluka. Hanya merasa seperti tidur seharian, sampai tulang-tulang terasa lemas."
Tang Long tiba-tiba berkata dengan wajah serius: "Kalian sama sekali tidak waspada, bisa begitu mudah tertipu. Setelah kembali ke pangkalan, kalian berdelapan harus ikut latihan mata-mata!"
Li Liwen menjulurkan lidah dan bersama prajurit wanita lainnya menjawab "Ya", tapi tetap Li Liwen yang bertanya: "Komandan, apa di pangkalan kita ada pelatihan mata-mata?"
"Ada, nanti akan ada." Tang Long yang teringat kapal perang yang segera dikirimkan langsung bersemangat berteriak: "Ayo! Kembali ke hotel!" Setelah itu dengan cepat mengenakan helm, menekan tombol pilihan, dan mulai menikmati pertunjukan Xing Ling melalui helm. Tang Long sendiri tidak bisa menjelaskan mengapa dalam sekejap ini dirinya jadi terpikat pada penyanyi ini. Meski tidak tahu namanya, tapi dirinya benar-benar terpikat. Mungkin jatuh cinta pada seseorang juga perasaan yang enak. Lihat saja, dengan menatap gadis pirang itu, hatinya merasa sangat tenang.
Xing Ling Nomor 2 yang bersembunyi di dalam helm Tang Long, melihat ekspresi terpesona Tang Long, rasa cemburunya langsung memuncak. Ia bergumam dalam hati: "Dasar! Xing Ling kalah lagi dari kakak! Dasar Tang Long brengsek, kau sampai ngeces! Apa belum pernah lihat gadis cantik? Gak tahan lihatnya!" Xing Ling yang kesal diam-diam kembali ke pangkalan bawah tanah sambil menyimpan kekesalan.
El melihat Tang Long pergi bersama bawahannya, baru ingin lega, tapi tiba-tiba Tang Long berbalik dan berteriak padanya: "El, beberapa jam lagi aku mau menemui Mandera, tolong aturkan."
"Hah? Tuan Tang Long ini..." El ingin mengatakan sesuatu, tapi Tang Long sudah pergi tanpa menengok. El hanya bisa menunduk pasrah dan menyampaikan kabar ini ke Mandera.
