Planet Lade, adalah planet hunian yang sangat biasa di galaksi kiri Zuo La - bagian timur Federasi Wan Luo.
Karena perkembangan masyarakat yang sangat tinggi saat ini, hampir seluruh planet tempat tinggal dipenuhi oleh kota-kota. Dengan demikian, penamaan berdasarkan setiap kota tidak hanya merepotkan tetapi juga tidak praktis. Oleh karena itu, untuk mempermudah dan memudahkan penghafalan, pembagian wilayah dilakukan berdasarkan nomor.
Planet Rad ini memiliki lebih dari 2000 zona, setiap zona dihuni sekitar satu juta penduduk. Setiap zona memiliki ratusan sekolah multifungsi, dan pada jam ini adalah waktu pulang sekolah, sehingga jalur di setiap zona dipadati kendaraan antar-jemput dari berbagai sekolah.
Namun setelah memasuki Zona 0125, fenomena ini berubah drastis. Jumlah kendaraan sekolah tiba-tiba berkurang drastis, sementara berbagai mobil mewah meningkat secara eksponensial. Alasannya tidak lain karena sekolah berperingkat bintang Planet Rad dan sekolah galaksi Galaksi Zola berada di zona ini.
Entah itu pendapat Kementerian Pendidikan atau para pejabat dan orang terhormat, intinya ditetapkan bahwa setiap planet hanya boleh memiliki satu sekolah bintang, setiap galaksi hanya boleh memiliki satu sekolah galaksi. Karena kuota sekolah dibatasi, keturunan selain pejabat dan orang terhormat sama sekali tidak mungkin masuk ke sekolah-sekolah ini. Alhasil, siswa yang bersekolah di sini secara tidak langsung dianggap lebih tinggi derajatnya.
Di dalam taksi yang melintas di jalur Area 0125, sopir berkata kepada pemuda di belakang yang mengenakan kacamata hitam berbentuk W yang menutupi sebagian besar wajahnya: "Hei, maaf ya tamu, kebetulan sekarang jam pulang sekolah jadi jalannya agak lambat."
Pemuda itu menyunggingkan senyum tipis di sudut bibirnya: "Tak apa, aku tidak terburu-buru." Matanya menatap pemandangan di luar jendela sebelum menambahkan: "Tapi aneh sekali, sudah lebih dari setahun berlalu, kenapa kawasan ini tidak banyak berubah ya?"
Sopir tertawa dan berkata: "Ternyata Tamu sudah lebih dari setahun tidak ke sini. Tidak aneh, ini semua kawasan perumahan. Kecuali ada modifikasi perkotaan, tidak akan terlihat perubahan. Lagipula tidak ada yang merombak rumah setiap tahun."
Pemuda itu mengangguk setuju dan tidak bicara lagi. Setelah beberapa saat, ketika melihat rambu jalan di kejauhan, dia tiba-tiba berkata: "Terima kasih, berhenti di sini saja."
Sopir langsung menepi tanpa bertanya. Namun saat menerima kartu militer dari pemuda itu, matanya terbelalak. Ia tak menyangka pemuda keren ini ternyata tentara.
Tang Long yang sudah turun dari mobil, meregangkan badan dengan puas. Setelah menarik napas panjang, ia memandang sekeliling dengan ekspresi haru. Tempat ini telah menjadi rumahnya selama belasan tahun. Melihat segala sesuatu yang begitu akrab di matanya, Tang Long merasakan kedamaian hati yang tak bisa dibandingkan bahkan dengan kemenangan atau harta berlimpah.
Tang Long tahu dari sini berjalan 10 menit ke timur akan sampai ke rumahnya. Memandang arah tersebut, pikirannya melayang: "Aku pulang tiba-tiba tanpa telepon dulu, pasti orangtua kaget bukan main. Tapi Ayah pasti sibuk di perusahaan kecilnya, sedangkan Ibu pasti di rumah nonton sinetron. Walau setahun lebih tidak lama, kenapa rasanya seperti sudah bertahun-tahun? Hmm, apa Ibu akan cerewet melihatku? Pasti, itu sudah sifatnya." Sambil tersenyum memikirkan hal itu, Tang Long mulai berjalan menuju rumah.
Di Pelabuhan Antariksa Planet Lade, sebuah pesawat angkut militer kecil berlabuh diam-diam. Di dalam pesawat, perwira paruh baya yang pernah gagal menyerang Tang Long itu berbicara dengan wajah dingin kepada seseorang yang sedang mengoperasikan komputer: "Alamat Tang Long masih belum terlacak?"
Orang tersebut menatap layar komputer sambil menjawab: "Belum."
Pria paruh baya itu berkata dengan cemas: "Bukankah kita tahu kedua orang tuanya tinggal di Area 0125? Mengapa mencari dua orang dari satu area saja masih begitu sulit?"
"Aku juga heran. Setelah menggunakan kata sandi sistem kepolisian yang kita dapat untuk mengakses data kepolisian seluruh planet, ternyata tidak ada catatan tentang Tang Long sama sekali, apalagi Area 0125. Sekarang aku mencoba menginvasi sistem komputer sekolah-sekolah untuk mencari data pendidikannya." Orang yang tidak memakai seragam militer ini tetap tidak menoleh.
Pria paruh baya itu ragu-ragu: "Mungkinkah orang di militer menipu kita dengan memberi kata sandi sistem kepolisian palsu? Atau mungkin Tang Long memang tidak tinggal di planet ini?"
Ahli komputer itu diam saja. Ia hanya mengetik beberapa perintah lalu menunjuk sebuah direktori: "Ini daftar kedatangan bandara. Tang Long tiba di pelabuhan antariksa ini bersamaan dengan kita. Jadi tak perlu khawatir. Kami sudah menerima bayaranmu, pasti akan menyelesaikan misi. Sekarang, tolong jangan ganggu." Setelah itu ia mengabaikan sang perwira paruh baya.
Pria paruh baya itu menggigit giginya, melirik punggung orang itu dengan geram, lalu berbalik pergi sambil marah. Dia tiba di kabin tengah kapal pendukung. Ruang kargo yang seharusnya untuk mengangkut barang ini telah dimodifikasi menjadi kabin pasukan. Saat ini belasan prajurit yang bersenjata lengkap sedang memeriksa persenjataan mereka.
Melihat kedatangan pria paruh baya itu, hanya 3 dari belasan prajurit yang berdiri memberi hormat gerak, sisanya tetap melanjutkan aktivitas mereka.
Pria paruh baya itu awalnya hendak berbicara sesuatu, tapi ketiga prajurit yang berdiri tadi mengedipkan mata padanya. Mereka pun setengah menarik setengah mendorongnya masuk ke kabin lain.
Begitu masuk kabin, pria paruh baya itu langsung bertanya bingung: "Ada apa?" Dia tahu tiga saudara seperjuangan yang tersisa ini - yang telah ikut memisahkan diri dari korps bersamanya - pasti punya alasan penting untuk bersikap kurang sopan seperti itu.
Seorang prajurit menengok ke arah pintu kabin, lalu berkata dengan hati-hati: "Kakak, tadi ketika kami bersama para tentara bayaran itu, kami mengetahui sesuatu yang buruk."
"Hal yang tidak baik? Apa itu?" Pria paruh baya itu terlihat bingung, apakah perlu dibuat serumit ini hanya karena hal itu?
"Saat ini ada rumor di seluruh tentara bayaran Federasi bahwa mengikuti Bintang Sial Tang Long bekerja bisa mendapatkan kekayaan besar."
"Ikut Tang Long bisa kaya? Rumor ini dari kelompok tentara bayaran mana? Kok bisa ada rumor seperti ini?" Pria paruh baya itu merasa tak percaya, bagaimana mungkin para tentara bayaran menyebarkan kabar seperti ini?
"Bukan dari satu kelompok, tapi puluhan kelompok tentara bayaran yang mengatakannya, jadi langsung menyebar ke seluruh dunia tentara bayaran. Menurut puluhan kelompok ini, mereka ditugaskan Tang Long untuk misi penyelamatan dan setelah berhasil malah mendapat emas biru tak terhitung, butuh beberapa kapal transport hanya untuk mengangkutnya."
"Tidak mungkin! Bagaimana mungkin Tang Long punya begitu banyak emas biru? Pasti ini rumor belaka!" teriak pria paruh baya itu dengan nada tidak percaya.
Tentara itu menggelengkan kepala dan berkata: "Entah ini rumor atau bukan, yang jelas sekarang banyak tentara bayaran yang menunggu penugasan dari Tang Long."
Tentara lain menyela: "Konon Die Wu Hui di Manlan Xing menghilang, kemungkinan besar ini ulah Tang Long. Dengan kekayaan Die Wu Hui, tidak heran kalau Tang Long punya uang sebanyak itu."
Pria paruh baya itu bergumam pelan: "Pantasan dia memberikan kata sandi sistem kepolisian padaku, ternyata karena ini. Aku sempat heran kenapa militer tiba-tiba berubah sikap."
Tentara itu tidak mendengar jelas ucapan si paruh baya, lalu bertanya: "Ada apa, Kakak?"
Pria paruh baya itu segera menengadah dan berkata pada rekannya: "Oh, tidak ada. Maksudmu, kalau tentara bayaran di luar tahu target kami adalah Tang Long, mereka akan menolak misi ini?"
Ketika tentara itu hendak berkata lagi, pintu kabin tiba-tiba terbuka. Orang yang bermain komputer itu tersenyum dingin: "Tenang saja, kami masih punya etika profesional. Karena sudah menerima uangmu, targetnya adalah dewa di surga sekalipun akan kami habisi. Aku sudah menemukan data akademik Tang Long. Rumahnya berada di Blok 135, Jalan 34, Distrik 0125."
Mendengar perkataan tentara bayaran itu, keempat tentara jelas terlihat lega. Mereka mempertaruhkan hukuman tembak dengan secara sembarangan meninggalkan militer demi membasmi seluruh keluarga Tang Long, membalas dendam untuk keponakan mereka. Sekarang setelah menemukan rumah Tang Long, misi sudah setengah terselesaikan.
Seorang tentara bertanya kepada kakaknya: "Kak, kita sudah tahu alamat Tang Long. Kapan kita berangkat? Tengah malam?"
Pria paruh baya itu berpikir sejenak: "Berangkat pukul tiga dini hari. Saat itu adalah waktu manusia paling lelah, plus polisi patroli sudah jam kosong. Ini waktu terbaik."
Orang-orang lainnya juga mengangguk mendengar perkataan ini. Meski mereka tidak takut dengan polisi - karena telah bertahun-tahun keluar-masuk medan perang dan memiliki banyak senjata militer, mana mungkin menganggap serius polisi yang hanya bersenjatakan pistol. Namun mereka khawatir polisi akan memanggil MP, nanti malah harus bentrok dengan militer. Bagaimanapun, tujuan mereka adalah balas dendam sekaligus bisa pergi dengan aman, jadi sebisa mungkin tidak mengundang perhatian pihak kepolisian.
Tanpa menyadari keluarganya sedang menjadi target, Tang Long bersiul riang menuju rumah 135, Jalan 34, Distrik 0125. Umumnya planet perumahan memiliki area luas dengan kepadatan penduduk rendah, sehingga semua rumah berbentuk vila. Sedangkan di planet komersial atau sejenisnya, perumahan berupa gedung pencakar langit - di planet Blue Gold yang padat penduduk ini, hanya orang kaya dan berkuasa yang bisa tinggal di vila.
Tang Long tiba di depan bangunan tiga lantai ini. Dengan santai, dia menyentuh sensor di pintu masuk. Sensor ini merekam data penghuni, sehingga Tang Long mudah membuka pintu besar itu. Setelah melepas kacamata hitam berbentuk W, dia berdiri di ambang pintu dan berseru gugup ke dalam: "Bu, aku pulang!"
Suara Tang Long langsung disambut gemerincing dari dapur. Dentang sandal berlari cepat mengikuti dari arah sana. Seorang wanita paruh baya berambut pendek sepanjang telinga, masih cantik dengan celemek di badan, muncul sambil menggenggam pisau dapur dengan wajah berbinar.
Melihat ibu membawa pisau, Tang Long langsung lari ke ruang tamu sambil berteriak: "Bu, meskipun aku mendaftar militer tanpa izin, tak perlu langsung mengejarku dengan pisau kan? Aku ini putra mereka, lho!"
Awalnya melihat Tang Long tiba-tiba berlari ke ruang tamu, Ibu Tang yang masih memegang pisau dapur tertegun. Mendengar perkataan Tang Long, barulah ia menyadari benda apa yang ada di tangannya. Dengan cepat ia menyembunyikan pisau di belakang punggungnya sambil berkata malu-malu: "Aku sedang masak, jadi... hehe, maaf ya." Setelah itu ia langsung berbalik dan lari kembali ke dapur.
Melihat tingkah laku ibunya, Tang Long tak bisa tidak menggelengkan kepala sambil berpikir: "Ibu seperti ini bisa punya rahasia apa? Kayaknya aku yang kebanyakan mikir." Alasan Tang Long berpikir demikian adalah karena saat menelepon rumah sebelum bergabung dengan Kompi SK23 dulu, ia merasa ada yang aneh dari sikap ibunya. Meski tidak menyelidiki lebih jauh, kesan itu tertinggal di hatinya sehingga timbul niat untuk menyelidiki saat pulang kampung. Tapi setelah dihadapi ibu seperti ini, seluruh niatnya langsung hilang.
Tak lama kemudian, Ibu Tang yang sudah menaruh pisau dapur kembali membawa setumpuk camilan ke hadapan Tang Long, memulai obrolan panjang ibu dan anak.
“Ibu, kok kamu masih suka makan makanan ringan seperti ini?” Tang Long melihat sang ibu dengan lihai merobek kemasan makanan sambil mengunyah dan mengobrol dengannya, tak tahan bertanya.
“Ini semua salah si bajingan ini! Dulu sehari cuma makan beberapa bungkus, tapi sejak kau mendaftar militer, porsi makanku melonjak drastis! Sekarang tanpa puluhan bungkus rasanya belum puas! Ayahmu juga minumnya makin menjadi-jadi! Tanpa beberapa jin minuman, takkan mau meletakkan botol!” Ibu Tang membentak kesal.
Tang Long terdiam mendengarnya. Ia sangat paham kebiasaan orang tuanya: sang ibu suka ngemil saat santai, sekedar butuh sesuatu untuk dikunyah. Sang ayah gemar minum dua gelas sebelum makan, katanya untuk melancarkan peredaran darah. Tapi keduanya selalu punya kontrol diri, tak pernah berlebihan. Tak disangka, baru setahun lebih ia pergi, porsi mereka sudah meningkat puluhan kali lipat.
Tang Long merasakan hatinya sakit ketika membayangkan sang ibu yang rakus menyantap camilan dan ayah yang terus-menerus menuang minuman. Ia tahu mereka menggunakan cara ini untuk menghapus rasa sepi karena kepergian anak tunggal yang jauh di ujung langit. Merasakan kesepian dan keterasingan di hati orang tua, perlahan matanya memerah.
Ibu Tang yang terus mengawasi Tang Long segera menyadari matanya yang memerah. Tanpa berkata-kata, ia dengan lembut membelai kepala anaknya. Saat Tang Long hendak meminta maaf karena telah jauh dari orang tua, suara mobil mengambang yang mendarat tiba-tiba terdengar di luar. Pintu besar terbuka disertai teriakan seorang pria: "Istri, apakah makanannya sudah siap?"
Tang Long segera bergegas ke pintu masuk sambil berseru: "Ayah, Anda sudah pulang."
Pria paruh baya yang masuk dengan mengenakan setelan jas biasa, kedua tangan sedang melepas dasinya, wajahnya tujuh puluh persen mirip dengan Tang Long ini tertegun memandangi putranya. Beberapa saat kemudian, pria paruh baya itu kembali bergerak, melepas simpul dasi, lalu bergegas menghampiri Tang Long. Sambil menepuk-nepuk bahu Tang Long dengan keras, ia bersemangat berkata: "Nak, akhirnya pulang juga? Sudah dewasa kan? Malam ini temani hamba minum, tidak boleh tidur sebelum mabuk!"
Meski Tang Long tidak biasa minum alkohol, beranikah dia menolak saat ini? Membahagiakan orang tua adalah kewajiban anak. Sekalipun tidak bisa minum, harus tetap diminum.
Ayah Tang berteriak kepada Ibu Tang: "Istri, kau masih diam lihat keramaian untuk apa? Putra kesayanganmu sudah pulang, cepatlah buatkan beberapa masakan andalan!" Setelah itu ia berkata kepada Tang Long: "Nak, mungkin kau belum tahu? Selama setahun ini kemampuan masak ibumu melonjak pesat. Hehe, dulu ibumu adalah tawananku, tapi sekarang dia berbalik menaklukkan ayahmu ini."
Ibu Tang mencubit keras Ayah Tang, mengabaikan jerit kesakitan seperti babi disembelih darinya, lalu berjalan ke dapur sambil tersenyum bahagia untuk mulai memasak. Melihat tingkah orang tuanya, Tang Long pun tersenyum hangat. Inilah sosok ayah ibunya, inilah rasa keluarga yang sesungguhnya.
Saat makan malam, Tang Long yang menyantap hidangan lezat terus memuji-muji ibunya dengan keras setiap kali menggigit. Ibu Tang yang duduk di sebelahnya tersenyum bahagia sambil terus menyuapi Tang Long dengan lauk-pauk. Di sisi lain, Ayah Tang dengan semangat terus menenggak minuman bersama putranya, berteriak: "Kemampuan minummu hebat! Pantas jadi putraku!" Entah karena faktor genetik atau bukan, Tang Long yang belum pernah menyentuh alkohol sebelumnya ternyata tetap sadar setelah dua tiga gelas, meski efeknya mungkin hanya sementara.
Tang Long yang sudah mabuk berat karena terus disuguhi minuman oleh ayahnya, dengan gembira terus menyantap hidangan sambil bercerita pada orangtuanya tentang pengalaman setahun terakhir. Di saat seperti ini, dia sama sekali tak perlu memikirkan atau khawatir tentang apapun, bisa menikmati makanan dan minuman dengan leluasa. Mungkin karena yang dihadapinya adalah orangtua yang membuatnya merasa aman, atau mungkin karena kepalanya pusing karena mabuk, tanpa disangka Tang Long malah menceritakan secara detail tentang Pelatih Robot dan kakak komputer yang biasanya dirahasiakannya dari orang luar. Tentu saja, dia juga terus menerus membanggakan jumlah uang yang berhasil dikumpulkannya.
Mendengar keberadaan Pelatih Robot dan kakak komputer, tubuh mereka bergetar. Ayah dan Ibu Tang saling memandang dengan ekspresi serius. Namun mereka tidak mengejar detail lebih lanjut, justru mengalihkan pembicaraan ke topik Kompi SK23.
Malam semakin larut, makan malam yang berlangsung selama beberapa jam akhirnya berakhir dalam deruan dengkuran Tang Long yang tertidur di atas meja makan. Ibu Tang membelai kepala Tang Long dengan penuh kasih sambil memarahi Ayah Tang: "Ini semua salahmu, ngapao kau memberi Tang Long minum sebanyak itu? Dia belum pernah minum alkohol sebelumnya! Kalau sampai ada sesuatu terjadi padanya, aku takkan memaafkanmu!"
Ayah Tang membantu mengangkat Tang Long sambil tersenyum: "Tenang saja, orang-orang dari keluarga Tang punya gen peminum. Cukup biarkan dia tidur, besok pasti bangun segar seperti tidak terjadi apa-apa. Sudah, kau bersihkan meja, aku akan mengangkat si nak ini ke tempat tidur." Ucap sambil menggendong Tang Long menuju lantai atas.
Ibu Tang sama sekali tidak heran melihat suaminya yang telah menghabiskan lima enam botol minuman mahal masih bisa mengangkat 100 jin lebih berat badan Tang Long ke lantai atas dengan mudah. Dia langsung mulai membereskan meja makan yang berantakan.
Pukul 3 pagi, Tang Long di kamarnya sendiri sudah tertidur lelap seperti babi mati, sementara Ayah Tang dan Ibu Tang di kamar sebelah saling memandang dalam ruangan yang gelap tanpa lampu menyala.
Setelah lama terdiam, Ibu Tang akhirnya berbisik pelan: "Akhirnya kita bisa menjelaskan mengapa Tang Long bisa memiliki level SS."
Ayah Tang menyalakan sebatang rokok, mengangguk sambil menghela napas: "Ah, tidak tahu apakah kecerdasan komputer seperti ini membawa keberuntungan atau malapetaka bagi Tang Long." Ibu Tang juga menghela napas dalam mendengarnya.
Dari penuturan Tang Long tentang Pelatih Robot dan kakak komputer, mereka dengan mudah menyimpulkan bahwa semuanya adalah sistem komputer yang telah dimanusiakan. Sebagai orang yang paham konsekuensi kecerdasan komputer, kekhawatiran mereka wajar. Sedangkan soal uang yang berhasil dikumpulkan Tang Long, sama sekali tidak mereka pedulikan.
Setelah diam sejenak, Ibu Tang kembali berbisik, "Menurutmu, apakah kecerdasan komputer itu akan memanfaatkan Tang Long untuk melakukan sesuatu?"
Ayah Tang menggelengkan kepala, "Berdasarkan cerita Tang Long, sepertinya mereka tidak punya niat jahat padanya. Saya yakin mereka bukan jenis kecerdasan komputer yang berbahaya."
Ibu Tang masih khawatir, "Bagaimana jika Tang Long tahu kecerdasan komputer itu punya kekuatan besar? Apakah dia akan memanfaatkan kekuatan mereka?"
Ayah Tang tersenyum, "Tenang, kau tahu sifat putra kita. Dari caranya bercerita, Tang Long memperlakukan kecerdasan komputer itu seperti manusia. Masihkah kau khawatir dia akan berbuat jahat?"
"Benar, putraku pasti tidak akan berbuat jahat." Ibu Tang mengangguk seperti mendapat jaminan. Tiba-tiba dia menengadah, "Kalau begitu... apakah kita harus memberitahu Tang Long tentang... urusan kita?"
Ayah Tang terdiam sejenak, lalu menggelengkan kepala dan berkata perlahan: "Belum saatnya. Tunggu beberapa tahun lagi sampai Tang Long lebih matang."
"Baiklah, lagipula saat ini usianya baru 19 tahun. Lebih baik menunggu sampai dia lebih dewasa untuk mengetahui kebenaran." Ibu Tang juga mengangguk setuju.
Ayah Tang mematikan puntung rokoknya, menguap lalu berkata: "Sudah, mari tidur. Besok ajak Tang Long jalan-jalan." Ia langsung naik ke tempat tidur. Ibu Tang sambil menarik selimut bertanya: "Tang Long tinggal tiga hari lagi harus kembali ke pasukan. Sudah terpikir mau ajak dia kemana?"
"Ajak dia melihat-lihat perusahaan kita. Biar dia tidak sampai tidak tahu bisnis keluarga sendiri."
Mendengar perkataan Ayah Tang, Ibu Tang terkejut: "Apa? Anak kita jarang pulang, malah mau diajak ke perusahaan? Perusahaanmu isinya cuma mesin-mesin, mana ada yang menarik? Gagasan apa ini!"
Saat Ayah Tang hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba menutup mulutnya. Ibu Tang juga membeku dalam posisi setengah berbaring, seolah sedang menyimak sesuatu. Tiba-tiba, Ibu Tang terkikik lembut: "Hehe, ada personel bersenjata yang melakukan invasi. Entah untuk apa ya? Merampok? Hehe, sudah lama tidak latihan jurus."
Sementara Ayah Tang turun dari tempat tidur sambil menyeringai: "Hehe, baru saja Tang Long pulang sudah ada personel bersenjata yang menginvasi. Menurutmu mereka datang untuk apa?"
"Hmph! Berani-beraninya mengincar putra kesayanganku! Mereka sudah bosan hidup!" Suara Ibu Tang tiba-tiba menjadi dingin membeku, matanya memancarkan sinar dingin yang mengerikan.
Ayah Tang menyentuh suatu bagian di kepala tempat tidur, lalu tersenyum sinis: "Hehe, mari kita sambut tamu dengan hangat." Sementara Ibu Tang mengangguk sambil terkikik-kikik.
Lampu jalan di Area 0125 Jalan 34 yang sudah redup, setelah berkedip sesaat, segera padam dan membuat seluruh Jalan 34 terbenam dalam kegelapan. Tapi tak ada yang akan mengeluh ke dinas listrik - jalanan sepi, penghuni kompleks ini sudah terlelap. Bahkan yang masih terjaga pun sibuk dengan urusan bercinta di dalam rumah, mana peduli lampu jalan mati.
Di tengah gelap gulita itu, tiba-tiba muncul belasan siluet hitam yang merunduk dan bergerak cepat dari kedua sisi jalan. Sinar bulan menyorot wajah salah satu siluet - terlihat jelas itu adalah pria paruh baya tentara yang ingin membalas dendam untuk putranya. Matanya memancarkan kilauan haus darah, sambil menatap vila di kejauhan, ia menjilat bibir dengan senyum sadis.
Melihat pemimpin tentara bayaran itu mengayunkan tangannya, belasan bayangan langsung menyusup ke dalam kegelapan. Hanya tersisa lima enam orang di sekitarnya. Pria paruh baya tentara itu tak bisa menahan diri mengangguk pelan sambil berpikir: "Tampaknya pasukan bayaran ini cukup handal, bisa langsung menemukan titik persembunyian. Hm, sebanding dengan pasukan reguler."
Saat masih merancang cara untuk memperkosa Tang Long, pria paruh baya tentara itu melihat pemimpin tentara bayaran memberi isyarat. Mengetahui semua persiapan sudah lengkap dan tinggal menunggu waktu memetik hasil, dia tersenyum hehe sambil mengajak beberapa saudara menuju villa bernomor 135.
Seorang tentara lebih dulu sampai di pintu masuk, mengeluarkan komputer mikro dari tas ransel untuk membongkar kata sandi pintu besar. Melihat saudara yang berjongkok sibuk memecahkan kode ini, pria paruh baya tentara itu diam-diam merasa bangga: "Dalam hal membuka kunci, saudaraku ini mungkin bukan nomor satu di alam semesta, tapi pasti yang terbaik di Federasi. Hehe, dengan bakat seperti ini, meski aku sudah keluar dari militer, tetap bisa berkembang dengan baik!"
Pria paruh baya itu melamun cukup lama, baru menyadari saudaranya masih belum bisa membuka pintu. Ia mulai gelisah: Ada masalah apa? Membuka rumah sipil biasa kok sampai butuh belasan menit? Tidak hanya pria paruh baya tentara yang tak sabar, tentara lainnya juga mulai kehilangan kesabaran. Salah seorang tentara pun bergegas mendekat untuk memberi dorongan.
Namun baru saja tentara itu menyentuh orang itu, ia langsung melompat mundur sambil mengarahkan senjata dalam posisi siaga. Dengan suara rendah ia berteriak: "Mati!"
Gerakan dan suaranya segera membuat pria paruh baya dan empat lima orang lainnya melompat-guling menghindar ke sudut dinding, mengarahkan senjata sambil mengawasi sekitar dengan waspada. Hati mereka semua berdebar-debar ketakutan, siapa sangka saudara mereka tewas begitu saja di hadapan banyak orang? Tapi setelah panik cukup lama, tak ada situasi aneh yang terdeteksi. Barulah saat itu si paruh baya berani mendekati pintu masuk diam-diam dengan sangat hati-hati, memeriksa penyebab kematian saudaranya.
Namun saat dia baru saja menjatuhkan mayat itu, tiba-tiba pemimpin tentara bayaran itu berteriak dengan nada terburu-buru, suara rendah dan serak: "Bahaya! Semua personel penyergapan telah kehilangan kontak!" Belum selesai ucapannya, sebuah sinar laser dari kegelapan jalan raya melesat menghantam wajahnya. Dengan suara 'plak' disertai retakan tengkorak, seluruh tubuhnya pun ambruk ke tanah.
Melihat pemimpin mereka tewas, beberapa tentara bayaran segera menembak ke arah jalan. Melihat tentara bayaran menembak, pria paruh baya itu tahu tak bisa melakukan taktik kotor. Pasalnya, meski suara lembut senjata laser takkan memancing polisi, sinar lasernya yang menyilaukan pasti akan menarik perhatian aparat. Pria itu menyesal tak mencuri pistol pembunuh diam-diam saat kabur dari militer. Tanpa pilihan lain, ia segera mengeluarkan senjata grenade dan mengarahkannya ke pintu besar, siap menembak. Ia sudah memutuskan untuk memperbesar skala insiden.
Namun sebelum sempat menembak, cahaya menyilaukan tiba-tiba menerangi jalanan gelap itu. Refleks ia menutup mata. Di saat itulah perutnya terasa sakit menusuk. Tubuhnya terlempar ke belakang dan jatuh keras ke tanah.
Saat dia membuka matanya, dia terkejut menemukan dirinya dikelilingi sekelompok pria besar. Dia tidak melihat lubang laras pistol yang mengarah padanya, melainkan menatap ke arah saudara-saudaranya. Tapi pandangan ini membuat hatinya langsung dingin - di bawah sorotan lampu, terlihat jelas beberapa saudaranya dan para tentara bayaran itu tergeletak tak bergerak di tanah, genangan darah telah menodai permukaan tanah menjadi merah.
Pria paruh baya itu mengangkat kepalanya dengan susah payah dan berteriak ke sekeliling: "Kalian dari bagian mana! Katakan, biar aku mati dengan mata terpejam!"
Mendengar suaranya, para pria besar yang mengelilinginya membuka jalan. Seorang wanita paruh baya berambut pendek mengenakan piyama, membawa pistol laser berkaliber besar dengan aura menyelimuti wajahnya, melangkah mendekat. Jika Tang Long melihat wanita ini, pasti akan terkejut dan berteriak: "Ibu!"
Pria paruh baya itu melihat Ibu Tang, lalu memandang orang-orang di sekelilingnya dengan ekspresi bingung. Baru saat ini ia menyadari bahwa semua orang di sekitar ternyata mengenakan pakaian tidur, membawa senjata, dan wajah mereka dipenuhi aura. Kombinasi dua hal yang tidak cocok ini - pakaian tidur dan senjata dengan aura - terlihat sangat aneh. Kalau begitu, apakah mereka bukan dari militer? Lantas dari bagian mana mereka? Jangan-jangan mereka semua adalah warga sekitar sini?
，，：“，！？！”，，。，，，。，，。
Para personel bersenjata yang mengenakan piyama di sekeliling ini sepertinya sama sekali tidak peduli dengan pemandangan berdarah ini, juga tidak menghentikan Ibu Tang. Malahan mereka mulai mengobrol berkelompok. Saat itu Ayah Tang keluar dari dalam rumah merebut pistol Ibu Tang, dan memarahinya: "Lihat dirimu, badanmu penuh darah lagi. Cepat mandi! Nanti kalau Tang Long bangun dan mencium bau darah, bagaimana kau menjelaskannya?"
"Bagaimana menjelaskannya? Tidak bisakah aku bilang ini karena menyembelih babi?" Meski membantah, Ibu Tang tetap menurut masuk ke rumah untuk mandi.
Ayah Tang melihat orang-orang di sekeliling masih berkumpul di situ, tak tahan menggerutu: "Apa yang kalian lakukan? Melihat dia begitu haus darah, kenapa tidak kalian hentikan?"
Seorang pria paruh baya mengenakan piyama kotak-kotak dengan wajah berlemak dan tampak sangat ramah, sambil membawa senapan runduk, tertawa hehe: "Bos, kau kan tahu kakak kalau sudah mengamuk tak kenal siapa pun. Kami yang cuma hamba mana berani menasehatinya? Lagipula, sudah lama kakak tidak bisa bersantai. Sekarang ada kesempatan bagus, biarkan kakak melepas stres!" Orang-orang lain juga berteriak riuh: "Betul betul!"
Ayah Tang juga tertawa: "Kalian ini cuma peduli sama kakak, tidak tahu peduli padaku. Setelah kakak puas melepas stres, yang kena imbasnya kan aku!"
"Hihihi, siapa suruh Wakil Komandan Resimen nekat mengejar-ngejar Komandan Resimen? Pantas saja dapat masalah." Seorang wanita cantik dengan piyama transparan yang memperlihatkan siluet tubuh seksi bak peri, sambil tertawa melangkah dengan langkah seperti kucing mendekat. Dia menyandarkan tubuh menggoda itu erat-erat pada lengan Ayah Tang.
Si gemuk segera menggoda wanita cantik itu, "Yao Ji, kau lagi menggoda bos ya? Hati-hati kakak besar mengulitimu. Lebih baik goda aku saja, aku masih lajang lho." Wanita cantik itu hanya mendengus dingin mengabaikan si gemuk, tapi dia menarik tangannya dan menjauhkan dadanya yang montok yang menempel di lengan Tang Ayah.
Si gemuk yang melihat gerakan wanita cantik itu hendak berkata sesuatu, namun disela oleh seorang pria paruh baya bertubuh pendek berbaju tidur hitam. Pria pendek ini berkata pada Tang Ayah, "Bos, bilang kami tidak peduli padamu, ini fitnah besar! Bos suka mengakali orang, bertahun-tahun ini kami semua sudah bantu mengakali berapa banyak orang? Jika mereka yang kau tipu sampai menghitung uang untukmu itu tahu kebenaran, pasti akan menguliti dan memakanmu hidup-hidup." Yang lain ikut berseru bahwa bos telah menzalimi mereka dan menuntut ganti rugi.
Ayah Tang melihat orang-orang yang terus mengobrol ini, hanya bisa menggelengkan kepala dengan pasrah dan berkata, "Ah, kalian ini, sudah bertemu setiap hari masih saja banyak bicara. Sudah, cepat tangani mayat-mayat ini. Perusahaan listrik akan segera menyadari masalah kabel di jalan ini." Tanpa menghiraukan protes mereka, ia berbalik dan berlari pulang.
Tak lama kemudian, beberapa mobil datang diam-diam ke tempat ini. Belasan mayat diangkut ke dalam mobil. Mobil pengangkut mayat baru saja pergi, mobil kebersihan langsung tiba. Orang-orang yang berpakaian petugas kebersihan itu sambil mengendalikan mesin membersihkan noda darah, memperbaiki lubang peluru di dinding dan tanah sekitar. Saat fajar menyingsing, segala sesuatu di sini telah kembali seperti semula. Siapa sangka tempat ini pernah menjadi lokasi pembantaian?
