"Arahkan semua meriam utama ke sektor jam 3, serang lalu segera pindah ke posisi jam 6, tembak!" Mayor Jenderal Darren yang wajahnya dingin menggerakkan tangannya. Ratusan kapal perang Kekaisaran menggemuruh bersamaan, ribuan sinar laser raksasa menyambar ke arah sektor jam 3. Begitu selesai menembak, ratusan kapal itu segera berpindah sesuai perintah karena mereka semua tahu jika tidak bergerak, pasti akan dikepung musuh dari dua arah.
“Operator radar, laporkan situasi!” Asisten komandan Darren, seorang pria paruh baya berambut pendek cokelat dengan pangkat Letnan Kolonel dan wajah penuh keteguhan hati, tanpa menunggu perintah atasan, segera memberi perintah kepada perwira yang memantau radar.
“Laporan, Komandan! 30 kapal musuh telah dihancurkan!” Perwira tersebut memberi hormat gerak sambil melapor.
“Serangan musuh! Posisi jam 5, bersiap menerima serangan!” Komputer kapal perang tiba-tiba mengumumkan peringatan ini. Awak kapal segera kembali ke posisi masing-masing sambil mengencangkan sabuk pengaman atau memegang benda terdekat. Kapal-kapal di luar langsung bergerak ke depan kapal induk untuk melindunginya dari serangan.
Layar menyala sejenak. Kapal induk yang ditumpangi Darren hanya bergoyang sesaat tanpa kerusakan, namun semua paham bahwa dalam sekejap itu belasan kapal kita telah lenyap.
Darren yang duduk tenang di kursi komando berkata dingin: "Peta!" Begitu ucapannya selesai, sebuah peta galaksi hologram langsung muncul di depannya. Beberapa perwira staf berpangkat Kolonel Senior segera mengeluarkan pulpen elektronik dan berlari mendekat.
"Ini posisi pasukan kita, di sini, sini, dan sini terdeteksi jejak musuh. Di lokasi ini dan sini sudah teridentifikasi jumlah armada musuh, masing-masing 2000 dan 3000 kekuatan militer." Seorang Kolonel Senior dengan mahir menggunakan pulpen elektroniknya untuk menunjuk area yang disebutkan pada peta galaksi.
Di peta galaksi terlihat segitiga biru kecil yang dikepung oleh lima enam segitiga merah. Darren diam saja sambil mendengarkan analisis staf tentang situasi kedua belah pihak. Orang lain mengira dia sedang merenungkan situasi pertempuran, padahal sebenarnya dia sedang mengingat peristiwa yang terjadi belakangan ini:
"Perintah Markas Besar Komando Kekaisaran Elang Perak, memerintahkan Mayor Jenderal Viscount Darren untuk memimpin 3000 kapal perang ke Galaksi Muo guna memberantas bajak laut yang mengganggu keseimbangan galaksi. Semoga Yang Mulia segera kembali dengan kemenangan. Kalender Kosmos 3434, 3 Februari." Seorang perwira muda yang baru selesai membacakan surat perintah memandang Darren dengan ekspresi penuh kekaguman sekaligus kecemburuan.
Jika utusan dari kekaisaran lain mendengar surat perintah ini, pasti akan terkejut karena biasanya semua perintah kekaisaran harus diawali dengan frasa 'Berdasarkan titah Yang Mulia Kaisar yang Maha Tinggi'. Namun karena adanya Duke dan Yang Mulia di kekaisaran, semua perintah militer menggunakan pembuka 'Perintah Markas Besar Komando Kekaisaran Elang Perak', sedangkan perintah pemerintah menggunakan 'Perintah Perdana Menteri Kekaisaran Elang Perak' sebagai pembuka.
Darren melakukan hormat gerak, lalu menerima dokumen perintah dengan ekspresi datar. Dia sudah mengetahui isi perintah ini sejak awal, bahkan tahu bahwa dirinya ditunjuk langsung oleh pangeran ketiga sebagai komandan. Meski tidak akrab, seluruh rakyat Kekaisaran tahu pangeran ketiga adalah sosok angkuh dan haus darah.
Lagipula, Galaksi Muo sepenuhnya merupakan wilayah kekuasaan pangeran ketiga. Sejak menjadi miliknya, populasi di sana terus menyusut. Di daerah yang dikuasai sosok mengerikan itu pasti ada satu-dua kelompok bajak laut yang memberontak karena tekanan. Tapi mustahil mereka bisa berkumpul dengan 5000 Kekuatan Militer lalu bebas berkeliaran. Apa armada pribadi pangeran ketiga yang berjumlah ratusan ribu itu cuma hiasan belaka?
Jadi tidak perlu dikatakan, peristiwa ini pasti mengandung konspirasi. Meski Darren tidak mengerti mengapa Yang Mulia setuju dengan permintaan pangeran ketiga, kebiasaannya mematuhi perintah membuatnya tetap menjalankan tugas. Namun yang membuatnya pusing adalah Yang Mulia malah menitipkan putrinya ke kapal induknya. Berbeda dengan Federasi, dalam posisi tempur tentara kekaisaran tidak ada perempuan, sehingga kehadiran Putri Bangsawan membuat para prajurit di kapal induk bersorak gembira. Tapi tak lama kemudian mereka mulai mengeluh, sekaligus menyadari seperti apa karakter sang Putri Bangsawan sebenarnya.
Putri Bangsawan awalnya bertanya ini itu penuh rasa ingin tahu tentang segala hal, kemudian mulai nekat mengutak-atik alat-alat tersebut. Yang lebih membuat kewalahan adalah minatnya yang berlebihan terhadap pesawat tempur, bahkan menggunakan status Putri Bangsawan untuk memaksa para pilot mengajarinya menerbangkan pesawat tempur.
Setelah bosan dengan senjata-senjata kecil itu, Putri Bangsawan mulai mengincar kapal perang. Tak hanya merebut paksa kendali kemudi kapal perang, dia bahkan menyetir kapal itu sembari bertindak gegabah di tengah formasi pasukan. Untungnya dia belum belajar cara menguasai sistem meriam, kalau tidak armada pasti sudah hancur berkeping-keping olehnya sebelum menemui bajak laut.
Ketika akhirnya Putri Bangsawan kehilangan minat pada semua itu, dia mulai menempel Darren. Memaksa Darren menemani mengobrol, bermain, bahkan mengganggu musyawarah militer dengan ulah kekanak-kanakan. Jika keinginannya tak dituruti, dia akan membuat kekacauan di kapal induk. Teguran Darren malah dibalas dengan rengekan, amukan, dan ancaman bunuh diri. Akhirnya Darren terpaksa memberinya hukuman kurungan, kalau tidak pertempuran ini mustahil dilanjutkan.
Setelah menangani urusan Putri Bangsawan dan baru saja sepi, radar mendeteksi jejak bajak laut. Para prajurit yang sudah jengah dengan ulah Putri Bangsawan langsung bersemangat mempersiapkan pertempuran. Menurut intelijen pengintaian, bajak laut memang sesuai informasi Markas Besar Komando - tepat 5000 kapal perang hasil modifikasi dari kapal kargo.
Hasil pertempuran ini sesuai dugaan para prajurit. Bajak laut itu sama sekali tidak memiliki formasi pertempuran maupun koordinasi. 5000 kapal perang hanya berhamburan maju secara kacau, lalu dihancurkan lebur oleh tentara kekaisaran yang sudah siaga. Namun ketika semua mulai lengah, tiba-tiba muncul ribuan kapal perang misterius dengan daya tembak yang kuat. Mereka menghantam pasukan kekaisaran yang sedang mabuk kemenangan hingga babak belur - 3000 kekuatan militer kehilangan sepertiga pasukan dalam sekejap. Jika bukan karena Darren dan para kapten kapal lain yang berjuang mati-matian memindahkan posisi, mungkin seluruh pasukan sudah mengalami kehancuran total.
Akhirnya memindahkan sisa kekuatan militer ke sabuk meteor dan mulai menggunakan meteor sebagai perlindungan untuk menerapkan taktik gerilya, meskipun dikepung ketat oleh armada misterius ini. Meskipun taktik gerilya berhasil menghancurkan banyak musuh, namun karena perbedaan kekuatan yang terlalu besar, dari 3.000 Kekuatan Militer kini tersisa hanya sekitar 500 kapal.
Darren melihat para perwira staf yang sedang fokus mempelajari taktik, serta prajurit dan perwira yang berkonsentrasi penuh menguasai kapal perang, tak bisa menahan desahan. Meski tak ada yang mengucapkan, semua tahu armada misterius ini adalah Armada Pribadi Pangeran Ketiga.
Meski Darren sudah menduga Pangeran Ketiga akan berusaha menghabisi rival asmaranya ini, ia tak menyangka sang pangeran tetap melancarkan serangan membabi-buta meski tahu Putri Bangsawan berada di kapal. Dalam gempuran seganas ini mustahil ada yang bertahan. Jika Putri Bangsawan tewas, hubungannya dengan Yang Mulia akan menjadi musuh bebuyutan. Apakah Pangeran Ketiga sudah tak lagi perlu merangkul Yang Mulia?
Memikirkan ini, alis Darren tiba-tiba berkedut. Ia teringat alasan mengapa pangeran ketiga yang selalu menjilat Yang Mulia berani terang-terangan melawan - hanya satu kemungkinan: Sang Kaisar mulai bertindak terhadap Yang Mulia! Jika tidak, pangeran ketiga yang sangat menyayangi pasukannya mustahil mengambil risiko kehancuran besar untuk menyerangnya. Hanya dalam beberapa hari taktik gerilya ini, Darren sudah menghancurkan lebih dari 10.000 Kekuatan Militer pangeran ketiga, setara dengan sepersepuluh total pasukannya yang lenyap begitu saja.
Jika Sang Kaisar tidak memberi perintah, pangeran ketiga mustahil membuang alat pengendali perebutan tahta ke sini. Perintah Sang Kaisar pasti berbunyi: "Siapa yang bisa menguasai Yang Mulia dan Duke, dialah putra mahkota." Dalam kondisi seperti ini, para pangeran pasti akan mengerahkan semua sumber daya mereka tanpa ragu.
"Hmm, jika Sang Kaisar mulai bergerak, situasi di ibukota pasti lebih berbahaya daripada di sini. Ah, teman baikku, kau harus benar-benar menjaga dirimu baik-baik," Darren berkeluh dalam hati.
Terhadap Yang Mulia, selain kesetiaan, Darren tidak memiliki perasaan yang mendalam. Dibandingkan dengan atasan yang telah mempromosikannya, ia lebih memperhatikan satu-satunya temannya. Berkali-kali ia mengkritik Yang Mulia dan Duke di depan Kester, karena menurutnya dua tokoh berwibawa ini sama sekali tidak memiliki keluhuran hati untuk meraih prestasi besar. Dengan kekuasaan mereka, menggulingkan Kaisar dan naik takhta sendiri pun tidak akan mendapat perlawanan. Tapi mereka memilih tetap menjadi pejabat berkuasa.
Jika mereka memang ingin menjadi pejabat berkuasa, seharusnya bersikap lebih halus. Namun segala tindakan mereka sama sekali tidak menghormati Kaisar, bahkan tanpa sedikitpun kepura-puraan. Pejabat berkuasa pada umumnya masih menggunakan nama Kaisar untuk menguasasi negara, melakukan segala sesuatu atas nama Kaisar. Tapi mereka justru mengesampingkan Kaisar dan bertindak sendiri-sendiri, seolah menunjukkan kepada seluruh negeri bahwa mereka tidak perlu mematuhi perintah Kaisar. Mungkin seperti kata Kester, cara mereka ini adalah bentuk kesetiaan kepada sosok misterius tertentu.
Setelah mengetahui rahasia ini, Darren pernah mengungkapkan kepada Kester bahwa objek kesetiaannya adalah Yang Mulia dari Kekaisaran, bukan sosok misterius yang sama sekali tidak dikenal. Sementara Kester secara implisit menyatakan bahwa kesetiaannya tertuju pada seluruh Kekaisaran, bukan pada individu tertentu. Darren sangat memahami makna tersirat dalam perkataan Kester - kesetiaannya pada negara ini, bukan pada Duke, Kaisar, apalagi sosok misterius itu.
Sebenarnya ada beberapa hal yang tidak diucapkan Darren, perkataan yang tidak berani dilontarkan karena akan dianggap melanggar hukum. Di lubuk hati terdalam Darren, objek kesetiaan sejatinya adalah dirinya sendiri. Kesediaannya mengabdi pada Yang Mulia didasari dua hal: pertama, bakatnya ditemukan oleh Yang Mulia; kedua, pengaruh kuat yang dimiliki Yang Mulia. Jika Yang Mulia berambisi menjadi Kaisar, Darren siap menghancurkan semua penentang. Namun Yang Mulia justru tidak memiliki ambisi itu, malah setia menanti naiknya sosok misterius ke tahta kekaisaran.
Karena Yang Mulia tidak memiliki ambisi, dan dirinya sendiri juga tidak ingin memberikan kesetiaan kepada orang misterius itu, maka kesetiaannya lebih baik disimpan untuk diri sendiri. Darren yang telah mengambil keputusan di medan perang ini tidak tahu kemana keputusan ini akan membawanya, tapi dia tidak menyesal - berjuang untuk diri sendiri tidak ada istilah penyesalan.
"Komandan! Kapal musuh tiba-tiba mundur!" Teriakan operator radar membuat Darren kembali sadar dari lamunannya. Darren mengangkat kepala melihat peta galaksi, kotak-kotak merah itu mulai cepat meninggalkan medan perang, tak lama kemudian menghilang sepenuhnya dari jangkauan deteksi radar.
Saat Darren hendak menanyakan apa yang terjadi, teriakan operator radar itu kembali menggema: "Melapor! Sebuah armada misterius berjumlah 20.000 unit memasuki jangkauan efektif radar!" Para prajurit yang awalnya bersiap-siap bersorak karena kepergian kapal musuh langsung menutup mulut, semua tampak tegang menatap blok kuning besar yang muncul di layar.
Begitu laporan operator radar keluar, komputer langsung menampilkan distribusi data kapal perang dari armada tersebut. Melihat data yang tercantum, semua orang menarik napas tajam - armada ini ternyata tidak memiliki kapal perang di bawah level 3, semuanya adalah kapal besar level 1 dan 2! Pantas saja kapal-kapal yang menyerang tadi langsung kabur, siapa yang mau tetap di sini menunggu kematian menghadapi armada kuat dengan level setinggi ini?
Sistem level armada Kekaisaran tidak serumit Federasi. Kekaisaran secara sederhana mengklasifikasikan kapal perang dengan meriam utama melebihi 100 unit sebagai kapal perang level 1, 80-100 unit sebagai level 2, 60-80 unit sebagai level 4, 40-60 unit sebagai level 5, dan di bawah 40 unit secara kolektif disebut level 6.
"20.000 kapal semuanya level 1 dan 2?" Darren berbisik penuh pertimbangan saat melihat angka tersebut. Prajurit komunikasi yang saat itu juga berbalik menghadap Darren melapor: "Laporan, pihak lawan mengirimkan permintaan komunikasi. Apakah akan disambungkan?"
Semua mata tertuju pada Darren. Para awak berharap Darren akan berpikir sejenak sebelum memutuskan, namun harapan mereka pupus. Hampir bersamaan dengan laporan prajurit komunikasi, Darren langsung menyatakan: "Sambungkan."
Semua orang menahan napas tegang menatap layar yang perlahan membuka. Saat layar terbuka, terlihat seorang pemuda berambut pirang sebahu, tampan namun berkesan agak kasar, dengan pangkat Mayor Jenderal Kekaisaran di bahu. Ia tersenyum melambai ke Darren sambil berkata riang: "Yohoo! Saudara, bagaimana kabarmu belakangan ini?" Melihat orang ini, semua orang menghela napas lega dan terkulai di kursi mereka. Ini adalah teman baik komandan mereka, Letnan Jenderal Kester Viscount yang dijuluki Dwi Permata Kekaisaran bersama sang komandan.
Darren menggetarkan sudut bibirnya, berkata dengan nada datar: "Cukup baik, dari 3.000 pasukan tersisa kurang dari 500."
Kester membuat ekspresi terkejut dan berteriak: "Masih bagus? Kekuatan militer 3000 dikepung 30.000 pasukan reguler selama empat hari, setelah menghancurkan hampir 10.000 musuh, sisanya masih 500 pasukan. Ini masih dianggap bagus? Kalau aku pasti sudah mereka habisi sejak awal! Kau ini benar-benar terlalu rendah hati, tahu tidak rendah hati berlebihan itu sama dengan kesombongan! Ini tidak boleh dilakukan lho." Sambil berkata demikian, Kester menggelengkan jarinya.
"Bantu aku dengan perbekalan, perbaikan, dan navigasi. Saudara-saudara ini sudah beberapa hari tidak istirahat." Darren melihat bawahan yang sudah tertidur lelap di lantai, lalu menghela napas kepada Kester.
Kester mengangguk: "Tidak masalah, datanglah ke kapalku. Aku punya anggur bagus." Darren mengangguk tanpa bicara.
Di ruang komando kapal induk Kester, Darren baru saja menerima gelas anggur dari Kester lalu bertanya: "Bagaimana keadaan ibukota?"
Kester tersenyum: "Aku kira kau bisa menahan diri sampai kapan baru bertanya." Setelah meneguk anggur, ia melanjutkan: "Satu kata: kacau! Dua kata: kekacauan! Tiga kata: sangat kacau! Empat kata: benar-benar kacau! Lima kata..."
Melihat Kester ingin terus berbicara, Darren segera menyela: "Sudah, aku tahu ibukota kacau. Jelaskan detail kekacauannya."
Kester kembali meneguk anggur sebelum berkata: "Hari pertama setelah kepergianmu, budak-budak di perkebunan besar ibukota melakukan pemberontakan besar - hampir 10 juta orang! Departemen kepolisian dan dinas intelijen sama sekali tidak mendeteksi pertanda sebelumnya. Karena itu, pemimpin kedua lembaga itu diganti setelah pemberontakan."
"Diganti? Siapa penggantinya?" Darren langsung mengangkat kepala dan bertanya. Pasalnya, departemen kepolisian dan dinas intelijen ibukota menguasai seluruh keamanan dan intelijen ibukota. Pemilihan pemimpin yang kurang tepat bisa memicu kekacauan besar.
"Adipati Peter Ormus menjabat sebagai Kepala Kepolisian ibukota yang baru, sementara Adipati Jelson Ormus menjadi Kepala Intelijen ibukota yang baru." Kester menggigit sepotong daging sapi sambil berbicara.
"Dua bersaudara dari keluarga Ormus? Mereka masih kerabat kaisar. Apakah para Bupati dan Adipati tidak menentang?" Darren bertanya dengan heran. Pengangkatan kerabat kaisar di posisi strategis ini berarti kedua departemen terkontrol langsung oleh kaisar.
Kester menggelengkan kepala, "Tidak ada protes karena fokus mereka tertuju pada ekspedisi ke Federasi Wan Luo." Tiba-tiba ia tertawa licik, "Sikap arogan mereka saat dilantik, seolah pemberontakan budak akan reda seketika. Hehe, sayangnya pemberontakan malah merambat ke planet lain, seluruh wilayah Ibu Kota kacau balau. Pasukan polisi kewalahan sampai akhirnya mereka minta bingung padaku."
“Minta tolong padaku? Kenapa?” Darren juga mengambil sepotong daging sapi dan mulai makan.
“Hehe, di seluruh wilayah Ibu Kota hanya ada Armada Ketiga Pasukan Pengawal Kekaisaranku. Armada Keempatmu juga ada, tapi komandanmu tidak di sini. Siapa lagi yang harus mereka minta tolong kalau bukan aku?” kata Kester dengan bangga.
Darren bingung bertanya, “Tujuh armada Pengawal Ibukota hanya tersisa Armada Ketiga dan Keempat? Ke mana yang lain?”
“Semua dikirim ke daerah lain untuk memerangi bajak laut. Mereka pergi dengan seluruh armada. Hanya kamu yang spesial, hanya memimpin 3000 pasukan untuk melawan bajak laut.”
“Semua dikirim perang bajak laut? Kenapa kamu tidak ikut?”
“Hehe, saat Markas Besar Komando mengeluarkan perintah, kebetulan aku sedang bermain dengan cewek di pinggiran kota jadi tidak menerima perintah. Awalnya Markas Besar Komando mau menghukumku, tapi ketika pemberontakan budak terjadi, mereka malah menjilatku.”
“Markas Besar Komando mau menghukummu? Apakah Yang Mulia dan Duke tidak ada di ibukota?”
“Tentu saja tidak. Mereka sedang mengorganisir pasukan secara rahasia di garis depan.” Kester menyeringai.
Darren mengangguk: “Pantas saja.” Akhirnya dia mengerti mengapa Kaisar berani bertindak. Dulu, baik Yang Mulia maupun Duke selalu meninggalkan satu orang di ibukota dalam situasi apapun. Sekarang keduanya pergi, menghadapi kesempatan langka seperti ini, wajar jika Kaisar tidak menyia-nyiakannya. Dengan demikian, maksud Yang Mulia mengirimkan putrinya ke sisinya bukanlah agar Pangeran Ketiga ragu menyerangnya, melainkan karena dia tahu badai politik di ibukota sedang memanas dan ingin Darren melindungi putrinya. Tiba-tiba Darren menyadari ada hal penting yang dia lupakan. Apa itu? Sayangnya dia terbiasa mengabaikan pikiran yang belum jelas, jadi dia melepaskan niat itu untuk sementara.
“Hehe, kau tahu berapa lama aku menghabiskan waktu untuk memadamkan pemberontakan budak? Aku beri tahu, cuma satu hari! Dalam satu hari saja aku sudah menumpas pemberontakan budak di wilayah Ibu Kota!” Kester mengacungkan satu jarinya sambil terus menggerak-gerakkannya, tanpa memberi kesempatan Darren berbicara dia melanjutkan: “Tahu bagaimana aku memulainya? Awalnya langsung mengerahkan pasukan berat, mencari planet selain ibukota yang pemberontakannya paling ganas. Aku kepung semua budak itu, lalu melakukan pembantaian super besar. Hehe, pembantaian siaran langsung! Darah mengalir bagai sungai, dari angkasa terlihat hamparan warna Merah. Hihi, untuk meningkatkan efek mengejutkan, aku larang penggunaan senjata laser, hanya boleh memakai pisau laser untuk menyembelih. Haha, setelah prajurit selesai membantai, aku khusus mengundang mereka makan daging sapi mentah berlumuran darah. Hehe, apakah sifatku sangat jahat?” Setelah berkata demikian, dia memandang Darren dengan ekspresi puas diri.
"Kau hanya membunuh budak di satu planet, lalu menyiarkan adegan pembantaian itu ke budak-budak yang memberontak, dan pemberontakan pun selesai?" tanya Darren.
Kester tertawa: "Benar, begitulah yang kulakukan. Setelah melihat rekaman itu, semua budak pemberontak lari ketakutan kembali ke perkebunan. Hehe, lihatlah betapa mudahnya metodeku ini."
Darren mengerutkan alis: "Caramu hanya menekan pemberontakan sementara. Pemberontakan budak berikutnya akan lebih dahsyat. Seharusnya kau menghukum mati semua budak yang ikut memberontak."
Kester tersenyum: "Aku malas. Membunuh semua butuh lebih dari sepuluh hari. Kalau mereka berani rusuh lagi, kita bunuh saja nanti."
Darren menggelengkan kepala: "Ah, kau memang terlalu lembut hati."
"Ngomong-ngomong, kenapa kau tidak bertanya mengapa aku sampai datang ke sini?" Kester mendekat ke Darren dengan penuh minat.
Darren tersenyum sedikit lalu berkata: "Aku tidak bertanya, karena sedang menunggu kau yang bercerita sendiri."
"Hei, tertipu lagi. Setelah meredakan pemberontakan, kudapati kau menghilang berhari-hari tanpa kabar. Aku curiga ada yang tidak beres, jadi kubawa Armada Ketiga dan Armada Keempat untuk mencarimu."
"Armada Keempat juga ikut? Kenapa tak kulihat?" Darren bertanya heran. Sebenarnya yang membuatnya terkejut bukan kehadiran Armada Keempat, melainkan bagaimana mungkin Kester bisa memobilisasi armadanya? Hanya dirinya yang berwenang menggerakkan Armada Keempat. Apakah para perwira mulai goyah melihat situasi? Rupanya perlu dilakukan pembinaan ketat setelah kembali!
"Ah jangan ditanya. Aku ingin membawa Armada Keempat, tapi mereka bersikeras hanya mau patuh pada perintahmu. Sekarang mereka masih berjaga di pinggiran wilayah Ibu Kota." Kester mendekat dan berbisik: "Saudara punya trik ya? Sepertinya bahkan Yang Mulia tak bisa mengomando Armada Keempat?"
Darren tersenyum tipis dan berbisik balik: "Kau juga tidak kalah hebat. Bisakah seorang Duke memerintah Armada Ketiga?"
Keduanya menutup mulut dan saling memandang, tiba-tiba tertawa terbahak-bahak sambil bersulang. Mereka sama-sama tahu bahwa armada masing-masing telah sepenuhnya menjadi milik pribadi.
"Ngomong-ngomong, saat baru tiba di Galaksi Muo, aku langsung menerima perintah dari Yang Mulia dan Duke. Mereka memerintahkan kami untuk segera mencapai garis depan, bicara tentang 'kontribusi untuk usaha besar'. Menurutmu harus bagaimana?" Ekspresi Kester menjadi serius.
Darren merenung sejenak: "Sepertinya kedua atasan kita bahkan rela mengabaikan kekuatan dalam Kekaisaran demi menyerang Federasi Wan Luo. Dari ketergesa-gesaan mereka, mungkin perang ini bertujuan untuk menyambut kembali sosok misterius itu. Mereka memanggil kita untuk dua tujuan: menambah tingkat pertempuran dan membuat kita bersumpah kesetiaan pada orang itu."
"Jadi kita pergi atau tidak?" Kester mulai tak sabar.
Darren tertawa: "Pergi, tentu saja pergi. Untuk naik pangkat, kita perlu prestasi perang. Bagaimana mungkin melewatkan kesempatan berjasa sebaik ini? Soal sumpah setia, nanti kita lihat situasinya."
Kester mengangguk, meneguk anggur dalam diam. Darren juga melakukan hal yang sama. Setelah beberapa saat, tiba-tiba Kester menyeringai mesum: "Ngomong-ngomong, selama perjalanan bersama Putri Bangsawan ini, tinggal serumah dan makan bersama berhari-hari... Sudah kau 'sentuh' dia?"
Wajah Darren berubah pucat. Ia baru teringat sesuatu yang terlupakan - Putri Bangsawan yang masih terkurung di sel tahanan. Membayangkan kondisi sang putri saat ini, Darren menggigil ketakutan. Ia segera melompat berdiri dan berbalik lari. Kester yang menangkap gelagat aneh, langsung menyusul dari belakang sambil bersiap menikmati tontonan.
