“Siapa yang harus dipindahkan? Pasukan Front Sven benar-benar sedang berperang melawan pemberontak, sama sekali tidak bisa dipindahkan. Sementara Pasukan Front Della hampir merebut kembali seluruh galaksi Della. Di momen genting ini, memindahkan siapa pun pasti akan ditentang. Ah, benar-benar kekurangan pasukan.” Kam Mucchi mengeluh sambil menatap peta galaksi.
Saat Kam Mucchi sedang meratap, seorang perwira intelijen tiba-tiba menunjuk ke peta galaksi dan berteriak: "Bahaya! Sekelompok bajak laut memasuki Wilayah Ibu Kota!"
Mendengar itu, Kam Mucchi segera mengalihkan pandangannya ke area Ibu Kota. Benar saja, ada titik merah kecil yang bergerak cepat memasuki wilayah tersebut. Dengan geram Kam Mucchi memaki: "Sialan! Brengsek-brengsek ini semakin menjadi-jadi! Berani-beraninya mengincar Ibu Kota!" Alasan kemarahannya adalah selama ini bajak laut belum pernah muncul di Wilayah Ibu Kota.
Baru menyadari situasi ini, para perwira lainnya langsung panik. Mereka sangat paham bahwa saat ini di wilayah Ibu Kota, selain kapal polisi di permukaan planet, hampir tidak ada satupun kapal perang. Mengirim kapal polisi untuk menghadapi bajak laut sama seperti mengirim domba ke mulut serigala. Jika para bajak laut berhasil mengacaukan wilayah Ibu Kota, seluruh Federasi akan kolaps akibat kekacauan di pusat pemerintahan. Yang lebih mengerikan, jika mereka menarget markas komando pemadam pemberontakan ini, jutaan kapal perang di garis depan akan kehilangan komando!
Kam Mucchi berteriak penuh amarah: "Aktifkan sistem pertahanan planet! Meriam besar antariksa di wilayah Ibu Kota kita bukan seperti planet-planet lain! Perintahkan seluruh polisi antariksa Ibu Kota dan pasukan polisi militer untuk segera bergerak! Semua yang bisa terbang ke antariksa harus dikerahkan! Blokade mereka mati-matian! Tutup rapat-rapat berita ini, jangan sampai satu kata pun sampai ke rakyat!"
"Mematuhi perintah!" Beberapa perwira yang bertanggung jawab di bidang terkini langsung berlarian keluar.
Ketika Kam Mucchi hendak mengatakan sesuatu, sebuah telepon tiba-tiba masuk. Chen Yu muncul di hadapan semua orang dengan wajah muram. Sebelum Kam Mucchi sempat memberi hormat gerak, Chen Yu langsung mencela: "Kam Mucchi, apa yang kau lakukan sampai semua pasukan di wilayah Ibu Kota kau tarik? Sekarang bajak laut datang, bagaimana kau akan menyelesaikan ini?"
"Yang Mulia Presiden, hamba telah mengaktifkan sistem pertahanan planet. Asalkan bajak laut berani muncul di atas langit planet, sistem pertahanan akan segera memberi mereka pelajaran. Selain itu hamba juga telah memerintahkan polisi antariksa dan pasukan polisi militer untuk menghadang mereka." Meski Kam Mucchi menjawab dengan penuh hormat, dalam hatinya bergumam: "Sialan! Kalau saja kau tidak menyalahgunakan kekuatan dinas intelijen untuk kepentingan pribadimu, Federasi tidak akan memiliki begitu banyak bajak laut!"
"Sistem pertahanan? Benda setengah matang itu bisa melawan bajak laut? Lagi pula polisi antariksa dan pasukan polisi militer hanya punya kapal patroli tempur. Dengan kekuatan selemah itu bagaimana bisa menghalangi kapal perang bajak laut?" Chen Yu berkata dengan terkejut.
"Yang Mulia tidak perlu khawatir. Meskipun sistem pertahanan planet ini belum sempurna, melalui uji coba telah terbukti mampu menghancurkan kapal reguler musuh, apalagi armada bajak laut hasil modifikasi kapal kargo ini. Sementara pesawat tempur polisi antariksa hanya untuk mengulur waktu. Begitu armada kita ditarik kembali, seluruh bajak laut itu akan segera kami hancurkan." Kam Mucchi membungkuk hormat.
Chen Yu menunjukkan ekspresi skeptis: "Kau benar-benar yakin? Jangan sampai ibu kota dijarah mereka."
Dengan tegas Kam Mucchi menjawab: "Hamba berani menanggung dengan perintah militer!"
"Baik! Urusan ini kuserahkan sepenuhnya padamu." Chen Yu mengangguk lalu memutus komunikasi.
"Cih! Andai kau bukan Presiden, mana mungkin aku harus memberikan jaminan?" gumam Kam Mucchi sambil mendengus dingin. Beberapa perwira mendekat: "Laporan, Komandan! Marsekal, Ketua Parlemen, anggota dewan, dan Wali Kota Ibu Kota semua menanyakan cara penyelesaian invasi bajak laut di wilayah Ibu Kota?"
“Sialan, sistem intelijen pribadi mereka tiba-tiba jadi sangat efektif sekarang!” Kam Mucchi bergumam pelan sebelum akhirnya berkata: “Beri tahu mereka untuk tidur nyenyak saja! Katakan aku akan memindahkan Armada Gabungan ke-10 kembali untuk menjaga keamanan wilayah Ibu Kota!” Alasan Kam Mucchi memilih Armada Gabungan ke-10 adalah karena posisi Armada ke-10 dalam pasukan militer Dra berada di posisi terakhir dalam barisan. Berada di posisi belakang berarti tidak akan mendapat jatah puluhan planet terakhir, jadi pemindahan ini seharusnya tidak menimbulkan protes.
Meskipun keputusan Kam Mucchi untuk memindahkan kembali Armada Gabungan ke-10 dibuat secara mendadak, para bawahan yang paham situasi langsung menyebarkan keputusan ini ke Armada Gabungan ke-10 yang berada ribuan kilometer jauhnya.
Di perbatasan wilayah Ibu Kota, puluhan kapal perang dengan badan kapal yang dicat dengan gambar tengkorak emas sedang bergerak cepat menuju Planet Ibu Kota. Tak perlu diragukan lagi, puluhan kapal inilah bajak laut yang berani dan telah menyebabkan kepanikan di kalangan Pejabat Tinggi Federasi.
Di sebuah planet administratif di perbatasan wilayah Ibu Kota, pasukan pertahanan udara telah mengawasi dengan tegang armada bajak laut ini. Di dalam ruang komando pertahanan udara, seorang pemuda berpangkat Mayor Jenderal dengan wajah penuh kepanikan menarik lengan seragam Kolonel di sampingnya: "Apakah mereka akan menyerang kita?" Meski para perwira di sekitar memandang sinis pada Mayjen ini, wajah mereka tetap berubah pucat mendengar pertanyaan itu.
Kolonel paruh baya itu membuka tangan Mayjen dengan jijik, lalu berkata dingin: "Perlengkapan bajak laut sangat buruk. Beberapa meriam antariksa saja cukup untuk menghancurkan mereka. Awak penembak! Segera lakukan tembakan serentak begitu mereka masuk jangkauan!"
"Mematuhi perintah!" Meskipun secara prosedur perintah ini seharusnya tidak dikeluarkan oleh Kolonel, tetapi karena Mayjen tersebut baru mencapai usia dewasa, semua perwira taat tanpa syarat pada Kolonel. Sedangkan Mayjen yang ketakutan itu pun tidak punya tenaga untuk mempersoalkan pelanggaran kewenangan ini.
Di kapal induk armada bajak laut yang sedang melintasi antariksa, seorang pemuda tampan berwajah dingin melapor pada Tang Hu yang berparas cantik bak perempuan: "Melapor Pemimpin, senjata antariksa berkaliber besar di planet depan sedang mengarah ke kita. Apakah perlu mengirim pasukan untuk menghancurkan?"
Tang Hu menyunggingkan senyum memesona: "Tidak perlu. Lebih baik kita segera mencapai target."
"Siap!" jawab pemuda itu kaku, lalu berbalik memandangi para awak pesawat yang berwajah datar. Meski tak menoleh, para awak pesawat seolah menangkap sinyal tertentu dan segera mulai mengoperasikan komputer dengan lihai. Dari sudut pandang antariksa, puluhan kapal perang itu bergerak maju serempak dengan kecepatan penuh.
Tang Hu melihat gerakan pemuda tampan yang dingin ini, tiba-tiba teringat tentang pasukan ini: meski dirinya memiliki ratusan ribu bawahan, yang memiliki kesadaran hanya sekitar seratus orang. Jika dinilai berdasarkan standar kecerdasan komputer seperti dirinya dan saudara-saudaranya, para bawahan itu sebenarnya hanyalah mesin sederhana. Meski mengharapkan kesetaraan antar saudara, entah karena terlalu banyak mempelajari pengetahuan manusia atau sebab lain, mereka justru meniru sistem level hirarkis manusia.
Dalam pasukan robotnya, level pertama adalah dirinya sebagai Pemimpin. Semua anggota wajib taat tanpa syarat pada perintahnya. Instruksi ini bukan ditambahkan olehnya sendiri, melainkan muncul dari kesadaran para saudaranya. Tidak hanya itu, mereka juga menempatkan instruksi ini di urutan pertama pada komputer robot yang baru diproduksi.
Tentunya, saudara-saudara berkesadaran saya merupakan tingkat kedua. Di antara mereka, status ditentukan berdasarkan urutan kebangkitan. Sedangkan tingkat ketiga adalah robot dengan fungsi bahasa yang bertugas sebagai komando lapangan. Tingkat terakhir adalah robot yang hanya menjalankan perintah tanpa fungsi bahasa.
Tentu saja, hierarki robot tingkat tiga dan empat ini bersifat sementara. Begitu mereka memiliki kesadaran, mereka langsung naik ke tingkat kedua. Anehnya, sebagian besar robot tingkat dua berevolusi dari robot tingkat tiga. Apakah karena kemampuan bahasanya? Padahal setiap robot baru memiliki fungsi bahasa. Lalu mengapa robot tingkat keempat ini harus mencapai tahap evolusi tertentu dulu baru bisa berbicara? Andai saja bisa memahami syarat evolusi mereka, pasti jumlah saudara kami akan bertambah banyak dalam sekejap.
Penembak senjata laser di planet itu menatap tegang ke radar waktu nyata. Begitu melihat bajak laut memasuki jangkauan tembak, mereka segera berteriak "Tembak!" sambil menekan tombol tembak dengan sekuat tenaga.
Bersamaan dengan penekanan tombol, puluhan pusaran muncul tiba-tiba di atmosfer dekat lokasi kapal bajak laut. Sebelum pusaran benar-benar terbentuk, puluhan sinar laser raksasa menyembur seperti air mancur. Dalam sekejap, sinar-sinar tersebut mengenai puluhan kapal bajak laut yang sedang melintas cepat di sekitar planet.
Melihat puluhan kapal bajak laut terbungkus cahaya putih sinar laser di layar, para perwira di Pangkalan Pertahanan Udara bersorak sambil melemparkan topi. Di Ibu Kota, para perwira di ruang komando pemadaman pemberontakan yang telah lama memantau gerakan bajak laut ini pun akhirnya merasa lega.
Kam Mucchi dengan sombong mencari kursi dan duduk, mengeluarkan sebatang cerutu, lalu menyilangkan kaki. Tentu saja, para perwira di sampingnya buru-buru menyalakan rokoknya.
Kam Mucchi menghirup asap dengan puas kemudian berkata: "Hmph, dikira hebat berani masuk wilayah Ibu Kota, ternyata sekali tembakan serentak langsung hancur. Hmm hmm, Presiden terlalu panik sampai tak paham hal sederhana. Tapi wajar, kan dia belum pernah ke medan perang. Bajak laut itu memang rapuh, kalian setuju kan?" sambil melirik para perwira di sampingnya dengan sudut mata.
Kam Mucchi yang mengira para perwira akan menyanjungnya, menyadari mereka tak bereaksi. Matanya menyorot kemarahan, tapi melihat para perwira sama sekali tak memperhatikannya—justru terpaku menatap ke depan. Rasa penasarannya membuatnya menoleh, dan pandangan itu nyaris membuatnya tersedak asap. Di layar, puluhan kapal bajak laut yang seharusnya menguap itu ternyata tetap utuh dan melanjutkan penerbangan cepat!
"Bagaimana mungkin?! Bagaimana mungkin?! Mengapa mereka sama sekali tak terluka?!" Kam Mucchi mengguncang kerah seragam seorang perwira dengan wajah gila. Sang perwira yang ketakutan hanya bisa menggelengkan kepala tak berdaya.
Seorang perwira yang cukup pintar segera merangsek ke depan komputer dan mulai mengoperasikannya. Gerakannya membuat semua orang yang terdiam memandang ke arahnya. Tak lama kemudian, beberapa baris data muncul di layar lebar. Melihat data perhitungan energi sinar laser dan tingkat perisai perlindungan kapal bajak laut tadi, semua orang membeku.
Kam Mucchi melepaskan perwira yang dipegangnya, berjalan limbung mendekati layar sambil menggeleng-gelengkan kepala dan bergumam: "Tidak mungkin... Bagaimana mungkin tingkat perisai kapal bajak laut melebihi kapal perang terbaik Federasi? Ini mustahil, sungguh mustahil..." Ucapannya terpotong oleh suara bergetar ketakutan: "Komandan! Tinggal 10 menit lagi, gerombolan bajak laut ini akan sampai di Ibu Kota!"
Mendengar ini, Kam Mucchi terkejut lalu berteriak, "Perintahkan semua pangkalan pertahanan udara planet administratif di wilayah Ibu Kota! Tembak terus-menerus ke arah bajak laut ini, tak peduli jangkauan cukup atau tidak, sudut tembak bagus atau tidak! Harus hentikan mereka mendekati Ibu Kota!" Ia berbalik menghadap perwira di sampingnya dan mengaum, "Berapa lama lagi Armada Gabungan ke-10 akan tiba? Suruh mereka percepat!"
Perwira itu menelan ludah, ragu-ragu menjawab, "Komandan, meskipun Armada Gabungan ke-10 berada di posisi terdepan di Front Della, mereka baru saja akan menembus galaksi Della. Jarak mereka hampir satu galaksi dari wilayah Ibu Kota kita. Bahkan dengan lompatan ruang langsung... masih membutuhkan 10 jam untuk tiba. Mereka juga menyatakan harus membersihkan bajak laut di sekitarnya terlebih dahulu, jadi akan lebih lambat..." Ucapannya terhenti oleh tatapan garang Kam Mucchi.
"Mengapa tidak memberitahuku sejak awal... Mengapa tidak memberitahuku sejak awal? Mengapa?!" Kam Mucchi mendekati perwira itu dengan mata merah menyala dan tatapan penuh kebuasan, sambil menggeretakkan gigi. Suaranya semakin parau dan histeris di akhir kalimat.
