"Apa? Kaisar meninggal dunia?" Yang Mulia Yilantes di kapal induk Ekspedisi Kekaisaran Elang Perak bertanya kaget pada Robost.
"Ya, ditemukan pelayan istana pagi ini." Robost mengangguk.
"Ah, kenapa kaisar ini mati tepat di saat ini? Bagaimana reaksi para pangeran?" Yilantes bertanya kesal.
"Semua kabur ke wilayah masing-masing untuk mengumpulkan pasukan. Pejabat ibukota karena kita tidak ada, langsung berkoalisi dengan para pangeran." Robost tersenyum sinis.
Yilantes mendengus dingin: "Ajaran Atlest memang begini. Kenapa mereka tidak bisa seperti paman mereka yang berkorban demi Kekaisaran dengan meninggalkan rumah? Seandainya ada satu saja yang begitu, kita tidak akan serumit ini."
Robost mengangguk dan berkata: "Jadi, agar Kekaisaran Elang Perak bisa menjadi negara terkuat di alam semesta, kita harus menjemput Yang Mulia Pangeran Adipati. Mengandalkan garis keturunan ini, Kekaisaran Elang Perak kita sama sekali tidak mungkin menjadi negara nomor satu di alam semesta!"
Yilantes setuju sepenuhnya: "Tentu saja, mana mungkin mereka punya kemampuan seperti itu. Ini juga merupakan wasiat almarhum Kaisar... oh, Yang Mulia ke-12." Tiba-tiba wajahnya berkerut khawatir: "Tapi yang kusangsikan adalah para pangeran itu. Selama kita bertempur di luar, mungkinkah ada yang berhasil naik tahta?"
Robost juga mengungkapkan kekhawatiran: "Benar. Pejabat pemerintahan dan militer yang tak terkendali pasti akan bergabung dengan pangeran tertentu. Siapapun yang menang akan mengacaukan pondasi Kekaisaran. Lagipula para pangeran itu sama sekali tidak layak mewarisi tahta - setidaknya di generasi ini."
Yilantes melihat Robost dan berkata: "Kami pasti harus kembali, benda itu masih membutuhkan kami untuk membuka dan membacakan. Tapi siapa yang akan menjemput Yang Mulia Sang Adik Kaisar? Apakah Darren dan Kester?"
Robost tersenyum mengangguk: "Tentu saja mereka. Dari awal kami melatih mereka, tujuannya memang untuk mengabdikan mereka kepada Sang Adik Kaisar."
"Baiklah, panggil mereka kemari. Mari kita beri instruksi?" tanya Yilantes.
"Tidak perlu. Cukup tinggalkan pesan melalui komunikasi. Ini juga bisa menguji loyalitas mereka," jawab Robost. Yilantes mengangguk setuju sambil tersenyum.
Saat Robost mulai merekam pesan, Yilantes tiba-tiba berkata: "Menurutmu apakah kita harus membawa orang-orang ini pulang?"
Robost tentu tahu siapa yang dimaksud Yilantes. Ia mengangguk dan berkata: "Harus dibawa kembali. Bahkan jika kita tidak membawa mereka, mereka yang sudah mendapat kabar pasti akan diam-diam pulang. Tapi cukup kita bawa mereka saja, biarkan armada tetap di sini. Lagipula, galaksi Guyunlong yang baru diduduki masih membutuhkan kekuatan militer yang kuat untuk intimidasi."
"Baik, lakukan seperti itu. Aku yakin begitu mendengar kabar pulang ke ibukota untuk upacara berkabung, mereka akan segera meninggalkan pasukan dan buru-buru kembali. Serahkan sisa armada kepada Darren dan Kester untuk dikelola." Yilantes mengangguk menyetujui.
Hari itu, di Galaksi Zola, pasukan Federal yang tegang menyiapkan formasi bertahan menunggu serangan rutin harian tentara Kekaisaran, tiba-tiba menyadari mereka dihindari! Seluruh Galaksi Zola sama sekali tidak ada jejak kapal perang Kekaisaran!
Angkatan Darat Federal tidak berani bersorak. Kekuatan militer mereka yang tersisa hanya 400.000 setelah dihajar tentara kekaisaran, membuat mereka tidak berani dan tidak bisa lengah sama sekali. Setelah eksplorasi radar yang hati-hati dan laporan dari mata-mata yang bersembunyi di kekaisaran, akhirnya Angkatan Darat Federal bisa bernapas lega dan bersorak gembira - Kaisar Kekaisaran Elang Perak telah mangkat!
Para prajurit hanya mengetahui hal ini sehingga bisa bersorak riang. Tapi para jenderal yang tahu pasukan kekaisaran tidak mundur lagi setelah sampai di galaksi Guyunlong, malah berkubu di sana, sama sekali tidak punya mood untuk bersorak. Karena ini berarti kekaisaran kapan saja bisa melakukan invasi lagi.
Bahkan Chen Yu dan para pimpinan militer lainnya sama sekali tidak memiliki suasana hati yang baik. Wafatnya seorang Kaisar menandakan akan ada Kaisar baru yang naik tahta. Begitu Kaisar baru ini bertahta, pasti akan menyerang Federasi untuk membangun prestasi militer penguasa baru. Kini Chen Yu dan yang lain hanya bisa berharap para pangeran benar-benar tidak rukun seperti kabar yang beredar, sehingga perebutan takhta akan memicu kekacauan internal di Kekaisaran. Dengan demikian, Federasi baru punya waktu untuk mereorganisasi pasukan. Jika tidak, mengandalkan pasukan yang kelelahan dan armada yang rusak ini, Federasi benar-benar tidak akan tahan serangan.
Sementara para elite Federasi dilanda kegelisahan, Darren dan Kester justru berkeliaran dengan bosan mengomandoi armada di galaksi Guyunlong. Namun masa tenang mereka segera berakhir. Hari ini mereka tiba-tiba menerima laporan dari bawahan bahwa 100.000 kapal perang Kekaisaran telah memasuki galaksi Guyunlong tanpa peringatan, serta mengirimkan pesan listrik yang menyatakan kesediaan untuk tunduk di bawah kepemimpinan Darren dan Kester.
Dasar tidak tahu apa yang terjadi, Darren dan Kester menerima 30 Mayjen Kekaisaran dengan terkejut. Melihat orang-orang ini, Darren semakin terkejut karena tidak hanya ada bawahan langsung kedua atasan kita di sini, tapi juga bawahan langsung bangsawan lain. Apa yang sedang dilakukan para atasan? Mereka mengirimkan sekelompok orang dan kapal perang ini semua? Kemarin masih bertempur sengit dengan Federasi, kok hari ini semua ditarik mundur? Jangan-jangan terjadi sesuatu pada para atasan?
Wajah Darren yang sudah berubah pucat itu langsung melirik ke Kester. Melihat wajah Kester juga tidak kalah buruk, dia tahu pasti pemikiran mereka sama. Mereka menyadari telah terjadi masalah besar.
Seorang Mayjen yang masih sangat muda, melihat ekspresi Darren, segera melangkah maju menghormat dan berkata: "Yang Mulia Mayor Jenderal, Duke dan Yang Mulia telah memimpin para komandan kapal kembali ke ibukota untuk melayat. Agar tidak kehilangan galaksi Guyunlong yang telah diduduki, kedua atasan kita mengutus kami untuk membantu pertahanan. Sampai para atasan kembali, kami akan berada di bawah komando Yang Mulia." Sambil mengucapkan itu, dia mengeluarkan sebuah cakram magnet kecil: "Ini komunikasi yang ditinggalkan kedua atasan kita untuk Yang Mulia." Kemudian dia tetap berdiri menunggu respon Darren.
Walau Darren saat ini sangat terkejut di batinnya, sangat ingin tahu mengapa masalah sebesar kematian Kaisar tidak diberitahukan oleh Yang Mulia padanya, dan ingin mengetahui pesan apa yang ditinggalkan Yang Mulia, tapi Darren tidak bergerak. Karena perwira muda ini adalah bawahan langsung Duke, mustahil baginya menyerahkan barang itu kepada dirinya. Meskipun sejak awal berbicara, sang perwira terus menyiratkan bahwa dia sedang berbicara dengan dirinya, walau tidak pernah menyebut nama secara eksplisit, namun terus menunjukkan pada Kester bahwa semuanya mengutamakan Darren ini. Bisa dikatakan dia terus berusaha memecah belah. Ah, dasar bodoh! Bagaimana mungkin Darren melakukan hal sesuai keinginannya?
Kester yang diam-diam mengamati dari samping tersenyum sinis. Dia tahu perwira muda ini adalah satu-satunya dalam sistem Duke yang terus menentangnya. Mungkin di mata perwira itu, Kester dianggap menghalangi jalur promosinya, sampai-sampai menggunakan taktik provokasi yang begitu vulgar. Melihat Darren tidak bergerak, Kester tak ingin membuatnya terjebak situasi sulit. Dengan sigap direbutnya disket dari tangan sang Mayjen, lalu sebelum perwira yang terkejut itu sempat bicara, dia melambaikan tangan: "Galaksi ini punya tiga bintang militer. Data spesifik ada di komputer armada. Atur sendiri penempatannya, bawa anak buah kalian untuk istirahat."
Jika ditanya siapa perwira Kekaisaran yang paling disukai tentara, jawabannya adalah Kester. Dia tidak pernah terlibat perselisihan dengan siapapun, selalu menunjukkan senyum ramah kepada semua orang, dan juga tidak suka memperebutkan kekuasaan maupun keuntungan. Karena itu, banyak perwira tinggi menjalin hubungan baik dengannya. Para mayor jenderal yang hadir setelah bertempur berhari-hari ini sudah sangat ingin beristirahat. Selain itu, dalam pasukan ekspedisi saat ini, Kester dan Darren lah yang memiliki pangkat militer tertinggi. Jika atasan sudah memberi perintah, mana mungkin mereka tidak mematuhi? Maka para mayor jenderal segera memberikan hormat gerak dan pergi.
Setelah semua mayor jenderal pergi, Darren bertanya dengan nada bercanda: "Apa maunya mayor jenderal tadi? Sepertinya dia sengaja menargetkanmu."
Kester menggaruk kepala sambil berkata: "Aku juga nggak ngerti kenapa dia kayak gitu. Dulu di ibukota dia selalu cari masalah, baru berhenti sedikit setelah aku dipromosi jadi Mayor Jenderal. Ayo, kita liat instruksi apa yang ditinggalin kedua atasan kita. Masa urusan pemakaman besar kayak gini nggak dikasih tau kita?" Sambil bicara dia memasukkan disket ke komputer di meja.
Darren berjalan mendekat ke sisi Kester, bersandar di meja sambil tertawa: "Mereka cuma takut kita kebawa konflik antar pangeran. Ini demi kebaikan kita. Kalau kita pulang, pasti dipaksa milih salah satu pangeran." Ucapan Darren terhenti mendadak saat dia terpana melihat proyeksi rekaman yang muncul, sementara Kester juga hanya bisa melongo di tempatnya.
Saat kabar "Duke dan Yang Mulia membawa pasukan ekspedisi kembali untuk melayat!" menyebar di ibukota, para pejabat pemerintahan dan militer kekaisaran yang sebelumnya sibuk beraktivitas segera menurunkan bendera mereka dan mulai menjalankan tugas rutin dengan patuh. Rakyat yang resah serta budak-budak yang sudah mulai menunjukkan gelagat kekacauan, juga serentak menenangkan diri dan kembali menjalani kehidupan sehari-hari dengan pasrah. Ibukota seketika pulih dalam ketenangan, seolah-olah begitu Duke dan Yang Mulia tiba, semua hantu lenyap tanpa bekas.
Tiga pangeran yang sedang giat merekrut pasukan, memindahkan pasukan, dan mengatur strategi di wilayah kekuasaan mereka sendiri, langsung tertegun mendengar kabar ini. Para penasihat mulai menasihati para pangeran untuk berhati-hati. Meski dengan enggan, para pangeran menyadari perubahan sikap para pejabat yang sebelumnya aktif mendekati mereka, kini tiba-tiba menjadi patuh menjalankan tugas resmi tanpa lagi datang untuk menjilat. Ditambah kesadaran sejak kecil hidup dalam bayang-bayang Duke dan Yang Mulia, mereka telah lama memahami bahwa tanpa menyingkirkan kedua si tua itu, menjadi Kaisar pun hanya akan jadi boneka. Akhirnya para pangeran terpaksa menahan diri, menunggu kepulangan Duke dan Yang Mulia dengan diam. Tentu saja, mereka juga mengirim banyak pasukan pembunuh bayaran terlatih, berharap menemukan kesempatan untuk melepaskan diri dari bayangan itu.
