Beberapa hari kemudian, kapal perang yang membawa Robost dan Yilantes tanpa tanda-tanda sebelumnya berhenti secara terpisah di dua pelabuhan antariksa ibukota, ditemani oleh hampir seribu bangsawan yang kembali untuk memeriksa siapa majikan baru mereka.
Mendengar kabar kedatangan Duke dan Yang Mulia, para pejabat yang sudah lama menunggu di luar istana dengan pakaian duka segera mengatur barisan rapi, bersiap menyambut kedatangan atasan mereka.
Dan para pangeran yang berada di berbagai wilayah, melihat Duke dan Yang Mulia ternyata tiba di ibukota dalam keadaan utuh, hanya bisa mengutuk ketidakmampuan anak buah mereka sambil berganti pakaian berkabung untuk bersiap ke ibukota. Mereka tahu bahwa dengan tidak tinggal di ibukota menjalankan kewajiban sebagai anak berbakti, pasti akan dimarahi oleh si tua Duke yang tak kunjung mati itu. Begitu terbayang akan diceramahi, dada mereka langsung sesak oleh kegelisahan. Oleh karena itu, mereka memerintahkan pesawat antariksa untuk terbang dengan kecepatan paling lambat. Selain ingin menunda teguran, mereka juga berharap melihat apakah bawahan mereka punya kesempatan untuk menyingkirkan dua orang tua itu.
Dan satu hal terpenting yang tidak diberitahukan kepada siapa pun, sementara para pangeran juga mengira hanya diri mereka dan Ayahanda Kaisar yang tahu. Yakni peringatan Ayahanda kepada masing-masing: ketika Beliau wafat, segera kembali ke wilayah kekuasaan, dan ketika Duke serta Yang Mulia memanggil untuk melayat, usahakan menunda waktu sebisanya. Dari perkataan ini, dirinya merasa Ayahanda pasti telah menyusun sesuatu sebelum wafat. Semoga pengaturan itu berupa ledakan dahsyat yang melenyapkan kedua saudaranya, sehingga tak perlu bersusah payah naik takhta.
Robost dan Yilantes mengenakan pakaian berkabung, dengan wajah dingin memimpin pasukan pengawal kekaisaran yang seluruhnya berpakaian putih pucat, serta hampir seribu bangsawan yang mengikuti ekspedisi mereka dengan kostum serupa, tiba di gerbang istana yang juga diselimuti putih pucat.
Di pintu masuk sudah berdiri dua barisan puluhan ribu orang, pejabat sipil satu baris dan perwira militer satu baris. Seluruh area pintu gerbang hanya terdengar suara angin dan kibaran bendera, bahkan tidak ada satu batuk pun yang terdengar.
Robost dan Yilantes tidak menghiraukan para pejabat yang membungkuk hormat pada mereka, langsung berjalan menuju istana dengan dikawal pasukan pengawal kekaisaran. Para pejabat yang menunggu itu, melihat bangsawan-bangsawan masuk, buru-buru mengikuti. Namun tidak seperti biasanya yang tertib masuk secara teratur, mereka justru berhamburan masuk bagai merebut barang. Tentu saja yang tertabrak atau terinjak sama sekali tidak berani bersuara, meskipun situasinya kacau namun tetap terjaga dalam kesunyian total.
Robost dan Ianster terburu-buru ingin mengambil bukti identitas Putra Mahkota yang dicatat langsung oleh Kaisar ke-12 untuk dibacakan. Sebenarnya dokumen ini seharusnya diumumkan saat naik tahta, namun karena alasan tidak diketahui menolak membacakannya maupun mengizinkan Robost berdua membacanya. Inilah awal perseteruan Robost berdua melawan.
Dokumen tersebut disimpan di bawah singgasana kaisar, membutuhkan Robost dan Ianster bersama-sama untuk membukanya. Setelah masuk ke aula raksasa yang bisa menampung puluhan ribu menteri ini, semua segera mengambil posisi sesuai tata cara sidang rutin. Saat menyaksikan Robost dan Ianster berjalan bersama ke singgasana kosong, semua tegang - apakah mereka ingin menjadi kaisar?
Meski beberapa bangsawan ingin bersuara menghentikan, tapi sepertinya mempertimbangkan sesuatu, hanya membuka mulut lalu menundukkan kepala tanpa berkata-kata.
Pasukan pengawal kekaisaran yang terus mengikuti Robost dan Yilantes secara refleks menghentikan langkah mereka saat melihat takhta kaisar. Meski menyadari jaring pengaman mereka menghilang, kedua bangsawan ini tidak terlalu khawatir karena masih memiliki lapisan perisai pelindung yang mampu menahan serangan meriam laser. Mereka sangat yakin akan efektivitas perisai ini, yang telah menyelamatkan mereka dari berbagai upaya pembunuhan tak terhitung jumlahnya.
Robost dan Yilantes berdiri di kedua sisi takhta, meraba bagian bawah kursi. Bantalan merah perlahan terangkat, memperlihatkan kotak logam dengan dua slot di bawahnya. Para pejabat yang menyaksikan terkejut - bagaimana mungkin ada benda seperti ini di bawah takhta? Apakah berisi surat wasiat pewaris tahta? Para bangsawan pun tersenyum lega, menyadari Duke dan Yang Mulia ternyata benar-benar mengabdi pada negara.
Robost dan Yilantes mengeluarkan kartu magnet dari dalam jubah mereka, memasukkan ke lubang di kotak logam. Dengan bunyi "klik", kotak itu terbuka. Ketika Robost dan Yilantes mengangkat gulungan benda mirip kertas serta beberapa kartu dari kotak itu, seluruh hadirin menarik napas tajam. Mata mereka berbinar memandangi benda di tangan kedua bangsawan itu.
Robost dan Yilantes berbalik menghadap para pejabat. Robost membuka gulungan Maklumat Suci yang sangat familiar bagi semua hadirin - dokumen yang hanya digunakan untuk urutan penting. Dengan getaran emosi di suaranya, ia berkata: "Rekan sejawat, aku, Yang Mulia di sini akan membacakan..." Ucapan Robost tiba-tiba terpotong oleh teriakan pasukan pengawal kekaisaran: "Pembunuh bayaran!"
Pasukan pengawal kekaisaran yang melihat empat bayangan manusia melompat dari balik tirai singgasana dan menerjang Duke dan Yang Mulia, hanya sempat berteriak "Pembunuh bayaran!" sebelum suara mereka tercekat. Para pejabat yang hadir hanya menyaksikan empat sosok menindih kedua bangsawan itu, jeritan teror mereka belum sempat keluar sebelum empat kobaran api yang terus membesar melahap diri mereka.
Kapal perang yang sedang berpatroli di orbit luar ibukota tiba-tiba melihat semburan api raksasa menyembul dari permukaan planet. Besarnya nyala api yang terlihat hingga ke luar angkasa menunjukkan kekuatan ledakan yang dahsyat. Para perwira yang bertugas segera membunyikan alarm, memberlakukan status darurat militer, dan mencoba menghubungi markas besar militer. Namun karena alasan tak diketahui, sambungan komunikasi terus terputus. Percobaan menghubungi departemen lain juga mengalami kegagalan koneksi. Dengan terpaksa, mereka mengirimkan kapal pendarat untuk melakukan kontak langsung.
Kapal pendarat segera kembali dengan membawa berita yang sulit dipercaya: Area istana seluas ratusan kilometer telah berubah menjadi pawasan reruntuhan. Markas besar berbagai departemen yang dibangun mengelilingi istana juga ikut hancur. Semua pejabat yang mengirim upacara pemakaman telah menguap. Pejabat menengah-tinggi dan sebagian besar bangsawan kelas atas Kekaisaran musnah total. Dapat dikatakan bahwa tokoh penting pemerintah dan militer Kekaisaran telah lenyap.
Kapten patroli terdiam ketika komputer pusat mengumumkan bahwa dirinya kini pemegang pangkat militer tertinggi di ibukota dan harus memikul tanggung jawab pertahanan. "Aku hanya seorang Letnan Kolonel," gumamnya bingung. "Di ibukota yang dipenuhi Mayjen dan perwira tinggi, bagaimana mungkin aku jadi komandan militer tertinggi?"
Seorang kepala kantor pos yang sedang liburan dan tidak ada pekerjaan, menghabiskan waktu dengan mencambuk budak di pertanian. Ketika diberitahu oleh Komputer pusat bahwa ia telah menjadi komandan tertinggi administrasi ibukota, ia langsung pingsan ketakutan, dan dibunuh oleh budak yang dicambuknya. Akibatnya, posisi komandan tertinggi administrasi ibukota tersebut akhirnya diisi oleh wakilnya.
Para pangeran yang baru berlayar kurang dari setengah perjalanan, menerima kabar ini dan langsung melompat gembira. Mereka kemudian dengan gugup bertanya apakah saudara mereka ada di lokasi kejadian. Ketika mengetahui lawan bicara masih hidup seperti diri mereka sendiri, mereka secara bersamaan mengutuk leluhur pihak lawan maupun leluhur sendiri. Segera setelah itu, para pangeran ini memerintahkan armada untuk kembali ke wilayah kekuasaan masing-masing. Saat ini seluruh pejabat menengah-tinggi telah tewas, satu-satunya cara menduduki takhta kekaisaran hanyalah melalui kekuatan sendiri.
Darren dan Kester terdiam karena pemilik rekaman ini adalah Omstead yang mengenakan seragam Marsekal Federasi Wan Luo! Darren dan Kester saling memandang dengan bodoh, lalu serentak tersenyum pahit: "Tak disangka ternyata dia."
Saat keduanya tertegun, rekaman terus berlanjut. Gambar Omstead menghilang, berganti dengan gambar Robost. Robost berkata: "Jangan heran, objek kesetiaan kami Berdua Yang Mulia adalah dia. Mungkin kalian heran, mengapa kami setia pada marsekal negara musuh? Sebelum tiba di Federasi Wan Luo, dia dulunya adalah putra tersayang Kaisar XII Kekaisaran Elang Perak, juga adik tiri Yang Mulia." Robost menghela nafas: "Sedangkan aku dan Yang Mulia masing-masing adalah mentor pendidikan dan mentor militer Baginda."
Darren dan Kester mengangguk dalam hati: "Pantasan kalian berdua setia padanya, ternyata dia adalah murid kalian."
Robost tentu tidak tahu aktivitas psikologis kedua orang ini, melanjutkan penjelasannya: "Sejak kecil, Yang Mulia Omstead telah menunjukkan kecerdasan luar biasa, semangat belajar yang tinggi, keberanian, serta sifat penyayang dan perhatian. Ketika memasuki masa remaja, Yang Mulia bahkan menunjukkan bakat luar biasa di bidang militer dan politik, sehingga sangat dicintai oleh Kaisar dan dihormati oleh para menteri penting. Prestasi Yang Mulia saat itu sudah jauh melampaui semua pangeran lainnya. Atas usulan para menteri, Yang Mulia Kaisar berniat mengangkat Omstead sebagai Putra Mahkota. Sayangnya, ibu Omstead hanyalah seorang wanita tanpa status bangsawan, sehingga dalam silsilah keluarga kekaisaran, Omstead hanya dianggap sebagai anak haram. Ibu Yatesite yang saat itu menjadi Permaisuri segera melakukan intervensi dan melancarkan berbagai upaya pembunuhan terhadap Omstead. Meski semua gagal, hal ini membuat Kaisar menyadari bahaya yang mengancam Omstead. Untuk menghilangkan ancaman, Kaisar mengalah pada Permaisuri dengan menobatkan Yatesite sebagai Putra Mahkota dan Omstead sebagai Adinda Kaisar. Setelah penobatan, Omstead segera dikirim ke Federasi Wan Luo. Keberhasilan kami menghancurkan titik kewaspadaan dan menduduki Galaksi Guyunlong semuanya adalah jasa Yang Mulia Omstead. Intelijen itu adalah yang kalian sendiri yang pernah ambil, kami yakin kalian sekarang sudah mengetahuinya."
Robost beristirahat sejenak lalu melanjutkan, "Saat ini ibukota dalam kekacauan, kita harus menstabilkan situasi untuk Sang Adipati Agung. Ditambah lagi bukti identitas Adipati Agung perlu kita ambil untuk dibacakan di hadapan para pejabat. Karena itu, tugas menyambut kedatangan Adipati Agung kami serahkan kepada kalian. Percaya kalian tak akan mengecewakanku." Rekaman visual berakhir di sini.
Darren dan Kester tetap diam-diam berdiri di sana. Setelah lama, Darren cuma membuka mulut, "Bagaimana pendapatmu tentang hal ini?"
Kester berkata, "Tidak ada pandangan khusus. Aku hanya merasa heran, menurut Duke, Kaisar XII digambarkan sebagai sosok penuh kasih ayah yang sangat risau dengan persaingan di harem sekaligus peduli pada rakyat. Catatan sejarah negara kita juga menyebutkan hal ini. Namun sejarah asing justru secara eksplisit mencatat kaisar ke-12 ini sebagai penguasa kejam yang haus darah sekaligus seorang yang aneh. Setiap tahun istana merekrut puluhan ribu dayang, tapi tak pernah ada yang keluar lagi. Departemen urusan istana kita memang memiliki catatan tentang dayang-dayang ini. Selama masa pemerintahan XII, total lebih dari satu juta dayang direkrut, tapi tak pernah terdengar ada yang keluar. Padahal luas istana cuma segini, ke mana hilangnya jutaan orang itu?"
“Selain itu, menurut catatan sejarah asing, dikatakan orang yang dihukum mati langsung oleh Kaisar Kedua Belas melebihi tiga ratus ribu. Ingat ini eksekusi langsung oleh tangannya sendiri. Bahkan jika membunuh satu orang per hari, butuh ratusan tahun. Bayangkan seberapa kejam Kaisar Kedua Belas ini. Menurut sejarah domestik dan asing, masa pemerintahan Kaisar Kedua Belas adalah periode pemberontakan budak terparah dalam sejarah Kekaisaran. Seperti yang kita tahu, saat ini pemberontakan budak terjadi sekitar sekali setiap berapa lama. Tapi pada masa itu, pemberontakan budak terjadi hampir setiap hari. Dari sini bisa dibayangkan betapa mengerikannya rezim Kaisar Kedua Belas.”
“Yang lebih menakutkan lagi adalah, menurut catatan Kekaisaran, selama masa hidup Kaisar Kedua Belas terdapat ribuan orang keturunan langsungnya - putra, cucu, dan putri. Namun setelah wafatnya, hanya tersisa tiga pangeran yang mewarisi garis darah langsungnya - oh, sekarang bertambah satu lagi dengan Omstead. Selain itu, tak ada satupun putri atau cucu kerajaan yang tersisa. Dalam rekaman kematian para pangeran, cucu, dan putri kerajaan ini, hanya ada satu alasan yang sama: meninggal karena penyakit mendadak. Dari tiga pangeran yang tersisa, selain, dua lainnya mengalami gangguan kejiwaan. Karenanyabisa naik tahta tanpa hambatan. Saat itu beredar rumor di istana bahwasering terbangun dari tidur sambil berteriak 'Jangan!'. Rumor ini baru menghilang setelah putra pertamalahir.”
Kester melihat Darren mendengarkan perkataannya dengan penuh perhatian, tak lupa menjilat bibirnya sebelum melanjutkan: "Kau pikir, apakah seseorang yang begitu mengerikan ini akan mengirim putranya ke luar negeri karena takut dibunuh oleh permaisuri? Mungkin kau mengira sang permaisuri terlalu hebat, sampai-sampai mengintimidasi si monster dua belas itu? Aku beri tahu, selama masa pemerintahan Kaisar Kedua Belas, pernah ada wartawan asing yang mengikuti kunjungan ratu negara lain ke negara kita, lalu melaporkan berita tentang kekerasan di Area Harem Kekaisaran Elang Perak. Artinya, permaisuri yang disebut Duke ini pernah disiksa sedemikian rupa oleh Kaisar Kedua Belas sampai-sampai wartawan yang meliput dari kejauhan pun bisa melihat penderitaannya. Aku juga pernah berinteraksi dengan keluarga permaisuri, dan dari mereka kuketahui bahwa permaisuri Kaisar Kedua Belas adalah sosok yang sangat penyayang. Yang terpenting, permaisuri itu mandul. Atlantis baru diangkat sebagai putra mahkota sebelum dimasukkan ke dalam garis keturunan permaisuri. Menurutmu, apakah permaisuri akan membunuh kejam seorang pangeran yang belum resmi menjadi anaknya, atau membunuh pangeran yang bahkan tidak diketahuinya? Alasan ku katakan permaisuri tidak mengenal Atlantis adalah karena dalam keluarga dengan ribuan anggota sebelum pengangkatan putra mahkota, mustahil permaisuri mengetahui keberadaan Atlantis."
Darrens yang terkejut oleh dalang istana, baru menggelengkan kepala untuk kembali sadar dan bertanya: "Maksudmu dengan mengatakan ini adalah Duke berbohong?"
Kester tersenyum: "Mengenai identitas Omstead, Duke tidak berbohong. Tapi tentang alasan mengapa Omstead dikirim ke negara musuh, kurasa Duke telah berdusta."
"Oh? Dari nada bicaramu seolah kau tahu alasan Omstead dikirim pergi? Bagaimana kalau ceritakan?" ujar Darrens penuh ketertarikan.
Kester mencibir dan berkata: "Ini sudah jelas, bisa ditebak. Mengingat karakter menyimpang Kaisar ke-12, bahkan anak-anaknya sendiri akan dihancurkan olehnya. Duke dan Yang Mulia yang bertanggung jawab mendidik para pangeran dalam bidang militer dan sastra, menganggap bakat luar biasa seperti Omstead tidak boleh dihancurkan di tangan Kaisar ke-12. Mereka pun mengusulkan kepada kaisar untuk mengirim Omstead menyusup ke negara musuh sebagai mata-mata. Perlu disebutkan bahwa meskipun Kaisar ke-12 ini kejam terhadap keluarga dan budaknya, bahkan bisa dibilang suka menyiksa secara tidak wajar, tapi dia sangat toleran terhadap pejabat bawahannya. Kalau tidak, pasti sudah digulingkan. Karena alasan inilah, Kaisar ke-12 menerima usulan kedua atasan kita - atau mungkin dia merasa lebih menarik untuk 'bermain' dengan putranya sendiri dengan cara ini. Awalnya kedua atasan kita mengira sisa pangeran akan segera dihabisi oleh Kaisar ke-12, jadi mereka sudah mempersiapkan penyambutan Omstead kembali. Tapi tak disangka, ketika Kaisar ke-12 hampir mati, ternyata masih ada seorang pangeran waras yang tersisa, bahkan diangkat sebagai putra mahkota. Karena tidak ada pilihan, mereka pun mengusulkan pengangkatan Omstead sebagai adik kaisar (). Dipastikan Kaisar ke-12 meninggal segera setelah mengangkat Omstead, sebab kalau tidak, masalah adik kaisar ini mustahil bisa dijaga kerahasiaannya sampai hanya diketahui oleh kedua atasan kita dan saja."
Darren tersenyum: "Uraian yang bagus, seolah kau ada di lokasi kejadian. Nah, sekarang apa yang harus kita lakukan? Bagaimana cara menyambut Yang Mulia Omsted, marsekal federal ini kembali ke Kekaisaran?"
Kester mengangkat bahu pasrah: "Darimana aku tahu solusinya? Apa kita harus berteriak ke seluruh alam semesta 'Marsekal Omsted, kami datang menjemputmu untuk jadi Kaisar!'? Bisa-bisa baru selesai berteriak, kami sudah dihukum tembak, sementara Yang Mulia Omsted ditangkap Pemerintah Federal. Sekarang kita cuma bisa menunggu."
"Menunggu apa?" tanya Darren penasaran.
"Menunggu kedua atasan kita membacakan bukti identitas Yang Mulia Omsted, menunggu Yang Mulia Omsted yang mencari kita." Setelah berkata demikian, Kester mulai menenggak minumannya.
Mendengar ini, Darren memandang punggung Kester dengan tataman penuh arti. Setelah merenung sejenak, senyum tipis mengembang di wajahnya.
