Setelah puas menjadi pelatih selama beberapa hari di kabin game, Tang Long akhirnya bosan dan keluar untuk beristirahat. Saat mengangkat kepala dan meregangkan badan, dia langsung melihat banyak pesawat antariksa berbagai ukuran sibuk lepas landas dan mendarat di langit. Dengan bingung dia bergumam pelan: "Sejak kapan daerah kita menjadi seramai ini?"
Prajurit yang diperkirakan juga sedang keluar untuk menghirup udara segar di samping Tang Long, mendengar perkataan junjungannya, buru-buru melihat sekeliling. Menyadari hanya dirinya satu-satunya yang berdiri di dekat Tang Long, ia segera menjawab dengan penuh hormat: "Junjungan, pesawat-pesawat antariksa itu adalah pemasok milik para penguasa feodal di wilayah-wilayah lain."
"Pemasok?" Tang Long semakin bingung.
"Benar, karena Keluarga Tang tidak bertanggung jawab atas suplai logistik dan perbekalan untuk kapal perang para penguasa feodal, maka mereka harus mencari pengusaha yang menyediakan kebutuhan tersebut sendiri. Setiap kali akan melakukan perang, menara kontrol Planet Zhongzhou menjadi yang tersibuk." Prajurit itu bergegas menjelaskan semua yang diketahuinya kepada Tang Long.
Tang Long baru saja mengangguk, ketika Li Wu yang dikawal beberapa penjaga muncul di hadapannya: "Junjungan, menara kontrol ingin memastikan apakah Anda memesan 2 kapal perang dan 40 pesawat angkut. Jika benar, mohon segera menerimanya."
Sambil berjalan, Tang Long bertanya: "Tidak bisakah langsung masuk saja?"
“Menara kontrol mengatakan Anda harus mendaftar dulu baru pesawat antariksa itu bisa masuk.” Li Wu buru-buru menjawab.
“Ah, ribet sekali.” Meski mengeluh, Tang Long tetap naik ke kapal pendarat. Walau merasa merepotkan, dia cukup mengagumi personel di menara kontrol yang menjalankan tugas dengan disiplin.
Tang Nawen yang telah menerima laporan sebelumnya bersama dua putranya memandang rekaman di depan mereka. Tampak dua kapal raksasa yang dipenuhi lubang meriam dan 40 pesawat angkut kelas tinggi yang jelas terlihat berkualitas premium.
Setelah lama terdiam, Tang Nawen akhirnya menghela napas: “Menurutmu berapa harga 2 kapal perang dan 40 pesawat angkut ini?”
Tang Hainan dengan cepat menghitung dalam hati lalu menyambar: “Kapal perang jenis itu mungkin 200-300 miliar per unit. Sedangkan pesawat angkut seperti itu minimal 1 miliar lebih per unit.”
"Hmm, berarti hanya ini saja sudah menghabiskan hampir seribu miliar Mata uang Wu Lai. Tidak tahu apakah kalian pernah memikirkan, mengapa Tang Long yang berasal dari Federasi Wan Luo ini bisa memiliki kekayaan sebanyak itu? Dan saya sudah bertanya ke supplier kita, kapal perang dengan lubang meriam sebanyak itu sama sekali tidak mereka miliki. Lalu dari mana Tang Long membelinya?" Saat mengatakan ini, Tang Nawen melirik kedua putranya dengan ekspresi datar.
Tang Haidong yang melihat wajah Tang Hainan - yang selama ini bersimpati pada Tang Long - berubah pucat dan tak bisa bicara, tak bisa menahan tawa: "Ayah, kekayaan Tang Long jauh melebihi seribu miliar."
Tang Nawen dan Tang Hainan sama-sama memandang Tang Haidong. Tang Nawen bertanya penasaran: "Kau tahu detail situasinya?"
Tang Haidong dengan bangga mengangguk dan berkata: "Benar, Ayah. Untuk menyelidiki latar belakang Tang Long, aku sengaja pergi ke Federasi Wan Luo. Tak disangka, Tang Long cukup terkenal di sana. Dia bukan hanya memaksa seorang Jenderal Besar di Federasi Wan Luo untuk memerdekakan diri, tapi juga tanpa ragu-ragu membunuh ratusan perwira dengan pistol."
Tang Nawen mengangguk pelan: "Semua ini sudah kuketahui. Makanya aku tidak terkejut saat dia menghukum mati para abdi dalem itu. Orang haus darah seperti dia, begitu menemukan kesalahan bawahan, pasti takkan memberi ampun." Matinya menyipit saat melirik Tang Hainan.
Tang Hainan menundukkan kepala dengan muka memerah, tak bersuara. Alasannya, setelah eksekusi terhadap beberapa abdi dalem oleh Tang Long, dia pernah memohon keringanan hukuman kepada ayahnya. Namun saat itu sang ayah hanya diam, bahkan tak mau mencampuri, berdalih itu hak prerogatif junjungan. Baru sekarang dia sadar ayahnya sudah paham betul karakter asli Tang Long sejak awal.
Tang Haidong tertegun sejenak, rupanya Ayah sudah tahu segalanya. Memikirkan ini, dia segera menyembunyikan ekspresi sombongnya dan berkata dengan hormat: "Kekayaan Tang Long diperkirakan mencapai triliunan Mata Uang Wu Lai. Dia bisa mendapatkan uang sebanyak itu terutama dengan memimpin pasukan untuk merampok kekayaan mafia terkaya di Federasi Wan Luo saat itu. Saat itu bahkan membuat planet ini seperti medan perang."
"Memimpin militer untuk merampok uang mafia? Dia benar-benar nekat." gumam Tang Hainan dengan wajah penuh keterkejangan.
Tang Nawen mengangguk sambil tersenyum dan berkata: "Sumber ekonomi Tang Long sudah jelas. Lalu, tahukah kalian dari mana kita bisa membeli kapal perang jenis itu?"
Tang Haidong langsung menyela sebelum adiknya sempat bicara: "Kita bisa menghubungi pemasok Pedagang Tang Long. Jika Tang Long bisa membeli dari pedagang itu, kita seharusnya juga bisa membeli dari pedagang yang sama."
Tang Hainan yang terus memutar-matikan bola matanya tiba-tiba bersuara: "Ayah, Tang Long punya uang sebanyak ini. Jika semuanya dipakai untuk membeli kapal perang, bisa dapat puluhan unit. Kekuatan Militernya akan jauh melebihi kita. Aku khawatir ini akan membahayakan keluarga kita!"
Tang Haidong awalnya heran mengapa Tang Hainan mulai menekan Tang Long, bukankah sebelumnya dia mendukung sepenuhnya? Tapi dia segera teringat bahwa Tang Hainan memiliki kebersihan berlebihan, merasa jijik dengan perilaku Tang Long yang rakus akan uang dan haus darah, sehingga beralih menekannya. Setelah menganalisis ini, Tang Haidong diam-diam berpikir: "Hehe, Adik masih terlalu hijau. Orang yang rakus dan haus darah justru lebih mudah dikuasai. Kau tidak mendukung Tang Long, tapi Kakak justru akan mendukungnya!"
"Memikirkan ini, Tang Haidong segera berkata: 'Adik, kau belum mempertimbangkan dengan matang. Apakah Tang Long yang punya uang, atau keluarga kita yang lebih kaya? Tang Long harus bertanggung jawab atas pengeluaran wilayah kekuasaannya, mempertahankan persenjataan militer, ditambah pajak wilayahnya yang sangat minim—pendapatannya tidak bisa menutupi pengeluaran. Uangnya akan habis sedikit demi sedikit. Sedangkan kita punya pajak wilayah kekuasaan langsung dan 50% pajak wilayah lain—sumber keuangan kita terus mengalir. Hanya dari pajak bulanan saja kita bisa beli beberapa kapal perang seperti itu. Yang paling penting: kau pikir mudah mengubah rakyat biasa jadi prajurit? Membina prajurit biasa menjadi awak kapal perang itu gampang? Meski Tang Long beli puluhan kapal perang dengan pasukannya yang cuma puluhan ribu, dari mana dia cari awak kapal? Kapal yang tidak bisa bergerak cuma tumpukan besi tua. Kekhawatiranmu berlebihan!'"
"Kau..." Kali ini giliran Tang Hainan yang tercekat. Tang Haidong tersenyum puas lalu memalingkan muka.
“Baik, sekarang kita pergi ke tempat Tang Long. Semoga bisa membeli kapal perang jenis ini sebelum keluarga Kaiser.” Tang Nawen berdiri sambil menepuk bahu dua putranya.
“Siap, Ayah.” Tang Haidong dan Tang Hainan segera membungkuk hormat.
Di pesisir wilayah Tang Long, saat ini telah dipadati oleh ribuan rakyat. Para prajurit yang lebih dulu mendapat perintah telah membentuk barikade manusia antara kerumunan dan laut. Kapal patroli cepat armada laut bahkan bolak-balik berpatroli di permukaan air, menciptakan riak gelombang.
Kemeriahan di zona ini tidak lain karena Tang Long—demi pamer—memaksa 3 kapal perang termasuk KRI Meteor serta 40 kapal angkut untuk mendarat di perairan dekat wilayahnya. Semua disusun rapi agar bisa ditonton rakyat. Tentu juga untuk melatih awak kapal terpilih dalam mengoperasikan kapal perang.
"Rakyat" sesekali bersorak riang, ini karena mereka melihat ada anggota keluarga mereka yang mengantri naik ke kapal perang. Sementara para prajurit yang bertugas sebagai pagar manusia meski diam-diam, namun dari sorot mata berbinar mereka terlihat betapa irinya mereka terhadap "Saudara" yang berhasil menjadi awak kapal perang.
"Wah, ini kapal perang sang penguasa feodal? Megah sekali! Aku juga ingin jadi prajurit milik sang penguasa!" seru seorang anak yang menyelipkan kepalanya di celah barisan prajurit, menatap tajam deretan kapal yang berlabuh di laut, kepada ayahnya.
Ayah anak itu mengelus kepala putra mereka sambil tersenyum: "Bagus, tapi lebih baik jadi abdi dalem sang penguasa. Baru bisa memuliakan leluhur kita." Ucapnya sambil juga memandang penuh minat ke kapal-kapal megah tersebut.
"Lihat! Kakak laki-lakiku juga naik kapal perang!" Seorang gadis kecil berseru gembira sambil menunjuk ke arah seorang prajurit di kejauhan. Teriakan gadis itu membuat orang-orang di sekitarnya memandanginya dengan campuran cemburu dan kekaguman.
"Tak kusangka Sang Penguasa Feodal memiliki tiga kapal perang seperti ini. Konon setiap kapal memiliki 3.000 meriam besar. Berarti total meriam Penguasa kita mencapai 9.000? Jumlah ini bahkan melebihi gabungan meriam semua kapal perang penguasa feodal lain!" Seorang lelaki tua berkomentar penuh kekaguman kepada teman sebayanya.
Teman lelaki tua itu menyambung dengan nada ahli: "Itu belum seberapa. Lihatlah pesawat antariksa di belakang kapal perang! Itu namanya pesawat angkut. Paham? Pesawat khusus untuk mengangkut logistik. Jumlah pesawat angkut seluruh planet ini pun masih kalah dengan milik Sang Penguasa. Dengan armada pesawat angkut ini, kapal perang Penguasa bisa bertahan lama di antariksa. Saat perang, kita bisa mengisi ulang amunisi kapan saja. Pondasi dasar tidak perlu khawatir kehabisan amunisi, sehingga bisa bertempur dalam jangka panjang!"
Berdiri di ruang komando KRI Meteor, Chen Kang dan Tang Long diam-diam memperhatikan kerumunan ramai di luar jendela. Setelah beberapa lama, Chen Kang akhirnya tersenyum ke Tang Long: "Rakyatmu cukup penasaran ya, di tempat lain takkan ada yang mau melihat keributan seperti ini."
Tang Long menyodorkan segelas alkohol ke Chen Kang, sambil sendiri mengambil kotak susu dan menghisapnya melalui sedotan. Chen Kang sudah tahu dari dokumen bahwa Tang Long tidak suka minum alkohol, melainkan lebih menyukai susu dan jus buah, jadi dia tidak heran.
Tang Long yang baru menghisap susu itu menghela napas: "Wajar mereka penasaran. Mayoritas dari mereka seumur hidup belum pernah melihat luar angkasa, dan mungkin ini juga pertama kalinya mereka melihat kapal perang dari jarak sedekat ini."
Chen Kang menyesap anggur lalu tersenyum: "Ini tidak aneh. Meski masuk ke luar angkasa bagi orang seperti kita semudah pergi ke restoran untuk makan, tapi bagi banyak orang ini sangat sulit. Karena banyak yang bahkan tidak bisa kenyang, apalagi pergi ke restoran."
Merasakan nada bicara Chen Kang yang aneh, Tang Long meliriknya dan bertanya: "Hm? Dari nada suaramu sepertimu sangat terkesan, memikirkan apa?"
Chen Kang menggelengkan kepala sambil tersenyum getir: "Tidak memikirkan apa-apa. Masih ada anggur?" Katanya sambil mengangkat gelas kosongnya ke arah Tang Long.
Tang Long mengangguk, mengambil sebotol anggur dari persediaan ruang komandannya - yang juga merupakan hadiah dari Chen Kang - dan menyerahkannya padanya.
Chen Kang yang telah menuangkan anggur untuk dirinya sendiri, mencicipi sedikit dengan hati-hati sebelum melanjutkan: "Aku hanya heran, mengapa di era di mana peradaban sudah begitu maju, persediaan melimpah, bahkan tak perlu khawatir tentang krisis energi atau krisis ekonomi semacam ini, masih ada pembagian antara si miskin dan si kaya, masih ada perebutan kekuasaan, masih ada perang tak terhitung yang meletus?"
Tang Long berpikir sejenak lalu tersenyum: "Menurutku ini harus disalahkan pada sifat ambisi bawaan manusia yang ingin berdiri di atas kepala sesamanya."
"Hmm? Ambisi bawaan untuk berdiri di atas kepala sesama?" Chen Kang bertanya dengan bingung.
Tang Long tertawa: "Hehe, betul. Karena adanya ambisi untuk hidup lebih baik dari orang lain dan melampaui mereka, manusia berusaha mati-matian menumpuk kekayaan dan menggunakan berbagai taktik untuk meningkatkan status mereka. Sekaligus untuk menunjukkan keunikan diri, mereka menciptakan sistem level hirarkis. Adanya ambisi untuk menguasai dan memerintah sesama lah yang melahirkan negara-negara, dan keberadaan negara-negara inilah yang memicu perang. Tapi bukankah ini justru baik? Jika manusia sama sekali tidak punya ambisi, hanya makan lalu tidur, kita akan kehilangan daya juang dan lambat laun akan digantikan oleh makhluk-makhluk yang giat berevolusi."
