Di sekitar Benteng Perak di luar Planet Zhongzhou, terkumpul rapat 390.000 kapal angkut kelas tinggi yang penuh dengan persediaan perang. Di luar formasi 390.000 kapal angkut ini, terdapat 48.000 Kapal Perang X, 1.000 kapal biasa, dan 3.000 kapal perang Paus Putih yang baru saja ditambah. Alasan 390.000 kapal angkut ini ditempatkan di bagian dalam bukan hanya karena statusnya sebagai kapal logistik penting, tapi juga karena persiapan mereka yang sudah diselesaikan jauh sebelumnya. Begitu Tang Long memberi perintah, mereka langsung lepas landak dan berkumpul di sekitar Benteng Perak dengan kecepatan yang jauh melampaui armada tempur.
Di menara kontrol benteng perak, Tang Long berkata kepada Yuna dan yang lain di layar: "Semuanya, urusan di planet ini kami percayakan kepada kalian."
"Mematuhi perintah, junjungan tak perlu khawatir." Yuna dan lainnya segera memberikan hormat gerak. Xing Ling memandang Tang Long dengan lembut, meski pandangan Tang Long sama sekali tidak mengarah padanya. Namun Xing Ling tidak merasa sedikitsedih, karena dia tahu saat ini dalam hati Tang Long hanya ada pertempuran, sama sekali tidak ada hal lain yang tersisa.
"Semoga junjungan berjaya di medan perang!" Setelah mengucapkan kalimat ini, Yuna dan yang lain memberikan hormat kepada Tang Long lalu menghilang. Hanya tersisa gambar Mayjen Sherry di layar.
Tang Long berkata kepada Sherry: "Sherry, pasukan kuasakan padamu. Ingat, jangan hadapi mereka dalam pertempuran frontal, laksanakan rencana taktik gerilya! Hmph, selama kita tidak bertempur terbuka, aku ingin melihat berapa lama 200.000 kapal perang mereka bisa bertahan! Lagipula kita punya 390.000 unit pesawat angkut kelas tinggi yang bisa mendukung konsumsi tinggi 50.000 kapal perang kita selama puluhan tahun. Oh iya, jangan lupa bawa juga 2.000 kapal perang itu. Saat kontra-serangan nanti, kita akan tahu apakah pabrik kita benar-benar berhasil meniru desainnya. Selain itu, 10.000 unit pesawat angkut yang membawa benda itu harus mengikuti pasukan besar. Hati-hati, jangan sampai kena tembakan nyasar dan hancur. Itu hasil keringatku selama ini."
Sherry mengangguk, beberapa bulan sebelumnya ketika junjungan mengetahui kemungkinan musuh menambah ratusan ribu kapal perang, strategi gerilya telah ditetapkan. Saat itu semua masih ragu, karena taktik gerilya berarti harus meninggalkan planet. Kehilangan planet sama dengan kehilangan basis, kapal perang tanpa pangkalan ibarat pohon tanpa batang, bisa mati kapan saja karena kekurangan logistik. Meski semua paham rasio 50.000 vs ratusan ribu bukan sekadar 1:2, kuantitas kadang bisa mengalahkan kualitas. Tapi tak ada yang rela planet yang susah payah dibangun direbut musuh, karena tak ada yang tahu apa yang akan dilakukan musuh setelah menguasai planet.
Akhirnya setelah diingatkan oleh junjungan, kami para bawahan baru tersadar bahwa kami memiliki 39.000 pesawat angkut kelas tinggi, dan itu pun 39.000 pesawat angkut yang penuh dengan persediaan. Memiliki pesawat-pesawat angkut ini sama dengan memiliki pangkalan logistik bergerak yang sangat besar, cukup untuk memasok 5.000 kapal perang dalam pertempuran intensif selama puluhan tahun. Yang terpenting, jika planet melakukan perlawanan, kerugian akan berkali-kali lipat lebih besar dibanding tidak melawan sama sekali. Bahkan sangat mungkin memanfaatkan planet-planet ini untuk konspirasi yang bisa memecah belah Aliansi Anti-Tang. Tentu ini membutuhkan kerja sama negara-negara anggota aliansi tersebut. Jika mereka bersatu padu, strategi ini tidak akan berhasil.
Tentu, sumber kepercayaan diri sebenarnya berasal dari 10.000 pesawat angkut itu. Dengan mereka, berapa pun jumlah musuh tidak akan jadi masalah.
"Baik, bagian ini kupercayakan padamu. Aku juga harus pergi membuat kekacauan." Tang Long mengakhiri ucapan dengan tawa hehe yang khas.
Dan tentu saja Yuna tahu apa yang ditertawakan Tang Long, sudut bibirnya menampakkan senyuman. Setelah memberikan hormat gerak kepada Tang Long, dia berkata: "Semoga junjungan meraih kejayaan dalam perang."
"Hehe, sama-sama." Tang Long melambaikan tangan sambil tertawa. Saat itu, seorang robot prajurit mendekat dan melapor: "Laporan Junjungan, kapal-kapal di sekitar benteng telah mundur ke zona aman. Dapat melakukan lompatan ruang." Tang Long mengangguk dan memberi perintah: "Berangkat!" Begitu perintah diberikan, Benteng Perak yang dikelilingi ribuan kapal perang itu menghilang seketika tanpa jejak.
Setelah menatap angkasa luar yang tak berujung, Sherry merapikan seragamnya lalu memandangi para perwira tinggi di sekelilingnya: "Semua kapal bergerak dengan kecepatan penuh! Target 3S5X6Z1999Q!" Disambut sorakan "Mematuhi perintah!" yang bergemuruh, semua kapal perang dan pesawat angkut mengarahkan haluan ke koordinat yang ditentukan, lalu melesat dengan mesin dinyalakan maksimal.
Liu Bin mengerutkan kening, sambil menatap peta galaksi ia bergumam pelan: "Ada apa ini? Bukannya pasukan Korps Tang semuanya bermarkas di perbatasan? Kenapa setelah memasuki wilayah kekuasaan Dinasti Tang sekian lama belum juga terlihat jejak Korps Tang?" Saat Liu Bin tengah berpikir keras, asisten komandannya melapor: "Komandan Utama, pasukan pendahulu akan segera melakukan kontak dengan planet XX Dinasti Tang. Mengirim permintaan instruksi: Apakah akan melakukan serangan?"
Liu Bin belum sempat menjawab, Mayjen dari negara Tiele yang sebelumnya menyerang kapal pengintai Tang telah muncul di layar. Ia memberikan Hormat gerak kepada Liu Bin lalu berkata dengan penuh kesombongan: "Penasihat militer, pasukan pendahulu kami telah berhasil menguasai XX Dinasti Tang." Wajar saja ia sombong, karena ini adalah prestasi militer pertama yang langsung masuk ke saku mereka sendiri. Mustahil tidak tertawa bahagia.
Liu Bin mengangkat alisnya. Meski tidak terlalu percaya seribu kapal kecil bisa merebut planet perbatasan pertama Dinasti Tang, ia tahu tak ada yang berani memalsukan laporan industri pertahanan. Sambil memuji ia bertanya: "Bagus, bagaimana kerusakannya?"
"Hehe, hamba tidak kehilangan satu pasukan pun dalam merebut planet ini." Mayjen itu agak malu. Meski ini tetap dianggap jasa perang, tapi kemenangan tanpa pertempuran terasa kurang memuaskan.
Liu Bin yang sedang menghitung perkiraan korban pasukan mayjen itu tertegun sebentar, tapi segera paham: "Mereka tidak melawan?"
"Benar. Begitu pasukan hamba muncul di orbit luar, planet Tang langsung mengirimkan komunikasi penyerahan diri. Hehe, orang-orang Kekaisaran Tang memang pengecut, menyerah tanpa tembakan satu pun." Mayjen itu mengangguk sambil tersenyum.
Liu Bin kembali mengerutkan keningnya: "Apa yang terjadi? Planet Kekaisaran Tang bisa menyerah tanpa perlawanan?"
Mendengar gumaman Liu Bin, sang Mayjen tersenyum: "Penasihat Militer, tidak ada yang aneh. Bagaimanapun, kami memiliki pasukan 200.000 orang yang mendesak. Kekuatan kami di Galaksi Tanpa Kekacauan sangat perkasa. Mereka tahu perlawanan sia-sia, jadi memilih menyerah." Setelah berkata demikian, sang Mayjen melihat Liu Bin masih merenung, lalu menambahkan: "Penasihat Militer, kirimkan beberapa divisi militer negara kita sebagai garda depan. Sesuai ketentuan aliansi, planet yang diduduki menjadi milik penakluk. Jika kita bergerak cepat, sebagian besar planet Dinasti Tang bisa menjadi milik negara kita."
Liu Bin akhirnya mengangkat kepala. Dengan gerakan lambat ia menggeleng: "Tidak bisa. Untuk sementara kita tak boleh memecah pasukan karena 50.000 kekuatan militer Dinasti Tang masih belum muncul. Selain itu, jika negara kita bertindak terlalu mencolok dalam merebut planet, akan memicu ketidakpuasan negara lain. Jadi... kau tetap bertugas sebagai garda depan." Saat mengucapkan ini, mata Liu Bin memancarkan kilatan cahaya.
Sang Mayjen mengangguk penuh pemahaman: "Memahami, hamba akan terus menjabat sebagai garda depan."
Melihat Mayjen hendak pergi, Liu Bin tak bisa menahan diri untuk mengingatkan: "Ingat, begitu menemukan tanda-tanda musuh segera mundur, dan minta bantuan kepada kami."
Mayjen mengangguk lagi: "Mematuhi perintah. Hamba akan segera meminta bantuan ke pasukan sekutu begitu mendeteksi musuh." Entah mengapa, Mayjen sengaja menekankan kata "pasukan sekutu" dengan nada berat.
Setelah Mayjen mundur, Liu Bin memberi perintah ke asisten komandan: "Hubungi administratif planet XX Dinasti Tang yang menyerah." Tak lama kemudian, seorang pemuda berpenampilan khas siswa yang belum berpengalaman muncul di layar.
Liu Bin tertegun sejenak melihat pemuda yang agak takut menatapnya ini, dalam hati bergumam pelan: "Orang yang mirip siswa ini ternyata administratif planet garis depan? Pantas saja langsung menyerah tanpa perlawanan. Tapi apa yang Dinasti Tang lakukan? Seburuk-buruknya kekurangan bakat, tak mungkin mengangkat si kecil jadi administratif planet?"
"Kau administratif planet XX? Sudah berapa lama menjabat?" tanya Liu Bin.
“Lapor Yang Mulia, hamba adalah administrator administratif planet XX. Hamba telah menjabat selama empat bulan.” Pria muda itu berkata dengan penuh hormat.
Liu Bin tertegun lagi. Planet XX awalnya milik Kekaisaran Weite yang dihancurkan Dinasti Tang lima bulan lalu. Tapi bajingan ini sudah menjabat empat bulan? Liu Bin tidak langsung mengutarakan pertanyaannya, melainkan bertanya: “Apa pekerjaanmu sebelumnya?”
“Lapor Yang Mulia, hamba dulunya mahasiswa tingkat dua di Universitas Kekaisaran Weite. Setelah Kekaisaran Weite punah, Kekaisaran Tang melakukan ujian seleksi pejabat. Tanpa sengaja hamba lulus.” Pria muda itu tetap menjawab dengan sikap hormat.
Liu Bin tahu tentang sistem penilaian pejabat Dinasti Tang. Meski mendengar siswa diperbolehkan ikut penilaian, mereka mengira siswa itu paling-paling hanya menjabat pejabat tingkat dasar. Tak disangka ada siswa yang bisa menjadi pejabat administratif sebuah planet. Tampaknya kemampuan pria tampan ini pasti cukup mumpuni. Liu Bin yakin siswa ini bukan hasil backdoor, karena ia sangat paham sistem penilaian Dinasti Tang yang mustahil memberi celah untuk praktik kotor. Sebenarnya dia ingin menerapkan sistem penilaian serupa di Kekaisaran Tiele, namun hambatan di berbagai pihak terlalu besar sehingga terpaksa dibatalkan.
Menghadapi bakat muda yang jelas-jelas berkualitas ini, Liu Bin tak ingin melepasnya: "Dengan status sebagai Komandan Utama Pasukan Sekutu, aku menunjukmu sebagai pejabat administratif planet XX. Harap kelola urusan administratif planet ini dengan baik." Seperti dugaan Liu Bin, pemuda itu pun menunjukkan rasa syukur yang luar biasa padanya.
Liu Bin akan mengangkat seorang pejabat yang menyerah untuk terus menjabat, alasannya sederhana: orang ini adalah penduduk asli Planet XX, terlihat dari fakta bahwa dia pernah kuliah di Universitas Witt. Pengangkatan pejabat dari kalangan penduduk lokal seperti ini dapat mengurangi tingkat penolakan rakyat terhadap penguasa baru. Mungkin ini juga alasan Dinasti Tang memilih mahasiswa tingkat dua sebagai administrator? Lalu bagaimana dengan loyalitas? Bajingan ini langsung menjadi pejabat Tang setelah kehancuran Witt, dan sekarang dengan cepat beralih menjadi pejabat Tiele. Ini membuktikan dia sama sekali tidak punya loyalitas, hanya mengikuti naluri warga Galaksi Tanpa Kekacauan - mengikuti penguasa terkuat. Selama Tiele tetap menjadi kekuatan dominan, dia tidak akan berkhianat.
"Omong-omong, bukannya pasukan Korps Tang semuanya bermarkas di perbatasan? Kenapa sekarang menghilang? Di mana pasukan yang ditugaskan di planetmu?" Liu Bin bertanya seolah-olah tidak sengaja.
Begitu kata Liu Bin selesai, pria tampan itu segera menjawab: "Melapor Yang Mulia, Korps Tang sudah mundur ke wilayah inti segera setelah menerima kabar serangan pasukan aliansi. Di planet XX selain polisi dan pasukan darat, sama sekali tidak ada pasukan kapal perang yang ditempatkan. Lagi pula, planet kita ini juga tidak memiliki meriam antipesawat."
"Semua mundur ke wilayah inti? Tidak ada meriam antipesawat? Kau tidak berbohong padaku?" Liu Bin menatap tajam pria itu.
Begitu bertatapan dengan Liu Bin, pria itu langsung menundukkan kepala sambil bergetar ketakutan: "Hamba tidak berani, ini kabar yang diketahui semua pejabat. Jika Yang Mulia tidak percaya, silakan tanya orang lain."
"Baik, mundurlah. Kelola urusan pemerintahan dan tenangkan rakyat dengan baik, jangan sampai terjadi kekacauan." Liu Bin memutus komunikasi sepihak setelah mengucapkan itu. Memandangi kegelapan luar angkasa di layar, alisnya berkerut sambil berpikir: "Semua pasukan mundur ke wilayah dalam? Apakah Dinasti Tang ingin memusatkan kekuatan untuk bertahan di Planet Zhongzhou? Tidak mungkin. Tanpa zona penyangga strategis, bagaimana sebuah planet kecil bisa menahan gempuran pasukan besar? Dinasti Tang pasti tidak sebodoh itu! Lalu, mengapa planet perbatasan ini tidak memiliki meriam antipesawat? Ini mustahil!" Liu Bin yang masih penuh keraguan memerintahkan bawahannya untuk memeriksa planet tersebut, memastikan kebenaran ucapan pria muda itu. Setelah menerima konfirmasi bahwa pernyataan pemuda itu benar, Liu Bin kembali terdiam.
Sementara Liu Bin merenung, pasukan pendahulu Mayjen tersebut telah menduduki 5 planet. Menemukan bahwa semua pihak menyerah tanpa perlawanan, sang Mayjen mulai membagi 1000 kekuatan militernya menjadi lima bagian untuk menyebar dan menduduki planet-planet. Dalam sekejap, wilayah bekas Kekaisaran Weite jatuh ke tangan Kekaisaran Tiele.
Dan Liu Bin juga mengetahui bahwa beberapa planet ini tidak memiliki meriam antipesawat, atau lebih tepatnya saat ini tidak memiliki meriam antipesawat, karena terdapat jejak pembongkaran baru-baru ini di pangkalan pertahanan udara planet-planet tersebut, menunjukkan bahwa sebelumnya planet-planet ini memiliki meriam antipesawat. Dari pertanyaan mengapa planet-planet Tang tidak melakukan perlawanan, mengapa planet-planet tidak memiliki artileri pertahanan udara, dan mengapa pasukan Tang bersembunyi, Liu Bin telah samar-samar mengetahui jenis pertempuran apa yang sedang dipersiapkan oleh Dinasti Tang.
Saat Mayjen Kekaisaran Tiele itu dengan sombong melancarkan serangan ke segala penjuru, 34 komandan dari kekuatan selain Kekaisaran Tiele diam-diam menghubungi pemimpin negeri mereka masing-masing. Para pemimpin yang mengetahui pasukan pendahulu Kekaisaran Tiele sedang gencar menduduki planet-planet sementara Kekuatan Militer mereka sendiri justru bergerak perlahan dalam formasi terkonsentrasi, ditambah kabar bahwa pasukan pendahulu Kekaisaran Tiele telah menguasai hampir 10 planet dan terus bertambah, serentak mengumpat liciknya Kekaisaran Tiele. Pantas saja mereka berlagak mulia dengan menyebutkan pasukan pendahulu akan menjadi tanggung jawab Kekaisaran Tiele, ternyata hanya akal-akalan untuk merebut planet! Sialan! Jika semua planet Dinasti Tang tidak melawan, bukankah pengiriman pasukan kita justru membantu memperluas pengaruh Kekaisaran Tiele? Tidak boleh! Ini sama sekali tidak bisa dibiarkan!
Segera, tanpa sepengetahuan Komandan Utama Liu Bin, 34 komandan kekuatan menerima perintah dari pemimpin masing-masing: "Rebut planet dengan kemampuan maksimal!". Maka, tanpa memberi tahu Liu Bin, 34 pasukan yang terdiri dari seribu kapal memisahkan diri dari batalyon utama dan menerobos masuk ke wilayah Tang.
Liu Bin yang mendeteksi hal ini dari radar segera memanggil 34 komandan tersebut dan menegur: "Ada apa ini? Mengapa kalian mengirim pasukan tanpa izin?!"
Mendengar ini, 34 komandan tersebut ada yang menatap langit-langit, ada yang menunduk sambil bergumam pelan, ada juga yang diam memejamkan mata - tak satu pun menjawab pertanyaan Liu Bin. Melihat adegan ini, Liu Bin tersenyum dalam hati: "Hmm, kondisi ketidakharmonisan yang paling ditakuti sebuah aliansi akhirnya muncul!". Namun ia segera melunakkan nada dan bertanya lagi: "Bisa dijelaskan mengapa kalian mencerai-beraikan pasukan? Padahal kita belum bertemu dengan militer Tang sama sekali."
Mendengar nada suara Liu Bin yang mulai melunak, para komandan yang sejak awal tidak puas melihat Liu Bin dengan reputasi lebih tinggi diangkat sebagai Komandan Utama itu dalam hati tersenyum sinis. Hmm, jangan mengira kau hebat. Jika kami tidak mematuhi perintah, kau hanya akan jadi komandan tanpa pasukan! Namun mereka juga sadar, jika tidak memberi penjelasan dan Liu Bin sebagai Komandan Utama ini membuat keributan, merekalah yang akan kena marah. Maka satu per satu mereka mulai mengemukakan alasan-alasan.
Setelah mendengarkan cukup lama, Liu Bin akhirnya memahami alasan mereka memecah pasukan - ternyata untuk merebut planet. Liu Bin menghela nafas, selain ketidaksolidan, ketidakmerataan pembagian keuntungan adalah momok terbesar sebuah aliansi. Namun tujuan Yang Mulia sama sekali tidak terletak di sini, biarkan saja mereka bermain-main. Bagaimanapun hanya 34.000 kapal perang yang dipisahkan, pasukan utama masih memiliki puluhan ribu kapal. Lagipula dirinya sudah menguasai 11 planet, biarkan 34 negara itu membagi sisa 31 planet. Hmm, perlu memerintahkan pasukan pendahulu untuk menghentikan aksi pendudukan planet agar mereka tidak iri melihat penguasaan banyak planet oleh kita, lalu bersatu menyerang kita.
Setelah memikirkan semua ini, Liu Bin hanya mengucapkan "jangan diulangi lagi" kemudian tidak menghiraukan mereka lagi. Namun Liu Bin sangat paham, meski para komandan itu secara lisan berjanji tidak akan melanggar perintah militer lagi, dalam hati mereka mengutuk Kekaisaran Tiele. Mereka menggerutu: Tiele baru jadi pahlawan setelah menelan 11 planet? Soalnya 31 planet sisanya bahkan tidak cukup dibagi rata satu per negara. Hmm, pasti mereka akan mempercepat gerakan. Soalnya "banyak pendeta, sedikit bubur", kalau lambat mungkin tak kebagian satu planet pun.
Tak lama kemudian, seperti yang diduga Liu Bin, para komandan itu mengirimkan satu armada seribu kapal perang lagi. Liu Bin tentu saja memberi peringatan sekadarnya lalu tidak peduli. Jika tidak diberi sedikit keuntungan, mungkin pertikaian internal akan meletus bahkan sebelum perang dimulai.
Dengan demikian, dalam waktu singkat, 68000 kapal perang dari total 220.000 pasukan Aliansi Anti-Tang telah tersebar di wilayah Dinasti Tang.
“Haha! Aku langsung menduduki 11 planet, pulang nanti pasti bisa dapat pangkat Letnan Jenderal, minimal Mayor Jenderal. Kalian setuju kan?” Mayjen itu berkata dengan penuh kesombongan di ruang komando, di sekelilingnya para perwira segera mengangguk setuju.
Amati baik-baik prajurit dan perwira pasukan pendahulu ini, akan terlihat kesamaan pada mereka: semua wajahnya dipenuhi senyuman. Wajar mereka tersenyum lebar, mereka berhasil menduduki 11 planet tanpa kehilangan apapun, mencatatkan prestasi militer tak tertandingi. Setelah pulang, semua pasti naik pangkat dua-tiga tingkat. Mana mungkin tidak senyum?
Namun senyuman mereka menghilang saat menerima komunikasi, yaitu perintah dari Liu Bin untuk menghentikan aksi. Para prajurit dan perwira pasukan pendahulu ini terdiam sejenak, lalu mulai berbisik-bisik. Asisten komandan Mayjen yang melihat ekspresi sang komandan berubah masam, berkata: "Komandan, jika Penasihat Militer khawatir kita terjebak serangan musuh di wilayah lawan, kami siap taat tanpa syarat. Tapi ini jelas menghentikan operasi kita demi memberi jalan ke negara lain untuk menduduki planet sisa. Hamba benar-benar enggan menjalankan perintah ini!"
Seorang perwira lain segera menimpali: "Benar! Yang Mulia adalah penggagas Aliansi Anti-Tang. Pasukan kitalah yang jadi garda terdepan, sudah pasti kitalah yang pertama diserang musuh. Hak menduduki planet-planet ini milik pasukan pendahulu kita. Sekarang malah diserahkan ke pasukan negara lain yang bersembunyi di belakang? Seluruh pasukan pasti tidak terima!"
Namun pemikiran Mayjen berbeda dengan bawahannya. Saat ini dia menggeretakkan gigi dalam hati: "Sialan, Liu Bin! Kau takut aku merebut semua jasa, ya? Semua planet Dinasti Tang tidak melawan sama sekali, pasukan langsung menyerah begitu muncul. Orang bego pun tahu ini waktu terbaik untuk berjasa. Kau malah melarangku maju sekarang? Hmph! Kau cuma penasihat militer, cuma Letjen! Apa istimewanya? Nanti saat aku jadi Letjen karena jasa pertempuran, akan kubereskan kau!"
Setelah itu, Mayjen menghampiri prajurit komunikasi. Setelah mengetik beberapa perintah di panel kontrol dan menghapus pesan dari Liu Bin, dia berkata: "Apa yang kalian bicarakan? Apakah Yang Mulia Penasihat mengirim perintah baru? Kenapa aku tidak menerima? Prajurit, apa kau menerima perintah baru?"
Prajurit komunikasi itu segera menjawab cerdik: "Laporan, Komandan! Perintah terakhir yang diterima bawahan adalah perintah dari Penasihat militer agar kami tetap menjadi pasukan pelopor!"
Mayjen puas mengangguk: "Baik, perintahkan semua unit untuk melanjutkan pelaksanaan misi pasukan pelopor kita!"
Meski terkejut sang mayjen berani menghapus perintah penasihat militer, para prajurit dan perwira itu mengingat atasan langsung mereka dan jasa-jasa besar yang menanti di depan. Serentak mereka memberikan hormat gerak: "Mematuhi perintah komandan!"
Mayor Jenderal Ta Wu adalah anggota Kekaisaran Bingtu - salah satu dari 35 negara Aliansi Anti-Tang. Saat ini ia memimpin pasukannya berlayar di wilayah Dinasti Tang. Di usia muda 16 tahun, kenaikan pangkatnya sebagai mayjen bukan berasal dari kemampuan atau penampilan, melainkan status sebagai cucu Kaisar Bingtu. Ayahnya mendorongnya menjadi komandan 100 kapal perang sekutu demi posisi calon pewaris takhta kekaisaran.
Ia sangat paham bahwa di antara pasukan Kekaisaran Bingtu yang tergabung dalam aliansi terdapat beberapa "saudara" lain. Namun dari seribu kapal perang yang dikerahkan untuk menduduki planet, hanya dirinya satu-satunya anggota keluarga kerajaan yang ada. Ini berkat ayahnya yang menyuap paman sang komandan dengan imbalan besar. Namun kegembiraannya berubah menjadi kecemasan ketika sang paman mengirimkan armada tambahan seribu kapal perang, karena semua anggota keluarga kerajaan lain justru berada di armada tersebut.
"Sialan! Si tua pantas mati! Sudah menerima suap besar dari keluarga kami, berani bertindak seperti ini! Aku...!" Ta Wu nyaris menghujat leluhur pamannya, tapi teringat mereka masih satu garis keturunan, akhirnya menelan kembali umpatannya. Dengan emosi meluap, ia menghajar beberapa prajurit malang di sekitarnya menggunakan cambuk komando, lalu memerintahkan asistennya: "Percepat kecepatan! Aku harus menaklukkan sebuah planet!"
Sebagai asisten komandan yang merupakan abdi dalem keluarga Ta Wu, tentu dia tahu mengapa majikannya begitu cemas. Dia buru-buru berkata: "Ya, Yang Mulia." Di bawah desakan Ta Wu, seratus kapal perang di bawah komando Ta Wu memisahkan diri dari pasukan dan mulailah berakselerasi maju. Komandan armada seribu kapal yang menerima kabar ini menggelengkan kepala dengan pasrah. Identitasnya tidak bisa memerintah Ta Wu, dan sekalipun memenuhi syarat jabatan tetap tak bisa memberi perintah, karena seratus kapal perang itu adalah pasukan pribadi keluarga kerajaan fraksi Ta Wu. Kecuali penguasa baru mereka, mereka bisa mengabaikan perintah siapapun—termasuk perintah Yang Mulia Kaisar.
Para pangeran cucu di dalam 1.000 kapal perang Negara Bingtu yang mengejar dari belakang, melihat saudara mereka yang buru-buru, tentu langsung memahami situasi. Mereka pun serentak memimpin pasukan pribadi dari garis keturunan mereka sendiri, berhamburan ke berbagai arah untuk mencari planet-planet yang belum dikuasai. Terinspirasi oleh tindakan para pangeran cucu Bingtu, para pangeran, cucu raja, pejabat tinggi, dan bangsawan dari negara-negara lain segera meniru, membawa pasukan pribadi mereka memisahkan diri dari pasukan induk dan menerjang ke tengah lautan bintang.
Amarah Ta Wu semakin memuncak, bukan karena alasan lain, melainkan karena beberapa planet yang dia temukan ternyata sudah lebih dulu diduduki oleh Kekaisaran Tiele. Awalnya dia mengira bertemu dengan 11 planet yang sebelumnya dikuasai Tiele, namun setelah melihat peta galaksi, barulah sadar bahwa mereka sudah memasuki wilayah galaksi bekas keluarga Lee. Planet yang baru saja mereka temui jelas bukan bagian dari 11 planet yang dikuasai Tiele! Artinya, jumlah planet yang diduduki Kekaisaran Tiele jauh melebihi 11! Meski tahu Tiele sudah keterlaluan, Ta Wu yang paham perbandingan kekuatan kedua negara terpaksa menelan amarahnya. Dia hanya bisa meluapkan kemarahan dengan mengumpat keras leluhur Kekaisaran Tiele.
Mata Ta Wu memerah menatap tajam sebuah planet yang terpampang di layar, bibirnya bergumam: "Pantas mati, jika kau masih milik Kekaisaran Tiele, akan kuhancurkan kau jadi debu!" Saat ia mengalihkan pandangan ke operator komunikasi, sang operator menelan ludah ketakutan, gemetar ketakutan berkata: "Yang Mulia, planet itu... sebutan... sudah menyerah kepada Kekaisaran Tiele, karena itu menolak untuk menyerah kepada kami."
Mendengar ini, Ta Wu merasakan seutas urat di kepalanya putus berdentang. Ia mengacungkan cambuk dan menghujani orang-orang di sekitarnya dengan pukulan gila-gilaan, lalu melompat ke panel kontrol sambil melompat-lompat dan mengaum: "Berikan perintah! Mereka harus menyerah dalam 10 detik! Jika berani menolak, lancarkan serangan segera!"
Meski merasa tindakan ini tidak tepat, melihat mata memerah Ta Wu, semua orang menelan ludah dalam hati dan segera menjalankan perintahnya. Namun saat semua mengira planet itu akan bereaksi menjelang akhir hitungan, tak disangka komunikasi baru saja dikirim, planet itu langsung mengumumkan menyerah kepada Kekaisaran Es.
Mendengar kabar ini, Ta Wu tertawa terbahak-bahak penuh kesombongan, lalu memerintah: "Tinggalkan 10 kapal perang untuk bertugas! Siapa berani meniru kami langsung serang, tak peduli negara mana! Biar mereka tahu planet ini cuma milikku, Ta Wu sendiri!" Asisten komandan buru-buru menyampaikan perintah, tak berani menunda karena tahu sang pangeran sedang kambuh kebiasaan lamanya.
Tawa yang sudah kehilangan akal sehat itu menatap peta galaksi dengan wajah mengerikan, lalu memerintahkan: "Segera putar balik! Aku ingin merebut kembali semua planet yang kulihat sepanjang perjalanan tadi! Lagipula Kekaisaran Tiele mengaku hanya merebut 11 planet, jadi sisanya yang kami rebut pun mereka tidak bisa protes!"
"Mematuhi perintah!" Semua orang segera memberi hormat gerak dengan penuh khidmat. Meskipun tahu ini akan menimbulkan masalah besar, mereka sadar diri cuma orang picik. Jika tidak menuruti perintah atau berusaha menasihati, pasti akan dibunuh di tempat oleh Yang Mulia yang sedang tidak waras ini. Soal masalah besar itu, biarlah diselesaikan oleh orang mulia seperti sang Pangeran. Lagipula ini juga karena negara Tiele kalian tidak menepati janji, mengaku merebut 11 planet tapi sebenarnya mengambil 21.
Sama seperti Ta Wu, kapal perang dari 34 kekuatan yang datang untuk menduduki planet-planet menemukan bahwa semua planet yang mereka temui telah menyatakan menyerah kepada Kekaisaran Tiele. Para komandan yang merasa tidak mendapatkan keuntungan apapun baru ingin memprotes Liu Bin, tetapi malah menemukan bahwa Kekaisaran Bingtu ternyata telah menduduki 5 planet. Mereka pun bertanya kepada komandan militer Kekaisaran Bingtu.
Komandan militer Kekaisaran Bingtu yang awalnya gelisah takut menyinggung Tiele namun tak mau melepas planet pendudukan, melihat pertanyaan ini tiba-tiba terinspirasi metode untuk melibatkan semua pihak. Dengan halus ia menjelaskan: "Planet-planet ini masih mematuhi perintah Dinasti Tang. Setelah pasukan Kekaisaran Tiele pergi, mereka langsung memberontak. Korps kita terpaksa mendudukinya, jadi planet-planet ini menjadi milik Kekaisaran Bingtu." Secara implisit ia juga mengutip perkataan Ta Wu: "Lagipula Kekaisaran Tiele sendiri mengklaim telah menduduki 11 planet, jadi sisanya yang kami ambil pun tak bisa mereka protes."
Mendengar ini, para komandan kekuatan segera memahami makna di balik pernyataan tersebut. Namun di permukaan, mereka berkata: "Benar, perang belum berakhir. Planet-planet yang memihak Dinasti Tang ini bisa berkhianat kapan saja. Kepemilikannya tentu menjadi milik pasukan yang menduduki kembali planet ini." Namun dalam hati mereka berpikir: "Hehe, selama perang masih berlangsung, planet-planet ini tidak bisa dianggap milik siapa pun. Baru setelah pertempuran usai, planet di tangan siapa akan menjadi miliknya." Tentu saja, pernyataan ini hanya beredar di antara 34 negara, sementara Kekaisaran Tiele sengaja dikucilkan. Liu Bin masih sibuk mencari pasukan utama Dinasti Tang dengan naif.
Bukan berarti mata-mata Liu Bin tiba-tiba tidak berfungsi. Masalahnya, sang Mayjen tidak melaporkan planet lain yang telah didudukinya kepada Liu Bin. Ia ingin melapor setelah semuanya diduduki, tapi tidak menyadari bahwa planet-planet di belakangnya sudah direbut orang lain. Maka Liu Bin dan bawahannya, yang melihat planet yang mereka duduki tetap 11 buah tanpa tambahan, fokus mengkonsolidasi 11 planet ini dan tidak memantau perkembangan di area ini.
Maka, dalam situasi di mana Kekaisaran Tiele tidak mengetahui, dan melalui upaya 34 kekuatan tersebut, kepemilikan planet-planet Dinasti Tang terus berganti tangan. Sejenak menjadi planet pendudukan kelompok ini, sejenak lagi beralih ke kelompok yang lain. Tentu saja, perubahan yang begitu cepat ini juga disebabkan oleh karakter planet-planet Dinasti Tang yang tanpa prinsip, karena begitu ada kekuatan yang memberikan sedikit ancaman, planet-planet yang sudah menyerah ini langsung beralih ke kekuatan lain.
Pergantian kepemilikan planet-planet ini yang terus-menerus membuat berbagai kekuatan semakin kesal. Awalnya tidak ingin memecah konsentrasi pasukan, setelah menemukan praktik Pangeran Tawu dari Kekaisaran Bingtu yang meninggalkan pasukan penjaga untuk mencegah planet-planet menyerah, mereka mulai meniru cara tersebut. Namun hal ini justru menciptakan situasi yang lebih kacau.
Kekuatan yang telah menduduki planet, untuk memastikan planet tidak menyerah kepada pihak lain, menempatkan pasukan berat di planet yang dikuasai. Meskipun planet tidak lagi membelot, persaingan semakin ketat. Dinasti Tang hanya memiliki total 42 planet, sementara aliansi terdiri dari 35 kekuatan. Setelah dikurangi 11 planet yang dikuasai Tiele dan 6 planet di Wilayah Galaksi Zhongzhou sebagai markas besar musuh, bagaimana mungkin 25 planet sisanya mencukupi pembagian? Lagipula, negara beruntung seperti Kekaisaran Bingtu menguasai 5 planet, sehingga ada belasan hingga dua puluh negara yang tidak mendapatkan satu planet pun.
Negara-negara yang tidak mendapat satu planet pun tentu tidak rela. Pertama-tama mereka meminta negara yang menguasai banyak planet seperti Kekaisaran Bingtu untuk menyerahkan planet. Tentu saja negara-negara seperti Bingtu yang sudah menguasai planet tidak mungkin memuntahkan yang sudah masuk mulut. Untuk merebut planet, awalnya terjadi pemindahan pasukan berhadapan, lalu perang mulut, diikuti intimidasi kapal perang, gesekan, tabrakan, hingga akhirnya tembakan senjata meleset dan pengeboman tidak sengaja.
Begitu taktik peluru nyasar dan serangan keliru ini muncul, korban jiwa pasti terjadi. Level gesekan antara kedua belah pihak secara alami meningkat seiring membesarnya amarah mereka. Ketika Liu Bin akhirnya menyadari keanehan, puluhan pasangan pihak yang berhadapan sudah memasuki tahap baku tembak. Baru saja Liu Bin menggunakan identitas Komandan Utama untuk mengeluarkan perintah tenang, gesekan mereka sudah meningkat ke status pertempuran.
Maka di luar angkasa planet-planet Dinasti Tang yang menyerah, militer dari 34 negara dalam Aliansi Anti-Tang mempertontonkan keributan internal multiarah yang penuh warna bagi rakyat Tang yang bersembunyi di bunker.
