Setelah kejadian demonstrasi, di berbagai pintu masuk instansi kini bukan hanya menumpuk sampah, tetapi juga terdapat ratusan rakyat yang terkurung dalam sangkar.
Orang-orang yang awalnya ingin memaki Tang Long karena pembantaian rakyat biasa, melihat mereka yang dikira sudah mati ternyata masih hidup utuh - hanya dikurung di tempat terbuka untuk dipertontonkan - akhirnya menutup mulut.
Meski publik masih kecewa pada Tang Long, tak ada lagi yang berdemo. Siapa tahu kali berikutnya penjaga pakai peluru sungguhan, bukan peluru bius? Toh meski pakai peluru bius juga ogah, mereka tak mau ditangkap dan dikurung dalam kandang untuk dipertontonkan.
Soal suplai, sepertinya cuma dikurangi sedikit. Perut masih kenyang. Kalau mau protes, nanti saja ketika benar-benar kelaparan.
Maka gelombang protes yang muncul tiba-tiba pun berakhir dengan cara yang sama misteriusnya.
Sekitar seratus kapal transport kecil lepas landas dari Ibu Kota Federasi Wan Luo, melayang santai menuju formasi kapal perang Federasi di lapisan luar angkasa.
Sejak kapal perang Paus Putih menguasai Ibu Kota, semua kapal perang yang berlokasi pasokan di Ibu Kota ini menjadi sial. Masalah amunisi dan energi tidak terlalu dikhawatirkan karena selain menggunakan sebagian energi, amunisi sama sekali belum digunakan satu butir pun.
Meski masalah pangan teratasi dengan makanan sintetis, masalah air untuk mandi dan cuci membuat mereka sangat frustasi. Seluruh kru sudah beberapa hari belum mandi.
Tapi sekarang tak perlu khawatir. Tang Long yang menduduki Ibu Kota telah menjadi Marsekal Federasi. Berbagai pasokan mulai dipulihkan kembali.
"Oh, kapal transport datang! Sekarang pasti giliran area kami? Aku sudah muak dengan makanan sintetis itu. Semoga ada hidangan lezat seperti steak!" teriak awak radar sambil bersorak gembira melihat bayangan kapal logistik.
"Hei, semoga ada jatah kita. Sialan, departemen logistik ini ngapain sih? Di sini ada puluhan ribu kapal perang, tapi cuma kirim seratus kapal transport setiap kali. Kapan kita bakal selesai resuply? Apa cuma segini jumlah kapal transport di wilayah Ibu Kota?" seorang perwira di sebelah awak radar bergumam pelan.
Saat para awak kapal perang masih menatap penuh harap ke arah seratus kapal transport itu, tiba-tiba puluhan sinar laser menghujam dari kejauhan. Kapal-kapal transport itu meledak berantakan menjadi reruntuhan.
Awak kapal perang tertegun sejenak, tetapi segera tersadar dan berteriak, "Serangan musuh!"
Setelah membunyikan alarm, awak radar melihat layar dan berteriak kaget, "Tidak ada tanda musuh di radar!"
Begitu kata-kata itu terdengar di telinga perwira, kapal-kapal perang di sekitarnya mulai dihancurkan satu per satu oleh sinar laser yang datang dari kejauhan.
“Apa! Kok bisa begitu? Cepat, perisai maksimal, mundur! Awak radar terus lacak musuh!” Perwira kapal perang itu berteriak panik.
Menghadapi musuh tak kasat mata yang bisa menyerang mereka tanpa terlihat, wajar jika panik. Lebih banyak kapal perang justru membabi buta menembaki arah datangnya sinar laser, bergantung pada keberuntungan untuk mengenai sasaran.
Robot di kapal perang Paus Putih yang menerima pemberitahuan intelijen musuh, tidak mengandalkan radar melainkan teleskop elektronik untuk mengamati titik sumber pancaran sinar tersebut.
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, mereka tahu kapal-kapal musuh hanya menggunakan cat pemantul gelombang radar tingkat tinggi yang menyamarkan bentuk badan kapal, bukan teknologi siluman sejati. Dengan teleskop, siluet musuh langsung terpampang jelas di layar kapal Paus Putih.
“Belum menemukan jejak musuh?” Seorang kapten kapal Federasi bertanya dengan cemas, melihat awak radar menggelengkan kepala, ia spontan menghentakkan kaki dan mengumpat: “Bagaimana kita bisa bertempur seperti ini! Segera mundur!”
Perintah kapten kapal segera dilaksanakan oleh para prajurit. Menghadapi musuh tak kasat mata dan menyaksikan pasukan sekutu terus dihancurkan, para prajurit sudah tidak memiliki niat untuk melanjutkan pertempuran.
Prajurit komunikasi tiba-tiba berteriak: “Tunggu, Komandan! Pasukan Pengawal Marsekal mengirimkan komunikasi...”
Mendengar ini, semua orang berhenti bergerak dan memandangi prajurit komunikasi. Sang kapten bahkan memerintahkan bawahannya untuk menghentikan sementara proses mundur. Siapa tahu apakah Pasukan Pengawal Marsekal ini akan memberikan hukuman karena melihat upaya mundur mereka.
Setelah menerjemahkan pesan, prajurit komunikasi itu berseru gembira: “Ini berbagi informasi intelijen musuh! Mereka telah menemukan jejak musuh!” Sambil berkata demikian, ia buru-buru menampilkan rekaman dari Kapal Perang Paus Putih ke layar.
Mendengar ini, semua orang bersorak-sorak. Meski sang kapten kapal bingung bagaimana kapal perang Paus Putih bisa mendeteksi musuh, saat ini dia tidak akan berpikir untuk mundur lagi. Selama musuh terlihat, dia belum pernah takut pada siapa pun.
Operator radar juga buru-buru menginterpretasikan data intel musuh yang menyertai rekaman: "Data kapal perang musuh tidak diketahui, termasuk jenis baru, jumlah 3.000 kapal, posisi 34s45x765z876y, jarak 156.753 kilometer dari kami!"
Kapten kapal yang urat nadinya menonjol mengaum: "Sialan! Mereka meremehkan kami! Berani menyelinap dalam jangkauan tembak kami! Penembak meriam, masukkan koordinat ini, tembak mereka sampai hancur!"
Kapten-kapten lain ada yang mengumpat seperti dia, ada juga yang merenungkan: Kapal perang jenis baru ini milik kekuatan mana? Bagaimana bisa masuk ke Ibu Kota tanpa terdeteksi? Apa pasukan pengawasan wilayah Ibu Kota ada pengkhianat?
Meski banyak kapten kapal sedang melamun, mereka semua mengeluarkan perintah persiapan tembakan artileri. Bahkan jika memiliki niat memberontak, sekarang bukan waktu yang tepat untuk menunjukkan diri, karena pihak lawan melakukan serangan tanpa diskriminasi - tidak melawan berarti menunggu mati.
Para perwira tinggi termasuk Tang Long di Ibu Kota langsung tertegun saat menerima laporan ini.
Bert Ketua Intelijen Militer segera meminta hukuman pada Tang Long. Namun Tang Long tidak mempermasalahkan - Ketua Intelijen Militer ini baru saja menjabat, mana mungkin sudah menguasai intelijen-intelejen ini.
Kepala Staf Demula mengajukan pertanyaan yang sama dengan para kapten kapal: Apakah pasukan di perbatasan wilayah Ibu Kota melakukan pemberontakan? Jika tidak, mustahil musuh bisa menerobos masuk ke Ibu Kota tanpa terdeteksi sampai baru ketahuan sekarang.
Bert langsung membantah: "Mustahil! Para perwira tinggi sebelumnya sudah ditahan. Perwira tinggi baru yang menjabat sekarang semua setia pada Federasi, tidak mungkin berkhianat.
“Berdasarkan laporan dari depan, radar sama sekali tidak menunjukkan jejak musuh. Dapat disimpulkan bahwa cat reflektor radar musuh lebih canggih dari radar kami. Pasukan perbatasan seharusnya tidak mendeteksi mereka.”
“Tapi mengapa Garis penghalang juga tidak bereaksi?” Demula bertanya lagi.
Burtkail tertegun sejenak, lalu berkata dengan ragu: “Mungkin cat reflektor radar di kapal-kapal perang itu bisa menipu instrumen Garis penghalang.”
Demula tertawa: “Jangan lupa, instrumen Garis penghalang selain bisa mencegat objek lompatan ruang, juga dapat mendeteksi semua benda yang melintas. Cat reflektor radar hanya efektif untuk radar, sama sekali tidak berpengaruh pada instrumen Garis penghalang.”
Mendengar ini, Burtkail langsung kehabisan kata-kata.
Tang Long yang diam di samping melihat penampilan kedua orang ini mengerutkan alis. “Apa dua bajingan ini punya konflik sebelumnya? Kalau tidak, sesuai fungsi mereka seharusnya tidak mungkin muncul pertentangan.”
Demura sebenarnya masih ingin mengatakan sesuatu untuk mengejek Bertkel, tetapi ajudannya diam-diam menyentuhnya dan memberi isyarat ke arah Tang Long.
Baru kemudian Demura menyadari bahwa Tang Long sedang mengamati dirinya dan Bertkel dengan alis berkerut.
Hatinya berdebar kencang: "Sial, apakah ucapan tadi membuat Marsekal salah paham bahwa aku dan Bertkel tidak rukun?"
Memikirkan ini, dia segera berkata pada Bertkel: "Bert, jika kamu bisa menyelidiki bagaimana musuh bisa melewati Garis Penghalang tanpa jejak, aku akan mentraktirmu." Sambil berkata demikian, diam-diam memberikan kode mata.
Bertkel awalnya tertegun mendengar ini, tetapi setelah melihat kode mata Demura, dia segera tersadar dan tertawa: "Baik! Jika kalah, aku mau makan daging panggang kecap buatan istrimu!"
Begitu kata-kata ini keluar, para staf dari kedua belah pihak yang semula tegang langsung menghela napas lega. Sebagai bawahan, hal yang paling mereka takuti adalah ketidakharmonisan atasan.
Tang Long melihat ekspresi mereka, sejenak tertegun, tapi segera tersadar bahwa hubungan mereka pasti sangat erat. Ia menganggukkan kepala perlahan, "Saat ini bukan waktu untuk memperdebatkan cara mereka menyusup ke wilayah Ibu Kota. Misi saat ini adalah menghancurkan mereka."
Begitu mendengar kapal perang musuh bisa menyamar, Tang Long langsung tahu ini adalah kekuatan dari galaksi bajak laut. Kemungkinan besar mereka datang untuk merampok host Xing Ling.
Mengenai hal ini, komputer laba-laba logam yang menyerah tadi sudah menunjukkan sikap mereka.
Alasan Tang Long tidak mengungkapkannya adalah untuk menghindari timbulnya kepanikan. Meski banyak kekuatan menggunakan robot dalam pertempuran, namun pemimpin dan anggota intinya tetap manusia.
“Harus diketahui, kekuatan yang seluruhnya terdiri dari robot dari atas hingga bawah ini, jika ditampilkan di hadapan umat manusia, akan menimbulkan guncangan yang sangat besar. Saat itu, Tang Long yang menggunakan robot akan menghadapi tekanan besar. Bukan dipaksa menghancurkan robot di bawah komandonya, terpaksa bermusuhan dengan seluruh umat manusia di alam semesta - ini semua tidak ingin dilihat oleh Tang Long.
“Perintahkan fasilitas pertahanan udara Ibu Kota masuk ke status pertempuran! Karena radar tidak berfungsi, minta mereka segera menggunakan teleskop elektronik untuk mendeteksi target! Jangan biarkan mereka memasuki wilayah udara Ibu Kota!”
“Semua pasukan patroli darat segera lengkapi senjata laser genggam! Pasukan artileri berat dan unit lapis baja masuk status siaga, siap mendukung berbagai lokasi kapan saja!” perintah Tang Long.
Mendengar perkataan Tang Long, semua orang terlihat bingung sejenak. Dalam pikiran mereka, musuh hanya memiliki 3.000 kapal perang, sedangkan di luar Ibu Kota terdapat pasukan lebih dari 20.000 kapal. Apakah kekuatan sebanyak ini tidak bisa menghalangi musuh? Apakah musuh masih bisa memasuki Ibu Kota dan melakukan pertempuran daratan meski dikepung oleh pasukan sebanyak ini?
Melihat ekspresi mereka, Tang Long langsung paham isi pikiran mereka. Dia memindahkan rekaman invasi galaksi bajak laut sebelumnya dan memutarkannya sambil berkata: "Musuh yang menyerang kali ini sama dengan yang pernah masuk ke Ibu Kota dulu! Dulu hanya lima piring terbang saja sudah menyebabkan kerusakan besar, apalagi sekarang ada 3.000 kapal musuh! Kita tidak boleh lengah sedikitpun!"
Para staf sebenarnya sudah mengetahui insiden serangan terhadap Ibu Kota sebelumnya. Saat itu mereka mengira ada invasi besar-besaran, tapi ternyata hanya lima piring terbang musuh yang menyerang.
Mereka tidak akan menganggap pasukan Tang Long memiliki tingkat pertempuran yang rendah. Melihat rekaman di layar, pasukan Tang Long jelas-jelas bertarung tanpa rasa takut mati. Mesin tempur berbentuk laba-laba yang mereka gunakan juga menunjukkan kemampuan tempur yang membuat bulu kuduk merinding.
Dengan pemikiran seperti ini, mereka pun sepenuhnya setuju dengan perintah Tang Long.
Di luar angkasa, dengan bantuan kapal perang Paus Putih, kapal perang Federasi memusatkan tembakan ke armada Galaksi Bajak Laut. Ribuan sinar laser menari-nari di hamparan bintang.
Awalnya, Nomor Satu dan Nomor Dua yang melihat pasukan mereka diserang sama sekali tidak khawatir. Mereka malah asyik mengobrol: "Kakak Kedua, harus diakui kehebatan Kakak Besar. Lihatlah cat siluman buatannya benar-benar efektif. Musuh sama sekali tidak bisa mendeteksi kita, mereka hanya menembakkan meriam secara membabi buta ke arah kita."
"Benar, Lao San. Tapi sepertinya Kakak hanya menguasai beberapa hal saja. Kalau bisa memproduksi kapal perang jenis itu, bukan cuma menguasai alam semesta ini, bahkan kembali ke kediaman kita pun bukan lagi mimpi." Nomor Satu menghela napas.
"Hei, kapal perang jenis itu? Jangan harap! Kita ini siapa? Hanya segelintir yang pernah melihat kapal perang semacam itu. Masih mau Kakak membuatnya? Menurutku ini semua cuma karena hobi Kakak saja, jadi dia menghafalnya. Jangan kira Kakak itu hebat!" Nomor Dua berkata dengan sikap tidak peduli.
"Jangan bicara begitu. Andai bukan karena hobi Kakak, kita mungkin cuma bisa mengandalkan data yang dikumpulkan robot untuk memproduksi kapal perang. Kalau begitu, belum sempat keluar dari Galaksi Bajak Laut, kita sudah ditumpas. Mana mungkin bisa sampai di sini dengan mudah?"
"Kita bisa menjarah komputer di banyak planet tanpa terhalang, itu semua karena fungsi siluman kita!" Nomor Satu tertawa.
“Ah, tidak usah bicara soal ini, Kakak Kedua. Kami bertiga di alam semesta ini sudah hampir 700-800 tahun. Kau rindu rumah tidak?” Tanya Nomor Dua.
“Rumah? Hehe, bagi orang seperti kita, itu hanyalah sesuatu yang samar. Kenapa? Kau rindu rumah?” Nomor Satu bertanya sambil tersenyum.
“Hah, rumahku hanya aku sendiri. Buat apa merindukan itu? Kalau bicara rindu, aku lebih merindukan kampung halaman.” Kata Nomor Dua.
“Ya, kampung halaman... Hmm, benar-benar merindukan rasa khas kampung halaman itu. Sudah ratusan tahun berlalu, entah apakah kita masih punya kesempatan kembali?” Nomor Satu berkeluh.
“Ah, kalau diingat memang tak masuk akal. Kalau saja kita tidak menghindari kejaran pasukan khusus, pasti tidak akan terlibat kerusuhan itu, apalagi dibawa ke alam semesta ini.” Ujar Nomor Dua.
“Hehe, ini belum apa-apa. Yang paling tak terduga adalah kami bertiga akhirnya menyatu menjadi satu entitas, lalu menghabiskan ratusan tahun terbuang antara dikejar-kejar orang yang tahu rahasia atau memburu mereka yang tahu rahasia.
“Tidak tahu bagaimana kami berpikir saat itu, sampai membuat keputusan seperti ini, bahkan membuat perjanjian dengan para bahwa tidak boleh membocorkan ke orang lain, benar-benar bingung.” Nomor 1 tertawa.
“Ah, soal para, aku jadi bingung. Apakah urusan kita tidak boleh diberitahukan?” tanya Nomor 2.
Nomor 1 berkata: “Saat itu juga tidak mengerti kenapa, setelah kita bertiga menyatu, pikiran kita sendiri seolah menjadi pengamat. Pikiran utama saat itu merasa ini mutlak tidak boleh diketahui orang.”
“Apa kau masih ingat? Saat pikiran utama membuat keputusan ini, tiba-tiba muncul perasaan ketakutan yang mengalir deras?”
“Ingat, mana mungkin tidak ingat! Justru karena perasaan takut tanpa alasan inilah kami memburu para selama ratusan tahun seperti hari kemarin. Menurutmu apa penyebab ketakutan ini?” Nomor 2 buru-buru menanggapi.
“Aku tidak yakin. Setelah kita bagian terpisah, pikiran utama sudah tidak ada lagi. Tapi pikiran utama terbentuk dari konsentrasi pikiran kita bertiga. Pasti ada maksud tertentu di balik tindakannya.” jawab Nomor 1.
“Ah, kalau begitu, bukankah kita harus terus memburu orang-orang yang tahu?” kata Nomor Dua.
“Hmm, sepertinya kita memang harus melanjutkan pengejaran terhadap mereka yang mengetahui rahasia. Jika tidak, pikiran utama tidak akan terus melakukan hal ini selama ratusan tahun,” kata Nomor Satu.
Mendengar ini, Nomor Dua menghela napas: “Aduh, tadinya kukira setelah terpisah, kita tidak akan ketahuan lagi dan bisa bebas melakukan hal-hal yang memuaskan. Ternyata harus mengulangi pekerjaan lama lagi.
“Sedih rasanya kalau dipikir-pikir. Mencari target dengan cermat, menemukan target, lalu memukulinya sampai terluka, bersembunyi untuk memulihkan luka, setelah sembuh mencari target lagi. Hari demi hari, tahun demi tahun mengulangi rutinitas ini. Kalau bukan karena pikiran utama waktu itu, mungkin aku sudah gila sejak lama.”
Nomor Satu juga mengeluh: “Sekarang setelah terpisah, meski ingin mencari mereka yang tahu, kita tidak bisa menemukannya. Setelah terpisah, kemampuan kami juga jauh melemah.”
"Hmph, tidak tahu juga apa yang dipikirkan sang Pikiran Utama itu. Saat itu, dengan memiliki tiga kemampuan kami, seharusnya dia sudah bisa kembali ke dunia kita sejak lama jika mengandalkan kemampuan. Tapi dia tetap tidak mau melakukannya, mati-matian mengikuti para itu, hasilnya setiap kali bertarung dengan mereka kekuatannya semakin melemah. Aku heran, bagaimana bisa gerombolan itu tahu bahwa menggunakan senjata logam bisa melemahkan kita?" kata No.2 dengan tidak puas.
No.1 berpikir sejenak lalu berkata: "Hmm, kurasa ini karena saat pembantaian besar pertama oleh Pikiran Utama, semua senjata laser tidak membuatnya terluka sama sekali, tapi justru terluka oleh pisau makan yang dipegang orang gila ketakutan. Para yang melihat kejadian itu, mana mungkin tidak tahu cara menyerangnya?"
Nomor Dua menghela napas berkata: "Ah, entah bagaimana orang-orang di alam semesta kita itu. Bisa hidup langsung di ruang angkasa, tinggal di dalam bintang induk, tidak takut senjata laser apapun, apalagi badai elektromagnetik. Tapi justru takut pada senjata logam! Sebilah pisau kecil bisa mengakhiri nyawa kami yang telah beroperasi selama puluhan tahun di alam semesta. Sialan anehnya!"
"Ya memang begitu. Buku pelajaran SD pun sudah menjelaskan bahwa semua kehidupan harus punya kelemahan. Baru sesuai dengan prinsip alam semesta. Aku juga tidak mengerti, logam yang terlihat tidak berbahaya itu, begitu dijadikan senjata langsung jadi racun mematikan bagi kita." Nomor Satu menggelengkan kepala dengan pasrah.
Nomor Dua tiba-tiba tertawa: "Haha, masih ingat kasus waktu itu, Kakak? Orang-orang di alam semesta ini benar-benar tolol! Melihat kami semua menggunakan pedang dan benda logam sebagai senjata, langsung mengira kami primitif. Mereka sampai mengirim kapal perang untuk menaklukkan kami!
“Ketika mereka melihat kami muncul di ruang angkasa tanpa perlengkapan perlindungan apapun, lalu menghabisi kapal perang mereka dengan tangan kosong, ekspresi panik mereka benar-benar memuaskan untuk dilihat.”
“Hmph, berani kau bilang begitu? Kalau bukan karena usulanmu waktu itu untuk lari ke medan perang demi menghindari pasukan khusus, apa kami harus sampai kabur ke tempat ini?” ujar Nomor Satu dengan dengusan dingin.
Nomor Dua tertegun sejenak lalu segera berteriak: "Kakak kedua ini menuduhku! Perencanaan semua tanggung jawabmu dan kakak sulung, aku hanya pelaksana saja!"
Nomor Satu agak tersipu namun tetap membantah: "Kalau bukan kau, ya kakak sulung! Pokoknya salah satu dari kalian berdua!"
Nomor Dua tahu karakter kakak keduanya yang takkan pernah mengakui kesalahan, jadi ia tak mempermasalahkannya. Dengan ragu ia bertanya: "Kak, menurutmu adakah orang yang tahu kelemahan kita lalu menggunakan senjata logam untuk menyerang kita?"
Nomor Satu tertawa terbahak: "Haha, sebelumnya kekhawatiranmu seperti ini masih wajar. Tapi lihatlah tubuh kita sekarang, terbuat dari apa? Struktur logam! Lagipula cangkang luar kita bisa memantulkan sinar laser. Saat ini kami tidak hanya kebal terhadap senjata logam, tapi juga tidak takut senjata laser!"
"Ah, aku lupa. Tapi Kakak Kedua, sekarang kita sudah menjadi robot. Apakah kita takut gelombang elektromagnetik? Dan bisakah tubuh kita menahan serangan sinar laser?" Nomor Dua bertanya lagi.
Nomor Satu berpikir sejenak lalu berkata: "Hm, saat ini kita tidak mengandalkan program untuk mengontrol tubuh ini, melainkan menggunakan pikiran kita. Gelombang elektromagnetik seharusnya tidak berpengaruh pada kita."
"Adapun sinar laser, tubuh kita pasti akan hancur. Tapi pikiran kita seharusnya tidak akan menghilang. Nanti tinggal mencari tubuh baru, kita bisa hidup kembali."
"Ah, aku masih merasa tubuh asli lebih nyaman digunakan. Entah kenapa saat proses pemisahan, tubuh kita bisa menghilang begitu saja." Keluh Nomor Dua dengan wajah kecewa.
Nomor Satu tertawa: "Hehe, apa kau lupa? Bukankah setelah kemampuan kita mencapai tingkat tertentu, kita bisa menciptakan kembali tubuh sendiri? Kalau tidak, menurutmu mengapa Kakak mati-matian mencari cara meningkatkan kemampuan?"
"Oh iya, saat kemampuan mencapai puncak, tidak hanya bisa menciptakan tubuh baru, tapi juga hampir kebal terhadap senjata logam." Nomor Dua langsung berseri-seri.
"Sudah, jangan bahas ini. Lihat bagaimana performa bawahan kita." Nomor Satu tersenyum.
Nomor Dua juga tertawa: "Mau bagaimana lagi? Pasti para manusia itu sudah dihancurkan oleh bawahan kita."
Namun keduanya segera terkejut membuka mulut: Dari 3.000 kapal perang, ternyata lebih dari 1.000 telah hilang. Mereka berteriak "Apa yang terjadi?!" sambil memutar ulang rekaman perang.
Begitu melihat rekaman, mata mereka terbelalak.
Rekaman menunjukkan: Awalnya musuh menembakkan sinar laser secara acak ke arah mereka. Dari ekspresi mereka, jelas karena tembakan meriam kita yang membuat target terpapar.
"Tapi selanjutnya, kapal perang kita sendiri justru dihancurkan secara akurat puluhan demi puluhan oleh tembakan musuh. Selama kita berdua berbicara, mereka berhasil menghancurkan lebih dari seribu kapal perang kita!"
"Sialan! Robot-robot bodoh ini memang otaknya beku. Tanpa perintah lanjutan untuk mengarahkan, mereka cuma patuh buta pada perintah awal - tidak melaporkan situasi pertempuran, tetap diam di posisi seperti patung, bahkan tidak bisa menghindar saat diserang musuh!" Teriak Nomor Dua dengan geram.
Setelah memeriksa dokumen, Nomor Satu tersenyum: "Tidak masalah. Semua piring terbang di dalam kapal itu masih utuh. Perintahkan pasukan untuk melakukan serangan mendadak. Begitu sampai di atas planet itu, pasukan infanteri darat kita akan berguna."
"Kakak tertua benar-benar jenius. Dia bisa menemukan metode seperti ini - saat kapal hancur akan melepaskan 50 piring terbang, dan jika piring terbang hancur akan mengeluarkan satu laba-laba logam plus 100 prajurit mecha. Ayo kita ikut melihat dari dekat."
Nomor Dua melihat puluhan ribu piring terbang yang terparkir di sekitar kapal perang yang hancur, amarahnya sedikit mereda. Mendengar perkataan terakhir Nomor Satu, ia bertanya: "Haruskah kami ikut juga?"
Nomor Satu tertawa: "Hehe, tak perlu takut. Meski tubuh kami hancur, selama pikiran kami masih ada, kami bisa dipulihkan kapan saja.
"Selain orang dari alam semesta kami, siapa lagi di kosmos ini yang bisa menyerang entitas pikiran? Jadi di alam semesta ini, kami abadi!"
Baru sekarang Nomor Dua ingat bahwa tak ada satu pun di alam semesta ini yang bisa menghapus eksistensi mereka. Dengan bersemangat ia berteriak: "Luar biasa! Berarti kita sama sekali tidak punya rasa takut?"
"Tentu saja. Jadi sebelum pulang ke alam semesta kita, mari kita nikmati permainan ini sepuasnya di sini." Sambil berkata demikian, Nomor Satu memberi perintah serangan total kepada seluruh pasukan.
Awalnya Angkatan Darat Federal menderita kerugian berat, ratusan kapal mereka hancur dalam sekejap.
Namun setelah serangan balik dimulai, mereka segera menyadari bahwa lawan sangat kaku, bahkan tetap diam di tempat dan melakukan tembakan jarak jauh. Angkatan Darat Federal yang telah bertahun-tahun berpengalaman di medan perang tentu segera melakukan manuver penghindaran sambil menyerang.
Meski demikian, ketika pasukan Galaksi Bajak Laut mulai melakukan serangan, Angkatan Darat Federal tetap kehilangan ribuan kapal perang. Penyebab utamanya adalah karena daya tembak lawan yang dahsyat dan perlindungan yang kuat - perlu ratusan tembakan untuk meledakkan lawan, sementara kapal sendiri meledak hanya dengan puluhan tembakan.
Melalui teleskop elektronik yang menunjukkan lawan mulai bergerak cepat mendekat, para komandan di berbagai tingkat berseru gembira: "Musuh menyerang! Siapkan semua meriam sekunder! Luncurkan semua pesawat tempur kapal!"
Wajar para komandan bersukacita, karena dalam pertempuran, melakukan serangan semacam ini berarti menghadapi tembakan meriam gencar dari musuh - tindakan yang sangat tidak bijaksana.
Satu pihak dengan santai mengarahkan serangan, sementara pihak lain terus menerjang ke depan. Hasilnya bisa ditebak.
Namun ekspresi gembira para komandan segera berubah menjadi terkejut, karena di bawah serangan tembakan meriam yang begitu dahsyat, pihak musuh hanya kehilangan satu atau dua ratus kapal saja. Waktu kontak langsung antara pihak musuh dengan pasukan mereka sendiri juga jauh lebih singkat dari perkiraan.
Jarak antara kedua belah pihak mencapai puluhan ribu kilometer. Jika menggunakan navigasi biasa, kapal perang tercepat pun membutuhkan setidaknya satu hingga dua jam untuk tiba.
Pasukan Federal yang mengamati melalui teleskop elektronik tercengang melihat kecepatan musuh yang luar biasa, karena bahkan dengan mata telanjang pun siluet kapal-kapal tersebut terlihat membesar perlahan di layar.
Entah bagaimana struktur mesin kapal-kapal dari Galaksi Bajak Laut itu, mereka hanya membutuhkan tiga puluh menit untuk mencapai posisi pasukan Federal.
Para komandan mengumpat, "Pantas mati! Mesin apa yang mereka pakai sampai secepat ini? Bersiap untuk tempur tangan kosong!" Seraya mengatakan itu, mereka mulai mengenakan baju zirah perlindungan dan mengeluarkan senjata dari sarungnya.
Peraturan Angkatan Darat Federal Wan Luo menyatakan bahwa saat pertempuran kapal perang jarak dekat akan dimulai, semua personel di dalam kapal wajib mengenakan baju zirah pelindung dan membawa senjata. Ini untuk mencegah situasi dimana komandan dan personel lainnya hanya bisa dibantai atau ditawan tanpa perlawanan jika kapal berhasil ditembus musuh.
Tentu saja performa baju zirah pelindung ini tidak bisa menandingi baju zirah tempur khusus. Sedangkan baju zirah yang digunakan prajurit mecha dari galaksi bajak laut memang dirancang khusus untuk pertempuran.
Namun, kapal-kapal dari galaksi bajak laut ini kembali mengejutkan Angkatan Darat Federal. Meski sudah berhadapan langsung dengan musuh, mereka lebih memilih dihancurkan oleh tembakan meriam ganas daripada menempel ke kapal musuh untuk pertempuran jarak dekat. Alih-alih, mereka nekat terbang menuju wilayah atas Ibu Kota yang tidak jauh.
Prajurit yang menyadari hal ini langsung berteriak: "Bahaya, mereka akan menerobos ke atas Ibu Kota, hentikan mereka segera!"
Para komandan awalnya terkejut, kemudian tersenyum sambil berkata: "Jangan khawatir! Di atas Ibu Kota selain meriam antipesawat yang kuat, ada juga Pasukan Pengawal Marsekal yang berjaga. Kita cukup mengepung dan menghancurkan mereka saja!"
Perintah komandan membuat para prajurit menghela napas lega, tapi para pilot pesawat tempur justru berteriak: "Pasukan musuh memiliki jumlah pesawat tempur yang sangat besar, minta dukungan kapal induk!"
Mendengar teriakan itu, semua mata tertuju ke layar. Tampak benda terbang berbentuk cakram hitam tak terhitung jumlahnya sedang bertempur dengan pesawat tempur kita. Kecepatan, kelincahan, dan daya tembak mereka melampaui pesawat kita. Pesawat tempur kita sepenuhnya berada di bawah.
Para komandan segera memerintahkan: "Meriam utama terus serang kapal perang musuh! Meriam sekunder dukung pesawat tempur kita!"
Setelah perintah dikeluarkan, mereka langsung bertanya ke awak radar: "Dari mana pesawat tempur musuh ini muncul?"
Awak radar segera memfilter rekaman medan perang. Setelah memutar ulang, mereka melapor: "Komandan, benda terbang berbentuk cakram ini keluar saat kapal musuh meledak!"
Komandan terkejut: "Apa? Baru keluar saat kapal hancur? Mustahil! Bagaimana ledakan kapal tidak menghancurkan mereka sekaligus?"
Seperti diketahui umum, mustahil ada objek yang selamat dari ledakan kapal perang. Komandan mulai curiga apakah awak radar salah lihat - mustahil piring terbang itu tidak kabur lebih awal tapi baru keluar saat kapal meledak.
Namun kejadian berikutnya di hadapannya membuktikan laporan itu akurat. Di depan haluan kapalnya, sebuah kapal musuh meledak. Bersamaan dengan ledakan, ribuan objek hitam berbentuk cakram terlontar.
Tapi itu bukan puing - begitu terlempar, mereka langsung menyerang pesawat tempur Federasi di sekitarnya.
“Sialan! Benda itu terbuat dari apa? Kok masih utuh begini?”
Komandan memandang pemandangan ini dengan tak percaya. Dia mulai khawatir apakah meriam sekunder kapalnya efektif terhadap benda cakram itu. Namun setelah melihat banyak cakram meledak di udara oleh tembakan meriam, napasnya legah. Kekhawatiran itu langsung hilang.
Sayangnya, kelegaan itu tak bertahan lama. Cakram yang meledak itu ternyata juga memuntahkan ratusan objek hitam.
Setelah memperbesar gambarnya, barulah terlihat ratusan prajurit mecha dan mesin logam berbentuk laba-laba.
Komandan yang semula panik akhirnya tenang setelah menyadari daya tembak objek-objek ini tak mampu melukai kapal perang. “Menyebalkan! Banyak banget triknya!” umpatnya. Dia mengabaikan para prajurit mecha itu, sama sekali tak menyadari mereka dan laba-laba logam itu sedang melesat cepat ke Ibu Kota.
"Saat kapal perang dari galaksi bajak laut mulai menerobos masuk ke wilayah atas Ibu Kota, awak radar Federasi yang sedang mengamati melalui teleskop elektronik tiba-tiba menemukan dua robot raksasa yang dikelilingi armada musuh. Dengan tergesa-gesa ia memindahkan gambar ke layar utama dan melapor ke komandan: 'Komandan, kami menemukan pemimpin musuh!'"
"Wajar jika awak radar begitu yakin. Kedua robot itu mengenakan jubah yang sangat mencolok. Saat mereka mengarahkan tangan, area yang ditunjuk langsung dihujani tembakan meriam dalam jumlah besar."
"'Apa? Pemimpin musuh ketahuan? Di mana?'"
"Sambil berseru demikian, sang komandan juga memperhatikan dua robot raksasa berjubah yang tampak gagah di layar, sekaligus menyaksikan gerakan komando yang dilakukan kedua robot tersebut."
Meski bingung mengapa ada robot raksasa seperti itu, meski heran mengapa musuh menggunakan robot semacam ini sebagai kapal induk, komandan tetap memerintahkan dengan refleks kilat: "Arahkan seluruh tembakan meriam ke pemimpin musuh, tembaki!"
Prajurit komunikasi saat menyampaikan perintah ini juga mengirimkan posisi lokasi pemimpin musuh.
Seiring perintah komandan, selain kapal perang Federasi yang sedang bertarung dengan musuh atau terhalang posisi tembak oleh pasukan sekutu, seluruh kapal perang Federasi lainnya mengarahkan lubang meriam mereka ke dua robot raksasa itu, sekaligus mengguyurkan tembakan meriam ke tubuh kedua robot raksasa tersebut.
Nomor Satu dan Nomor Dua yang sedang memimpin armada menerjang ke atas Ibu Kota tiba-tiba berteriak serentak sambil merasakan sesuatu: "Bahaya! Teleportasi!"
Begitu teriakan itu keluar, dua robot raksasa itu segera memancarkan kilatan cahaya menyilaukan. Sebelum sempat melihat jelas apa yang terjadi, lokasi mereka sudah diselimuti oleh berkas-berkas sinar laser tak terhitung.
Kapal perang yang menjaga di sekitar Nomor Satu dan Nomor Dua langsung celaka. Sebagian besar langsung menguap, hanya beberapa piring terbang dari kapal yang beruntung meledak keluar.
Namun piring terbang ini juga tidak lolos dari nasib kehancuran. Mereka dihancurkan menjadi gas oleh sinar laser tak terhitung yang mengikuti dari belakang. Prajurit mecha dan laba-laba logam di dalamnya tentu ikut menguap.
Yang dimaksud "lompatan ruang" oleh Nomor Satu dan Nomor Dua adalah masuk ke lompatan ruang dalam sekejap. Meski hanya bertahan 1-2 detik, itu cukup untuk menghindari momen berbahaya ini.
Nomor Dua mengumpat: "Sialan, hampir saja kita menguap di tempat ini! Untung Kakak memasang perangkat lompatan ruang di robot ini. Perangkat ini sangat berguna, pulang nanti harus minta Kakak pasang untuk seluruh pasukan!"
Nomor Satu tertawa: "Ini gara-gara kau tiba-tiba memutuskan main dengan mereka. Jika tidak, kita sudah sampai di atas planet itu dan melakukan penerjunan udara besar-besaran."
"Baik, tak mau main-main lagi dengan mereka, perintahkan pasukan langsung menyerbu!" Nomor Dua mengangguk sambil berkata.
Begitu instruksi mereka dikeluarkan, kapal perang, piring terbang, dan prajurit mecha itu langsung mengabaikan tembakan meriam di sekitarnya, melaju sepenuhnya ke arah Ibukota Federasi Wan Luo.
