Chen Yu tiba di markas militer. Meski sangat enggan, menghadapi penjaga berwajah datar, ia pasrah menjalani beberapa kali pemeriksaan sebelum akhirnya bertemu Tang Long.
Tanpa basa-basi, ia langsung berkata: "Aku butuh bantuan ekonomi dari Dinasti Tang-mu."
Ekspresi Tang Long menunjukkan keheranan, "Hmm? Butuh bantuan ekonomi dari Dinasti Tang-ku? Meski zona ekonomi utama hancur, bukankah cadangan dana wilayah Ibu Kota Federasi Wan Luo selama bertahun-tahun mencapai angka yang fantastis?"
Chen Yu tak tahu apakah keterkejutan Tang Long asli atau pura-pura. Ia menghela napas: "Meski ada cadangan besar, kenaikan harga komoditas secara drastis membuat dana itu cuma cukup untuk tiga bulan. Karena itu bantuanmu dibutuhkan."
"Kenaikan harga komoditas? Pasokan tiga bulan?"
Tang Long tertegun. Dia tidak mengerti hubungan antara rekonstruksi ekonomi dan kenaikan harga komoditas. Lagipula, pasokan tiga bulan yang disebutkan itu untuk apa? Benarkah dana cadangan sebesar itu hanya bisa bertahan tiga bulan?
Setelah Tang Long mengutarakan pertanyaannya, Chen Yu segera memberikan penjelasan.
Tang Long melompat berdiri dan berteriak tanpa sadar, "Apa?! Kau bilang dana cadangan sebesar itu untuk membeli barang-barang itu demi pasokan rakyat wilayah Ibu Kota? Apa kau tidak salah? Bukankah dana cadangan pemerintah digunakan untuk urusan lain?"
Chen Yu mengangguk dengan pasrah, "Tidak ada cara lain. Memang demikian. Jika pasokan tidak terjamin, seluruh rakyat Ibu Kota akan melakukan pemberontakan besar dalam sekejap."
Tang Long masih terkejut, "Bagaimana mungkin? Jika tidak ada pasokan makanan, rakyat memberontak, itu aku percaya. Tapi pasokan yang kau sebutkan itu kan barang konsumsi pribadi. Tanpa itu, rakyat tetap memberontak?
“Tidak mungkin! Ini semua bukan kebutuhan pokok, kalau rakyat ingin menikmatinya, bukankah mereka bisa membeli sendiri? Mengapa harus dipasok?”
Chen Yu menghela napas dan berkata: "Ini semua akibat dimanjakan oleh pemerintah sebelumnya. Seperti yang kau tahu, penduduk awal wilayah Ibu Kota semuanya adalah keluarga para pendiri Federasi dan bawahannya. Untuk menjaga keluarga mereka, mereka mengeluarkan undang-undang pasokan gratis semua barang konsumsi bagi rakyat wilayah Ibu Kota."
Tang Long mengangguk: "Aku tahu ada undang-undang itu, tapi tak menyangka asal-usulnya seperti ini. Yang membuatku heran, Federasi sudah berdiri ratusan tahun, mengapa undang-undang ini masih bertahan?"
Chen Yu menjelaskan: "Sebenarnya setelah para pendiri meninggal, undang-undang ini hendak dihapus. Tapi sebagian besar pejabat dan anggota dewan berikutnya berasal dari wilayah Ibu Kota."
“Bahkan para pejabat dan anggota dewan yang bukan berasal dari Ibu Kota, gerakan pertama mereka setelah menjabat adalah memindahkan keluarga mereka sendiri ke Ibu Kota. Hampir semua keluarga anggota dewan dan pejabat tingkat atas menikmati manfaat dari undang-undang ini.
“Karena alasan inilah, undang-undang ini tetap bertahan selama ratusan tahun tanpa pernah dihapus.”
Tang Long menyeringai dingin: "Hmph, pantas saja dulu banyak orang yang berusaha keras masuk ke Ibu Kota. Tapi sekarang wilayah Ibu Kota berada dalam kendali kita, menghapus undang-undang ini seharusnya tidak sulit, bukan?"
"Tidak sulit?" Chen Yu tersenyum getir: "Masalah gagalnya menjaga pasokan saja sudah cukup untuk menjatuhkan kita. Bayangkan konsekuensi jika undang-undang ini dihapus?"
"Hmph, aku tidak percaya ada yang berani mempertaruhkan nyawa hanya untuk barang yang bisa dihabiskan ini," dengus Tang Long.
Chen Yu mengingatkan: "Jangan berharap militer akan mendukung kita dalam hal ini, karena keluarga militer juga menikmati pasokan seperti ini."
Tang Long tertegun mendengar hal ini. Jika demikian, mustahil baginya mengandalkan militer untuk menghapus undang-undang ini. Memikirkan hal itu, Tang Long tak bisa menahan diri untuk bergumam pelan: "Apakah benar-benar tidak ada solusi lain untuk menyelesaikan masalah undang-undang ini?"
"Ada, tapi tidak cocok untuk kita. Karena selama wilayah Ibu Kota diduduki oleh kekuatan lain, rakyat Ibu Kota tidak akan berani mengajukan permintaan khusus. Sedangkan kita yang berasal dari militer kelahiran Ibu Kota, tidak bisa menyelesaikan masalah ini." Chen Yu menghela napas.
"Oh, kalau begitu lebih baik Angkatan Darat Federal menyerah tanpa perlawanan kepada Dinasti Tang. Dengan begitu, bukankah semua masalah akan selesai?" kata Tang Long dengan senyuman aneh.
"Apa?!" Chen Yu terkejut, lalu menggelengkan kepala panik: "Tidak boleh! Rakyat Ibu Kota tidak akan menyerah!"
“Asalkan militer menyerah, mana mungkin mereka bisa memilih untuk menyerah atau tidak. Tenang, nanti akan kuajari mereka baik-baik, biar mereka tahu arti 'bekerja baru dapat hasil'.” Tang Long berkata sambil tersenyum nakal.
Chen Yu merasa sangat cemas. Jika Tang Long menggunakan taktik ini, bukankah ini lebih buruk daripada menyaksikan dirinya digulingkan oleh rakyat?!
Dia buru-buru berkata: "Ini mustahil! Bagaimana mungkin Angkatan Darat Federal menyerah pada Dinasti Tang? Baru kau umumkan keputusan ini, militer pasti langsung memberontak. Jangan lupa, alasan militer patuh pada perintahmu sekarang karena kau Marsekal Federasi Wan Luo, bukan karena kau penguasa Dinasti Tang.
"Lagipula ini urusan administratif yang termasuk dalam wilayah kewenanganku. Apa kau mau melanggar perjanjian kita dulu?" Setelah berkata demikian, matanya menatap tajam ke arah Tang Long.
"Hehe, aku cuma bercanda." Tang Long berkata sambil tertawa: "Ngomong-ngomong, bantuan ekonomi apa yang dibutuhkan dari Dinasti Tang?"
"Pertama adalah bantuan dalam berbagai jenis persediaan, kami bisa membeli sesuai harga Dinasti Tang;
"Kedua adalah bantuan pembangunan ekonomi, berharap pengusaha Dinasti Tang bisa berinvestasi di wilayah Ibu Kota, Pemerintah Federal bersedia memberikan berbagai syarat preferensial seperti pembebasan pajak selama tiga tahun;
"Ketiga adalah pembangunan industri pertahanan, berharap Dinasti Tang dapat mengirimkan insinyur untuk membantu Federasi membangun sistem industri pertahanan baru."
Chen Yu tahu dua poin terakhir mungkin membuat Dinasti Tang menguasai ekonomi dan industri pertahanan wilayah Ibu Kota, namun kondisi ekonomi saat ini benar-benar hancur, sementara sistem industri pertahanan sangat buruk - bahkan senjata tingkat tinggi pun tidak bisa diproduksi.
Meski sangat tidak rela, untuk membangkitkan kembali wilayah Ibu Kota yang sedang diblokade oleh berbagai kekuatan, hanya bisa mengandalkan bantuan Dinasti Tang. Sungguh tidak ada pihak lain yang bisa dimintai tolong.
Mengapa wilayah Ibu Kota yang memiliki kekuatan ekonomi kuat justru tidak memiliki sistem industri pertahanan yang mumpuni?
Penyebab utamanya adalah di era Federasi Wan Luo, untuk melindungi lingkungan indah wilayah Ibu Kota, para pejabat dan anggota dewan malah melarang pendirian pabrik militer di wilayah tersebut. Akibatnya, industri pertahanan wilayah Ibu Kota saat ini hanya mampu melakukan perbaikan dan memproduksi pesawat antariksa kepolisian sederhana.
Bahkan untuk menambah pasukan, mereka harus membeli kapal perang dari luar. Selain itu, sama sekali tidak ada cara lain untuk meningkatkan kekuatan militer.
Solusi ini pun kini mulai bermasalah karena kekuatan di sekitar telah memblokade wilayah Ibu Kota, membuat pembelian kapal perang menjadi mustahil.
Tang Long merasa girang mendengar ini. Bukankah sistem ekonomi dan industri pertahanan wilayah Ibu Kota akan mudah jatuh ke tangan mereka sendiri?
"Meski sangat ingin langsung menyetujui, tapi Tang Long tahu dirinya awam dalam hal ini. Memanggil profesional akan lebih bisa memperoleh manfaat," ujarnya. "Oh, begitu. Aku tidak paham masalah ekonomi ini. Bagaimana kalau kita tunggu staf Kementerian Keuanganku datang dulu baru berdiskusi denganmu?"
"Kau juga tahu, dalam menghadapi masalah perdagangan, kami semua orang awam. Lebih baik serahkan pada profesional saja."
Meski Tang Long tidak langsung menyetujui, Chen Yu tahu hatinya sudah tergoda.
Wajar saja. Menguasai ekonomi dan industri pertahanan Ibu Kota, mana mungkin Tang Long tidak tergoda. Chen Yu mengangguk, "Kalau begitu tolong segera kirim perwakilan untuk berunding." Ia pamit pulang untuk menyusun rencana mengimbangi kekuatan Tang Long.
Setelah Chen Yu pergi, Tang Long segera berkata pada dua gadis cantik di belakangnya: "Beritahu Yuna agar segera kirim tim perunding. Ah, orang-orang wilayah Ibu Kota ini terlalu dimanjakan sampai pemerintah harus menyuplai semua barang konsumsi secara gratis."
"Junjungan, apakah saat ini benar-benar tidak bisa menyelesaikan masalah ini?" tanya Feng Bing setelah mengirimkan perintah. Dia tidak mengerti bagaimana rakyat di wilayah Ibu Kota bisa hidup mendapatkan sesuatu tanpa usaha.
Tang Long menghela napas: "Dengan pasukan yang berasal dari wilayah Ibu Kota ini, benar-benar tidak bisa menyelesaikan masalah. Seperti kata Chen Yu, begitu masalah ini disentuh, militer akan memberontak.
"Sebelumnya tidak masalah hanya karena kita menyentuh persediaan makanan, bukan barang konsumsi ini. Kalau tidak, protesnya bukan sekadar demo biasa.
"Sebenarnya bisa menyelesaikan masalah dengan langsung memindahkan pasukan Tang untuk menduduki wilayah Ibu Kota. Tapi Korps Tang masih memiliki target penaklukan yang lebih penting, sementara tidak bisa dipindahkan ke sini."
"Kalau begitu, setelah kita merekrut prajurit dari luar wilayah Ibu Kota dan membersihkan prajurit asal wilayah Ibu Kota, bukankah masalah bisa teratasi?" kata Feng Shuang.
"Benar, hanya itu solusinya. Tapi butuh waktu sangat lama." Tang Long menoleh bertanya: "Ngomong-ngomong, di mana Xing Ling dan yang lain?"
Feng Shuang menjawab: "Nona mereka berada di Departemen Riset."
"Departemen Riset? Mereka pergi ke sana untuk apa? Bukankah semua dokumen penelitian Federasi Wan Luo sudah ada di kepala mereka?" Tang Long bertanya.
"Penelitian yang dilakukan nona-nona itu membutuhkan banyak fasilitas, sementara sarana di Departemen Riset adalah yang paling lengkap di tempat ini." Feng Shuang menjelaskan.
"Pesawat antariksa yang akan menjemput mereka pulang akan tiba dalam beberapa hari. Masih melakukan penelitian apa lagi?" Tang Long berkata begitu, tapi dia juga tahu Xing Ling dan kawan-kawan bersusah payah membantu dirinya. Setelah menghela nafas dia bertanya: "Bagaimana tindakan perlindungan untuk mereka?"
Saat ini yang paling ditakuti Tang Long adalah keberadaan Xing Ling dan kawan-kawan ketahuan oleh tiga bajingan yang bisa menyerap kesadaran itu.
“Departemen Riset sudah diambil alih oleh Korps, kecuali penjaga gerbang yang masih merupakan penjaga asli dari departemen tersebut, penjaga lainnya semuanya adalah prajurit kami, selain itu agen rahasia dan mata-mata juga telah bergabung dalam upaya perlindungan.” Feng Shuang tersenyum.
Mendengar ini, Tang Long tahu bahwa tingkat perlindungan untuk Xing Ling dan yang lainnya sudah sangat tinggi. Ia pun merasa tenang dan mulai memeriksa kondisi militer.
Ruang bawah tanah gedung bagian penelitian di Ibu Kota Federasi Wan Luo.
Aula kontrol utama bagian penelitian yang luas kini terlihat sepi. Pemandangan ramai dan hiruk-pikuk yang sebelumnya menghiasi aula kontrol telah hilang, hanya menyisakan dua manusia dan seekor kucing di dalamnya.
Mereka masing-masing menguasai satu panel kontrol, sibuk dengan aktivitas masing-masing.
Tang Xing dan Xing Ling tidak menunjukkan gerakan aneh, hanya mengetik keyboard dengan cepat. Nasib malang menimpa kucing hitam kecil yang harus melompat-lompat di atas keyboard.
Kucing hitam kecil itu berhenti dan berjongkok di samping keyboard. Ia mengusap dahinya dengan cakar, lalu menggoyangkan kedua kaki depannya sambil berteriak: "Ya ampun! Dengan cara mengetik seperti ini, kapan aku bisa mengeluarkan dokumen-dokumen ini?!"
Tang Xing mendengar ini, menghentikan gerakannya dan berkata: "Benar, ini sangat merepotkan. Tidak hanya tidak terbiasa, tapi juga terlalu lambat. Kakak, bagaimana kalau kita langsung menggunakan kemampuan kita untuk meneliti data? Ada banyak data robot tempur yang harus dicari dari database negara lain."
Xing Ling menggelengkan kepala: "Tidak boleh, bukankah Tang Long melarang kita langsung mengakses jaringan? Lagipula dalam beberapa hari pesawat antariksa dari Dinasti Tang akan menjemput kita. Bertahanlah beberapa hari lagi, setelah kembali ke Dinasti Tang kalian bebas berbuat apa saja."
"Aduh, bukankah semua musuh sudah dihancurkan? Di wilayah Ibu Kota tidak ada musuh sama sekali, masa kita akses internet sedikit saja tidak boleh?" protes Tang Xing.
Kucing hitam kecil segera mendukung: "Iya! Sekarang di sekitar kita sama sekali tidak ada musuh, pondasi dasar tidak akan ketahuan. Jika aku bisa langsung akses internet, data-data ini sudah selesai sejak lama!"
“Benar, dengan cara ini kecepatannya jauh lebih tinggi dibanding input manual sekarang. Lagipula meskipun musuh menemukan kita, mustahil mereka bisa menyelinap ke Ibu Kota Federasi tanpa suara, kan?
“Pokoknya aku tidak tahan dengan efisiensi kerja yang lambat seperti ini.”
Tang Xing langsung mengeluarkan beberapa kabel optik tipis dari tangannya, menyambungkannya ke panel kontrol, dan mulai mengatur sistem. Melihat ada yang memulai, Kucing hitam kecil pun langsung menyelam ke jaringan tanpa ragu.
Xing Ling yang melihat tingkah mereka hanya bisa menghela napas pasrah, tetap mengetik dengan kedua tangannya.
Di suatu jalan di Ibu Kota Federasi Wan Luo, kerumunan manusia kembali memadati jalanan setelah keadaan darurat telah berakhir.
Dua pria bertubuh tinggi dengan kepala plontos, mengenakan pakaian kasual mahal dan kacamata hitam, sedang berjalan santai di tengah kerumunan.
Meski kepala plontos mereka mencolok di kerumunan, gaya berpakaian eksentrik seperti itu justru sedang trendi. Tak ada satu pun yang memperhatikan mereka.
Seorang pria dengan wajah garang di sebelah kiri berbisik kepada pria berwajah lembut di sampingnya: "Kakak kedua, tempat ini benar-benar makmur, dan jumlah orangnya luar biasa banyak. Planet-planet kita sama sekali tidak memiliki fenomena seperti ini."
Nomor Satu tersenyum: "Hehe, wajar saja tempat ini disebut Ibu Kota Federasi Wan Luo. Daerah-daerah terpencil di planet kita tak bisa dibandingkan."
Nomor Dua mengusap dagunya sambil tersenyum sinis: "Hehe, semakmur apapun tempat ini tidak ada gunanya. Nanti setelah pulang, aku akan bawa jutaan kapal perang. Lihat saja apakah kekuatan di wilayah Ibu Kota bisa menghentikanku menghancurkan planet ini."
Nomor Satu menggelengkan kepala pelan sambil tersenyum mendengar ini: "Kau ini, jangan terlalu berhasrat untuk menang. Pertempuran kali ini tidak bisa dianggap kalah. Lagipula kita memang tidak punya jutaan Kekuatan Militer. Di galaksi bajak laut kita, tiga ratus ribu pasukan saja sudah luar biasa."
Nomor Dua mengelus-elus kepala, dengan sedikit keraguan berkata: "Kami hanya punya tiga ratus ribu pasukan? Mengapa tidak memproduksi lebih banyak kapal perang? Jangan-jangan persediaan logam tidak cukup?"
"Logam tentu cukup, hanya tidak tahu mengapa Kakak tidak melanjutkan penambahan kekuatan militer." Nomor Satu menjawab.
Nomor Dua bertanya penuh kebingungan: "Apa yang Kakak lakukan? Kalau masalah personel, kami punya banyak robot, sama sekali tidak khawatir kekurangan pasukan. Untuk masalah logistik, kami bisa mengeruk isi sebuah planet dan langsung memiliki persediaan melimpah, kapal perang bisa diproduksi sebanyak apapun.
"Bukankah dulu Kakak ingin bersenang-senang mengacak-acak alam semesta ini? Dengan kekuatan sekecil ini sama sekali tidak cukup untuk bermain, kenapa Kakak malah berhenti berkembang?"
Nomor Satu menghela napas pasrah: "Ah, Kakak masih fokus memikirkan cara meningkatkan jumlah robot cerdas saja.
“Jangan cuma mikir, robot cerdas ini berevolusi sendiri, mana bisa nemukan solusi untuk produksi robot cerdas berevolusi dalam jumlah besar? Daripada fokus ke situ, lebih baik menyatukan alam semesta dulu baru cari getaran kesadaran pelan-pelan.”
Nomor Dua sangat setuju: "Betul! Kalau kami serap dua kesadaran itu, sistem bisa segera pulih seperti semula. Jauh lebih efisien daripada Kakak yang mentok begini."
"Eh, Kakak kedua, apa yang harus kami lakukan sekarang? Dua kesadaran itu bersembunyi sangat dalam, bagaimana cara melacaknya?"
Nomor Satu berpikir sejenak: "Cari warnet untuk akses internet. Aku yakin dua kesadaran itu pasti gelisah dan berkeliaran di jaringan. Soalnya kecerdasan macam mereka cuma bisa nongkrong di jaringan, enggak ada tempat lain."
Nomor Dua langsung melirik ke sekeliling. Entah beruntung atau bagaimana, persis di depan mata mereka ada sebuah warnet.
Nomor Dua langsung berlari ke arah warnet tanpa bicara. Kerumunan penari yang menghalangi jalan mereka terhempaskan akibat tabrakan.
Teriakan kutukan sama sekali tidak mempan pada Nomor Satu dan Nomor Dua. Rakyat biasa tidak berani mengganggu dua pria besar ini. Namun beberapa preman atau orang berpengaruh tak mau melepaskan dua bajingan angkuh itu, mereka mengikuti dari belakang masuk ke warnet.
Nomor Satu dan Nomor Dua baru saja mendekati dua bilik, belum sempat duduk, sudah dihadang beberapa pemuda dengan pakaian mencolok dan rambut warna-warni.
Seorang pemuda menggigit rokok di mulut, lutut sedikit ditekuk, punggung membungkuk, kedua ibu jari terselip di ikat pinggang, berkata sok jagoan: "Hei, kalian dua botak tadi nabrak Saudaraku! Mau kabur gitu aja? Kalo gak minta maaf hari ini, jangan harap bisa keluar dari sini!"
Sesuai dengan perkataan pemuda ini, dua pemuda sejenis yang sama memegangi lengan mereka dengan ekspresi kesakitan sambil merintih.
Tiba-tiba sebuah suara menyela, "Haozi, berikan pelajaran keras pada dua bangsat tak tahu diri ini!"
Pemuda itu mendengar seseorang memanggil julukannya, langsung menoleh dan memaki, "Sialan, siapa yang memanggil..."
Di tengah kalimat, matanya menangkap sosok pria muda berjas putih dengan kemeja kotak-kotak berkerah panjang di dalamnya, mengenakan kacamata hitam dan menggigit cerutu. Kepalanya mendongak angkuh, di belakangnya berdiri dua pria besar berbaju hitam - gambaran sempurna seorang putra mafia.
Seketika raut wajahnya berubah menjadi licin seperti anjing penjilat, "Oh, Ternyata Putra Tuan! Dua botak ini berani menyinggung Tuan? Bawahan segera menghukum mereka!" Dengan gaya bak bunglon, dia berteriak pada anak buahnya, "Apa kalian beku? Serang sekarang!"
Para anak buah itu tentu tahu siapa putra Tuan tersebut, dan menyadari ini adalah kesempatan untuk menunjukkan diri. Mereka segera mengeluarkan berbagai senjata dingin khas perkelahian jalanan, lalu menyerbu ke arah Nomor Satu dan Nomor Dua.
Menghadapi adegan perkelahian yang akan terjadi, pemilik toko tidak panik. Malah dengan sikap hormat, dia menyiapkan kursi dan menyeduhkan teh untuk sang putra Tuan, sambil memanggil dua pelayan wanita cantik untuk melayani di sampingnya.
Nomor Dua berbisik ke Nomor Satu saat para bajingan itu masih ngomong berbelit-belit: "Kakak kedua, apakah mereka yang disebut preman di alam semesta ini?"
Nomor Satu tertawa: "Benar, mereka memang preman. Pemuda yang bermuka angkuh itu kemungkinan besar adalah anggota geng kriminal."
Nomor Dua berkata dengan ekspresi di luar akal sehat: "Eh, Kakak kedua, preman sekelas mereka? Selemah ini bisa menjadi mafia?
"Di tempat kami, preman bisa melawan pasukan khusus, sedangkan mafia bahkan mampu menghadapi militer. Harus diketahui, kami berjuang keras lama baru mendapat syarat menyandang gelar preman. Manusia-manusia ini disebut preman dengan mudah seperti ini? Sungguh penghinaan terhadap sebutan preman dan mafia."
Nomor Satu tersenyum pasrah: "Jangan terus membandingkan tempat kita dengan sini. Kualitas nyawa di tempat mereka sangat lemah. Sudah, jangan buang waktu, segera hukum berat mereka." Begitu berkata, Nomor Satu berbalik memasuki kabin komputernya.
Para pemuda yang membawa tongkat listrik, pisau kecil, sarung jari besi dan senjata sejenisnya, melihat salah satu dari dua botak itu tidak peduli padanya dan langsung masuk ke kabin komputer. Merasa dihina, mereka meraung marah lalu menerjang.
Para tamu yang nekat bertahan awalnya mengira akan terjadi perkelahian sengit. Tapi semua hanya melihat pria besar botak yang tersisa bergerak cepat, beberapa pemuda yang menyerang langsung terlempar dan roboh di lantai. Pertarungan berakhir dalam sekejap.
Sebenarnya orang-orang tidak terlalu mempedulikan adegan perkelahian seperti ini. Meski ada yang putus lengan, patah kaki, atau kepala terpenggal, mereka tidak akan panik. Bagaimanapun teknologi medis saat ini sangat maju, selama kepala tetap utuh masih bisa diselamatkan.
Namun tiba-tiba penonton berteriak histeris. Mereka menemukan kepala para pemuda yang dipukul itu telah hancur seperti semangka busuk, tak mungkin diselamatkan. Seketika orang-orang ini bersembunyi di belakang Kabin Komputer, takut namun penasaran mengintip.
Si pemimpin kecil itu lunglai tergeletak di tanah, memandang penuh horor ke arah anak buahnya yang sudah hancur total.
Walau dia sudah lama berkembang di jalanan, sering menyaksikan adegan berdarah, bahkan pernah tangannya sendiri dipotong orang, tapi karena tak pernah menghadapi bahaya nyawa, pemahamannya akan kematian masih dangkal. Kehidupan dunia hitam pun mulai membuatnya jenuh.
Tapi kini baru sadar bahwa dunia bawah tanah tidaklah bebas risiko. Nyawa manusia ternyata rapuh bagai kaca, sama sekali tak sekuat bayangannya. Wajar saja dia panik setengah mati.
Sementara sang tuan muda yang awalnya ingin menonton pertunjukan ini, ternganga kaget. Cerutu yang terjatuh membakar lubang di celananya pun tak disadarinya.
Bukan kematian anak buahnya yang membuatnya tertegun. Sebagai putra mafia yang sudah pernah membunuh dengan tangannya sendiri, kematian orang lain baginya hal biasa.
Yang membuatnya terpana adalah kemampuan lawan membantai puluhan orang dalam sekejap. Orang sehebat ini benar-benar pertama kali dia lihat seumur hidupnya.
Memikirkan hal-hal ini, sang putra Tuan tak sengaja membayangkan jika ia bisa merekrut orang ini, kekuatannya akan meningkat pesat. Sayangnya saat hendak mengutarakan tawaran, dua pengawalnya sudah menariknya ke belakang dan panik mengeluarkan pistol untuk mengarahkan senjata ke Nomor Dua lalu menembak.
"Apa yang kalian lakukan?! Aku..."
Sang putra Tuan yang semula merasa sayang membiarkan si botak mati begitu saja, baru saja mengucapkan kata larangan ketika matanya terbelalak - si botak yang ditembak berkali-kali sama sekali tak bereaksi, bahkan baju di tubuhnya bahkan tidak berlubang.
Seorang pengawal yang sigap segera mendorong sang putra Tuan meninggalkan toko, berkata cemas: "Tuan cepat pergi, dia punya Perisai Perlindungan mini!"
Perisai Perlindungan mini adalah produk teknologi tinggi yang bahkan orang beruang sekalipun tak bisa membelikan.
Meski Putra Tuan langsung berbalik dan berlari, sayangnya baru satu langkah dia rasakan kepalanya seperti terjepit catutan besi, tubuhnya pun terangkat menggantung. Saat berjuang melepaskan diri, dengan ngeri dia temukan dua kepala pengawalnya sudah remuk dihancurkan orang.
Merasa jemitan di kepalanya semakin mengeras, sadar nyawanya di ujung tanduk, dia panik berteriak: "Aku putra kedua Kelompok Macan Hitam! Paman keduaku Direktur Polisi! Kupekerjakan kau sebagai pengawal, gaji seratus juta per bulan!"
Usai kalimat itu, hanya terdengar suara dingin: "Sampah!" Lalu rasa sakit menyambar kepalanya, segalanya gelap.
Nomor Dua melempar mayat sang tuan muda, menyambar si kepala geng yang sudah mengompol dan lemas di lantai. Dia usap tangan berlumuran darah dengan baju si kepala geng, lalu membuangnya begitu saja sebelum memasuki kabin komputernya dengan santai.
Pemilik toko yang sudah gemertakkan gigi tak henti-hentinya itu baru menelepon dengan wajah panik.
Sementara mereka yang ketakutan bersembunyi di dalam kabin komputer, merangkak keluar dengan gemetar ketakutan, berhati-hati agar tidak bersuara, lalu menyelinap keluar dari warnet.
Begitu keluar pintu besar, mereka berteriak: "Pembunuhan!" lalu berlari panik ke segala arah.
Kerumunan yang semula padat langsung bubar setelah sesaat terdiam. Tak lama kemudian, puluhan mobil polisi dan puluhan mobil hitam mengurung warnet dalam formasi lingkaran.
Seorang pria paruh baya dengan pangkat polisi tinggi menghalangi pria setengah baya lain yang turun dari mobil bersama sekelompok pria besar berbaju hitam - mengenakan setelan rapi dengan mata memerah - sambil berkata: "Kakak, jangan bertindak impulsif."
Pria paruh baya berjas itu tampak sangat marah, "Jangan impulsif? Putraku, keponakanmu dibunuh, mana mungkin aku bisa tenang? Minggir! Aku ingin membunuh kedua brengsek itu dengan tanganku sendiri!" Ucapnya sambil bergegas ingin memimpin kelompok pria bertubuh besar berbaju hitam menerobos warnet.
Pak Polisi segera menghalangi, "Kakak, aku tahu kau sedih. Dia juga keponakanku, hatiku sama perihnya. Tapi kau harus pahami, situasi Ibu Kota sekarang berbeda dengan dulu. Tindakan cerobohmu bisa menghancurkan organisasi kita kapan saja."
Melihat keraguan di wajah pria berjas itu, ia segera melanjutkan, "Tenang, serahkan saja padaku. Begitu kami menangkap mereka, kau bisa balas dendam sesukamu."
Pria berjas itu menghela napas setelah berpikir sejenak, lalu mengangguk dan memimpin kelompok pria besar kembali ke mobil-mobil mereka.
Para polisi di sekeliling berpura-pura tidak melihat gerombolan mafia itu, membiarkan mereka melintasi garis peringatan dengan bebas.
Dengan gerakan tangan tegas, Pak Polisi berteriak, "Polisi bersenjata - serang!"
Dengan perintahnya, segerombolan polisi bersenjata lengkap segera melesat masuk ke warnet dengan langkah terukur.
Tidak bisa menyalahkan sang perwira yang langsung mengirim pasukan tanpa persiapan, karena intelijen menunjukkan lawan hanya dua orang. Meski mereka memiliki senjata laser genggam, dua orang saja bukanlah tandingan bagi pasukan polisi bersenjata sebanyak ini.
Nomor Satu dan Nomor Dua yang sama sekali tak tahu kejadian di luar, sedang asyik berselancar tanpa tujuan di jaringan.
Saat Nomor Dua menggerutu, "Kakak kedua, bagaimana kita mencari dua kesadaran itu? Ini seperti mencari jarum di jerami!", tiba-tiba mereka berhenti bergerak. Keduanya merasakan gelombang fluktuasi kecerdasan tersebut.
Sementara Nomor Dua gemetar hebat karena terkesima, Nomor Satu sudah membuka Peta virtual. Setelah merasakan sejenak, dia mengaum: "Ketemu! Di Departemen Penelitian Federasi!"
Meskipun salah satu dari dua fluktuasi kecerdasan ini agak berbeda dengan yang pertama kali terdeteksi, saat ini mereka sama sekali tak memperhatikan perbedaan tersebut.
“Haha, akhirnya ketemu!” Nomor Dua berdiri dengan kasar, kabin komputer yang keras langsung ditopangnya hingga terbuka. Sementara Nomor Satu juga malas membuka kabin, langsung menerobos cangkang dan melompat keluar.
Tepat di saat itu, sekelompok polisi bersenjata memasuki warnet. Mereka hanya melihat dua botak hendak pergi, tanpa menyaksikan aksi perusakan kabin komputer. Dengan semangat penuh, mereka mengarahkan senjata ke Nomor Satu-Dua sambil berteriak: "Polisi! Jangan bergerak!"
Nomor Satu-Dua yang sudah ingin buru-buru ke lokasi riset ilmiah tentu sangat kesal diganggu. Nomor Dua yang suka dikejar langsung meraih kabin komputer di sampingnya dan melemparkannya ke arah polisi. Nomor Satu bahkan tanpa bicara langsung menerjang ke kerumunan polisi untuk melakukan pembantaian.
Melihat kabin komputer berat bisa diangkat satu tangan dan dilempar ke arah mereka, polisi yang panik menghindar tak sempat berpikir. Dengan refleks alami, mereka langsung menembaki Nomor Satu-Dua.
Nomor Satu dan Nomor Dua yang dilengkapi Perisai Perlindungan mini bahkan tidak mengalami kerusakan pakaian, langsung menghabisi seluruh polisi bersenjata itu.
Perwira polisi senior yang menunggu kabar di luar segera menyadari situasi abnormal setelah mendengar jerit kematian dari radio komunikasi bawahan, lalu segera memerintahkan semua anak buahnya untuk menembaki warnet.
Seketika, sinar laser tak terhitung menerjang warnet. Dinding, jendela, dan pintu besar langsung dipenuhi lubang peluru seukuran jari.
"Sialan, lalat-lalat pengganggu!"
Nomor Dua yang dikejar waktu mengamuk melemparkan kabin komputer satu per satu ke luar. Dengan kekuatannya, kabin berat itu beterbangan seperti peluru meriam zaman purba, meninggalkan kawah besar di setiap titik tumbuk.
Mobil polisi berubah menjadi besi tua meledak-ledak, sementara polisi yang gagal menghindar hancur menjadi bubur daging.
Nomor Satu bertindak lebih sopan, mengambil senjata polisi bersenjata itu dan mulai menembak ke arah pintu. Setiap tembakannya tepat sasaran, semua target yang dipilihnya langsung diledakkan kepalanya.
Perwira polisi senior itu menyadari situasi tidak beres. Bawahannya ada yang hancur tertimpa barang, ada juga yang kepalanya meledak akibat tembakan sinar laser lawan. Ia langsung berusaha bersembunyi.
Namun baru saja tubuhnya bergerak, seberkas sinar laser menyambar. Percikan darah beterbangan, kepalanya meledak hancur berkeping-keping persis seperti bawahannya.
Hanya dalam sekejap, seluruh polisi yang mengepung warnet itu berhasil ditumpas.
Pria paruh baya berjas di dalam mobil hitam yang masih berada di luar zona bahaya langsung berkeringat dingin. "Cepat! Pergi sekarang!" teriaknya pada sopir sambil menunjuk ke arah kejadian.
Saat ini, demi menyelamatkan nyawanya sendiri, ia sudah tak memikirkan rencana balas dendam untuk putranya. Bahkan nasib Adiknya yang baru saja ia saksikan kepalanya meledak pun tak lagi dipedulikan.
Nomor Dua melihat tidak ada yang menghalanginya lagi, dengan gembira langsung ingin berlari keluar, tapi ditahan oleh Nomor Satu.
Nomor Satu langsung berkata tanpa menunggu pertanyaan Nomor Dua: "Kau pikir bisa langsung lari ke Departemen Riset seperti ini? Bentuk kita ini belum berjalan jauh pasti sudah dikepung pasukan." Polisi paling bego sekalipun setelah kejadian ini pasti akan menyebarkan gambar perampas ke seluruh planet dengan refleks kilat.
Nomor Dua berkata cemas: "Lalu apa yang harus kita lakukan?"
Nomor Dua bukan bodoh. Dia sadar keributan yang dibuatnya pasti akan memicu penumpasan militer. Meski tak takut dikepung pasukan, dia khawatir dua kesadaran itu akan kabur ketakutan. Memikirkannya membuatnya menyesal - kalau bukan karena preman-preman itu, dia takkan menghadapi masalah rumit ini.
Nomor Satu berkata, "Kita keluar melalui saluran pembuangan, lalu kembali ke klinik bawah tanah yang dulu kita kuasai untuk mengganti wujud. Setelah itu baru pergi ke Departemen Riset. Meski agak lambat, tapi di perjalanan pasti tak akan ada halangan. Begitu sampai di Departemen Riset, kita bisa langsung bertindak keras!"
Nomor Dua menganggukkan kepala. Saat ini dia sudah bisa merasakan dua getaran kesadaran yang sangat intens di kejauhan. Dia yakin begitu sampai di dekat sumber keberadaan kecerdasan itu, mereka pasti tidak akan bisa lolos dari cengkeramannya.
Ketika pasukan darat yang menerima laporan datang ke warnet dengan kendaraan tempur, yang mereka temukan hanyalah mayat-mayat berserakan dan fasilitas yang compang-camping, sama sekali tidak ada jejak para perampas.
Namun mereka segera menemukan bahwa ada yang melewati saluran pembuangan di sekitar lokasi. Perintah keadaan darurat segera diberlakukan di seluruh zona, sementara rekaman dua pria botak yang merupakan Nomor Satu dan Nomor Dua telah tersebar ke seluruh sudut Ibu Kota.
Di tengah hiruk-pikuk polisi dan militer yang berkeliaran di jalanan, sebuah taksi berhenti di depan pintu besar Departemen Riset.
Dua pemuda berambut pirang dengan jas biasa, berpenampilan rapi, dan wajah yang tidak terlalu mencolok turun dari taksi.
Meski berusaha menahan perasaan, ekspresi bersemangat mereka saat memandang pintu besar Departemen Penelitian masih terlihat jelas.
Mereka merapikan pakaian, saling menatap, lalu berjalan dengan langkah kaku menuju pintu masuk gedung penelitian.
